Você está na página 1de 3

Anastomosis Coloanal dalam pengelolaan penyakit dubur jinak dan ganas.

abstrak

Tujuannya adalah untuk menentukan kemanjuran, keamanan, dan hasil klinis dan fungsional jangka panjang anastomosis coloanal pada pasien dengan penyakit dubur jinak dan ganas rumit. Dua puluh sembilan pasien menjalani coloanal atau colopouch-anal anastomosis baik untuk karsinoma rektum teknis tidak setuju untuk reseksi konvensional rendah anterior, cedera radiasi parah, tumor jinak ketiga bawah besar, atau komplikasi dari operasi sebelumnya. Usia rata-rata pasien adalah 61 tahun dan 82% adalah laki-laki. Sebuah kolostomi pengalihan dibangun di 55% dari pasien. Mean (+ / - SEM) panjang tindak lanjut adalah 20 + / - 3 bulan. Tidak ada mortalitas operasi. Retensi urin Transient, bagaimanapun, terjadi pada 40%, anastomotic striktur di 28%, dan kebocoran anastomosis pada 3,4%. Empat pasien (14%) tidak bisa memiliki kontinuitas usus dipulihkan dan karena dia dianggap gagal. Frekuensi feses untuk semua pasien yang tersisa (N = 25) adalah 3 + / - 1 per hari (rata-rata + / - SEM) dan tidak bervariasi dengan usia, jenis kelamin, atau indikasi untuk operasi. Lengkap kontinensia dicapai oleh 84% pasien, tetapi tidak ada pasien lumpuh oleh fungsi usus miskin. Pada pasien di siapa colorectostomy konvensional tidak praktis atau tidak bijaksana, anastomosis coloanal adalah operasi alternatif yang aman dan berkhasiat yang melindungi kontinensia anus.

Asi : a. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan pembengkakan payudara, prematuritas, penyakit ibu atau bayi Hasil yang diharapkan : Ibu dan bayi tidak akan mengalami diskontinuitas pemberian ASI dibuktikan dengan pengetahuan menyusui secara substansial, mulai dan kemampuan untuk mengumpulkan, menyediakan perawatan uutuk mencair, menghangatkan dan menyimpan ASI yang aman. Intervensi : 1) Kaji kemampuan keluarga untuk mendukung laktasi / rencana menyusui dan mengatasi perubahan gaya hidup. 2) Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk meneruskan proses menyusui. 3) Konfirmasikan kesiapan untuk transisi pada payudara setelah diskontinuitas ( misalnya : stabilitas bayi ketika diluar inkubator, koordinasi bayi menyangkut mengisap / menelan / bernafas, keingina ibu untuk mencoba) 4) Berika pendidikan kesehatan tentang laktasi dan pengeluaran ASI (secara manual), pengumpulan ASI dan penyimpanan ASI. 5) Beri dorongan untuk kelangsungan menyusui setelah pulang kerja.

b. Resiko gangguan perlekatan berhubungan dengan perpisahan bayi dan ibu, bayi prematur, ansietas yang berkaitan dengan peran orang tua, dan ketidak mampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan pribadi anak. Hasil yang diharapkan : Menunjukan perlekatan orang tua dan bayi seperti ibu dapat memegang, menyentuh, dan tersenyum pada bayi serta bayi dapat berespon terhadap isyarat kedua matanya. Intervensi : 1) Kaji kebutuhan belajar orang tua 2) Identifikasi kesiapan orang tua untuk mengenal kebutuhan fisiologis bayi. 3) Ajarkan orang tua tentang perkembangan anak. 4) Infoemasikan kepada orang tua perawatan yang akan diberikan kepada bayi 5) Jelaskan alat alat yang digunakan untuk memantau bayi di ruang perawatan.

Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-bayiprematur_3106.html#ixzz2dmWvPxoq

Você também pode gostar