Você está na página 1de 7

RAMALAN MENGENAI KIAMAT DAN KETAKUTAN AKAN KEMATIAN SEBUAH KAJIAN FILSAFAT Tugas Akhir Semester Mata Kuliah

Filsafat Ilmu Pengetahuan Oleh RAIMUNDUS R KARSONO 2012 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perantau, saya berusaha untuk menjaga hubungan dengan orang yang berasal dari kampung saya. Dan salah satu peristiwa yang selalu dijadikan momen untuk berkumpul adalah kematian. Kematian adalah salah satu kepastian yang akan dialami oleh manusia yang hidup. Kematian adalah suatu peristiwa yang dihindari dan ditakuti, tetapi bagaimanapun kematian itu suatu saat akan menghampiri orang yang hidup. Kematian mendatangi umat manusia setiap saat, dengan berbagai penyebab. Mulai dari kematian akibat sakit, usia yang sudah uzur, kecelakaan hingga akibat bencana. Kapan waktunya kematian bagi seseorang hingga kini masih tetap menjadi misteri. Meskipun masih merupakan misteri, manusia berupaya untuk memahami kematian termasuk menduga datangnya kematian tersebut. Upaya ini dilakukan baik dengan melakukan ramalan, maupun mencoba menganalisa tanda-tanda yang mengiringi kematian. Salah satu ramalan yang paling ilmiah mengenai kematian adalah datangnya salah satu penyebab kematian yaitu bencana alam. Dalam beberapa kasus, ada beberapa bencana yang bisa dideteksi secara dini, dan tindakan mitigasi bisa dilakukan secara dini pula. Hal ini tentu saja dapat menghindarkan orang pada kematian tersebut. Di lain pihak, ada pula kajian mengenai mega bencana, di mana umat manusia tidak bisa menghindar. Kejadian ini disebut juga sebagai kiamat. Ada banyak ramalan mengenai kiamat, baik yang berdasarkan budaya setempat, membaca tanda-tanda alam maupun kajian astrologi. Salah satu ahli

astrologi yang ramalannya sering dijadikan acuan adalah Nostradamus. Dari sisi budaya lokal, di Indonesia juga dikenal tentang ramalan Joyoboyo. Sebuah ramalan lain mengenai adanya bencana besar yang menyebabkan kiamat adalah ramalan berdasarkan kalender suku maya. Ramalan ini, memperkirakan bahwa kiamat akan datang di tanggal 20 desember 2012. Tentu saja ramalan ini tidak terbukti, karena nyatanya saat ini kita masih ada. Tidak semua ramalan yang disampaikan di atas merupakan ramalan mengenai kematian dan bencana besar. Dan tidak semua ramalan tersebut benar-benar terjadi. Manusia mencoba untuk melihat keterkaitan antara kejadian dengan tulisan peramal setelah kejadian. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa manusia ada yang percaya kepada ramalan tersebut. Mengapa ramalan demi ramalan muncul? Di akhir tahun seperti ini, orang juga mulai merapat kepada beragam ramalan, mulai dengan yang berkaitan dengan nasib peruntungan di tahun yang akan datang, maupun mengenai akhir jaman. Pertanyaan lain yang menarik adalah bahwa sebagai umat beragama mengapa kita percaya pada ramalan. Di lain pihak, dalam setiap agama sendiri mengajarkan tentang adanya kiamat. Bisa jadi ramalan demi ramalan hanya mengingatkan manusia untuk kembali dekat kepada Tuhannya. Kematian adalah sebuah keniscayaan. Masalahnya, tidak ada yang tahu kapa kematian itu menjemput. Ramalan termasuk ramalan ilmiah akan akhir jaman pun tidak bisa dipastikan. Permasalahannya, adalah bagaimana manusia menyiapkan diri untuk menghadapi keniscayaan tersebut. Dan bagaimana manusia menyikapi sebuah ramalan akan bencana dan kematian. 1.2 Pertanyaan Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana pandangan filsafat mengenai kematian dan ramalan akan bencana yang menyebabkan kematian? 1.2.2 Bagaimana manusia sendiri memandang kematian dan ramalan akan bencana yang menyebabkan kematian?

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kematian Membahas kematian selalu merujuk pada gagasan tentang terlepasnya jiwa (res cogitan) dari tubuh (res extenza). Inilah problem klasik dualisme jiwa-tubuh Cartesian. Eksistensi tak akan ada tanpa jiwa/pikiran dan tanpanya adalah juga sama dengan kematian. Filsafat Descartes sebenarnya menegaskan apa yang diwariskan oleh agama-agama dan tradisi kebudayaan tentang keberadaan jiwa sebagai entitas non-fisik yang tak terjelaskan. Keberadaannya dianalogikan seperti hantu di dalam mesin (Hartono, 2011). Bila ditelusuri lebih jauh sesungguhnya kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami dan merasakan kematian, karena mati telah menjadi pasangan bagi hidup. Tetapi kita memang tidak pernah bisa menentukan sebuah kepastian, kapan kematian itu akan datang. Kematian datang menghampiri kita bagaikan seorang pencuri, menyelinap masuk lalu membawa ruh kehidupan kita dengan meninggalkan jasad tak berdaya (Zubair dalam Rinaldi, 2010). Rinaldi (2010) juga menambahkan bahwa kebanyakan kesadaran yang dimiliki manusia tentang kematian masih berupa ketakutan. Akibatnya, tidak jarang muncul lontaran yang bernada keberatan bila kematian dijadikan sebagai bahan kajian. Berpikir tentang kematian atau berdiskusi mengenainya dianggap sebagai sesuatu yang tidak sehat dan dapat membahayakan keseimbangan psikologis. Mengutip Kubler-Ross, Rinaldi juga menyepakati bahwa berpikir tentang kematian dan mendiskusikannya secara serius justru akan memunculkan kebijaksanaan kolektif umat manusia baik dari segi psikologis maupun spiritual. Dengan memikirkan hakikat kematian, kita pun bisa mendekatkan diri pada hakikat kehidupan; misalnya hakikat hidup ini adalah berbuat baik. Berbuat baik itu misalnya kita tidak usah korupsi sebagaimana teman-teman kita melakukan. Boleh menjadi politisi, artinya boleh mendekat pada keburukan khas kekuasaan, tetapi yang tidak boleh adalah mendurhakai rakyat dengan kejahatan yang merusak kehidupan itu. Hal itu penting karena gagasan atau amal perjuanganlah

yang membedakan seseorang itu memiliki nilai kuat dan tahan lama melampaui usia fisik (Manshur, 2012). 2.2. Kiamat dan Ramalannya Sejarah mengatakan bahwa bumi dan kehidupan memiliki riwayat yang panjang. Umur bumi ini sudah menjapai milyaran tahun dan pernah dihuni makhluk raksasa yang kini hanya tinggal fosilnya saja. Ilmuwan berpendapat bahwa musnahnya makluk purbakala itu selain karena evolusi tektonik dan vulkanik yang sedang berjalan, juga akibat tubrukan asteroid ke bumi jutaan tahun yang lalu (tempo.co, 2010). Berdasarkan telaah mengenai sejarah evolusi bumi, termasuk sejarah tektonik, muncullah beragam kajian yang memprediksikan akan terjadi kejadian yang sama di era modern ini. Selain isu mengenai bergejolaknya super volcano, yang paling mutakhir adalah isu seputar kiamat berdasarkan kalender bangsa maya yaitu pada tanggal 20/21 Desember 2012. Ramalan mengenai kiamat ini bukanlah yang pertama, dan pasti bukan pula yang terakhir. Setidaknya, isu kiamat pernah muncul pada tanggal 9 september 1999, dan 1 Januari 2000. Isu kiamat selalu muncul ketika manusia menghadapi banyak kejadian di luar kendalinya, seperti keterpurukan ekonomi, ketidak pastikan politik, kegagalan alkulturisasi hingga prediksi adanya bencana katastropik yang belum tentu benar. Kondisi ini diperparah dengan ketidakmampuan pilar-pilar keyakinan atau sistem nilai untuk memahami fenomena yang ada (Wahyudi, 2012). Ramalan mengenai kiamat juga tidak hanya menjadi monopoli dunia barat. Dari dalam negeri kita mengenal seorang tokoh dengan nama Ronggowarsito. Ronggowarsito lebih dikenal sebagai seorang penyair. Salah satu karyanya menggambarkan tanda-tanda akhir jaman, yang dikenal dengan serat kalabendu. Karya lainnya adalah antara lain bertutur soal terpilihnya Mangkunegara IV dan Serat Jaka Lodang yang menyuratkan tentang kemerdekaan Indonesia. Karyakaryanya ini dipandang akurang dalam memprediksi (meramal) setelah ada kajian saat suatu peristiwa terjadi. Akibatnya, telaah atas karyanya diperdalam sebagai bahan ramalan (Achmad, 2012).

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Ramalan sebagai Karya Filsafat Membaca karya Ronggowarsito, sebenarnya bukanlah sekedah membaca karya sastra atau sebuah ramalan, tetapi membaca sebuah karya filsafat. Jika kita menggunakan pendekatan ontologis, epistemologis dan aksiologis maka karya ronggowarsito pun bisa dikaji dengan pendekatan tersebut. Tidak saja karya Ronggowarsito, tetapi ramalan-ramalah lain yang terkait dengan kiamat, termasuk kiamat 2012 pun bisa dikaji dengan pendekatan filsafat. Secara ontologis, ramalan ingin mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih berkuasa di dunia ini, yang bisa menyebabkan bencana yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Secara epistemologis, ramalan selalu dibuat dengan kajian terhadap sumber informasi yang bisa jadi merupakan mitos, yang ingin dibuktikan secara terstruktur dengan metode yang diakui secara ilmiah. Dan secara aksiologis, ramalan ingin mengembalikan manusia pada etika. Ramalan ingin mengarahkan manusia bahwa ada penguasa semesta yang harus dipatuhi. 3.2. Ramalan Pengingat Manusia akan Kematian Aspek aksiologis sebuah ramalan, ingin mengingatkan manusia akan hakekat hidupnya sendiri. Salah satu hakekat hidup manusia adalah akhir dari hidup itu sendiri, yaitu kematian. Ramalan berusaha menyadarkan manusia dengan pendekatan manajemen teror, yang bertujuan untuk menakut-nakuti manusia. Akan tetapi, hal ini seringkali disalahartikan oleh manusia sendiri. Manusia justru berusaha untuk menghindari kematian tersebut dengan melakukan penumpukan harta dan menggunakannya untuk menemukan cara menghindar dari bencana itu sendiri. Ada sebagian yang justru melakukan falsifikasi terhadap ramalan dengan menggunakan kegagalan ramalan-ramalan lain sebelumnya. Mengutip pernyataan Sutjipto dalam Wahyudi (2012) menyepakati bahwa banyak orang berani mati tetapi takut hidup karena mereka yang sudah terbiasa susah lebih mudah beradaptasi saat bencana tiba, sementara yang hiduopnya nyaman lebih takut menghadapi kesusahan akibat kiamat

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Kematian adalah sebuah misteri yang pasti datang. Dan bagaimana mempersiapkan kematian itulah yang paling penting. Filsafat jawa mengatakan bahwa wong urip mung mampir ngombe. Pandangan ini juga ditegaskan dalam ajaran semua agama yang meminta manusia untuk bertindak sesuai ajaran Tuhan, karena apapun tindakannya kelak akan dipertimbangkan di hari akhir. Bahwa tiada yang abadi di dunia ini. Dan bahwa harta surga lebih berharga dari pada harta duniawi. Yang menjadi permasalahan adalah kapan hari akhir atau kematian akan tiba adalah suatu misteri. Misteri kematian dengan ramalan akan kiamat yang justru mengajak manusia untuk mempersiapkan diri. Menyikapi hal tersebut, kiamat seharusnya tidak bisa dipisahkan dari kematian itu sendiri. Manusia, masing-masing memiliki kiamatnya sendiri secara individual, yakni kematian itu sendiri. Dan, sebagaimana kematian, kiamat individual itu adalah sebuah misteri yang tidak bisa dihindari. 4.2. Lesson Learned Sebagai manusia yang berfilsafat dan beragama, manusia sebenarnya tidak perlu khawatir dengan adanya ramalan mengenai kiamat atau tentang kematian itu sendiri. Karena keduanya itu sebenarnya satu, kematian pada hakekatnya adalah kiamat itu sendiri. Yang perlu dilakukan adalah memaknainya melalui tindakan sesuai dengan keyakinannya masing-masing dengan tujuan mempersiapkan diri menghadapi kematian itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Lilik Sofyan, (2012). Mengenali Ronggowarsito sebagai Filsuf, Jakarta: Bidik-Phronesis Publishing. Hartanto, Budi. (Desember 2011). Posfenomenologi dan Kematian Partikular, Makalah bedah buku Kematian: Sebuah Risalah tentang Eksistensi FIB Universitas Indonesia, Depok. http://www.academia.edu/1175143/Filsafat_Kematian Manshur, Faiz. (2012). Kematian yang menghidupkan, http://filsafat.kompasiana.com/2012/02/18/kematian-yang-menghidupkan/ Rinaldi, John. (2010). Manusia dan Kematian, http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/29/manusia-dan-kematian/ Wahyudi, M Zaid. (12 Desember 15 Desember 2012). Kiamat 2012, Harian Kompas, 13.

Você também pode gostar