BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai oleh peningkatan tekanan darah, edema, dan disertai proteinuria pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengalami hipertensi. Biasanya sindroma ini muncul pada akhir trimester kedua sampai ketiga pada kehamilan. Terdapat beberapa hipotesis mengenai etiologi preeklamsia antara lain iskemik plasenta, maladaptasi imun dan faktor genetik. Namun, sampai saat ini etiologinya yang pasti belum diketahui (1). Preeklamsia diklasifikasikan menjadi dua, preeklamsia ringan dan berat. Preeklamsia berat tidak jarang menyebabkan gangguan penglihatan, edema paru, bahkan koma (2). Preeklamsia terjadi pada 0,4 % - 2,8% dari seluruh kehamilan di negara maju dan terdapat sampai 8.370.000 kasus per tahunnya di seluruh dunia (3). Di Indonesia, angka kejadian preeklamsia tahun 1970-1980 mencapai 5%. Pada tahun 1990-2000 angka kejadiannya meningkat menjadi 4,1%-14,3% (4). Preeklamsia banyak menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur, bahkan merupakan penyebab utama kematian ibu dan janin (5, 6, 7, 8). Mekanisme yang diduga berperan dalam terjadinya preeklamsia adalah kegagalan invasi sitotrofoblas, sehingga dilatasi arteri spiralis tidak terjadi dan aliran darah utero-plasenta berkurang, dan menyebabkan hipoksia plasenta (5, 9). Hipoksia merupakan stimulus utama untuk mengaktivasi xanthin oksidase.

Xanthin oksidase yang banyak terdapat di sitotrofoblas, sinsitiotroblas, dan sel stroma villi merupakan sumber utama produksi radikal superoksid (3). Radikal superoksid ini menyebabkan peroksidasi lipid pada membran sel, salah satunya adalah membran eritrosit. Peroksidasi lipid akan menyebabkan perubahan struktur membran eritrosit sehingga fluiditas eritrosit menurun dan fragilitas osmotik meningkat. Akibat reaksi tersebut, akan terjadi lisis pada membran eritrosit, dan fungsinya sebagai pengatur transpor oksigen terganggu dan menyebabkan hipoksia jaringan yang lebih parah lagi (4). Kerusakan membran eritrosit ini dapat diukur dengan pemeriksaan fragilitas osmotik. Penelitian ilmiah tentang hubungan stress oksidatif dan preeklamsia telah banyak dilakukan. Kumar dan Das (10) dan Orhan et al (11) menyatakan bahwa peroksidasi lipid dan aktivitas glutation peroksidase eritrosit meningkat secara signifikan pada preeklamsia. Namun, penelitian tentang fragilitas osmotik membran eritrosit dalam preeklamsia berat belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui Median Osmotic Fragility (MOF) membran eritrosit pada preeklamsia berat.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan permasalahan : apakah terdapat perbedaan antara Median Osmotic Fragility (MOF) membran eritrosit pada darah ibu hamil penderita preeklamsia berat dan pada ibu hamil yang normal?

C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini mengetahui perbedaan Median Osmotic Fragility (MOF) membran eritrosit pada ibu hamil penderita preeklamsia berat dibandingkan dengan ibu hamil yang normal. Tujuan khusus dari penelitian ini mengukur Median Osmotic Fragility (MOF) dari membran eritrosit ibu hamil penderita preeklamsia berat.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Median Osmotic Fragility (MOF) membran eritrosit pada darah ibu hamil penderita preeklamsia berat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSU Ratu Zaleha dan RSIA Mutiara Bunda Martapura, serta menjadi sumber pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.