Você está na página 1de 11

Judul : Perubahan Hukum Privat ke Hukum Publik

(Studi Hukum Perburuhan di Indonesia)


Penulis : Hari Supriyanto, S.H., M.Hum.
Penerbit : Universitas Atmajaya Yogyakarta
Kota Penerbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku : 93 halaman

HUKUM PERBURUHAN
A. SEJARAH HUKUM PERBURUHAN
Hukum perburuhan lahir pada abad ke-19 dengan adanya revolusi
Industri di Inggris. Revolusi Industri ditumpangi oleh aliran liberal. Para
waktu aliran liberal berkuasa, negara tidak campur tangan dalam kehidupan
kemasyarakatan. Negara hanya mengurusi persoalan kenegaraan sedangkan
persoalan hubungan individu dalam masyarakat diserahkan kepada
masyarakat itu sendiri sehingga menimbulkan kritik dari para kaum intelektual
yang ditujukan kepada negara. Dengan adanya kritik dari kaum intelektual,
pemerintah ikut campur tangan dalam kehidupan kemasyarakatan. Ikut
campur tangannya pemerintah dalam kehidupan kemasyarakatan disebut
dengan politik sosial yaitu tindakan aktif pemerintah untuk menyelesaikan
masalah sosial yang timbul akibat revolusi industri.
Sejarah perburuhan di Indonesia menurut Iman Soepomo dapat dibagi
3 bagian :
1. Zaman Perbudakan
Zaman perbudakan orang melakukan pekerjaan dibawah pimpinan
orang lain yaitu para budak yang tidak mempunyai hak apapun. Budak
hanya memiliki kewajiban melakukan pekerjaan, kewajiban menuruti
segala perintah, menuruti semua aturan dari pihak majikan. Keadaan
budak di Indonesia masih dapat dikatakan lebih baik apabila dibandingkan
dengan negara lain, disebabkan adanya aturan tata susila yang kental
dalam masyarakat Indonesia.

1
2. Pekerja Rodi
Rodi atau kerja paksa dilakukan untuk kepentingan perorangan
atau pihak lain tanpa bayaran. Sebagai contoh kerja rodi pada jaman
Hedrick William Daendels (1807-1911) yaitu kerja paksa utnuk membuat
jalan Anyer-Banyuwangi.
3. Poenale Sanksi
Poenale Sanksi memberikan kekuasaan bagi majikan untuk berlaku
tidak baik terhadap buruh serta menciptakan keadaan perburuhan yang
buruk. Pada tahun 1903 terjadi pemerasan tenaga buruh.

B. PENGERTIAN HUKUM PERBURUHAN


Beberapa ahli hukum merumuskan hukum perburuhan sebagaimana
dikutip Iman Soepomo, diantaranya A. H. Molenaar, Levenbach. Menurut A.
H. Molenaar, hukum perburuhan adalah bagian dari hukum yang berlaku,
yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, buruh
dengan buruh dan buruh dengan penguasa.
Menurut Levenbach, hukum perburuhan adalah sebagai sesuatu yang
meliputi hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja.
Menurut Iman Soepomo, hukum perburuhan adalah himpunan
peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Unsur dari hukum perburuhan sebagai berikut :
1. Terdiri dari peraturan tertulis maupun tidak tertulis.
2. Peraturan tersebut mengatur hubungan kerja baik dalam maupun luar
hubungan kerja.
3. Pelakunya meliputi buruh, majikan, dan pemerintah.
4. Kedudukan buruh tersuboordinasi oleh majikan, artinya majikan memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari buruh.
5. Buruh menerima upah dari majikan dalam melakukan hubungan kerja.

2
Jadi, hukum perburuhan adalah kumpulan peraturan tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan timbal balik antara
buruh, majikan, dan pemerintah didalam maupun luar hubungan kerja.

C. HAKEKAT, TUJUAN DAN SIFAT HUKUM PERBURUHAN


a. Hakekat
Menurut Iman Soepomo, hakekat hukum perburuhan ada 2 yaitu
secara yuridis dan secara sosiologis. Secara yuridis buruh memiliki
kebebasan, artinya buruh memiliki kedudukan yang sama didepan hukum
dengan majikan. Secara sosiologis buruh tidak bebas, artinya kedudukan
buruh tersubordinasi oleh majikan. Majikan memiliki kewenangan untuk
memerintah buruh dan menetapkan syarat-syarat kerja dan keadaan
perburuhan.
b. Tujuan
Tujuan pokok hukum perburuhan adalah pelaksanaan keadilan
sosial dalam bidang perburuhan dan pelaksanaannya diselenggarakan
dengan melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari
pihak majikan.
Menurut Senjun H Manulang, tujuan hukum perburuhan :
1. Melaksanakan keadilan sosial dalam bidang ketenagakerjaan.
2. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tak terbatas
dari pengusaha.
c. Sifat
Hukum perburuhan memiliki sifat sebagai hukum privat dan
hukum publik. Sebagai hukum privat, artinya hukum perburuhan mengatur
hubungan antara buruh dengan majikan dimana masing-masing pihak
bebas utnuk menentukan bentuk dan isi dari hubungan kerja.
Sebagai hukum publik, yaitu menunjuk pada adanya peraturan
hukum yang bersifat memaksa yang harus ditaati oleh majikan dan buruh
apabila mereka melakukan hubungan perburuhan.

3
D. SUMBER HUKUM PERBURUHAN
Sumber hukum perburuhan yang dimaksud adalah materiil dan formil.
Sumber hukum materiil adalah pancasila. Sedangkan sumber hukum formil
meliputi :
1) Undang-undang
2) Peraturan pelaksanaan dari Undang-undang
3) Kebiasaan
Menurut Iman Soepomo, kebiasaan dibidang perburuhan
berkembang dengan baik karena 2 faktor :
a. Peraturan perburuhan tidak dapat dilakukan secepat
perkembangan soal-soal perburuhan yang diatur.
b. Peraturan-peraturan dari jaman Belanda dahulu sudah tidak
dirasakan sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dari aliran-
aliran yang tumbuh di seluruh dunia.
4) Putusan panitia penyelesaian perselisihan perburuhan baik daerah maupun
pusat dan putusan peradilan umum
5) Perjanjian perburuhan, perjanjian kerja
Menurut Undang-undang No. 2 tahun 1954 tentang perjanjian
perburuhan antara serikat buruh dengan majikan, perjanjian perburuhan
adalah perjanjian yang diselenggarakan oleh serikat buruh dengan
majikan, majikan dengan majikan, perkumpulan-perkumpulan majikan
yang berbadan hukum, yang pada umumnya memuat syarat-syarat yang
harus diperhatikan didalam perjanjian kerja.
Menurut Djumialdji dan Wiwoho S, perjanjian kerja adalah
perjanjian antara buruh dengan pengusaha yang mengatur hubungan kerja
antara buruh dengan majikan, sedangkan peraturan perusahaan adalah
peraturan yang dibuat secara sepihak oleh majikan yang memuat syarat-
syarat kerja.
6) Perjanjian internasional mengenai persoalan perburuhan, baik yang
bersifat bilateral maupun yang unilateral

4
E. PROSES PERUBAHAN SIFAT HUKUM PERBURUHAN DI
INDONESIA
Perjalanan bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan dinamika hukum
perburuhan setelah proklamasi kemerdekaan dapat dibagi dalam beberapa
tahap sebagai berikut :
1. Tahun 1945 – 1949
Pada masa ini negara Indonesia masih dapat dikatakan sebagai
negara baru yang berusaha untuk dapat mempertahankan kemerdekaannya,
sehingga dalam periode ini perjalanan negara Indonesia masih diwarnai
dengan revolusi fisik. Pemerintah belum banyak melakukan campur
tangan dalam kehidupan hubungan perburuhan. Mengenai hukum
perburuhan masih dominan berlaku perjanjian kerja dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Perjanjian kerja diatur dalam Bab VII A Buku III
KUHPer Pasal 1601 – 1603 tentang perjanjian untuk melakukan
pekerjaan. Bab VII A merupakan perubahan dari Bab VII yang berisi 3
pasal yaitu pasal 1601, 1602 dan 1603 tentang persewaan pelayan dan
pekerja. Semula berlaku bagi golongan Eropa. Kemudian sejak 1879
dengan S. 1879 No. 256 persewaan pelayan dan pekerja berlaku bagi
seluruh rakyat.
Menurut pasal 1601 a KUH perdata, perjanjian perburuhan
adalah suatu perjanjian dengan pihak yang satu, buruh, mengikatkan
dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain yakni majikan, untuk suatu
waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
Berdasarkan pengertian perjanjian kerja dalam pasal 1601 a, maka
dapat disimpulkan, syarat-syarat perjanjian kerja :
1. Terdapat pihak yang dibawah pimpinan orang lain
2. Melakukan pekerjaan
3. Waktu tertentu
4. Adanya upah
Menurut UU No. 21 tahun 1954 tentang perjanjian perburuhan
antara serikat buruh dan majikan, diatur mengenai perjanjian kerja kolektif

5
yang disebut perjanjian perburuhan yaitu perjanjian yang diselenggarakan
oleh serikat buruh yang didaftarkan pada kementerian perburuhan dengan
majikan.
KUH Per mengatur tentang kewajiban-kewajiban majikan :
1. Membayar upah
Kewajiban membayar upah bagi pengusaha diatur dalam pasal
1602 – 1603 V KUH perdata.
Ketentuan-ketentuan tentang kewajiban pengusaha membayar
upah kepada buruh mengatur hal-hal yang menyangkut hubungan
pengusaha dngan buruh serta kemungkinan hubungan dengan pihak
ketiga seperti penerima kuasa.
2. Mengatur dan memelihara ruang-ruangan, perkakas dalam perusahaan
Kewajiban ini bertujuan untuk melindungi buruh dari
kemungkinan bahaya bagi jiwanya, kehormatan dan harta bendanya.
Apabila kewajiban ini tidak dipenuhi tanpa dapat membuktikan bahwa
tidak dipenuhi kewajiban karena keadaan memaksa atau karena
kesalahan buruh, maka pengusaha wajib mengganti kerugian.
Kewajiban-kewajiban buruh diatur pada pasal 1603 – 1603 d KUH
Perdata yang meliputi :
a. Buruh wajib melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut
kemampuan yang sebaik-baiknya
b. Buruh wajib melakukan pekerjaannya sendiri kecuali dengan
ijin majikan dapat digantikan pihak ketiga
c. Buruh wajib mentaati peraturan kerja dan tata tertib perusahaan
d. Buruh yang tinggal dengan majikan wajib bertingkah laku
menurut tata tertib rumah
e. Buruh wajib melakukan, maupun tidak berbuat dalam keadaan
yang sama.

6
2. Tahun 1950 – 1965
Pemerintah telah memberikan perhatian terhadap bidang
perburuhan diantaranya mengeluarkan Peraturan Menteri perburuhan No.
90 tahun 1955 tentang pendaftaran serikat buruh yang bersifat liberal.
Adanya peraturan tersebut maka di Indonesia berdiri berbagai macam
serikat buruh sebagai respon masyarakat terhadap kebebasan yang
diberikan pemerintah. Dalam tahap ini pemerintah mengeluarkan berbagai
peraturan perundangan di bidang perburuhan. Diantaranya UU No. 1 tahun
1951 tentang kerja, UU No. 3 tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya
UU No. 22 tahun 1957 tentang penyelesaian perselisihan perburuhan, UU
No. 12 tahun 1964 tentang politik di perusahaan swasta.
Pada tahun 1951 terbit UU No. 1 tahun 1951 tentang pernyataan
berlakunya UU Kerja tahun 1948 No. 12 dari RI untuk seluruh Indonesia.
Pada awal terbentuknya Negara Kesatuan RI setelah masa RIS timbul
suatu keadaan dimana berlaku 2 hukum perburuhan yaitu daerah bekas
Negara bagian RI berlaku hukum perburuhan RI dan di daerah Jakarta.
meskipun hukum perburuhan dari bekas negara bagian RI belum
sempurna, namun dibandingkan dengan hukum perburuhan sebelum
berlaku di bekas negara RIS karena hukum perburuhan berlaku di bekas
negara RIS umumnya hukum kolonial.
Ada 3 hal penting dalam Undang-undang No. 1 tahun 1951 :
a. Adanya keinginan untuk melepaskan dari ketergantungan
terhadap hukum peninggalan kolonial dengan beruasaha
menciptakan hukum yang sesuai dengan dasar dan tujuan
negara Indonesia yaitu pancasila.
b. Pernyataan secara tegas bahwa UU sebagai pernyataan politik
sosial negara yang berhubungan dengan pasal 27 ayat 2 UUD
1945.
Didalam pasal 1 UU No. 3 tahun 1951 pengawasan perburuhan
diadakan dengan maksud :

7
a. Mengawasi berlakunya UU dan peraturan perburuhan pada
khususnya.
b. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soal-soal
hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti yang
seluas-luasnya.
c. Menjalankan pekerjaan lainnya yang diserahkan kepadanya
dengan Undang-undang.
1. Perselisihan perburuhan
Menurut pasal 1 huruf c UU No. 22 tahun 1957 adalah
pertentangan antara majikan dengan serikat buruh berhubungan
dengan tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja,
syarat-syarat kerja dan keadaan perburuhan.
2. Sejarah penyelesaian perselisihan perburuhan di Indonesia
Penyelesaian perselisihan perburuhan di Indonesia mengalami
perjalanan cukup lama lahirnya UU No. 22 tahun 1957, ssampai
permulaan tahun 1951. Pada bulan Pebruari 1951, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Kekuasaan Militer No. 51 untuk mengatasi
kegalauan dibidang perburuhan. Pada bulan September 1951 mencabut
Peraturan Kekuasaan Militer dan mengetapkan peraturan baru. Pada
tangal 8 April 1957 diterbitkan UU No. 22 tahun 1957 tentang
penyelesaian perselisihan perburuhan yang terdiri dari sembilan bagian
dan 32 pasal serta penjelasannya.

3. Tahun 1966 – 1998


Adanya tahap pencarian pemerintah untuk menemukan konsep
dasar dalam melakukan campur tangan dibidang perburuhan yang
dilakukan sampai dengan tahun 1973 dan tahap penentuan dan penerapan
konsep dasar hubungan industrial pancasila sebagai konsep dasar didalam
pemerintah melakukan campur tangan di bidang perburuhan.

8
1. UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja

pokok-pokok ketenagakerjaan :
a. Pihak-pihak yang diatur dalam UU ini meliputi buruh, majikan dan
pemerintah
b. Ketentuan-ketentuan dalam UU ini merupakan hukum pemaksa
c. Hubungan para pihak sebagaimana diatur dalam UU tidak semata-
mata hubungan individu, tapi hubungan antara individu dengan
negara
d. Tujuan dari UU adalah untuk memberikan perlindungan atas
kepentingan umum
e. Penegakan hukum dalam hal terjadi pelanggaran atas ketentuan
dalam UU dilakukan huruh atau majikan akan dilakukan oleh
negara
2. Bidang keselamatan kerja, pemerintah menerbitkan UU No. 1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja
3. Tahun 1974 lahir dasar falsafah hubungan perburuhan pancasila yang
mendasari semua kebijaksanaan di bidang perburuhan di Indonesia.
Dalam perkembangannya hubungan perburuhan pancasila berubah
menjadi hubungan industrial pancasila, yaitu hubungan antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan jasa (buruh, pengusaha dan
pemerintah) yang didasari atas nilai-nilai yang merupakan manifestasi
dari pancasila dan UUD 1945
4. Di bidang pengupahan buruh, pemerintah membuat Peraturan
Pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah
5. Di bidang jaminan sosial bagi tenaga kerja yang bekerja dalam
hubungan kerja, pemerintah mengeluarkan UU No. 3 tahun 1992
tentang jaminan sosial bagi tenaga kerja. Menurut pasal 1 angka I UU
No. 3 tahun 1992, jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang. Contohnya

9
sakit, kecelakaan kerja. Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja
dalam UU meliputi :
a. Jaminan kecelakaan
b. Jaminan kematian
c. Jaminan hari tua
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan
Dengan demikian UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
memiliki muatan sebagai hukum publik yang menonjol. Sifat memaksa dari UU
Jamsostek, hubungan yang diatur dalam UU yang mengatur hubungan antara
individu dengan negara, kepentingan yang diatur serta penegakan hukum dalam
hal terjadi pelanggaran atas UU Jamsostek yang dilakukan oleh pihak kepolisian
.dan penyelidik pegawai negeri sipil

10
11

Você também pode gostar