Você está na página 1de 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN GIGI SEJAK DINI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA

ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK MENTARI INDONESIA KECAMATAN BLIMBING MALANG


Selvie The*, Aswin D. Baskoro**, Alfrina Hany *** Karies gigi merupakan salah satu bentuk kerusakan gigi yang paling sering dialami anak usia prasekolah sehingga dapat mengganggu proses tumbuh kembang mereka. Salah satu faktor yang berperan untuk mencegah karies pada anak adalah pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang. Jenis penelitian deskriptif analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel secara total sampling terdiri dari 30 responden. Variabel independen adalah tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini, variabel dependen adalah kejadian karies gigi anak prasekolah di TK Mentari Indonesia. Pengumpulan data tingkat pengetahuan orang tua dengan kuesioner, sedangkan pengukuran karies gigi menggunakan checklist melalui pemeriksaan visual. Hasil penelitian menunjukkan (70%) orang tua memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang perawatan gigi; angka karies gigi mencapai (43,3%), dan (56,7%) anak tidak mengalami karies. Anak yang tidak mengalami karies lebih banyak pada orang tua dengan tingkat 2 2 pengetahuan yang baik (53,3%). Harga Chi Square didapatkan X hitung = 8,378 > X tabel = 3,841; dimana df = 1; p value = 0,004 < = 0,05; hasil uji Koefisien Kontingensi (C) = 0,467. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang kuat dan positif antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang.

Kata kunci: Tingkat pengetahuan, tingkat pengetahuan orang tua, perawatan gigi, perawatan gigi sejak dini, karies gigi, anak prasekolah.

ABSTRACT Dental caries is one kind of tooth decay that most often experienced by preschoolers that can disturb their growth process. One of the factors that contribute to preventing caries in children is parental knowledge about dental care. This research aimed to determine the correlation between the level of parental knowledge about early dental care with incidence of dental caries in preschool children on Mentari Indonesia Kindergarten Sub-district Blimbing Malang City. Type of research is correlation analytic descriptive with cross-sectional approach. Sampling is total sampling, consisted of 30 respondents. The independent variable is the level of parental knowledge about early dental care, the dependent variable is the incidence of dental caries in preschool children on Mentari Indonesia Kindergarten. Collecting data about level of parental knowledge using questionnaires, while measurement of dental caries by visual inspection using a checklist. The results showed (70%) of parents have a good level of knowledge about dental care; dental caries rate achieved (43.3%), and (56.7%) children had no caries. Children who are not exposed to caries more belong to parents with a good level of 2 2 knowledge (53.3%). Price of Chi Square obtained X count = 8.378 > X table = 3.841; wherein df = 1; p value = 0.004 < = 0.05; Contingency Coefficient (C) test results = 0.467. Research concluded at there is a strong and positive correlation between the level

of parental knowledge about early dental care with the incidence of dental caries in preschool children on Mentari Indonesia Kindergarten Sub-district Blimbing Malang City.

Kata kunci: Level of knowledge, level of parental knowledge, dental care, early dental care, dental caries, preschool children.

*Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan-Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya **Staff Pengajar Jurusan Pendidikan Dokter-Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ***Staff Pengajar Jurusan Ilmu Keperawatan-Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

PENDAHULUAN Perawatan gigi sejak dini adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi pada anak usia dini, yaitu anak yang baru dilahirkan sampai berusia enam tahun. Gigi merupakan bagian dengan fungsi penting di dalam mulut sehingga perlu dijaga sejak awal masa pertumbuhan agar selalu sehat dan kuat untuk menjalankan fungsi vitalnya (Machfoedz, 2006). Menurut Rosseno (2008), perawatan gigi sejak dini dapat dilakukan walaupun gigi belum nampak yaitu dengan membersihkan gusi bayi, pada gigi sebaiknya segera dilakukan ketika mulai tumbuh. Awalnya dibutuhkan bantuan orang tua karena anak belum mampu melakukan sendiri, sampai mereka siap untuk diajarkan dan mampu merawat gigi sendiri. Sebaliknya, bila perawatan gigi tidak dilakukan dengan tepat sejak dini maka akan menimbulkan masalah kerusakan gigi pada anak dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang mereka (Heryaman, 2008). Salah satu kerusakan gigi yang paling banyak dialami anak-anak yaitu karies gigi. Karies gigi adalah penyakit kronis multifaktorial yang melibatkan kerentanan gigi, mikroflora kariogenik, dan lingkungan oral. Proses demineralisasi pada jaringan keras gigi yang kemudian diikuti dengan kerusakan unsur-unsur organik dapat menyebabkan invasi bakteri, kematian pulpa dan penyebaran infeksi periapeks sehingga menimbulkan rasa nyeri (Wong, 2008). Diperkirakan setengah dari 75 juta balita Indonesia mengalami kerusakan gigi dan jumlah ini bertambah terus. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional pada tahun 1990 hanya 70% tetapi pada tahun 2000 sudah mencapai 90% (Maulani, 2005). Dalam Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Timur tahun 2007 disebutkan sebagian besar kelompok yang memiliki masalah dengan gigi adalah usia 1-9 tahun sebesar 29,2% sehingga anak usia prasekolah (3-6) tahun) termasuk kelompok yang banyak menderita karies. Padmonodewo (2003) mengatakan anak usia prasekolah adalah anak yang

berusia antara 3-6 tahun. Pertumbuhan gigi susu mereka sudah lengkap dan umumnya sangat menyukai makanan dan minuman yang manis. Bila lupa membersihkan sisa makanan maka akan terjadi reaksi asam yang merusak gigi sehingga menyebabkan karies. Proses tumbuh kembang akan terganggu karena dapat terjadi kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut akan menurunkan selera makan. Kemampuan belajar dan konsentrasi anak pun turun sehingga berpengaruh pada prestasi belajar. Salah satu faktor yang berperan mencegah karies pada anak adalah pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi. Hal ini menjadi dasar terbentuknya perilaku anak untuk melakukan perawatan gigi dengan benar. Orang tua perlu mengetahui, mengajarkan serta melatih anak sejak dini untuk merawat gigi sendiri karena di usia ini anak telah mencapai kematangan motorik diikuti perkembangan intelektual sehingga sudah mampu belajar. Sebaliknya orang tua yang memiliki pengetahuan perawatan gigi anak yang rendah kadang tidak memperdulikan dan tidak mendukung kesehatan gigi anak (Sariningrum, 2009). Data saat studi pendahuluan di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang, terdapat 12 anak dari 30 orang siswa mengalami karies. Dari wawancara dengan beberapa orang tua diketahui bahwa orang tua telah beberapa kali mengajarkan anak menyikat gigi, namun sering tidak diperhatikan karena sibuk. Informasi perawatan gigi selama ini tidak diperoleh secara langsung dari petugas kesehatan. Ada pula pendapat bahwa gigi susu anak yang rusak tetap akan digantikan dengan gigi baru sehingga tidak perlu khawatir tentang perawatan gigi anak. Sebagian orang tua mengetahui tentang karies gigi, namun kurang 1 tentang dampaknya terhadap paham tumbuh kembang anak. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Perawatan Gigi Sejak Dini dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing, Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik korelasi dengan metode cross-sectional. Populasi adalah semua orang tua dengan anak prasekolah berusia 3-6 tahun di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing sejumlah 33 orang dengan teknik total sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel bebas adalah tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini, variabel tergantung: kejadian karies gigi pada anak prasekolah. Penelitian dilakukan di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang pada 4-9 Juni 2012. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar checklist, alat dan bahan standar pemeriksaan gigi dengan uji statistik menggunakan tehnik Koefisien Kontingensi setelah menghitung harga Chi Square terlebih dahulu. HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang. Responden yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sejumlah 30 subyek. 1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Gigi Sejak Dini dengan Kejadian Karies Gigi Anak Prasekolah
Karies Gigi Tidak Karies Karies f % f % Baik 5 16,7 16 53,3 Tidak Baik 8 26,6 1 3,4 Total 13 43,3 17 56,7 Tingkat Pengetahuan Total f 21 9 30 Nilai P 2 ValX ue

tan gigi sejak dini yaitu 21 orang (70%). 16 orang diantaranya memiliki anak yang tidak karies (53,3%); dan 5 orang lain anaknya mengalami karies (16,7%). Orang tua dengan tingkat pengetahuan yang tidak baik tentang perawatan gigi sejak dini berjumlah 9 orang (30%), 8 orang diantaranya memiliki anak yang mengalami karies (26,6%), sedangkan seorang lain anaknya tidak karies (3,4%). 2 Nilai X yang diperoleh 8,378 > nilai 2 X tabel 3,841 dengan df=1, dan p value=0,004 < =0,05. 2. Uji Koefisien Kontingensi Uji koefisien kontingensi menggunakan rumus (Sugiyono, 2007): X
2 2

C=

N+X

Budiarto (2001) menentukan derajat atau kekuatan hubungan dengan membandingkan nilai C yang dihitung dengan nilai C maksimum. Nilai C maksimum dapat dihitung dengan rumus: (m 1) m

Cmaks =

(m) pada rumus diatas adalah jumlah minimum baris dan kolom tabel kontingensi. Penelitian ini menggunakan tabel kontingensi 2x2 maka m=1 sehingga Cmaks = (2-1) / 2 = 0,707. Dengan demikian nilai C yang berlaku berkisar antara 0-0,707. Tingkat kekuatan hubungan digolongkan menjadi lima kategori nilai C (Sudrajat, 1987) sebagai berikut: Interval Kekuatan Koefisien Hubungan 0,000 0,140 Sangat lemah 0,141 0,280 Lemah 0,281 0,420 Cukup kuat 0,421 0,560 Kuat 0,561 0,707 Sangat kuat Nilai X 8,378 kemudian dimasukkan dalam perhitungan koefisien kontingensi dan hasilnya C=0,467 (dalam
2

% 70 30 8,378 0,004 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang perawa-

rentang 0,421 0,560). Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif dan kuat antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang. Bentuk hubungan tersebut adalah: Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini maka semakin berkurang karies gigi pada anak usia prasekolah. Harga C=0,467 bila dikuadratkan diperoleh 0,218. Hal ini memiliki arti bahwa walaupun memiliki hubungan yang kuat, namun tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini hanya mempunyai kontribusi sebesar 21,8% dalam mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Malang, sedangkan 72,8% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Gigi Sejak Dini Anak Usia Prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang Pengetahuan tentang perawatan gigi sejak dini yang perlu diketahui dan dilaksanakan orang tua meliputi: arti atau definisi, tujuan dan manfaat, tindakantindakan umum perawatan gigi, serta teknik menyikat gigi yang terdiri dari: pemilihan sikat gigi, cara, langkahlangkah, frekuensi, waktu, penggunaan pasta, dan cara mengajarkan anak untuk menyikat gigi secara benar dan tepat. Tingkat pengetahuan dapat bervariasi antar individu karena dipengaruhi faktor internal maupun eksternal, seperti usia, tingkat pendidikan, lingkungan, pengalaman, perolehan informasi, kebiasaan dan tradisi serta status ekonomi yang dimiliki (Notoadmodjo, 2003). Distribusi usia responden orang tua sebagian besar adalah 26-40 tahun 19 orang (63,3%) dan yang paling sedikit adalah 19-25 tahun 3 orang (10%). Menurut Bee (1996) dalam Nugroho (2008) usia 26-40 tahun adalah usia

dewasa awal dimana terjadi perkembangan daya tangkap dan mulai terbentuk kematangan pola pikir seseorang sehingga pengetahuan tentang perawatan gigi anak yang diperoleh semakin membaik. Orang tua anak prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang sebagian besar sarjana 20 orang (66,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat (1997) yang dikutip oleh Mubarak (2006) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula mereka menerima informasi dan memperbanyak pengetahuan. Orang tua sangat memungkinkan untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan gigi sejak dini. Semua orang tua memiliki pekerjaan yang layak (22 orang wiraswasta, 6 orang PNS dan 2 orang karyawan swasta) serta status ekonomi menengah ke atas. Keadaan ini memampukan ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk merawat gigi anak (Taufik, 2007). Orang tua yang memiliki pengalaman dengan karies gigi yaitu 19 orang, baik yang pernah mereka alami sendiri (10 orang) maupun dari pengalaman anggota keluarga atau orang lain (9 orang). Notoadmodjo (1997) mengatakan bahwa adanya pengalaman tersebut memungkinkan para orang tua untuk memperhatikan perawatan gigi anak. Ketersediaan informasi mengenai perawatan gigi sejak dini dapat memberikan landasan kognitif untuk membentuk pengetahuan orang tua akan hal tersebut (Notoadmodjo, 2003). Terdapat 23 orang (76,7%) orang tua pernah mendapatkan informasi tentang perawatan gigi dan karies gigi. Sedangkan orang tua yang tidak pernah mendapatkan akses informasi berjumlah 7 orang (23,3%). 2. Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang Data menunjukkan 13 orang anak (43,3%) yang mengalami karies gigi dan 17 orang anak (56,7%) tidak mengalami karies gigi, dimana hampir 50% anakanak prasekolah di TK Mentari Indonesia

Kecamatan Blimbing Malang mengalami karies gigi. Pintauli dan Hamada (2008) menyatakan bahwa anak-anak, khususnya usia prasekolah mempunyai resiko karies yang paling tinggi terutama pada saat ada gigi yang erupsi karena sulitnya membersihkan gigi tersebut sebelum mencapai dataran oklusal yang beroklusi dengan gigi antagonisnya. Dari 13 orang yang mengalami karies gigi, anak perempuan adalah jumlah terbanyak yaitu 8 orang (61,5%) bila dibandingkan dengan anak laki-laki yang hanya 5 orang (38,5%). Pintauli dan Hamada (2008) menyebutkan bahwa selama masa kanak-kanak, perempuan menunjukkan angka DMF yang lebih tinggi daripada pria. Dari 13 anak yang karies gigi, frekuensi menyikat gigi terbanyak adalah yang hanya menyikat gigi satu kali sehari yaitu 8 orang (61,5%), disusul yang menyikat gigi dua kali sehari 5 orang (38,5%). Sementara itu, anak-anak yang tidak mengalami karies gigi lebih banyak menyikat giginya dua kali sehari yaitu 14 orang (82,4%). Menurut Machfoedz (2006) frekuensi menyikat gigi yang baik minimal 2 kali sehari. Kebiasaan menyikat gigi yang dibantu atau didampingi orang tua sebagai proses pengajaran lebih banyak pada anak yang tidak mengalami karies gigi yaitu 10 orang (62,5%) daripada yang mengalami karies gigi hanya 6 orang (37,5%). Anak yang mengalami karies gigi lebih banyak menyikat giginya sendiri tanpa didampingi atau dibantu oleh orang tua yaitu 7 orang (53,8%). Machfoedz (2006) mengatakan menyikat gigi yang didampingi oleh orang tua dapat menjadi role model mengajarkan kebiasaan merawat gigi sejak dini yang lebih baik kepada anak. Semua anak yang mengalami karies gigi telah memiliki riwayat karies sebelum penelitian dilakukan. Pada 13 orang anak tersebut ditemukan tanda dan gejala bercak putih atau coklat sampai kehitaman di permukaan gigi, serta pada permukaan terlihat adanya lubang pada gigi 11 orang anak (84,6%). Tanda dan gejala karies tersebut lebih banyak ditemukan pada bagian permukaan halus

dan permukaan oklusal daripada bagian fisura.

gigi

susu

3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Perawatan Gigi Sejak Dini dengan kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang Dari hasil analisa uji Koefisien Kontingensi, didapatkan hubungan yang kuat dan positif antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang. Sariningrum (2009) mengatakan orang tua perlu mengetahui, mengajarkan serta melatih anak sejak dini untuk merawat gigi sendiri. Sebaliknya bila orang tua memiliki pengetahuan yang rendah mengenai perawatan gigi tersebut, mereka cenderung kurang memperdulikan kesehatan gigi anak sehingga hal ini turut berperan dalam mencetuskan masalah kesehatan gigi anak, termasuk karies gigi. Responden orang tua dengan tingkat pengetahuan yang baik berada dalam rentang usia dewasa awal (26-40 tahun). Pada periode ini terjadi perkembangan daya tangkap individu dan kematangan pola pikir sehingga pengetahuan tentang perawatan gigi anak yang diperoleh orang tua dalam usia ini pun semakin matang dan berkembang dengan baik (Bee (1996) dalam Nugroho, 2008). Orang tua dapat mengajarkan serta melatih anak-anak merawat gigi sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Ditemukan bahwa anakanak yang tidak mengalami karies lebih banyak berada pada kelompok orang tua berusia dewasa awal ini yaitu 11 orang, sedangkan anak-anak yang mengalami karies pun ada dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu 8 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, orang tua lebih banyak yang mencapai jenjang sarjana. Sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat (1997) yang dikutip oleh Mubarak (2006) bahwa semakin tinggi pendidikan maka makin

mudah pula bagi individu untuk menerima informasi untuk memperkaya pengetahuannya. Orang tua dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang perawatan gigi sejak dini sebagai bekal meneruskan kebiasaan tersebut kepada anak. Ditemukan bahwa anak yang tidak mengalami karies lebih banyak pada orang tua yang berpendidikan sarjana yaitu 13 orang, walaupun anak dengan karies juga berada pada kelompok ini meskipun lebih sedikit (7 orang). Semua orang tua memiliki pekerjaan layak yang menunjang status ekonomi mereka berada pada level menengah ke atas. Kondisi ini memampukan orang tua untuk menyediakan fasilitas yang menunjang kebutuhan perawatan gigi anak (Taufik, 2007) sehingga menghindarkan resiko karies. Dari data yang diperoleh, walaupun status ekonomi dan pekerjaan para orang tua sangat mendukung tetapi terdapat anak dengan karies yaitu 13 orang. Anak-anak yang tidak mengalami karies lebih banyak pada kelompok orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya tentang karies (11 orang), daripada anak-anak yang mengalami karies walaupun orang tuanya juga sudah mempunyai pengalaman tersebut (8 orang). Faktor-faktor yang mendukung pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini cenderung baik sehingga tingkat pengetahuan mereka pun lebih banyak berada pada tingkat yang baik. Namun hal ini tidak sepenuhnya menutup kemungkinan bahwa karies gigi tetap terjadi. Berdasarkan data-data yang diperoleh, terdapat fakta bahwa walaupun orang tua berusia matang, berpendidikan tinggi, mempunyai pekerjaan yang layak, status ekonomi menengah ke atas, mempunyai pengalaman dengan karies, serta sudah memperoleh informasi perawatan gigi pun, tetap masih ada anak yang mengalami karies. Kesenjangan-kesenjangan ini disebabkan beberapa kondisi orang tua yang tidak dapat mengajari anak secara maksimal walaupun tingkat pengetahuan mereka tergolong baik.

Dari wawancara dengan beberapa orang tua, diketahui bahwa proses pengajaran hanya dilakukan beberapa kali dan selanjutnya anak hanya diingatkan ketika mandi untuk menggosok gigi tetapi orang tua tidak selalu mengontrol langsung karena kesibukan mereka sendiri. Orang tua pun tidak dapat mengontrol langsung menu makanan dan jajanan anak dengan maksimal. Bila anak tidak diawasi untuk membersihkan gigi, dapat meningkatkan resiko terjadinya karies. Usaha kuratif menjadi terlambat karena biasanya anak baru akan dibawa periksa ke dokter bila sudah terjadi keluhan. Tingkat pengetahuan yang baik saja belum cukup tanpa dilengkapi pemahaman sikap dan tindakan orang tua dalam usaha membentuk perilaku hidup sehat untuk mencegah atau mengurangi resiko terjadinya karies gigi pada anak-anak prasekolah. Bloom dalam Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa pembentukan atau perubahan perilaku kesehatan yang dapat dipertahankan dengan baik apabila telah melampaui kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Bila orang tua telah mampu melaksanakan perannya untuk mengajarkan disertai tindakan pengawasan, maka anak pun dapat memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk mampu mengaplikasikan perawatan gigi dengan baik dan benar, sehingga resikonya terhadap karies gigi akan berkurang bila dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup dari orang tua. Walaupun terdapat kesenjangan, namun hasil penelitian secara umum menunjukkan anak yang tidak mengalami karies gigi lebih banyak ditemukan pada orang tua dengan tingkat pengetahuan perawatan gigi yang baik Sementara itu, anak yang mengalami karies gigi lebih banyak berada pada orang tua dengan tingkat pengetahuan yang tidak baik. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi anak sejak dini maka semakin berkurang pula kejadian karies gigi yang terjadi (Sariningrum, 2009).

KESIMPULAN 1. Orang tua dengan tingkat pengetahuan tentang perawatan gigi sejak dini yang baik 21 orang (70%), sedangkan tingkat pengetahuan tidak baik 9 orang (30%). 2. Angka kejadian karies gigi pada 30 orang anak prasekolah di TK Mentari Indonesia adalah 13 orang (43,3%), sedangkan 17 orang (56,7%) lainnya tidak mengalami karies. 3. Anak yang tidak mengalami karies gigi lebih banyak ditemukan pada kelompok orang tua dengan tingkat pengetahuan tentang perawatan gigi yang baik yaitu 16 orang (53,3%) dan anak yang mengalami karies gigi lebih banyak pada kelompok orang tua dengan tingkat pengetahuan yang tidak baik, yaitu 8 orang (26,6%). 2 2 4. Nilai hitung X 8,378 > nilai tabel X 3,841 dimana df = 1, p value 0,004 < 0,05; serta hasil uji C = 0,467 maka terdapat hubungan signifikansi yang kuat dan positif antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini dengan kejadian karies gigi anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Kecamatan Blimbing Malang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi anak sejak dini maka semakin berkurang pula kejadian karies gigi yang terjadi. 5. Tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi sejak dini yang mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Mentari Indonesia Malang hanya 21,8%, sedangkan 72,8% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum diamati. SARAN 1. Bagi Orang Tua dan Anak Diharapkan orang tua dapat memberi perhatian ekstra terhadap perawatan gigi anak sejak dini sehingga dapat mencegah atau mengurangi resiko karies pada anak. 2. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan praktik kepera-

watan komunitas dan anak secara holistik dan komprehensif. 3. Bagi Institusi (sekolah) dan Instansi Terkait Diharapkan pihak sekolah dan Puskesmas dalam naungan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan mengadakan hubungan kerja sama untuk melakukan penyuluhan tentang perawatan gigi sejak dini kepada orang tua dan anak dalam upaya pencegahan serta mereduksi angka karies gigi. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Perlu mengembangkan beberapa hal sebagai berikut: a. Pemilihan desain selain cross sectional untuk memperoleh data berkelanjutan lebih akurat yang tidak hanya diukur pada satu waktu. b. Memperbanyak jumlah responden sehingga kebenaran hasil lebih kuat dalam cakupan wilayah yang luas. c. Variabel tidak terbatas pada tingkat pengetahuan orang tua saja tapi dapat dikembangkan pula variabel sikap, tindakan, perilaku orang tua tentang perawatan gigi anak prasekolah. d. Dispesifikan dengan menjabarkan faktor-faktor penyebab terjadinya karies yang belum diamati, seperti: bakteri, karbohidrat makanan atau pola makan, kerentanan permukaan gigi dan waktu. DAFTAR PUSTAKA Machfoedz I. 2006. Menjaga Kesehatan Gigi & Mulut Anak-Anak & Ibu Hamil. Fitramaya. Yogyakarta Rosseno Y., 2008. Perawatan Gigi Anak Menjaga Gigi Anak Tetap Sehat. (Online). (http://www.dentiadental.com/2008/, diakses 21 Agustus 2011) Heryaman S.D. 2008. Pentingnya Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak. (Online). (http://www.pdgi-online.com, diakses 19 Agustus) Wong D.L., Hockenberry-Eaton M., Wilson D., Winkelstein M.L., Schwartz

P. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 1. EGC. Jakarta Maulani C. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak; Panduan Orang Tua Dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi Anak-Anaknya. Elex Media Komputindo. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 Provinsi Jawa Timur. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Padmonodewo S. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta Sariningrum E. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Anak Balita Dengan Tingkat Kejadian Karies. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Surakarta Sugiyono D.R. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta Notoadmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Nugroho Wahjudi H. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik; Edisi 3. EGC. Jakarta Mubarak W.I, Santoso B.A., Rozikin K., Patonah S. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Teori & Aplikasi Dalam Praktik. CV. Sagung Seto. Jakarta Taufik M. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. CV. Infomedika. Jakarta

Notoadmodjo S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta Pintauli S., Hamada T. 2008. Menuju Gigi dan Mulut sehat; Pencegahan dan Pemeliharaan. USU Press. Medan

Menyetujui untuk dipublikasi, Pembimbing I

dr. Aswin D. Baskoro, MS.,Sp.Park NIK. 130248571

Você também pode gostar