Você está na página 1de 3

Asia Tenggara Kehilangan Aset Keanekaragaman Hayati

Salah satu lokasi paling eksotik dan alami di muka Bumi ini telah kehilangan asetnya yang paling berharga dalam 50 tahun terakhir. David Gabel dalam tulisannya di situs Environmental News Network (ENN) menyatakan, saat negara-negara di Asia Tenggara bergerak menuju industrialisasi dan populasinya membengkak, hutan-hutan alami di wilayah ini pun terus menyusut. Penggundulan hutan terus terjadi dengan berbagai alasan seperti pembukaan lahan pertanian, perkebunan sawit, industri kayu dan kebutuhan-kebutuhan manusia yang lain.

Dan saat wilayah hutan tergerus, makhluk hidup di dalamnya juga musnah. Para peneliti dari University of Adelaide di Australia mengungkapkan, Asia Tenggara adalah wilayah yang telah kehilangan aset keanekaragaman hayati paling parah di dunia. Hasil penelitian dari Environment Institute, lembaga penelitian dari University of Adelaide ini diterbitkan dalam jurnal ilmu pengetahuan, Nature. Penelitian ini juga mengungkapkan kembali pentingnya upaya menjaga hutan alami agar tidak terganggu oleh ulah tangan manusia guna menjaga kelestarian kehidupan liar di hutan tropis. Penanaman kembali wilayah hutan yang gundul akibat pembukaan lahan pertanian dan keperluan yang lain tidak bisa menggantikan fungsi hutan alami melestarikan spesies-spesies yang ada di dalamnya. Hingga kini, masih ada yang percaya bahwa penanaman kembali hutan yang gundul dan program konservasi lain bisa melestarikan dan mengembalikan sebagian besar spesies . Namun, penelitian ini mengungkapkan, dampak penggundulan hutan terlalu parah sehingga sangat sulit untuk dipulihkan kembali, ujar Professor Barry Brook yang turut menyusun penelitian ini. Wilayah hutan tropis di Asia Tenggara dulu adalah wilayah yang sangat hijau, asri dan alami. Namun seiring waktu, saat ekonomi negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand berkembang, masyarakat mulai melirik sumber daya alam mereka yang berlimpah dan mengeruknya demi keuntungan pribadi. Dalam 50 tahun terakhir, wilayah Asia Tenggara telah mengalami penggundulan hutan paling parah di

telah mengalami penggundulan hutan paling parah di dunia dengan upaya konservasi yang sangat minim. Para peneliti menggarisbawahi, walau kerusakan hutan di wilayah-wilayah lain tak bisa diabaikan, upaya konservasi harus diprioritaskan di wilayah Asia Tenggara. Saat sebuah hutan alami (primary forest) rusak, asset keanekaragaman hayati takkan pernah kembali lagi.

Você também pode gostar