Você está na página 1de 2

ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI PUBLIK DI DKI JAKARTA

Oleh: Peni Puspa Hayati

Abstrak Transportasi publik merupakan salah satu aspek yang sangat penting, keberhasilan dalam pengelolaannya merupakan salah satu tolak ukur keadaan perekonomian negara tersebut. DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia, masih mengalami masalah dengan transportasi publiknya. 1. PENDAHULUAN Selayaknya negara berkembang, berbagai kota besar di Indonesia berada dalah tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga kebutuhan penduduk untuk terhadap transportasi pun akan semakin meningkat. Hal ini terjadi juga dengan kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta dengan rata-rata tingkat pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,7% per tahun selama 2002-2006. Berikut tabel yang memperlihatkan pertumbuhan pengguna bus kota di Jakarta.
Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Bus Kota per Hari di DKI Jakarta Tahun 1991-2000
Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 Penumpang 1826827 1850640 2720540 2522170 2751750 2771470 962570 3382621 3822362 Bus 16773 16962 17423 17920 18610 19878 21619 22071 22247 2,3 47 -7,3 9,1 0,7 6,9 14,2 13 1,1 2,7 2,9 3,9 6,8 8,8 2,1 0,8 Pertumbuhan Penumpang Pertumbuhan Bus

2000

4803518

22089

25,7

-0,7

Sumber: Studi SITRAMP, JICA dalam laporan dinas perhubungan DKI ,2002.

Namun sayang, tingkat pertumbuhan penumpang yang tinggi tersebut diatas berdasarkan hasil studi JICA, tidak diimbangi oleh tingkat pertumbuhan bus (penawaran) yang sama maka tidak mengherankan jika akhirnya menimbulkan ketidaknyaman penumpang,harus berdesakdesakan, karena jumlah permintaan tidak seimbang dengan penawaran sehingga masyarakat menengah keatas lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan tranportasi publik dan ini menimbulkan masalah baru yaitu kemacetan. Menurut Murdiono (2006) salah satunya penyebabnya adalah masalah kemacetan lalu lintas di jalan raya. Kemacetan ini timbul karena semakin banyaknya mobil-mobil pribadi dan kurangnya rasa kedisiplinan para pengendara dalam mengendalikan kendaraannya, dampak ekonomi yang timbul akibat kemacetan ini sebenarnya amat besar, tidak saja dari keborosan bahan bakar yang terjadi, keterlambatan delivery barang-barang konsumsi, tetapi juga kerugian yang timbul akibat keterlambatan yang terjadi akibat kemacetan tersebut. Sementara menurut Yafiz (2002) penyebab timbulnya permasalahan transportasi di DKI Jakarta adalah pengaturan trayek yang belum didasarkan pada kebutuhan pasar, dan kesadaran berlalu lintas pengemudi, petugas, penumpang dan masyarakat pengguna jalan yang relatif rendah.

Você também pode gostar