Você está na página 1de 4

1. Apa saja yang bisa dievaluasi dari form TB 01?

(Kartu pengobatan Pasien TB) Kartu disimpan di unit pelayanan Kesehatan Isinya: 1. Identitas pasien: nama, usia, jenis kelamin, nomor telepon, alamat lengkap 2. Identitas PMO: nama, nomor telepon, alamat lengkap. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tahun pasien mulai berobat Nomor register TB03 UPK / kab / kota, nama UPK. Parut BCG pasien: jelas, tidak ada atau meragukan. Riwayat pengobatan sebelumnya: belum pernah / <1 bulan, > 1 bulan Klasifikasi penyakit TB : paru & ekstraparu Catatan untuk pemeriksaan lain yang dilakukan dan hasilnya (Ro nomor foto, tanggal, hasil bacaan, biopsi, kultur, skoring dll. 9. Tipe pasien: baru, pindahan, pengobatan, kambuh, gagal, lain-lain (sebutkan) 10. Pemeriksaan kontak serumah: nama, jenis kelamin, umur dari semua orang yang tinggal serumah dengan pasien BTA +, hasil pemeriksaan bila dilakukan 11. Hasil pemeriksaan dahak pasien per bulan (0,2,3,4,5/6, 7/8, AP), BB/bln 12. Tahap intensif kategori 1/2/ jenis obat ( KDT/kombipak), sisipan. Dosis obat KDT, atau streptomycin yang diberikan. 13. Kolompemberian obat Di kolom bulan, tulis nama bulan pengobatan. Di kotak-kotak tanggal, beri tanda jika pasien datang mengambil obat atau pengobatan dibawah pengawasan petugas. Jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri dirumah, beri tanda (garis lurus) pada kotak-kotak tersebut sebanyak jumlah obat yang diberikan, misalnya diberi 4 blister maka beri tanda garis lurus pada 4 kotak. 14. Tahap lanjutan kategori obat, dosis, ethambutol (tablet/hr). Kolom pengobatannya sama seperti tahap intensif. 15. Pasien dengan koinfeksi TB HIV, dilakukan VCT atau tidak. Status pengobatan ARV, tempat pengobatan. 16. Hasil akhir pengobatan sembuh, gagal, meninggal, kambuh, pindah dll. 2. Menurut ISTC penatalaksanaan untuk diagnosis dan follow up pemeriksaan HIV ISTC 14-17 Uji HIV dan konseling direkomendasikan pada semua pasien menderita atau diduga menderita tuberkulosis. (Manajemen rutin bagi semua pasien di daerah dengan prevalensi infeksi HIV tinggi, pasien dengan gejala/kondisi berhubungan dengan HIV, pasien risiko tinggi terpajan HIV. Semua pasien fengan koinfeksi seharusnya dievaluasi menentukan perlu/tidak pengobatan ARV selama masa pengobatan TB. Perencanaan tepat untuk akses ARV. Pasien tuberkulosis dan ifneksi HIV juga seharusnya diberi kotrimoksasol untuk pencegahan infeksi lain Pasien dengan infeksi HIV yang setelah dievaluasi dengan seksama tidak menderita tuberkulosis aktif harus diobat sebagai infeksi TB laten dengan INH selama 6-9 bulan. Semua penyelenggara kesehatan harus melakukan penilaian kondisi komorbid yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan (DM, merokok, psikososial, kehamilan dan setelah melahirkan.

Langkah penanganan TB HIV pada guideline

o Tugas kepala puskesmas dalam program TB: Perencanaan merencanakan program sesuai panduan yang dibuat oleh depkes, menganalisa situasi dan masalah dari program sebelumnya dan merencanakan untuk penanggulangannya Mengatur pelayanan mengatur pembagian tugas antara staff puskesmas untuk petugas lapangan, farmasi, pelayanan kesehatan, promosi aktif, pencatatan dan pelaporan. Memberi arahan tugas untuk staff puskesmas. Menggerakkan pegawai memberikan motivasi pada pegawai, memberikan supervisi kinerja, mengadakan mini lokakarya untuk mempererat kerjasama internal puskesmas Evaluasi kinerja mengevaluasi kinerja dan cakupan program TB dalam wilayah kerjanya, menghitung kebutuhan OAT tahunan, triwulan dan bulanan sebagai dasar permintaan ke kabupaten/kota dan kebutuhan non-OAT. Menggalang kemitraan berkerjasama dengan masyarakat, tokoh masyarakat, kader, tokoh agama. 3. Menilai ketidakpatuhan dalam pengobatan dan di ISTC kebijakan yang berpihak pasien untuk memastikan kepatuhan: a. Tugas petugas kesehatan untuk membina dan menilai kepatuhan kepada pengobatan, suatu pendekatan pemberian obat yang berpihak pada pasien berdasarkan kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien dan penyelenggara kesehatan. b. Pemberian pengawasan dan dukungan berbasis individu (konseling dan penyuluhan) c. Dengan pengawasan langsung menelan obat (DOT) dengan PMO, identifikasi dan pelatihan bagi pengawas PMO ( untuk TB dan HIV) yang dapat diterima dan dipercaya pasien. d. Insentif dan dukungan termasuk keuangan utnuk mendukung kepatuhan.

4. Faktor risiko internal, eksternal a. Ekternal faktor lingkungan seperti rumah tak sehat, pemukiman padat dan kumuh. b. Sedangkan risiko menjadi sakit tuberkulosis, sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh penderita sendiri yang disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam tubuh penderita seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, dan pengobatan dengan immunosupresan 5. IPT isoniazid prevention theraphy. Pasien dewasa dengan HIV yang tinggal di lingkungan dengan transmisi TB yang tinggi dengan TST yang tidak diketahui / + namun tidak mempunyai TB aktif menerima IPT paling tidak 36 bulan.
Sedangkan Pasien dewasa dengan HIV dengan TST tidak diketahui / + namun tidak punya TB aktif minimal 6 bulan

6. Tatalaksana pasien TB dengan DM a. Penatalaksanaan seperti TB biasa namun memperhatikan i. Efek samping etambutol kepada mata dengan kemungkinan pasien diabet juga mempunyai retinopati diabetik juga ii. Penurunan kadar OHO karena interaksi dengan OAT (rifampicin dengan sulfonilurea b. Penatalaksanaan DM diet DM, olahraga dll. 7. Tuberkulin +, -,meragukan a. + kalo di anak >= 10 mm. Artinya ada hipersensitivitas terhadap kuman protein TB terjadi sudah mengalami infeksi TB. b. Meragukan 5-10mm. Belum tentu terinfeksi TB, pernah terpapar TBC, gizi buruk atau imunitas jelek. Prosedur penyuntikan salah. Slaha cara penghitungan. c. <5mm - kalo ga imunokoompromis, + kalau imunokompromis. 8. OAT yang dapat menimbulkan hepatitis RHZ. Kalau hepatitis virus ada gejala infeksi demam, petanda hepatitis naik. Kalau hepatitis obat dia akan sembuh sendiri begitu obatnya dihentikan.

9.

Você também pode gostar