Você está na página 1de 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini terjadi karena keinginan pasangan suami-istri yang tidak bias memiliki keturunan secara alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. Dan juga menolong suami-istri yang memiliki penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh keturunan. Tetapi dalam hal ini menjadi suatu tantangan bagi norma agama. Metode bayi tabung yang dipelopori sejumlah dokter Inggris ini untuk pertama kali berhasil menghadirkan bayi perempuan bernama Louise Brown pada tahun 1978. Sebelum ditemukannya teknik bayi tabung, untuk menolong pasutri tak subur digunakan teknik inseminasi buatan, yakni dengan cara penyemprotan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim dengan bantuan alat suntik. Dengan cara ini diharapkan sperma lebih mudah bertemu dengan sel telur. Sayang, tingkat keberhasilannya hanya 15%. Pada teknik bayi tabung atau in vitro fertilization yang melahirkan Louis Brown, pertama-tama dilakukan perangsangan indung telur sang istri dengan hormon khusus untuk menumbuhkan lebih dari satu sel telur. Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan sudah saatnya diambil. Selanjutnya, folikel atau gelembung sel telur diambil tanpa operasi, melainkan dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal (melalui vagina). Sementara semua sel telur yang berhasil diangkat dieramkan dalam inkubator, air mani suami dikeluarkan dengan cara masturbasi, dibersihkan, kemudian diambil sekitar 50.000 - 100.000 sel sperma. Sperma itu ditebarkan di sekitar sel telur dalam sebuah wadah khusus di dalam laboratorium. Sel telur yang terbuahi normal, ditandai dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. Sampai dengan hari ketiga, maksimal empat embrio yang sudah berkembang ditanamkan ke rahim istri. Dua minggu kemudian dilakukan pemeriksaan hormon Beta-HCG dan urine untuk meyakinkan bahwa kehamilan memang terjadi. Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) semakin populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali
1

diterapkan di Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi tabung yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar empat. Sukses besar teknik bayi tabung (IVF) konvensional ternyata masih belum memuaskan dunia kedokteran, apalagi kalau mutu dan jumlah sperma yang hendak digunakan kurang. Maka dikembangkanlah teknik lain seperti PZD (Partial Zona Dessection) dan SUZI (Subzonal Sperm Intersection). Pada teknik PZD, sperma disemprotkan ke sel telur setelah dinding sel telur dibuat celah untuk mempermudah kontak sperma dengan sel telur. Sedangkan pada SUZI sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Namun,teknik pembuahan mikromanipulasi di luar tubuh ini pun masih dianggap kurang memuaskan hasilnya. Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun penelitian data secara sistimatis. Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang diperlukan yang dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya dibuang. Hak hidup embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan pembunuhan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan Bayi Tabung? 2. Bagaimana pandangan agama Hindu di Indonesia mengenai Bayi Tabung?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung Bayi tabung adalah upaya pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Teknologi ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak pasangan yang kesulitan memperoleh anak, mencoba menggunakan teknologi bayi tabung. Prosedur bayi tabung ini dimulai dengan perangsangan indung telur istri dengan hormon. Ini untuk memacu perkembangan sejumlah folikel. Folikel adalah gelembung yang berisi sel telur. Perkembangan folikel dipantau secara teratur dengan alat ultrasonografi dan pengukuran kadar hormon estradional dalam darah. Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan cairan folikel dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian segera dibawa ke laboratorium. Seluruh sel telur yang diperoleh selanjutnya dieramkan dalam inkubator. Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya ( dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosenya mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tsb akan mengalami kehamilan, perkembangan selama kehamilan seperti biasa. 2.2 Tujuan Penemuan Bayi Tabung
3

Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. 2.3 Pandangan Agama Hindu Tentang Bayi Tabung Menurut (PDHI) dan Indonesia (KASI). Embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan sperma, ruh Brahman sudah ada didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik secara alarm" (hamil karena hubungan seks/tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan kehamilan non alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi tabung) merupakan suatu hasil ciptaan Tuhan dan hasil ciptaan manusia. Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar kewajaran Tuhan untuk menciptakan manusia. Memiliki keturunan dengan program bayi tabung di mata agama Hindu tidak dibenarkan. Seorang laki-laki dan perempuan yang menikah diharapkan untuk memiliki keturunan dengan cara yang alami yang sesuai dengan ajaran agama. Mereka diharapkan menjadi calon ayah dan calon ibu yang baik bagi anak-anak mereka yang mereka miliki dengan cara yang alami dan penuh kasih. Memiliki anak merupakan impian setiap pasangan setelah menikah sehingga setiap pasangan diharapkan untuk berusaha dan berdoa dengan tekun untuk mendapatkan keturunan dan melakukan dharma terhadap orang tua dan calon anak dengan memberikan pendidikan dan kasih sayang yang cukup kepada anak-anak mereka. Namun yang paling disarankan oleh agama Hindu adalah memiliki keturunan dengan dengan cara yang alami yakni dengan melakukan hubungan suami istri dan dengan penuh kasih bukan dengan melakukan program bayi tabung. Bayi tabung bagi orang Hindu dianggap menyulitkan dalam kehidupan di masyarakat dan tidak samskara. Jadi pasangan yang ingin memiliki anak diharapkan bisa mendapatkan anak
4

Ketut Bhikku

Wilamurti,

S.Ag

dari

Parisada dari

Hindu

Dharma Sangha

Indonesia Agung

Dhammasubho

Mahathera

Konferensi

dengan cara yang alami. Memiliki keturunan bagi seorang pemeluk agama hindu memang diwajibkan karena menurut mereka memiliki keturunan adalah salah satu cara untuk membayar hutang kepada orang tua yaitu dengan mempunyai keturunan, tapi tidak dengan melakukan program bayi tabung. 2.4 Konsep Grihastha (Perkawinan) Dalam Hindu Sebagaimana semua orang berserah diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai penyerahan diri tersebut. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai Putra Prtha. (4.11) A. Budaya Veda dan Grihastha Ashrama Srila Prabhupada menyatakan bahwa grihastha ashrama dimaksudkan untuk mengatur pikiran manusia sehingga dapat menjadi dami demi kemajuan rohani. Manusia dianugrahi badan kasar dan badan halus. Untuk memelihara badan kasar dibutuhkan sejumlah kekayaan, rumah, perabot rumah tangga, biji-bijian, dan lain-lain. Sedangkan, untuk memelihara badan halus seseorang memerlukan pengetahuan rohani dan pekerjaan yang tepat. Grihastha ashrama merupakan sebuah tahapan yang lengkap dalam budaya Veda. Karenanya orang yang berumah tangga diperbolehkan mengumpulkan kekayaan, membangun rumah dan fasilitas lainnya. Menurut sastra dia juga diperbolehkan untuk mengalami kenikmatan indria berupa hubungan seks yang terbatas untuk memiliki anak yang sadar akan Krishna dan bertanggung jawab. Sayangnya, dalam kemerosotan masyarakat saat ini unsur seks telah dipisahkan dari keseluruhan Veda dan telah menjadi aspek utama dalam pernikahan. Hubungan seksual antara seorang pria dan seorang wanita diluar pernikahan yang suci dianggap sebagai tren. B. Tujuan Grihastha Dan Ashrama Lainnya Sebuah ashrama adalah tahapan dimana seseorang dapat berlindung kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, tujuan dari semua ashrama adalah untuk menerima perlindungan Tuhan. Grihastha ashrama adalah Griha Stitha Ashrama atau dengan kata lain, satu tahapan dimana seseorang telah menerima perlindungan Tuhan dengan tinggal dalam sebuah rumah bersama anggota keluarganya dan menjadikan Sri Krishna sebagai pusatnya. Keempat ashrama tersebut (Brahmacari,Grihastha,Wanaprastha, Sannyasi) sejajar kedudukannya dalam mencapai tujuannya yaitu untuk mencari ashraya atau perlindungan
5

Tuhan. Melaksanakan pelayanan bhakti kepada Tuhan, Sri Hari adalah satu-satunya tujuan hidup tidak ada yang lain. C. Peranan Grihastha Ashrama Pentingnya grihastha ashrama adalah karena tahapan masyarakat ini melhirkan, merawat, dan melindungi keempat ashrama lainnya. Dengan melayani ashrama-ashrama yang lain serta para Brahmana yang berada dalam ashrama yang sama dengannya, maka grihastha ashrama akan berkembang, sejahtera, dan terpelihara dalam budaya rohani dari peradaban Veda. Melalui grihastha ashrama-lah budaya Veda dan budaya spiritual dapat terwujud dengan baik dalam masyarakat. D. Perbedaan Grihamedhi Dengan Grihastha Hanya dengan hidup dalam sebuah rumah bersama seorang suami atau istri dan anakanak tidak menjadikan seseorang menjadi grihastha. Seorang grihamedhi adalah seseorang yang hidup seperti grihastha namun sebenarnya tujuan hidupnya adalah untuk kenikmatan indria. Kehidupan seorang grihastha berpusat pada Tuhan. Dia mengetahui tujuan hidup yang utama, namun belum mampu melaksanakan pelepasan diri sepenuhnya. Seorang grihastha menyadari bahwa keepuasan indria yang diperbolehkan untuknya sesungguhnya akan membawa penderitaan, oleh karena itu dia secara tulus berusaha untuk mengatasi kecenderungan terhadap kepuasan indria dengan mempraktekan kesadaran Krishna serta hidup berdampingan dengan damai, saling membantu dan melayani satu sama lain hal ini sangat baik. Akan tetapi, jika seseorang tertarik kepada lawan jenisnya hanya untuk kenikmatan seksual, maka hal tersebut akan menjadi sebuah halangan dalam kemajuan rohani sehingga dampak dari kehidupan materialistik akan muncul kembali. Merupakan suatu hal yang baik sekali ketika seorang suami dapat menyibukkan dirinya beserta dirinya beserta istrinya dalam pelayanan bhakti dan sang istri setia serta taat beraagama sesuai dengan perintah Veda. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa-Sri Krishna dengan penuh cinta kasih menjelaskan tentang bagaimana seseorang yang berumah tangga harus bertindak sampai kecenderungannya untuk memuaskan indria dan menikmati objek-objek keinginan dapat terkendali dan dia dapat sepenuhnya mencapai kualifikasi seorang penyembah murni. Dengan keyakinan yang terbangkitkan karena pemaparan tentang kemuliaan-Ku, menjadi muak akan segala kegiatan material, menyadari bahwa segala kepuasan indria menimbulkan penderitaan tetapi tidak dapat melepaskan segala
6

kenikmatan indria, penyembah-Ku tetap berbahagia dan memuja-Ku dengan penuh keyakinan dan ketulusan hati. Meskipun sesekali terikat dalam kenikmatan indria, penyembahku mengetahui bahwa segala kepuasan indria akan menyebabkan hasil yang menyedihkan lalu dia secara tulus menyesali kegiatan-kegiatan itu. Dalam dunia material ini, dorongan seksual begitu kuat bahkan seorang calon yang tulus dalam pelayanan cinta kasih Tuhan pun terkadang masih terusik oleh ketertarikan seksual atau oleh perasaan yang dalam terhadap istri dan anakanaknya. Walaupun masih terikat dengan hal-hal material, dia dapat melihat dengan jelas bahwa hal tersebut akan berakhir pada sesuatu yang buruk karena hal-hal itu hanya akan menimbulkan masalah untuknya dan mengganggu pelayanan bhaktinya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, dia secara tulus menyesali keterikaatannya yang bodoh terhadap halhal material dan dengan penuh kesabaran menanti karunia Sri Krishna (Srimad Bhagavatam, 11.20.27-28). E. Status Grihastha Ashrama dan system Varnashrama Srila Prabhupada telah mengatakan bahwa tidaklah menjadi soal apakah dia seorang Brahmacari, seorang Grihastha, ataupun Sannyasi, dia harus berusaha untuk menjadi pelayan intim Tuhan-Sri Krishna. Lembaga pernikahan menurut pandangan Veda tidak seharusnya dianak tirikan. Dewa Brahma, Siva, dan Yamaraja, yang digambarkan sebagai mahajana adalah grihastha. Sri Gauranga Mahaprabhu adalah seorang grihastha yang ideal yang kemudian menjadi seorang sannyasi yang ideal. Banyak diantara rekan-rekan Sri Gauranga juga memiliki kehidupan rumah tangga. Arjuna adalah seorang grihastha, raja dan politisi. Sri Krishna telah memilih arjuna untuk menerima pengetahuan rohani tertinggi. Srila Vyasadeva juga seorang grihastha. Merupakan suatu kewajiban suci bagi kita untuk melayani system yang asli (Varnashrama) sehingga kesadaran Krishna dapat berkembang diseluruh masyarakat dan memberikan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.

F. Tugas dan tanggung jawab dalam Grihastha Ashrama secara umum

Tugas utama seorang grihastha adalah untuk melakukan pelayanan. Grihastha ashrama adalah bertujuan untuk melayani keempat ashrama yang ada disamping melayani para brahmana dengan ashramanya tersendiri. Dijelaskan bahwa pelayanan dalam grihastha ashrama adalah seperti menyebrangi bukit karena adanya begitu banyak hambatan. Tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan terkadang memberikan penderitaan. Namun demikian, pelayanan itu harus tetap dilaksanakan dengan semangat penyerahan diri, keinsafan terhadap kewajiban yang dilandasi pemahaman yang tepat, guna mencapai pola hidup harmonis dalam Kesadaran Krishna. Grihastha ashrama merupakan ashrama yang penuh dengan pengorbanan. Seorang grihastha bekerja untuk menopang kelangsungan ashrama lainnya dalam segala keadaan. Kebudayaan Veda merupakan budaya saling memberi dan menerima yang disertai dengan kesadaran bahwa segala sesuatu dalam alam semesta dikendalikan dan dimiliki oleh Tuhan. Oleh karena itu, seseorang hendaknya hanya menerima hal-hal yang diperlukan untuk dirinya. Tugas utama seorang Grihastha adalah untuk senantiasa mengucapkan nama suci Tuhan terus menerus, melayani para Vaisnava dan Tuhan Yang Maha Esa dengan bantuan salah satu kerabat dan harta benda yang diperoleh melalui kehidupan seseorang yang bersahaja. G. Kewajiban dalah Grihastha Ashrama Perlu dimengerti bahwa ketika seseorang dilahirkan dan hidup di dunia material ini, seseorang menjadi penerima begitu banyak manfaat yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda. Oleh karena itu, seseorang memiliki hutang dan sepanjang hidupnya, hutang tersebut akan semakin bertambah. (Penjelasan ; Citanya Caritamrita Madhya 22.141; kelas Bhagawadghita di Los Angles 681211BG) Akan tetapi, Tuhan-Sri Chaitanya Mahaprabhu menyarankan cara termudah dalam menghapus hutang seseorang pada zaman ini, yaitu dengan menjadi penyembah yang tulus dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa-Sri Krishna.

H. Kesadaran yang harus dimiliki penyembah Grihastha tentang tidak memiliki anak atau tidak melahirkan seorang putra atau putri
8

Bagi penyembah grihastha tidak menjadi masalah apakah dia memiliki anak laki-laki atau anak perempuan atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali. Mengapa demikian? Karena seorang penyembah mengerti bahwa keinginan Yang Maha Kuasa adalah yang utama dan seseorang harus berpuas hati dengan hal itu. Seorang penyembah menyadari bahwa dia tidak ditakdirkan untuk berada didunia materi ini setelah kematiannya. Tujuannya ialah untuk kembali pulang kedunia rohani (Tuhan). Seorang penyembah tidak terlalu berkeinginan untuk memiliki anak laki-laki atau perempuan. Jika memperoleh anak maka dia akan berbahagia dan berusaha mendidik mereka agar sadar akan Krishna. Seorang penyembah tidak bergantung pada putra atau putrinya. Dia bergantung sepenuhnya kepada Krishna. Setiap anak yang lahir dalam keluarga penyembah adalah hadiah yang istimewa. I. Kesadaran pasangan penyembah yang memutuskan tidak memiliki anak Grihastha ashrama berarti pengembangan. Merupakan hal yang wajar untuk memiliki seorang anak. Pasangan suami istri harus menentukan sendiri mengapa mereka tidak menginginkan keturunan. Apakah hal itu disebabkan oleh kemalasan? Membesarkan anak-anak dapat berarti kerja keras untuk mendapatkan lebih banyak uang. Sang istri mungkin tidak ingin mengalami penderitaan dalam mengasuh anak karena harus tetap terjaga dimalam hari. Jika hal ini yang menjadi penyebab untuk tidak memiliki anak maka hal ini bukanlah pelepasan ikatan pasangan tersebut harus meminta nasehat dari para senior Vaisnava dan memohon pandangan yang tepat bagi kehidupan pernikahan mereka. J. Kewajiban Terhadap Anak-Anak Dalam Grihastha Ashrama Generasi muda bagaikan spon. Mereka menyerap Kesadaran Krishna dan sesungguhnya tidak perlu lagi untuk menghadirkan hal yang lain selain Kesadaran Krishna. Anak-anak harus dilindungi dari kenikmatan material dengan menanamkan suasana Kesadaran Krishna yang penuh kebahagiaan di dalam rumah sehingga mereka sepenuhnya merasa puas dan mampu menyalurkan kemampuan kreativitasnya dengan benar. Namun sayangnya, dalam masyarakat modern saat ini, para orang tua tidak memiliki waktu untuk anak-anaknya. Mereka memberikan segala kenyamanan material tapi tanpa kasih sayang serta perhatian yang melimpah, yang sangat diperlukan dalam tahapan kehidupan mereka. Anak-anak harus dididik dengan penuh kasih
9

sayang dan disiplin. Canakya Pandit menginstruksikan bahwa anak-anak hendaknya diberikan kasih sayang yang berlimpah hingga usia lima tahun, disiplin jika diperlukan hingga berusia sepuluh tahun dan seorang anak diperlakukan sebagai teman ketika dia mencapai usia enam belas tahun, dan hendaknya diperlakukan dengan penuh kehati-hatian. Para orang tua hendaknya tidak mendorong anak-anak mereka larut dalam tuntutan akademis yang berlebihan. Setiap anak telah diberikan kecerdasan dan kemampuan tersendiri oleh Tuhan. Orang tua harus selalu berusaha menciptakan keadaan yang mendukung. K. Sloka Yang Berkaitan Dengan Konsep Grihastha Ashrama (Manawa Dharmasastra (XI,239) hal 708) Apapun juga yang sukar untuk dilalui, Apapun juga yang sukar untuk dicapai, Apapun juga yang sukar untuk diperoleh, Apapun juga yang sukar untuk dilakukan, Semuanya ini dapat dicapai dengan kesucian tapa karena tapa mempunyai kekuatan untuk melintasinya. L. Program Bayi Tabung Adalah Sebuah Dosa Bayi tabung bagi pemeluk Hindu dianggap tidak baik karena proses bayi tabung yang dianggap melakukan sebuah dosa. Kenapa? Karena proses untuk melakukan program bayi tabung ini kita penyatukan sel telur dan sperma untuk membentuk embrio. Saat embrio sudah terbentuk maka saatnya untuk memilih embrio yang paling kuat untuk disuntukan kedalam Rahim sang ibu, nah bagaimana dengan nasib embrio yang tidak terpilih? Embrio adalah calon bayi yang sudah memiliki kehidupan. Pada saat kita telah memilih embrio yang kuat dan baik, embrio-embrio yang lain otomatis kita tinggalkan. Dan hal ini tentunya akan membuat embrio-embrio dan calon bayi tersebut mati. Hal inilah yang dianggap tidak baik, karena disini baik disadari atau tidak kita telah membunuh calon bayi dan menghentikan kesempatan kepada calon bayi ini untuk hidup, oleh karena itu memiliki keturunan dengan cara yang alami paling disarankan dalam agama hindu

10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Agama Hindu menentang penggunaan metode bayi tabung bagi umatnya. Karena proses dalam metode bayi tabung ini melanggar ajaran Grihastha Ashrama yang termuat dalam Veda.

11

DAFTAR PUSTAKA

Pudja Gusti,Sudharta Rai.1996.Manawa Dharmasastra.Jakarta:Hanuman Sakti Wikana,Heka.2011.Merekonstruksi Hindu.Yogyakarta:Narayana Smrti Press A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada. 2010.Happy Grihastha Life (Kehidupan BerumahTangga Yang Bahagia Dalam Perspektif Veda).Jakarta:Yayasan Institut Bhaktivedanta Indonesia

12

Você também pode gostar