Você está na página 1de 5

2.

Aktivitas Pengendalian Transaksi Penjualan Kredit Order penjualan bisa disampaikan langsung ke perusahaan, melalui telepon, pos, pegawai bagian penjualan, fax, atau electronic data interchange. Barang bisa diambil oleh pembeli atau dikirimkan oleh penjual. Transaksi penjualan bisa dicatat secara manual atau dengan bantuan komputer. Dalam hal perusahaan menggunakan sistem komputer, transaksi bisa dicatat secara real time, atau diolah per batch. Aktivitas pengendalian untuk transaksi penjualan harus dirancang dengan memperhatikan berbagai hal tersebut. Dalam sub ini akan mulai dibahas dengan mengidentifikasi berbagai dokumen dan catatan yang umum digunakan dalam pengolahan transaksi. Selanjutnya akan dibahas setiap fungsi yang terlibat dalam pengolahan transaksi ini, dan bagaimana aktivitas pengendalian saling berkaitan untuk mengurangi risiko salah saji dalam asersi-asersi laporan keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi penjualan. 2.1. Dokumen dan Catatan Berbagai dokumen dan catatan yang biasanya digunakan perusahaan besar dalam pengolahan transaksi penjualan kredit adalah sebagai berikut :
1. Order dari pembeli. Permintaan bisa disampaikan dengan menggunakan formulir

yang disediakan penjual atau dengan menggunakan formulir order pembelian dari si pembeli.
2. Order penjualan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengawali transaksi dan

mengolah pesanan dari pembelian oleh pihak penjual.


3. Dokumen pengiriman. Dokumen ini digunakan untuk menunjukkan detil dan

tanggal setiap pengiriman.


4. Faktur Penjualan. Faktur digunakan untuk menagih pembeli dan merupakan dasar

pencatatan penjualan.
5. Daftar harga. Suatu daftar atau file induk komputer yang berisi harga resmi yang

ditetapkan untuk semua barang yang ditawarkan perusahaan.


6. File transaksi penjualan. File ini digunakan untuk mencetak faktur penjualan dan

jurnal penjualan, memutahirkan piutang usaha, persediaan, serta file induk buku baru.
7. Jurnal penjualan. Jurnal yang berisi daftar semua transaksi penjualan yang telah

dilaksanakan.

8. File induk pelanggan. Berisi informasi untuk pengiriman dan penagihan ke masing-

masing pelanggan, serta batas kredit masing-masing pelanggan.


9. File induk piutang usaha. File ini digunakan untuk pencatatan dalam buku pembantu

piutang usaha.
10. Laporan piutang bulanan. Dalam laporan ini ditunjukkan saldo tagihan perusahaan

kepada pelanggan yang bersangkutan pada awal bulan, transaksi yang terjadi selama bulan yang bersangkutan, serta saldo akhir bulan. 2.2. Fungsi Fungsi Pengolahan transaksi pendapatan melibatkan fungsi-fungsi pendapatan, antara lain :
1. Pelayanan awal penjualan. Kegiatan pelayanan awal dalam proses penjualan barang

atau jasa kepada pembeli/pelanggan meliputi:


a. Penerimaan order dari pembeli b. Pemberian persetujuan kredit 2. Pengiriman barang dan jasa. Pengiriman fisik atau penyerahan barang dan jasa

meliputi : a. Pemenuhan pesanan b. Penyerahan order penjualan.


3. Pencatatan penjualan. Pengakuan formal pendapatan oleh suatu perusahaan

meliputi:
a. Penagihan kepada pembeli b. Pencatatan penjualan

Setiap fungsi utama diatas harus dijabat oleh orang atau bagian yang berbeda sehingga terdapat pembagian tugas. 2.3. Mendapatkan Pemahaman dan Menetapkan Risiko Pengendalian Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai siklus penjualan yang cukup memadai untuk merencanakan audit. Hal ini diperlukan auditor agar ia mampu untuk mengidentifikasi salah saji potensial, mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko salah saji material, dan merancang pengujian substantif. Apabila auditor

merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian atas suatu asersi pada tingkat yang rendah, maka auditor perlu memperoleh pemahaman tentang prosedur-prosedur pengendalian untuk transaksi tersebut. Seperti halnya dengan keempat komponen pengendalian intern yang lain, pemahaman tentang aktivitas pengendalian untuk transaksi penjualan diperoleh melalui pengalaman masa lalu dengan klien yang bersangkutan, pengajuan pertanyaan dan diskusi dengan klien, observasi, serta inpeksi atas dokumen-dokumen. Pengujian pengendalian merupakan cara untuk menentukan efektivitas pengendalian. Luas pertimbangan auditor atas faktor-faktor yang berkaitan dengan risisko pengendalian untuk setiap asersi bergantung kepada strategi audit yang dipilih. Apabila auditor merencanakan untuk menentapkan risiko pengendalian pada tingkat tinggi, maka ia menggunakan pemahaman tentang efektivitas pengendalian siklus pendapatan yang diperolehnya ketika ia mempelajari penegndalian intern. Tetapi, apabila auditor merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian pada tingkat rendah untuk asersi-asersi siklus pendapatan, maka auditor tersebut harus melakukakan hal-hal berikut :
1. Menguji efektivitas pengendalian umum 2. Menggunakan teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit

techniques atau CAATs) untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian terprogram.


3. Menguji

efektivitas

prosedur-prosedur untuk

menindaklanjuti

perbedaan-

perbedaan yang diidentifikasi oleh pengendalian terprogram. Sifat dan luasnya pengujian pengendalian berbanding terbalik dengan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan auditor. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang rendah akan membutuhkan bukti yang lebih kompeten dibandingkan dengan jika auditor menetapkan tingkat risiko pengendalian yang ditinggi. Berdasarkan perpaduan antara bukti yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang kelima komponen pengendalian yang relevan dan pengujian pengendalian yang bersangkkutan, auditor menetapkan risiko pengendalian akhir dan mendokumentasikan semua hal yang bersangkutan dengan asersi signifikan untuk transaksi penjualan.

4. Pengendalian Aktivitas Transaksi Penyesuaian Penjualan

Transaksi-transaksi penyesuaian penjualan meliputi transaksi-transaksi berikut :


a. Pemberian potongan penjualan b. Penerimaan retur penjualan dan pemberian potongan lain c. Penghapusan piutang tak tertagih

Pada kebanyakan perusahaan, jumlah transaksi dan nilai rupiah transaksi-transaksi diatas biasanya tidak material. Namun, pada sejumlah perusahaan tertentu, salah saji potensial yang diakibatkan oleh kekeliruan dan ketidakberesan dalam pengolahan transaksi semacam ini patut diperhatikan auditor. Salah satu kemungkinan yang perlu diwaspadai adalah terjadinya transaksi penyesuaian penjualan fiktif yang dicatat untuk menutupi ketidakberesan dalam pengolahan penerimaan kas. Oleh karena itu, aktivitas penegndalian untuk mengurangi risiko dari ketidakberesan semacam itu difokuskan pada keabsahan, atau keberadaan atau keterjadian transaksi-transaksi tersebut (AT3) yang meliputi hal-hal berikut :
1. Otorisasi yang tepat atas transaksi-transaksi penyesuaian penjualan. 2. Dilakukan perhitungan secara independen atas barang yang diretur. 3. Digunakan dokumen dan catatan yang yang tepat. 4. Pemisahan tugas antara orang yang berwenang memberi otorisasi transaksi

penyesuaian penjualan dengan orang yang menangani dan mencatat transksi tersebut. Apabila terdapat salah saji potensial yang material dalam transaksi-transaksi penyesuaian penjualan, auditor harus mendapat pemahaman tentang seluruh aspek komponen struktur pengendalian intern yang relevan dan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko salah saji tersebut. Biasanya manajemen mempercayakan pengawasan atas pengendalian ini kepada manajer tingkat bawah untuk mengendalikan tingkat potongan penjualan dan penghapusan piutang. Apabila transaksi-transaksi ini material, auditor harus menginspeksi laporan-laporan manjerial dan mengajukan pertanyaan serta mengobservasi tindakan yang diambil sehubungan dengan laporan tersebut. Auditor juga harus mempertimbangkan hal-hal berikut untuk menginspeksi :
1. Memo kredit retur penjualan tentang ada tidaknya persetujuan dan lampiran laporan

penerimaan barang sebagai bukti bahwa barang benar-benar dikembalikan.

2. Otorisasi tertulis tentang penghapusan piutang beserta dokumen pendukungnya.

Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti tentang efektivitas rancangan dan pengoperasian sistem pengendalian intern perusahaan. Apabila auditor merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian pada tingkat moderat atau tinggi, auditor bisa memperoleh dukungan atas penetapan risiko pengendalian dengan bukti yang diperoleh pada tahap mendapatkan pemahaman pengendalian intern. Tetapi, apabila auditor merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian pada tingkat rendah, auditor harus memperluas pengujian efektivitas yang mencakup inspeksi dokumen dan melakukan pengerjaan ulang atas pengendalian-pengendalian manual.

Você também pode gostar