Você está na página 1de 4

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PARIWISATA BAHARI DI INDONESIA

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan memiliki 75.000 km2 laut dengan 81.000 km garis pantai. Hal ini sangat mendukung Indonesia untuk terus mengembangkan potensi objek pariwisatanya terutama pariwisata bahari. Indonesia mempunyai 90 objek wisata bahari yang menawarkan sebanyak 20 jenis atraksi berbasis marine pada program Visit Indonesia Year 2009 (VIY 2009). Banyak wisatawan lokal maupun asing datang ke Indonesia untuk menikmati sederatan pemandangan yang dapat dinikmati di daerah pantai Indonesia yang memang terkenal dengan laut, matahari, dan pasirnya. Selain menikmati keindahan pasir, dii dalam lautnya pun Indonesia menyuguhkan berbagai jenis speies dengan jumlah yang tidak sedikit. Indonesia memiliki 950 spesies terumbu karang, 8.500 spesies ikan tropis, 555 spesies rumput laut, dan 18 spesies padang lamun. Hal ini tentu saja menjajnjikan Indonesia sebagai salah satu objek diving yang akan menarik wisatawan mengingat pada 7 Maret 2008, Indonesia mendapat penghargaan Diver Award di peringkat ketiga versi Diver Magazine, majalah olah ragaselam terkemuka di dunia yang berkantor di Inggris. Selain itu, para turis juga biasanya tertarik untuk melakukan olahraga surfing dan berjemur dibawah sinar matahri. Tetapi objek wisata yang menjanjikan tersebut bisa saja rusak apabila tidak dijaga dan dilestarikan. Apalagi sekarang ini sedang marak dengan fenomena global warming atau pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim dan memberikan banyak efek buruk terhadap pariwisata bahari di Indonesia.

Perubahan Iklim dan Penyebabnya Perubahan iklim yang terjadi saat ini disebabkan oleh global warming. Pemanasan global itu sendiri adalah proses peningkatan suhu rata-rata di atmosfer, laut, dan daratan bumi. Sering kita rasakan perubahan-perubahan yang

telah terjadi saat ini seperti semakin memanasnya suhu dan tidak menentunya curah hujan dari tahun ke tahun. Pemanasan global terjadi karena adanya efek rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Contoh lain dari gas-gas rumah kaca adalah hidrofluorocarbon(HFC5), sulfurheksafluorida(SF6), dan perfluorokarbon(PFC5). Peningkatan gas-gas rumah kaca tersebut kebanyakan disebabkan oleh aktivitas manusia. Disadari atau tidak, kegiatan manusia sehari-hari seperti menggunakan kendaraan, memasak dengan menggunakan gas, dan

menggunakan air conditioner yang menghasilkan CFC dapat terus meningkatkan gas-gas tersebut. Cerobong-cerobong asap pabrik banyak mengeluarkan limbah gas, besarnya konsumsi listrik dengan pembangkit listrik yang berasal dari pembakaran batu bara juga menyisakan gas buang yang tidak ramah lingkungan. Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 menyebutkan bahwa sektor peternakanlah yang paling banyak menyumbang gas emisi rumah kaca dengan kisaran hampir 20 persen, jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Selain itu, rusaknya hutan-hutan dan terumbu karang juga menjadi penyebab pemansan global karena seperti yang telah kita ketahui, keduanya dapat berperan sebagai carbon sink atau penyerap karbon.

Akibat Dari Pemanasan Global dan Pengaruhnya Terhadap Pariwisata Bahari di Indonesia Pemansan global dapat menyebabkan perubahan iklim, bencana alam, pencairan es di kutub, perluasan gurun pasir, dan punahnya jenis-jenis flora-fauna tertentu. Adapun empat indikator terjadinya perubahan iklim terutama di wilayah pesisir yaitu:

1. Perubahan suhu atmosfer dan suhu air laut 2. Perubahan pola angin

3. Kenaikan permukaan air laut 4. Perubahan pola hidrologi dan perubahan presipitasi yaitu hujan salju di lintang tinggi dan curah hujan di lintang rendah.

Kenaikan permukaan air laut memberikan efek negatif terhadap pariwisata bahari di Indonesia. Kenaikan permukaan air laut ini menyebabkan kematian pada pohon mangrove karena tidak dapat menemukan habitat yang sesuai bagi pertumbuhannya dan pohon mangrove yang kurang tahan terhadap air asin akan terdesak ke arah darat. Padahal, hutan mangrove memeiliki daya tarik sendiri bagi para wisatawan karena memeiliki kanopi yang indah dan benyak biota lautnya. Selain itu, hutan mangrove yang rusak dapat menyebabkan abrasi pantai karena tidak adanya penahan gelombang dan tercemarnya laut dari sungai akan terus beratmbah karena tidak terdapatnya filter polutan. Kenaikan permukaan air laut juga dapat menggenangi hamparan pasir yang dimanfaatkan oleh penyu sebagai tempat bertelur dan menetaskan telur-telur penyu. Pengahalang berikutnya yang terjadi pada proses bertelurnya penyu ini adalah meningkatnya suhu laut. Hal ini berkaitan dengan inkubasi telur-telur penyu yang memerlukan suhu tertentu karena dapat mempengaruhi rasio kelamin anaknya. Populasi antara penyu jantan dan betina menjadi tidak seimbang karena kenaikan suhu selama masa inkubasi diperkirakan akan didominasi oleh penyu betina. Lebih jauh lagi, perubahan iklim ternyata dapat mempengaruhi migrasi penyu sehingga mempersulit hewan ini untuk menemukan lokasi atau habitat bertelurnya. Sebagai negara yang memiliki wilayah laut yang luas, sudah pasti Indonesia terkenal akan keindahan bawah lautnya. Sekarang ini olahraga selam memang sedang banyak diminati dan tidak sedikit pula yang menjadikan Indonesia sebagai diving destination-nya. Bagaimana tidak, Indonesia memiliki 950 spesies terumbu karang, 8.500 spesies ikan tropis, 555 spesies rumput laut, dan 18 spesies padang lamun. Tetapi lagi-lagi pemanasan global yang menyebabkan kenaikan suhu laut ini berpengaruh terhadap komunitas lamun jenis Angiospermae yang akan menurunkan pertumbuhan dan reproduksinya. Kenaikan suhu laut juga dapat menyebabkan burning daun-daun lamun.

Fungsi dari sea grass itu sendiri adalah sebagai tempat migrasi, feeding ground, dan nursery ground bagi biota laut lainnya. Sama juga halnya dengan terumbu karang, terumbu karang yang tadinya berwarna-warni dan sangat menarik untuk dilihat dapat mengalami pemutihan atau bleaching. Bleaching merupakan hilangnya algae yang bersimbiosis dengan karang. Jaringan hewan karang yang hidup tanpa alage ini berwarna transparan karena sebagian pigmen yang mewarnai karang ini bergantung dari adanya sel-sel algae tersebut.Bleaching disebabkan oleh kenaikan suhu laut. Pengaruh negatif lainnya dari pemanasan global terhadap terumbu karang adalah naiknya kenaikan paras muka air yang menyebabkan berkurangnya cahaya matahari yang masuk untuk keperluan terumbu karang berfotosintesis sehingga dapat menghambat laju poertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Sebelum seluruh potensi pariwisata bahari di Indonesia mengalami kerusakan, seharusnya kita lebih peduli terhadap lingkungan. Lakukan segala upaya untuk mencegah pemanasan global dan menjaga kelautan kita untuk mewujudkan Indonesia sebagai icon pariwisata kelautan di dunia.
Daftar pustaka Dipasaptono, S., Budiman, dan Agung Firdaus M., 2009. Menyiasati Perubahan Iklim Di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Penerbit buku ilmiah populer, Bogor.

Você também pode gostar