Você está na página 1de 12

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA KOPERASI YANG ADA

DI KOTA DUMAI
Raflesia Nurdita JS
Universitas Riau

Email : raflesia_js@yahoo.com 085274942228

ABSTRACT The perpetrators of cooperation in general have the same problem, is in terms of financial management. The existence of SAK ETAP should be a bit much is to be known and applied in the financial statements of cooperation. The purpose of this study is to help cooperation management in understanding the role and application of accounting in the presentation of financial statements based on SAK ETAP on its activities. Types of data and its analysis is qualitative data, qualitative data which is a statement or question. Data collection methods in this research are interviews and observation. Informants in this research consisted of 36 cooperation. The research conducted it can be concluded that in cooperation in dumai city have implemented a simple accounting in their activities. However, the financial statements that they made have not according with SAK ETAP. Key Word : Accounting, Financial Statement, cooperation, SAK ETAP

LATAR BELAKANG Pembangunan koperasi sebagai badan usaha ditujukan pada penguatan dan perluasan basis usaha, peningkatan mutu sumber daya manusia terutama pengurus, pengelola dan anggotanya yang berakhlak mulia, termasuk kewirausahaan dan profesionalisme koperasi, sehingga dengan kinerja yang makin sehat, kompetitif dan madiri, koperasi mampu menjadi badan usaha utama dalam perekonomian. Dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya koperasi memiliki beberapa prinsip, adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain, keanggotannya

bersifat terbuka dan sukarela, pengelolaan yang dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal, serta kemandirian. Namun sangat disayangkan, perkembangan koperasi yang diharapkan dapat menjadi salah satu tonggak perekonomian Indonesia masih mengalami berbagai hambatan-hambatan, dari mulai keterbatasan dana sampai kurangnya sumber daya manusia yang professional yang dapat mengelola koperasi dengan baik. Padahal keberadaan koperasi sangat

membantu para anggotanya dalam meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Agar koperasi tersebut dapat menjadi seperti yang diharapkan, mestinya memang ada suatu standar yang dapat mengatur pengelolaan koperasi itu sendiri, sehingga dalam pengelolaannya manajemen memiliki tuntunan agar dapat membawa koperasi tersebut menjadi lebih baik. Sesuai dengan perkembangan koperasi dalam melaporkan laporan keuangannya, kini telah dikeluarkan Standar Akuntansi Keuangan No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian yang telah mendapat revisi tahun 1998, dan Reformat tahun 2007 serta adanya Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) yang baru dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Publik pada Mei 2009. Penerapan standar akuntasi perkoperasian ini diharapkan dapat memberi gambaran kinerja manajemen koperasi di masa lalu dan prospek di masa yang akan datang, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan baik oleh pengurus maupun oleh anggota koperasi dan pihak eksternal yang memiliki kepentingan terhadap koperasi tersebut. Meskipun demikian tidak semua koperasi mengetahui bahwa ada aturan tertulis mengenai pedoman penyusunan laporan keuangan yang tertuang dalam Standard Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Dari penjabaran latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi tentang Akuntansi Perkoperasian dengan Judul Analisis Penerapan Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Koperasi yang Ada di Kota Dumai TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah koperasi yang

ada di Kota Dumai telah menerapkan SAK ETAP secara menyeluruh dalam penyajian Laporan Keuangannya. LANDASAN TEORI KOPERASI Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi ini bersendi pada kebebasan individu untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin. Akibatnya kelompok-kelompok tertentu yakni kaum kapitalis, menguasai kehidupan masyarakat luas. Mereka hidup berlebihan, sedang masyarakat yang tidak memiliki modal makin tertindas. Pada saat itulah tumbuh aliran kebersamaan yang menetang aliran individualisme ini dengan asas kebersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Bentuk kerjasama ini melahirkan suatu perkumpulan yang dinamakan koperasi. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi diartikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal tersebut menjelaskan dalam koperasi harus ada prinsip-prinsip koperasi sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan perkoperasian tersebut. Yang paling penting dalam pengertian ini adalah bahwa koperasi merupakan badan usaha yang berdiri atas asas kekeluargaan, berbeda dengan badan usaha lain, yang melandasi kegiatan usahanya hanya untuk mencari laba. Sedangkan menurut Pernyataan StandarAkuntansi Keuangan No 27 (2009:27,1) pengertian koperasi adalah : Badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar

prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatnkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian merupakan gerakan ekonomi rakyat dan soko guru perekonomian nasional. Berdasarkan hierarki organisasinya, koperasi digolongkan menjadi: Koperasi primer, yaitu koperasi yang anggotanya orang-orang yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usaha yang langsung melayani para anggotanya tersebut. Koperasi sekunder, yaitu koperasi yang anggotanya badan-badan hukum koperasi yang karena kesamaan kegiatan ekonominya mereka bergabung untuk tujuan efisiensi dan kelayakan ekonomis dalam rangka melayani para anggotanya.

Menurut Kieso (2002:2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: Pengidentifikasian, pengukuran, tentang Entitas ekonomi kepada Pemakai yang berkepentingan. Karakteristikkarakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi selama beratus-ratus tahun. Namun, dalam 30 tahun terakhir entitas ekonomi telah berubah secara signifikan baik dari segi ukuran maupun komplekstitas, dan pemakai yang berkepentingan juga telah bertambah secara substansial baik dari segi jumlah maupun keragaman, pengkomunikasian informasi keuangan. terpretasian hasil proses tersebut. SIKLUS AKUNTANSI Definisi menurut Michell Suharli yaitu siklus akuntansi merupakan rangkaian urutan tahapan proses dari suatu transaksi dan peristiwa sampai dengan pelaporan pada akhir periode dan berlanjut dari analisa transaksi sampai pelaporan periode berikutnya dan begitu seterusnya (2006:49). Berikut ini siklus akuntansi menurut Michell Suharli. Dokumen Transaksi

DEFINISI AKUNTANSI
Definisi akuntansi menurut AICPA: seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, pengin

Jurnal

Buku Besar

Neraca Saldo

Jurnal Penyesuaian Neraca Lajur

Laporan Keuangan

Jurnal Penutup

Jurnal Pembalik

METODE PENCATATAN AKUNTANSI Metode pencatatan cash basic adalah metode pencatatan dimana pengakuan pendapatan diakui saat menerima uang. Metode pencatatan accrual basis adalah metode pencatatan dimana pengakuan pendapatan diakui saat terjadinya transaksi/ tidak secara tunai, sementara pengeluaran baru diakuai atau dicatat apabila sejumlah uang benarbenar dibayarkan. KEGUNAAN AKUNTANSI Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan pokok dari akuntansi adalah menyediakan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang berguna bagi pimpinan perusahaan, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan informasiinformasi tersebut, baik dari dalam perusahaan (intern) maupun dari luar perusahaan (ekstern). Akuntansi menyediakan cara-cara untuk mengumpulkan dan melaporkan data ekonomis kepada bermaca-macam pihak yang membutuhkan. Pemilik dan calon pemilik dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pihak Bank atau pemberi kredit dapat menilai kemampuan perusahaan dalam beroperasi yang pada gilirannya mempertimbangkan resiko yang mungkin terjadi sebelum memberi pinjaman. Badan pemerintah berkepentingan terhadap kegiatan perusahaan dalam kaitannya dengan penyusunan peraturan pemerintah, misalnya peraturan perpajakan. Bahkan karyawan berkepentingan terhadap jalannya operasi perusahaan untuk mempertimbangkan stabilitas usaha perusahaan dan keuntungan yang mungkin dapat dinikmati oleh karyawan tersebut (Masnila Nelly,2008)

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang: a) Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan; dan b) Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: a) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau b) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi. Dari pernyataan diatas, jelas mengandung makna bahwa entitas kecil dan menengah yang dimaksud oleh SAK ETAP adalah entitas kecil menengah nonlisted atau entitas yang tidak masuk dalam bursa saham. Artinya ada dua standar akuntansi yang berbeda yang dijadikan

acuan dalam penyusunan dan pelaporan keuangan. Ini berarti juga akan ada standar pengukuran dan pengungkapan yang berbeda dari masing-masing standar akuntansi tersebut. Di satu sisi ada SAK ETAP yang khusus ditujukan untuk entitas kecil menengah yang non-listed, di sisi lain ada SAK umum, dalam hal ini PSAK yang ditujukan untuk entitas lainnya, termasuk entitas kecil menengah jika entitas tersebut termasuk listed company. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas nantinya harus menyebutkan bahwa laporan keuangan tersebut telah dinyatakan sesuai dengan standar akuntansi yang digunakan, apakah SAK ETAP atau PSAK. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Penyajian laporan keuangan dalam SAK ETAP tidak berbeda dengan sebagaimana yang diatur dalam PSAK 1: Penyajian laporan keuangan, dimana secara substansi pengaturan tersebut merupakan ringkasan dari PSAK yang juga mencakup pengaturan mengenai komponen laporan keuangan. Perbedaan yang paling mendasar adalah, dalam SAK ETAP, entitas yang menggunakan standar ini harus mengungkapkan pernyataan bahwa entitas patuh secara keseluruhan terhadap SAK ETAP ini dalam catatan atas laoran keuangannya. Hal lain terkait dengan pengaturan mengenai penyajan laporan keuangan ini adalah kelangsungan usaha, frekuensi pelaporan, konsistensi penyajian, informasi komparatif, materialitas, agregasi dan komponen lengkap laporan keuangan. Posisi dan kinerja keuangan yang ada dalam SAK ETAP secara umum tidak berbeda dengan yang ada dalam PSAK, yaitu Aset , kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban. Dalam SAK ETAP, ada beberapa perbedaan yang signifikan dengan PSAK yaitu : TANGGAL EFEKTIF SAK ETAP

SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010 (SAK ETAP 2009:166). KETENTUAN TRANSISI
Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka : 1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK ETAP; Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan tersebut; Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP; Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.

2.

3.

4.

Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum tanggal efektif SAK ETAP diakui

KERANGKA PEMIKIRAN Peneliti ingin menjelaskan tujuan penelitian melalui kerangka pemikiran di atas yaitu bagaimanakah penerapan akuntansi yang dilakukan koperasikoperasi yang ada di lingkungan Kota Dumai. Laporan keuangan yang diibuat oleh Koperasi menjadi fokus peneliti, dimana penelitian ingin mengungkap fenomena yang terjadi bahwa membuat laporan keuangan merupakan kebiasaan yang langkah untuk koperasi. Adanya SAK ETAP merupakan cerminan upaya untuk mempermudah koperasi dalam menyusun laporan keuangan. Hal yang baru, tentu akan menimbulkan pro dan kontra, dari situ penelti ingin mengetahui bagaimana koperasi dalam menyikapi hal tersebut, tetap membuat laporan keuangan yang sederhana atau beralih pada laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP.
METODE PENELITIAN

koperasi dari total 178 koperasi yang ada di Kota Dumai. TEKNIK ANALISIS DATA S Nasution (1996 : 18) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian ini disebut juga penelitian naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi diatur dengan eksperimen atau tes. Adapun langkah-langkah pada penelitian adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pengamatan dan wawancara, 2. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang terjadi pada perusahaan, 3. Mengevaluasi hasil dari pengamatan dan wawancara serta data yang didapat, kemudian membandingkannya dengan teoriteori yang diperoleh dari literatur. 4. kelemahan dan menyarankan perbaikan dalam penerapan akuntansi dalam penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP.

Lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah koperasi yang berada di Kota Dumai. Sedangkan waktunya direncanakan pada akhir tahun 2012-awal tahun 2013. Menurut Uma Sekaran (2009:123) sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Pada penelitian ini digunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel minimal. Rumus Slovin : = = N.d2+1
N

78 78. (0, 5)

= 35.56 ~ 36

DEFINISI OPERASIONAL

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Standar eror (15%)

Menurut Sugiyono (1999:32) Operasional variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 1. Penerapan akuntansi adalah pemanfaatan ketrampilan dan pengetahuan dalam mencatat,

Berdasarkan rumus diatas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 36

mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. 2. Laporan keuangan adalah pembukuan sederhana yang dibuat oleh pengelola koperasi untuk mengetahui apakah bisnis anda menguntungkan atau justru merugikan.

sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku


PEMBAHASAN

3. Laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP adalah laporan keuangan yang dibuat berdasarkan SAK ETAP, dan laporan keuangan ini diharapkan dapat mempermudah koperasi dalam menyajikan laporan keuangan

Keberadaan SAK ETAP belum banyak diketahui oleh para pengurus koperasi di Dumai, bahkan mereka terlihat sangat asing mendengar penulis menanyakan mengenai SAK ETAP tersebut. Dari semua hasil wawancara yang dilakukan penulis hanya beberapa orang yang pernah mendengar mengenai SAK ETAP tetapi tidak mengetahui apa itu SAK ETAP. kurangnya sosialisasi tentang keberadaan SAK ETAP membuat para pengurus koperasi merasa asing terhadap standar yang diperuntukan untuk mereka. Adanya SAK ETAP merupakan awal untuk membiasakan para pengusaha membuat laporan yang baik, lebih lengkap, sederhana dan mudah difahami. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Danie Schutte and Pieter pada tahun 2011 yakni penegakan standar akuntansi yang kuat akan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan.

Laporan Keuangan No Nama Koperasi Laporan Laporan laba/rugi Ekuitas Neraca Laporan Arus Kas Catatan atas laporan keuangan

Koperasi perempuan berbakti

dumai

Koperasi wanita patra UP II Dumai KSU Bona mandiri jaya Primkopau satuan radar 232 Dumai

Koperasi bhakti

wahana

Koperasi sejahtera mandiri sejati Koperasi bersama impian

Koperasi guru dan karyawan SMAN binsus Dumai Kpri SMPN Dumai 1

10

Koperasi tangguh perkasa mandiri Kpri guru0guru SD se Kecamatan Bukit Kapur Kopkar PT. Sarana agro nusantara unit Dumai Ksu bunda kandung sejati Koperasi dwipa Koperasi usaha RSPD sumitra

11

12

13

14

15

serba pekerja

16

Koperasi handayani SMAN 2 Dumai Kpri guru0guru SD se Kecamatan Dumai Timur Koperasi sumber niaga sejahtera

17

18

19

Koperasi taksi kota dumai Primkokarmar kantor adpel kota Dumai Kpri guru0guru kecamatan dumai Barat Koperasi yudha Kopkar navigasi Dumai Koperasi mandiri Koperasi bersama wira

20

21

22

23

distrik kelas 1

24

sehat

25

usaha

26

Koperasi pemuda teratai mandiri Koperasi karya niaga Primkopal Dumai mega

27

28

lanal

29

Primek koperasi kartita 0303 Dumai Primkopol resort Kota Dumai Koperasi TKBM Pelabuhan Dumai Koperasi mandiri jaya

30

31

32

33

Ksu wahana karya praja Koperasi desa Koperasi sejahtera Koperasi bersama dharma


Berdasarkan keempat kesimpulan yang diutarakan diatas, dapat diambil kesimpulan secara garis besar pengurus koperasi yang ada di Kota Dumai telah menerapkan akuntansi sederhana dalam pelaporan pertanggungjawabannya. Namun laporan keuangan yang mereka buat baik format dan bentuknya belum sesuai dengan SAK ETAP. Hal tersebut karena mayoritas pengurus koperasi yang ada di Kota Dumai belum mengetahui adanya SAK ETAP. Pengenalan dan pelatihan tentang akuntansi dan SAK ETAP dapat menjadi wadah untuk memperbaiki pengelolaan keuangan.

34

35

berkah

36

maju

KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya serta hasil dari analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sebagian besar koperasi yang ada di Kota Dumai telah menerapkan pencatatan akuntansi walaupun dalam prakteknya masih bentuk dan formatnya belum sesuai dengan SAK ETAP. 2. Sebagian besar pengurus koperasi menjadikan laporan bulanan ataupun tahunan yang mereka buat menjadi acuan pertanggung jawaban serta dan acuan pelaporan kepada Dinas Koperasi, UKM dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Dumai 3. Keberadaan SAK ETAP yang diperuntukkan bagi koperasi masih belum diketahui oleh sebagian 4. besar pengurus koperasi yang ada dilingkungan Kota Dumai. 5. Banyak pengurus koperasi yang antusias dengan adanya SAK ETAP. Tetapi ada juga sebagian yang tidak antusias karna beranggapan akan sangat sulit untuk penerapannya di koperasi yang mereka kelola.

KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni : 1. Kesibukan informan dalam pekerjaannya, membuat peneliti sulit untuk dapat menemui informan. 2. Keberadaan kantor pengurus koperasi yang berpindah alamat tetapi tidak melaporkan alamat barunya pada dinas koperasi 3. Banyaknya pengurus koperasi yang berdomisili diluar kota dumai juga menyulitkan peneliti untuk melakukan wawancara

4. Masih banyak informan yang tidak mau memperlihatkan ataupun memberikan hard copy laporan keuangan atau pertanggung jawaban yang mereka susun karena beranggapan masih bersifat rahasia dan pribadi.

Benjamin,

W.P., 1990. Laporan Keuangan (Ikhtisar Akuntansi) Perusahaan Kecil, dalam Prosiding, Seminar Akuntan Nasional, Surabaya.

SARAN 1. Mengadakan penyuluhan mengenai penerapan SAK ETAP agar pengurus koperasi dapat mengimplementasikannya di dalam penyusunal laporan keuangan. 2. Mengadakan bimbingan tekhnis (Bimtek) kepada para pengurus koperasi mengenai penerapan SAK ETAP. DAFTAR PUSTAKA Abubakar Arif., dan Wibowo. 2004. Akuntansi untuk Bisnis Usaha Kecil dan Menengah. PT Grasindo : Jakarta. Agnes Sawir. 2002. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Akrasanee, Aspek-aspek finansial usaha kecil dan menengah; Studi kasus Asean, (pp. 16-50). Jakarta: LP3ES. Ardiyos, 2004. Kamus Besar Akuntansi, Citra Harta Prima: Jakarta Auliyah, marifatul. 20012. Penerapan akuntansi berdasarkan SAK ETAP pada UKM kampung batik sidoarjo

Danie Schutte and Pieter. 2011. A comparative evaluation of South African SME financial statements against the IFRS requirements (online) (http://www.academicjournals.o rg/jat/PDF/pdf2011/May/Schutt e%20and%20Buys.pdf ) diakses 9 September 2011 Haryadi. 2010. Akuntansi pada usaha kecil menengah. Gajah Mada University Pres Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Per 1 Oktober, Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Ikhwani, nurul, 2012, penerapan SAK ETAP di KPRI GUPER Perdagangan Medan. Kieso, Weygandt, Warfield, 2002. Akuntansi Intermediate, edisi kesepuluh, Jakarta: Erlangga.

Megginson, William. L. Mary Jane Byrd, and Leon C Megginson, 2000, Small Business management: An entrepreneurs guide book, (3rd ed), United States of America: McGraw. Hill. Michell, Suharli, 2006. Akuntansi Untuk Bisnis, Jasa Dan Dagang, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakrta Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara Raharjo, M. D., & Ali, F, 1993. Faktorfaktor keuangan yang

mempengaruhi usaha kecil dan menengah di Indonesia, Dalam K. James & N. Rozia Stefani 2010, Personality, Accounting Knowledge, Accounting Information Usage And Performance: A Research On Entrepreneurship Of Indonesia Medium Industries. (online) http://papers.gunadarma.ac.id/in dex.php/economy/article/view/9 77/935

Soemarso, 2004, Akuntansi pengantar, salemba Jakarta

sebagai empat:

Sugiyono, 1999, Metode penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Suhairi dan Wahdini, 2007, Persepsi Akuntan Terhadap Overload Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Bagi Usaha Kecil Dan Menengah, Makalah yang disampaikan pada SNAIXPadang. Suryana, 2001, Ekonomi Pembangunan (Problematika dan Pendekatan), Salemba Empat.

Salam, adityawan. 2010 . analisia persepsi akuntan terhadap standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) Scott, William R., 2003, Financial Accounting Theory, Third Edition, University of Waterloo

Você também pode gostar