Você está na página 1de 7

Analisa Kasus

Pasien merupakan seorang anak perempuan berusia 1 tahun 3 bulan yang menderita diare akut tanpa dehidrasi, anemia, dan gizi buruk. Masalah pertama adalah diare. Diare akut (BAB pada bayi atau anak lebih dari 3x per hari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lenir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu) pada pasien menurut etiologi infeksi dapat dibedakan dari beberapa penyebab. Menurut Soebagyo, 2008 adalah :

Gejala klinik

Rotavirus Shigella

Salmonella ETEC (Entero Toxigenic E. Coli)

EIEC

Kolera

Masa tunas Panas Mual muntah Nyeri perut Nyeri kepala Lamanya sakit Sifat tinja volume frekuensi

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam

+ Sering

++ Jarang

++ sering

++ -

sering

tenesmus

Tenesmus tenesmus Kramp kolik +

tenesmus kramp kramp

5-7 hari

>7 hari

3-7 hari

2-3 hari

variasi

3 hari

sedang

sedikit

sedikit sering

banyak sering

sedikit sering

banyak terus-menerus

5-10x/hari >10x/hari

cair konsistensi lendir darah bau kuningwarna hijau merahhijau leukosit lain-lain anoreksia + Kejang + sepsis Meteorismus infeksi sistemik kehijauan tak berwarna merahhijau lembek sering sering sering lembek kadang kadang busuk cair + lembek + + -

cair amis khas seperti air

cucian beras -

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa diare akut pada pasien masih belum dapat ditentukan penyebabnya bila hanya melalui anamnesis. Namun dari gejalanya berupa 4 hari SMRS BAB dengan konsistensi yang lebih lembek, jumlah ampas lebih banyak daripada air, berwarna kuning-kehijauan dengan bau busuk, frekuensi sebanyak 4-5x dalam sehari, jumlah sebanyak gelas aqua setiap buang air besar, kemudian 2 hari SMRS BAB cair, berwarna kuning kecoklatan, disertai dengan lendir yang berwarna kuning, dan tanpa disertai darah. frekuensi >10x dalam sehari, BAB kurang dari gelas aqua. Maka diperlukan pemeriksaan feces dan darah untuk dapat menemukan etiologinya. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya leukositosis .Yakni peningkatan jumlah leukosit darah. Hal ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri. Pemeriksaan elektrolit menunjukan tidak ada penurunan signifikan dari Natrium dan kalium, sehingga kemungkinan diarenya merupakan diare osmotik dan bukan diare sekretorik.

Pada diare seringkali juga ditemukan adanya dehidrasi. Derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria : Penilaian A (tanpa B (dehidrasi C berat) (dehidrasi

dehidrasi)

ringan sedang)

Lihat : Keadaan umum Mata normal Sedikit cekung baik/sadar Gelisah/rewel lesu, lunglai atau tidak sadar sangat dan kering Air mata Mulut lidah Rasa haus minum tidak haus biasa Haus ingin minum malas hangat minum/tidak bisa minum Periksa Turgor Kulit Hasil pemeriksaan tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang tanda lain 8 Pada kasus ini pasien termasuk dalam kriteria A diamana tidak menunjukan adanya dehidrasi. Namun mengingat BABnya 10x per hari maka perlu dilakukan penanganan secepatnya. Pada pasien juga perlu diingat adanya perubahan konsumsi ASI menjadi susu formula. Susu formula yang digunakan pasien merupakan produk susu yang memiliki kandungan Laktosa dimana bila pasien mengalami infeksi di daerah usus halus maka produksi enzim lactase akan kembali cepat Kembali lambat kembali lambat dehidrasi berat 1 tanda di (+) 1/> sangat ada & basah Tidak ada Kering tidak ada sangat kering cekung

1 tanda di (+) 1/> tanda lain

terganggu dan menyebabkan tidak dipecahnya laktosa menjadi monosakarida yang dapat diserap oleh usus. Penjelasannya adalah sebagai berikut : Laktosa yang terdapat didalam susu mamalia, akan diuraikan menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase yang diproduksi di mukosa usus halus di brush border. Namun apabila enzim laktase ini tidak ada, maka laktosa tidak dapat diuraikan. Penyebab penurunan produksi enzim laktase ini terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu penurunan laktase primer (primary lactase deficiency) dan penurunan laktase sekunder (secondary lactase deficiency. Pada pasien kemungkinan terjadi infeksi bakteri maupun virus yang dapat merusak brush border usus halus yang termasuk dalam penurunan lactase sekunder. Hal ini menyebabkan adanya intoleransi laktosa sekunder akibat infeksi yang akan menyebabkan tertimbunnya laktosa di usus sehingga tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat dan akan mengakibatkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga Kemudian terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Diare dibedakan menjadi dua yakni diare osmotic dan sekretorik. Diare pada pasien kemungkinan adalah diare osmotik dimana terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Sementara diare sekretorik dapat disingkirkan sementara karena tidak terdapat penurunan elektrolit bermakna. Berdasarkan hasil anamnesis berupa adanya BAB lebih dari 3x sehari, disertai perubahan konsistensi tinja tanpa darah dan lendir, adanya nyeri perut, perubahan konsumsi ASI ke susu formula dalam 2 minggu terakhir, kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya Bising usus meningkat tanpa adanya mata cekung, ubun-ubun cekung, turgor kulit yang berubah. Dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya leukositosis tanpa penurunan elektrolit. Maka dapat disimpulkan diagnosisnya adalah diare akut tanpa dehidrasi et causa DD/ intoleransi laktosa sekunder, bakteri, virus. Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan berupa pemeriksaan diet eliminasi, pH feses, maupun Lactose loading (tolerance) test Masalah kedua adalah anemia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb di bawah normal sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Pada anak usia antara 1-23 bulan, Hb normal berkisar antara 10,5-14,5 g/dL (Nelson). Pada pasien didapatkan Hb 9,5 g/dL. Pada pasien anemia nya tidak perlu dikoreksi dengan

pemberian PRC. Namun sebaiknya di cari tahu dulu penyebabnya. Dapat dilakukan SADT (sediaan apus darah tepi), Pemeriksaan MCV,MCH, dan MCHC untuk mengetahui penyebab anemia pasien. Apakah normositik, makrositik ataupun mikrositik. Berdasarkan pemeriksaan feses rutin, didapatkan adanya eritrosit dalam feses, walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak tapi ini cukup untuk membuktikan terdapatnya perdarahan kecil pada mukosa saluran pencernaan akibat infeksi bakteri yang menginvasi ke dalam mukosa usus. Perdarahan yang berlangsung lama akan menyebabkan anemia pada anak terutamanya dengan gizi kurang. Leukosit pada hasil pemeriksaan feses juga membuktikan terdapatnya infeksi bakteri di saluran pencernaan yang menyebabkan keluhan ini timbul. Diare juga akan menyebabkan zat besi yang seharusnya di absorbsi oleh tubuh hilang begitu saja, ini menyebabkan zat besi dalam tubuh berkurang, dan kadar ferritin dalam tubuh juga berkurang. Zat ferritin amat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu, kemungkinan besar anak ini sudah menderita anemia sebelum dia dirawat karena status gizinya yang kurang, maka sumber zat besi dalam tubuh juga berkurang. Berdasarkan data antropometri, didapatkan status gizi pada anak ini adalah 70,58 % yaitu status gizi kurang. Terdapat hubungan yang sangat erat antara status gizi anak dengan diare. Karena dua perkara ini boleh menjadi suatu lingkaran setan yang akan memperburuk prognosis kehidupan anak jika tidak diputuskan dengan segera. Seseorang anak dengan gizi kurang atau malnutrisi mempunyai sistem imun tubuh yang kurang, menyebabkan berkurangnya system pertahanan mukosa terutamanya di saluran pernafasan dan pencernaan, ini akan mempermudahkannya untuk terkena infeksi bakteri atau virus dan timbul gejala batuk pilek atau diare. Jika anak sudah terinfeksi dengan virus atau bakteri, hal ini kan menyebabkan berkurangnya nafsu makan dan penurunan asupan makanan pada anak. Selain itu, infeksi di saluran pencernaan akan menyebabkan fungsi mukosa saluran pencernaan berkurang dan terjadi malabsorbsi. Disebabkan hal ini, jaringan tubuh akan kekurangan makanan atau nutrisi, maka tubuh akan mengaktifkan proses katabolisme yaitu proses pemecahan senyawa kimia kompleks menjadi senyawa kimia yang lebih ringkas yang akan menjadi sumber energy dan makanan untuk jaringan tubuh. Tersering proses katabolisme terjadi di otot menyebabkan tubuh menjadi semakin kurus. Selain itu, anak dengan status gizi kurang juga akan menghidap gejala diare yang lebih berat dan lebih lama serta sering menyebabkan dehidrasi berat. Oleh itu masalah status gizi

amat dititiberatkan dan diperbaiki secepat mungkin supaya prognosis penyakit pada anak ini menjadi lebih baik.

Diagnosa kerja pasien : 1. Diare Akut tanpa dehidrasi et causa suspek intoleransi laktosa sekunder infeksi bakteri 2. Anemia ringan ec defisiensi Fe 3. Gizi Kurang

Você também pode gostar