Você está na página 1de 12

I.

Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Status Marital Pekerjaan : X : 15 tahun : Laki-laki : SMP : Belum menikah : Pelajar

II. Anamnesis (Auto-anamnesis dan Alloanamnesis pada tanggal 21 Februari 2012 pukul 10.00 WIB) Keluhan utama :

Bruntus bruntus gatal di kedua tangan, badan, dan kedua tungkai Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun bersama ibunya datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSUD M.Djamil dengan keluhan bruntus bruntus yang gatal di kedua tangan, badan dan kedua tungkai. 4 bulan yang lalu, awalnya timbul bintil kecil berair di sela jari tangan kanan yang terasa gatal, lalu digaruk dan sekitar 5 hari kemudian bintil tersebut makin lama semakin banyak dan menyebar ke tangan kiri, badan dan kedua tungkai. Gatal dirasakan terus menerus dan pada malam hari gatal dirasakan semakin hebat yang mengganggu tidurnya, keluhan tidak disertai demam. Menurut ibunya sebelum timbul keluhan ini pada anaknya, ada saudara nya yang mengeluh beruntus beruntus yang menginap beberapa minggu dirumahnya, dan setelah pergi, anaknya mulai timbul beruntus beruntus yang terasa gatal.

Pasien belum pergi berobat, hanya menggunakan bedak untuk keluhannya, berupa bedak salisil, dipakai saat akan tidur dan tidak ada perubahan sampai sekarang. Riwayat Penyakit Dahulu: o Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. o Riwayat Herpes 2 bulan yang lalu Riwayat Penyakit Keluarga: o Terdapat anggota keluarga yang mempunyai keluhan sama dengan pasien, yaitu adiknya. Riwayat Alergi o Alergi Obat disangkal o alergi Makanan disangkal Riwayat psikososial o Pasien tidak tinggal diasrama, lingkungan tempat tinggal sekitar tidak terlalu kotor, tempat tinggal tidak terlalu padat III. Pemeriksaan Fisik Kesadaran Keadaan umum Vital Sign o TD o Nadi o RR o Suhu BB : 30 kg : Composmentis : Tampak sakit ringan : : tidak dilakukan : 88 : 24 x/menit x/menit

: 36,8C

Status Generalis Kepala Rambut Mata Hidung : alopecia (-), distribusi merata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : Sekret (-), septum deviasi (-)

Telinga Mulut Leher Thorax o Inspeksi o Palpasi o Perkusi

: Sekret (-) : mukosa basah, faring hiperemis (-) : KGB tidak teraba membesar

: Bentuk dan gerak simetris : vokal fremitus normal : Sonor kedua lapang paru, : Vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-), Bunyi jantung I dan II

o Auskultasi

murni regular, murmur (-), gallop (-) Abdomen o Inspeksi o Auskultasi o Perkusi o Palpasi Estremitas : : datar : BU (+) normal : timpani 4 kuadran : supel, turgor baik. : Edema (-), atrofi (-), akral hangat, CRT < 2 detik

Kulit lihat status dermatologikus

Status Dermatologikus Distribusi A/R Regional Tangan kanan dan kiri, badan, tungkai kanan dan kiri Lesi Multipel, diskret, bentuk lesi tidak beraturan, batas tidak Lesi tegas, ukuran lesi miliar sampai lentikular, sebagian permukaan menonjol sebagian rata, sebagian besar kering, sebagian kecil basah

Efluroesensi

Papul, vesikel, pustul, erosi, krusta

IV. Pemeriksaan Penunjang tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

V. Diagnosis Banding: VI. Skabies dengan infeksi sekunder Prurigo Pedikulosis Korporis

Diagnosa Kerja Skabies dengan infeksi sekunder Saran / Usulan Pemeriksaan dengan menemukan tungau di bawah mikroskop cahaya Pemeriksaan dengan cara menyikat dan ditampung di atas selembar kertas putih lalu dilihat dengan kaca pembesar.

VII.

VIII. Penatalaksanaan Umum :

Edukasi tentang penyakit. Perhatikan lingkungan sekitar ( teman bermain yang memiliki keluhan serupa harus diobati). Mandi dengan air bersih dan sabun. Baju, sarung bantal, seprei yang digunakan direndam dengan air panas lalu dicuci, jemur dan disetrika, dilakukan beberapa kali. Khusus :

Antiobiotik Amoksisilin 250 mg 3 dd 1

Sistemik Topikal

CTM 4 mg, 3 dd 1 tiap 4-6 jam Scabimite ( Permethrin krim 5 % ) dioleskan hanya sekali ke seluruh tubuh, mandi setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah 1 minggu.

IX. Prognosis Quo Ad Vitam Quo Ad Functionam : : Ad Bonam Ad Bonam Ad Bonam

Quo Ad Sanantionam :

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Skabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit skabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu gatal Sarcoptes scabiei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2

centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang. Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Tempat yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari kaki dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. Faktor penunjang epidemiologi penyakit ini antara lain sosial ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies ini dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut : Kontak langsung ( kulit dengan kulit ), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Kontak tak langsung ( melalui benda ), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll. Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva. Dikenal juga dengan Sarcoptes scabiei varian animals yang kadang- kadang dapat menulari manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih

kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Di beberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid. Pengklasifikasian dari skabies ini terbagi atas : Skabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai. Skabies nodular, yaitu lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetala laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Skabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanutkan siklus hidupnya pada manusia. Skabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowongan jarang ditemukan.

Skabies pada orang yang terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang pada penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas. Skabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).

B. Etiologi Skabies Skabies dapat disebabkan oleh kutu atau tungau sarcoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 - 450 mikron x 250 - 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 - 240 mikron x 150 - 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi ( perkawinan ) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 - 3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga

keluar. Setelah 2 - 3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 - 14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini. C. Manifestasi Klinis Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut : Pruritus nokturma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga. Adanya terowongan ( kunikulus ) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis. E. Pemeriksaan penunjang Cara menemukan tungau : Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. Dengan membuat biopsi irisan, caranya ; jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E. F. Penatalaksanaan Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi. Emulsi benzyl-benzoat 20 - 25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanita hamil karena

toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 5060% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. Kurang toksik dibandingkan gameksan, aplikasi sama dengan gameksan. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah 2 bulan. Pemberian antibiotika sistemik dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Jakarta: FKUI. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff KK, Freedberg IM and Austen KF ( eds ). 2008. Dermatology in General Medicine, 7th edition. New York: McGraw Hill-Inc. Wolff Klaus, Johnson Allen Richard. 2009. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 6th edition. New York: McGraw Hill-Inc.

Você também pode gostar