Você está na página 1de 21

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Neoplasma Neoplasma diartikan sebagai setiap pertumbuhan baru yang abnormal, khususnya suatu pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkontrol dan bersifat progresif Ditinjau dari segi klinis, neoplasma dibedakan menjadi: a. Malignant Neoplasm (Tumor Ganas) Malignansi di sini dapat berarti: Resisten terhadap perawatan; terjadi dalam wujud yang parah dan biasanya fatal; cenderung semakin parah dan mengarah ke kematian. Dalam kaitannya dengan neoplasma, memiliki pertumbuhan dan metastasis yang bersifat invasif dan merusak. b. Benign Neoplasm (Tumor Jinak) Jinak di sini dapat menunjukkan sifat yang ringan dari suatu penyakit atau sifat nonmalignan dari neoplasma. Ditinjau dari segi histologi, neoplasma dibedakan menjadi: a. Epithelial Neoplasm (Carcinoma) Merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis. b. Mesenchimal Neoplasm (Sarcoma) Tumor yang terbentuk dari bahan yang mirip jaringan penyambung embrional; jaringan yang tersusun atas sel-sel yang terkumpul padat dan diikat oleh jaringan fibrilar atau homogen.

I.2 Anatomi, Histologi, Fisiologi Mammae Mammae merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium. 1

Secara umum, mammae terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe mammae sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) karsinoma mammae. Mammae terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat pada papilla mammae. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut areola mammae. Pada areola mammae, terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di bawahnya. Jika dilakukan perabaan pada mammae, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah papilla mammae, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.
Mammae dibagi menjadi lima regio, yaitu : 1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) 2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) 3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) 4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant) 5. Regio puting susu (nipple)

I.3. Tumor Mammae I.3.1. Definisi Tumor Mammae Tumor mammae adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma.

I.3.2 Etiologi dan Faktor Resiko Sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu : a. Jenis kelamin Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor mammae. b. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae. c. Faktor genetik 3

Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya karsinoma mammae d. Faktor usia Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia. e. Faktor hormonal Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor mammae. f. Usia saat kehamilan pertama Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun. g. Terpapar radiasi h. Intake alkohol i. Pemakaian kontrasepsi oral Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor mammae. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

I.3.3 Klasifikasi Tumor Mammae Berdasarkan WHO tahun 2003, Klasifikasi histologik Tumor Payudara Sebagai Berikut : Tabel 1. Klasifikasi histologik Tumor Mammae

I.3.4. Diagnosis Diagnosis tumor mammae dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi. 1. Anamnesa meliputi: riwayat timbulnya tumor, adanya faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor. 2. Pemeriksaan fisik dari tumor mammae. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Deteksi dini biasanya dilakukan pada orang-orang yang kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : a.Melihat payudara b.Memijat payudara c.Meraba payudara Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan: 1) Lokasi tumor 2) Deskripsi tumor
- Klinis jinak memberikan gambaran : a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong. b. Permukaan rata c. Konsistensi kenyal, lunak d. Mudah digerakkan terhadap sekitar e. Tidak nyeri tekan. - Klinis ganas memberikan gambaran : a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol b. Tepi tidak rata c. Bentuk tidak teratur

d. Konsistensi keras, padat e. Batas tidak tegas f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar g. Kadang nyerti tekan 3. Pemeriksaan penunjang a. Mammography b. Ultrasound (USG) c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) d. Biopsi - Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi). - Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration)

I.4.4 Klasifikasi Tumor Jinak Mammae 1. Fibroadenoma Mammae Definisi Fibroadenoma mammae adalah tumor neoplasma jinak mammae yang terdiri dari campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkhimal), yang terbanyak adalah komponen jaringan fibrous. Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien. Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses hiperplasia atau proliferatif pada satu unit ductus terminalis. perkembangannya dianggap suatu kelainan dari perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10% fibroadenoma menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai ukuran 2-3 cm. Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, mobile, dan tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita diatas umur 30 tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma mammae perlu dipertimbangkan. Kista dapat 7

diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonografi. Fibroadenoma tidak normal terjadi setelah menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih hormon. Gejala klinis Usia biasanya muda dekade II-III atau bahkan lebih muda

Benjolan yang lambat membesar Lebih sering tidak disertai rasa nyeri, hubungan dengan siklus menstruasi sangat variatif Benjolan padat-kenyal, sangat mobile dan batas tegas Dapat single atau multiple, pada satu payudara atau kedua payudara Pemeriksaan Dan Diagnosis Anamnesis:

Merasa ada benjolan di payudara yang sudah cukup lama diketahui Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan menstruasi, benjolan terasa mobile Usia muda (15-30 tahun) Pemeriksaan Fisik: Biasanya benjolan tidak terlalu besar Dapat tunggal atau multiple Pada palpasi: teraba tumor padat-kenyal, berbatas tegas, permukaan halus, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau multiple dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral. Pencitraan: Pada USG payudara akan terlihat massa yang homogen, berbatas tegas dengan halo sign, dengan internal echo yang normo atau hiper. Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk mendiagnosis massaini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi.

Diagnosis Cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pencitraan (USG) diperlukan pada keadaan kecurigaan pada tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multiple). Penatalaksanaan Terapi Eksisi dan pemeriksaan histopatologis atas spesimen operasi. Tindak Lanjut penting untuk mengetahui diagnosis patologis dan kemungkinan terjadinya kekambuhan atau tumbuhnya tumor baru. Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsi jarum halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005, cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histologi sebelum cryoablasi dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma yang besar dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsi.

2. Tumor Phyllodes Definisi Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Dapat mencapai ukuran yang besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas. Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan mammae sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih kontroversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian sarcomatos dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus. Gejala Klinis Merupakan 2-4% dari angka kejadian FAM Biasanya timbul pada usia yang lebih tua dari fibroadenoma mamma (dekade III atau lebih) Benjolan dapat tumbuh lambat tetapi akhirnya tumbuh lebih cepat 9

Benjolan dapat sangat besar (5 cm 40 cm), kejadian bilateral hanya sekitar kurang dari 30% baik tipe jinak maupun ganas. Benjolan biasanya tidak nyeri, dapat disertai dengan ulkus Tidak ditemukan pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) aksila ipsilateral walau tumor sudah sangat besar disertai ulkus. Pemeriksaan Dan Diagnosis Anamnesis:

Usia 30 tahun atau lebih Benjolan sudah diderita lama dan dapat sangat besar tanpa disertai nyeri, kadang kadang ada anamnesis cepat membesar terakhir ini, dan disertai ulkus. Pemeriksaan Fisik

Benjolan besar atau sangat besar (5 cm-40 cm) Kulit di atas tumor mengkilat, ada phleboectasi kadang-kadang didapatkan ulkus. Konsistensi heterogen, ada bagian yang padat dan banyak bagian yang kistik. Meskipun besar benjolan masih mobile dari jaringan sekitar atau dengan kulit dan dasar/dinding torak Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar dan terdapat ulkus. Pencitraan Tidak khas dengan USG atau mammografi, sukar dibedakan dengan fibroadenoma mammae.

Dengan gambaran klasik dari tumor phyllodes, diagnosis dapat ditegakkan secara klinis. Bila masih ragu dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan biopsi Diagnosis Banding FAM Ca-mammae Penatalaksanaan Terapi Prinsip adalah eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti FAM maka angka kekambuhan akan sangat besar Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan: 10

a) Benjolan yang sudah menempati hampir seluruh payudara sehingga hanya tersisa sedikit jaringan payudara yang sehat b) Benjolan residif dan terbukti histopatologis barupa lesi yang maligna c) Benjolan residif pada usia tua Pada tumor phyllodes yang maligna prinsip terapi juga sama dengan yang benigna kecuali pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan KGB aksila hanya bila didapatkan metastase pada KGB aksila. Radioterapi dan kemoterapi kurang berperanan. Prognosis Tingkat kesembuhan penderita tumor Phyllodes setelah operasi pengangkatan sangat bagus. Jika berusia 45 tahun atau lebih ada kemungkinan tumor muncul kembali, meskipun sangat kecil. Untuk pasien yang terdiagnosis dengan tumor ganas, tingkat kesembuhannya sangat bervariasi. Tumor ganas memiliki peluang untuk menjadi kanker, bahkan setelah menjalani operasi. Jika ada sel yang tertinggal, akan menjadi ganas dan menyebar. Tumor ganas berpeluang muncul kembali, meski telah diobati dan dapat menyebar ke paru, tulang, hati, dan dinding dada. Pada beberapa kasus, kelenjar limfe ikut berperan dalam penyebaran sel tumor.

3.

Fibrocystic Disease Penyakit fibrokistik merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada wanita dan biasanya didapatkan pada wanita pada usia dekade 3-4. Penyakit fibrokistik lebih tepat disebut kelainan fibrokistik. Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran multipel dan sering kali rasa nyeri payudara bilateral terutama menjelang menstruasi. Ukuran dapat berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar dan penuh serta rasa sakit bertambah, bila setelah menstruasi maka sakit hilang/berkurang dan tumor pun mengecil. Kelainan fibrokistik ini disebut juga mastitis kronis kistik, hiperplasia kistik, mastopatia kistik, displasia payudara dan banyak nama lainnya. Istilah yang bermacam-macam ini menunjukkan proses epitelial jinak yang terjadi amat beragam dengan gambaran histopatologis maupun klinis yang bermacam- macam pula. Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung risiko untuk berkembang menjadi karsinoma mammae, tetapi umumnya tidak. Bila ada keraguan terutama bila konsistensinya berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri yang hebat dan berulang atau 11

pasien yang khawatir dapat pula menjadi indikasi eksisi. Tumor jenis kelainan fibrokistik ini umumnya tidak berbatas tegas, kecuali kista soliter. Konsistensi padat kenyal dan dapat pula kistik. Jenis yang padat, kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai pada massa tumor yang nyata, hingga jaringan payudara teraba padat, permukaan granular. Kelainan ini dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan hormonal. Penyakit fibrokistik payudara biasanya mengenai wanita pada usia reproduktif dan merupakan penyakit yang tersering pada wanita. Biasanya lesi ini bersifat multipel dan bilateral, tetapi sangat jarang sekali yang berukuran sangat besar dan memberikan penderitaan rasa sakit yang sangat hebat. Penatalaksanaan pada kelainan fibrokistik ada 2 macam yakni: 1. Medis Pemberian obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri yang ringan sampai sedang. Pemberian diuretik serta pembatasan pemberian cairan dan garam. Di Perancis dicoba pemberian progesteron untuk kelainan fibrokistik karena dianggap terdapat ketidakmampuan fungsi corpus luteum sebagai penyebab nyeri dan timbulnya nodul, tetapi hal ini disangkal dari penelitian double blind yang menggunakan plasebo dimana tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. 2. Bedah (mammoplasti) Penatalaksanaan secara pembedahan dilakukan bila : Pengobatan medis tidak memberikan perbaikan. Ditemukan pada usia pertengahan sampai tua. Nyeri hebat dan berulang. Kecemasan yang berlebihan dari pasien.

4. Papiloma intraduktus Papiloma intraduktus adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu saluran air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di bawah areola payudara. Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan di dalam sinus atau duktus laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa keluarnya discharge serosa atau berdarah dari papilla mammae.

12

5. Adenosis sklerosis Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara histopatologi tampak proliferasi jinak. 6. Mastitis sel plasma Tumor ini merupakan radang subakut yang didapat pada sistem saluran di bawah areola payudara. Gambarannya sulit dibedakan dengan tumor ganas yaitu berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat pembentukan jaringan ikat (fibrosis) sekitar saluran dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

13

BAB II LAPORAN KASUS

I.

Identitas pasien Nama Jenis kelamin Usia Alamat Status perkawinan Pekerjaan Tanggal masuk No CM : Nn. P : Perempuan : 59 tahun : Kebon Agung 2/3 Jatirunggo Pringapus Kab Semarang : Menikah : Penjual kapuk : 28 Agustus 2013 : 017950-2012

II.

Keluhan utama Benjolan pada payudara kanan

III. Anamnesis Riwayat penyakit sekarang 1 tahun yang lalu pasien memiliki benjolan sebesar bakso di payudara kanan bagian samping atas. Benjolan tersebut permukannya halus, batas tegas, warna sama dengan kulit sekitar, tidak merah, tidak panas, tidak mengkerut, dan dapat digerakan. Dari puting pasien tidak keluar cairan dan puting tidak tertarik ke dalam. Pasien juga merasakan nyeri pada benjolan terutama jika ditekan. Benjolan tersebut telah diangkat di RSUD Karyadi Semarang. 3 bulan yang lalu muncul benjolan lagi di payudara kanan bagian samping bawah. Benjolan tersebut sama dengan benjolan sebelumnya yang telah diangkat. Ukuran sebesar bakso, permukaan halus, batas tegas, warna sama dengan kulit sekitar, tidak merah, tidak panas, tidak mengkerut, dapat digerakan, dan nyeri di sekitar benjolan terutama jika ditekan. Pasien juga merasa agak sesak dan berat badan turun sejak operasi yang pertama. Dari puting pasien tidak keluar cairan dan puting tidak tertarik ke dalam. Riwayat datang bulan pertama kali sekitar umur 13 tahun. Riwayat datang bulan dirasakan teratur setiap bulannya. Riwayat kontrasepsi suntik setiap 3 bulan sekali 14

selama 11 tahun. Pasien telah berhenti datang bulan sejak berusia 40 tahun. Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang diasinkan, dibakar, dan berlemak. Pasien juga jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Riwayat konsumsi alkohol disangkal. Riwayat merokok disangkal tetapi pasien sering menghirup asap rokok. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit serupa (+) Riwayat hipertensi (-) Riwayat DM disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat bersin pada pagi hari disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat penyakit ginjal disangkal Riwayat batuk lama disangkal Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit serupa disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat DM disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat penyakit ginjal disangkal Riwayat alergi Pasein mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu ataupun makanan Riwayat pribadi dan sosial Pasien sudah menikah dan tinggal bersama anaknya. Pasien bekerja sebagai penjual kapuk. IV. Pemeriksaan Fisik General Tanda vital Keadaan umum : baik Kesadaran TD Nadi : compos mentis : 130/80 mmHg : 84 x/menit 15

Respirasi Suhu aksila

: 22x/menit : 36,3C

Pemeriksaan fisik umum Kepala Leher Kepala : Mesochepali, deformitas (-) Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil isokor, refleks pupil (+/+) THT Leher : Rhonirea (-), polip (-), othorea (-) : Massa (-), pembesaran KGB (-)

Thoraks Paru Inspeksi : bentuk simetris, ukuran normal, pergerakan dinding dada simetris, pelebaran sela iga (-), retraksi sela iga (-), penggunaan otot bantu nafas (-) Palpasi : pergerakan dan fremitus raba simetris Perkusi : sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung Inspeksi : tak tampak iktus kordis Palpasi : iktus kordis teraba Perkusi :- batas kanan jantung : SIC II linea parasternal dekstra - batas kiri jantung : SIC V linea midklavikula sinistra Auskultasi : S1S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : kulit tampak normal, distensi (-), luka operasi (-) Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen Palpasi : nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba Extremitas 16

Ekstremitas atas: akral hangat (+/+), edema (-/-), atrofi (-/-), deformitas (-/-) Ekstremitas bawah: hangat (+/+), edema (-/-),atrofi (-/-), deformitas (-/-) Pemeriksaan fisik lokal Mammae dekstra Mammae sinistra

Pemeriksaan/regio Inspeksi

Warna kulit mammae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan kulit mamae tidak ada, kedua mammae tampak simetris, tak tampak adanya massa, cekungan atau dimpling mamae tidak ada, retraksi atau cekungan papilla mammae tidak ada, arah papilla mammae menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak ada.

Palpasi

Teraba sebuah massa pada Tidak teraba massa. kuadran lateral bawah, bentuk Papilla mamae elastis,

bulat lonjong, ukuran 3x2 cm, pengeluaran discharge tidak ada. permukaannya konsistensi lunak halus Pembesaran KGB aksila (-) kenyal,

mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (+), Papilla mamae elastis,

pengeluaran discharge tidak ada. Pembesaran KGB aksila (-) V. Resume Ny. P 59 tahun, mengeluh terdapat benjolan pada payudara kanan bagian samping kanan atas yang dirasakan 3 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan tidak cepat membesar, nyeri (+) terutama jika ditekan. Pasien juga merasa agak sesak dan berat badannya turun sejak operasi yang pertama. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan adanya sebuah massa pada payudara kanan. Massa terletak pada kuadran superolateral, dengan bentuk bulat lonjong, ukuran 3x2 cm, permukaan licin, konsistensi lunak kenyal, mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (-). Papilla mamae normal, Pembesaran KGB aksila tidak ada.

17

VI. Diagnosis Tumor mammae dextra suspect jinak VII. Diferensial diagnosis Fibroadenoma mammae, tumor phyloides, fibrocystic disease, papiloma intraductus, Mastitis VIII. Usulan pemeriksaan FNA (Fine Needle Aspiration) IX. Rencana terapi - Pre op : Injeksi Cefotaxim 1 gram - Eksisi biopsi dan PA - Post op : Injeksi RL 20 tpm Injeksi Cefotaxim 2x1 gr Injeksi Ketorolac 3x30 mg Injeksi Ranitidin 3x1 gr X. Prognosis Dubia

18

BAB III ANALISA KASUS

Analisa kasus berdasarkan SOAP III.1 S (Subjektif) Muncul benjolan di payudara kanan bagian samping bawah. Benjolan tersebut sama dengan benjolan sebelumnya yang telah diangkat. Ukuran sebesar bakso, permukaan halus, batas tegas, warna sama dengan kulit sekitar, tidak merah, tidak panas, tidak mengkerut, dapat digerakan, dan nyeri di sekitar benjolan terutama jika ditekan. Dari puting pasien tidak keluar cairan dan puting tidak tertarik ke dalam. Dari anamnesa yang dilakukan kepada pasien benjolan di payudara kanan pasien diduga jinak. Namun untuk memastikannya harus dilakukan biopsi PA lebih lanjut. III.2 O (Objektif) Mammae dekstra Mammae sinistra

Pemeriksaan/regio Inspeksi

Warna kulit mammae sama seperti warna kulit sekitar, penebalan kulit mamae tidak ada, kedua mammae tampak simetris, tak tampak adanya massa, cekungan atau dimpling mamae tidak ada, retraksi atau cekungan papilla mammae tidak ada, arah papilla mammae menunjuk, pengeluaran discharge secara spontan tidak ada.

Palpasi

Teraba sebuah massa pada Tidak teraba massa. kuadran lateral bawah, bentuk Papilla mamae elastis,

bulat lonjong, ukuran 3x3 pengeluaran discharge tidak ada. cm, permukaannya lunak halus Pembesaran KGB aksila (-) kenyal,

konsistensi

mobile, berbatas jelas, nyeri tekan (+), Papilla mamae elastis,

pengeluaran discharge tidak ada. Pembesaran KGB aksila (-) 19

III.3

A (Assesment) Berdasarkan gejala klinis dan temuan klinis yang ditemukan dari hasil anamnesa dan

pemeriksaan fisik pada pasien dapat ditegakan diagnosis Ny. P adalah tumor mammae dextra suspect jinak. III.4 P (Planning) 1. Infus RL 20 tpm Terapi cairan diberikan pada pasien peritonitis untuk perbaikan perfusi cairan dan nutrisi. 2. Injeksi Ketolorac 3 x 30 mg Merupakan analgetik yang digunakan untuk mengurangi nyeri jangka pemdek yang sifatnya sedang sampai berat. Dosis awal yang diberikan adalah 10 mg yang dapat dialnjutkan 10-30 mg tiap 4-6 jam, dengan dosis maksimal 90 mg/hari. 3. Injeksi Cefotaxim 2 x 1 g Pemberian antibiotik diberikan untuk pencegahan infeksi post operasi. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan kepada pasien selama hasil kultur bakteri belum didapat. Cefotaxim merupakan antibiotik golongan sefalosporin. Dosis maksimal pemberian cefotaxim adalah 12 gram. 4. Injeksi Ranitidin 3 x 10 mg Ranitidin merupakan antihistamin 2 yang berfungsi sebagai gastroprotektor dan menghambat pelepasan histamine dari lumen usus sehingga menurunkan sekresi asam lambung.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Jong, W. D & Sjamsuhidayat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2005 2. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. FKUI. Jakarta : 2012 3. Robin, Kumar, Cotran. 2005. Patologi Anatomi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 4. Snell, Richard S. Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2012

21

Você também pode gostar