Você está na página 1de 12

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN TUBERKULOSIS PARU

Disusun oleh : Eko Prayugo Saputro Elis Ika Primadianti Firman Adi Wiyuga Fitrah Noor Abdillah Galang Prelyan Harnum Nur Hanifah Henry Nova Kusumaningtias Heru Sulistianto Kukuh Jiwandono Lastri Dini 14.401.11.029 14.401.11.030 14.401.11.038 14.401.11.040 14.401.11.041 14.401.11.043 14.401.11.044 14.401.11.045 14.401.11.050 14.401.11.051

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KRIKILAN-GLENMORE


2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas keperawatan dengan judul KONSEP ASKEP PADA IBU HAMIL DENGAN TUBERKULOSIS PARU yang merupakan salah satu persyaratan akademik dalam pelaksanaan belajar mengajar dalam pendidikan Dalam penyusunan tugas ini kami berusaha semaksimal mungkin namun kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, dan kami menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini dan kesempatan penulis selanjutnya. Kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Krikilan, 03 Oktober 2013

Penyusun

TUBERKULOSIS PARU A. Definisi Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Micobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat berfariasi. ( Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. 1999, hal 472 ) Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacteriuim tuberculosis dapat menyerang semua alat tubuh, yang tersering adalah paru, biasanya pada permulaan terjadi benjolan 2 kecil. ( dr. Hendra T. Laksmana. Kamus Kedokteran. 2002, hal : 365) Pada janin dengan ibu TBC Paru jarang dijumpai TBC congenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui ibunya
(sebagian besar ahli menganjurkan pemisahan dari ibu jika ibu dicurigai

menderita TBC aktif, sampai ibunya tidak memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali yang selalu memperlihatkan hasil negative). Penyebaran TBC

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat

melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tubercilosis (primary tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melinkan hanya tidur untuk sementara waktu. Bakteri ini akan aktif apabila kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah. Bila penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif akan merusak jaringan paru-paru dan berbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita, maka si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur darah. Bila tidak segera dilakukan tindakan penanganan maka akan dapat menimbulkan kematian pada si penderita. Penderita yang tidak berobat dapat menularkan penyakitnya kepada orang disekitarnya. B. Etiologi Micobacterium tuberculosis ( Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. 1999, hal 472 ) C. Manifestasi Klinis 1) Batuk terus menerus dab berdahak selama 3 minggu atau lebih 2) Dahak bercampur darah 3) Batuk darah, malaise

4) Sesak nafas dan nyeri dada 5) Dipsnea 6) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, malas, berkeringat pada malam hari, demam, meriang lebih dari satu bulan. ( Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran. 1999, hal 472 )

D. Patofisiologi Micobacterium Tb

Infasi

Saluran napas atas

Tb. Paru

Tuber keluar

Imun tuhuh turun

Nekrose perkjuan

Peradangan infeksi

/ Konverne

Reaksi inflamasi

Kuman keluar

Menempel diatas pembuluh darah

Secret penumpukan

Mengeluarkan pirogen

Droplet dalam udara

nuclei

paru Sulit keluar Batuk

Hipotamus

Terhisap orang sehat

oleh Mengelupas pedah


ansietas

Sesak /
Gangguan napas tak efektif

Suhu tubuh naik


Rx penularan Gangguan Suhu Tubuh

Hemaptasis

Kurang pengetahuan

Bedrest
Rx dikubitus

Energi tubuh turun

Rx Injury

Kelemahan otot

Mobilitas turun

Rasa tidak enak

Peristaltik turun

Anorexia

Konstipasi
Gangguan eliminasi ALVI

Gangguan pemenuhan nutrisi

E. Komplikasi TB paru dibagi atas 2 komplikasi, yakni komplikasi dini dan komplikasi lanjut. a. Komplpikasi dini Pleuritis Efusi pleura Emplema Laringitis Obstruksi jalan nafas SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis ) Kerusakan parenkim berat SOPT / Fibrosis paru Amiloidosis Karsinoma paru Sindrom gagal nafas dewasa. ( Asril Bahar. IPD Jilid II. 2001: hal 829 ) F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah Pemeriksaan sputum Foto thorax (Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X) Histologi atau kultur jaringan

b. Komplikasi lanjut

Manthoux test Pemeriksaan fungsi paru MICODOT ( Asril Bahar. IPD Jilid II. 2001. hal 829 ) ( Marillyn. E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan. 1999. hal 243 )

G. Penatalaksanaan Obat anti TB ( OAT ) Obat-obatan yang dapat digunakan 1. Isoniazid (INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Oleh karena itu perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada perubahan untuk sementara obat harus segera dihentikan. 2. Etambutol 15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis, akan tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum ada. 3. Streptomycin 1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, jangan digunakan dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan tuli bawaan (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang menyenangkan pada penderita karena harus disuntikan setiap hari. 4. Rifampisin 600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi memberikan efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan pada trimester I kehamilan . 5. Penyakit ini akan sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh penderita, berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk, bersin dan tertawa.. Pemeriksaan sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih positif perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh lakukan persalinan secar biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar bersalin terpisah, persalinan dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan pasien tidak meneran, berikan masker untuk menutupi mulut dan hidung agar kuman

tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di ruang observasi 6-8 jam, kemudian dapat dipulangkan langsung. Pasien TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat anti TBC sesuai untuk laktasi sehingga pemberian laktasi dapat dengan aman dan normal. namun bayi harus diberi suntikan mantoux, mendapat profilaksis INH dan imunisasi BCG. OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya 2 obat yang bersifat bakteriasit dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT antara lain : Membuat konversi sputum BTA ( + ) menjadi ( - ) secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu : a. Fase awal intensif dengan kegiatan sterilisasi untuk memusnahkan populasi kuman yang yang membelah dengan cepat b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek, atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.OAT yang biasa digunakan antara lain tsoniazid ( MH ), Rifampisin ( R), Pirazinamid ( z ) dan Streptomisin ( S ) yang bersifat bakterisid dan Otambulat ( E ) yang bersifat bakteriostatik. ( Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedookteran, 1999, 473 ) H. DIAGNOSA KEPERAWATAN a) Bersihan jalan tidak efektif b/d sekret kental mengandung

darah,fatigue,edema trakea. b) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perasaan mual,batuk produktif. c) risiko penyebaran infeksi b/d tidak adekuatnya mekanisme pertahanan diri,menurunya aktivitas silia,paparan lingkungan,kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen. d) Risiko gangguan harga diri yang b/d citra diri negatif tentang

penyakit,perasaan malu.

I. KONSEP ASUHAN KEPAREWATAN Pengkajian Identitas TBC pada kehamilan ini biasanya timbul ketika wanita berada di lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah. Keluhan Utama Batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, BB menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit di dada. ( Donna L. Wong. Keperawatan Pediatrik..........hal 461 ) Riwayat Penyakit Dahulu Klien batuk selama berminggu minggu atau berbulan bulan. ( Asril Bahar. IPD Jilid II. 2001 hal 824 ) Riwayat Penyakit Sekarang Klien tampak lemah, malaise, anorexia, berkeringat pada malam hari, berat badan turun. ( Marrillyn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. 1999 hal 240 ) Riwayat Penyakit Keluarga TB paru merukapan penyakit menurun. ( Donna L Wong. Keperawatan Pediatrik..........hal 461 ) Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Badan terasa lemah, Batuk-batuk , BB menurun, b. Pernapasan adanya ronkhi basal, suara caverne atau pleural effusion. Penyakit ini mungkin bentuknya aktif atau kronik, dan mungkin pula tertutup atau terbuka ( Marillyn E. Doenges. Rencana Askep. 1999 hal 241 ) c. Cardiovaskular Tachikardi adanya suara jantung tambahan ( mur mur ) ( Asril. Bahar. IPD II. 2001. hal 824 ) d. Persyarafan Kesadaran komposmentis GCS 4 5 6 e. Sistem integumen dan muskuluskeletal

Otot otot melemah, kulit kering / bersisik, turgor kulit buruk, kehilangan otot / hilang lemak subkutan. ( Marillyn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. 1999. hal 240 ) f. Sistem pencernaan dan eliminasi alvi Klien kehilangan nafsu makan / anorexia, dapat terjadi konstipasi. ( Marillyn E. Doenges. Rencana Askep. 1999 hal 240 ) Intervensi Bersihan jalan tidak efektif b/d sekret kental mengandung

darah,fatigue,edema trakea. Tujuan : klien mengatakan bahwa batuk berkurang ,tidak sesak,dan sekret berkurang suara napas normal,frekuensi nafas 16-20x/mnt,tidak ada dispnea. Intervensi : 1. Kaji fungsi respirasi misal suara napas,jumlah,irama dan kedalaman serta penggunaan otot nafas tambahan. 2. Catat kemempuan untuk mengeluarkan mukus /batuk secara efektif. 3. Atur posisi atau high fowler ,bantu klien untuk berlatih untuk batuk efektif Dan tarik nafas dalam. 4. Bersihkan sekresi dari dalam mulut dan trakea,suction bila memungkinkan. 5. Berikan minum kurang lebih 2.500ml /hari,anjurkan untuk di berikandalm kondisi hangat jika tidak adakontraidikasi. 6. Berikan oksigen udarainspirasi yang lembab. 7. Berikan pengobatan atas indikasi: - agen mukolitik,misalnya asitilsistein (mucomyst) - bronkodilator, misalnya teofilin,okstryfilin. - kortikosteroid (pretnison)misal dexametason 8. Berikan agen anti infeksi,misal: - obat primer,isoniazid(INH)etambutol (EMB),rifampin(RMP) - pirasimidamide(PZA),paraaminosolicilik(PAS)streptomizin. - monitor pemeriksaan laboraturium(SPUTUM). ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan perasaan mual,batuk produktif. Tujuan: keseimbangan nutrisi terjaga setelah..............hari perawatan dengan kriteria :

10

Perasaan mual hilang/berkurang. Klien mengatakan nafsu makan meningkat Berat badan klien tidak mengalami penurunan drastis dan cenderung stabil Klien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang di sediakan Hasil analisis laboratorium mengatakan protein darah/albomen darah dalam rentang normal

Intervensi : 1. Dokumentasikan status nutrisi klien,catat turgor kulit,BB saat ini dan tingkat kehilangan BB,integritas mukosa mulut,riwayat nausea/vomitus/diare.monitor intake output serta BB secara terjadwal. 2. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah penatalaksanaan respiratory. 3. Anjurkan makan dikit tapi sering dengan Diet TKTP 4. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah yang di sukai klien dan makan dengan klien jika tidak ada kontra indikasi. Risiko penyebaran infeksi b/d tidak adekuatnya mekanisme pertahanan diri,menurunya aktivitas silia,paparan lingkungan,kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman patogen. Tujuan : klien dapat memperlihatkan perilaku sehat (menutup mulut saaat

batuk,bersin),tidak muncul tanda infeksi lanjutan,tidak ada anggota keluarga orang terdekat yang tertular TB. Intervensi: 1. Review patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui airbone droplet selama batuk,bersin meludah,berbicara,tertawa dll. 2. Identifikasi risiko yang lain misalnya anggota keluarga,teman

dekat.intruksikan kepada klien jika batuk/bersin ludahkan ke tisu. 3. Anjurkan untuk menggunakan tisu untuk membuang sputum,review pentingnya untuk mengontrol infeksi misalnya penggunaan masker. 4. Monitor suhu sesuai indikasi 5. Anjurkan untuk tidak menghentikan terapi. 6. Berikan makanan seimbang. Risiko gangguan harga diri yang b/d citra diri negatif tentang penyakit,perasaan malu. Tujuan : Harga diri klien dapat terjaga /tidak terjadi gangguan harga diri dengan kriteria:

11

klien mendemonstrasikan/atau menunjukkan aspek positif dari dirinya. Klien mampu bergaul dengan orang lain tanpa merasa malu.

Intervensi : 1. kaji ulangtentang diri klien 2. Berikan apresiasi pada setiap tindakan yang mengarah pada peningakatan harga diri. 3. jelaskan tentang kondisi klien. 4. libatkan klien dalam setiap kegiatan. .

12

Você também pode gostar