Você está na página 1de 21

Referat Ginekologi

Referat Ginekologi Prolapsus Uteri

Penyusun

: Arif Heru Tripana (08101003)

Pembimbing 1 : dr. Arvan, Sp.OG Pembimbing 2 : dr. Erry Syahbani, Sp.OG

KKS OBSTETRI DAN GINOKOLOGI RSUD BANGKINANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU 2013

Kampar, 2 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Prolaps uteri yaitu turunnya uterus kedalam introitus vaginae. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup yang sebabkan dari gejala akibat dari penekanan dan ketidaknyamanan dari prolaps uteri tersebut.[1] Prolaps uteri merupakan salah satu dari prolaps organ pelvis dan menjadi kasus nomor dua tersering setelah cystourethrocele (bladder and urethral prolapse).[2] uterus dapat disebabkan karena kelemahan otot, fasia, dan penyokongnya.[3] Prolapsus organ genitalia masih menjadi masalah kesehatan pada wanita yang insidennya mencapai 40% pada wanita usia diatas 50 tahun.[4] Frekuensi prolapsus genitalia di beberapa negara berlainan, seperti dilaporkan di klinik Gynecologie et Obstetrique Geneva insidesnya 5,7%, dan pada priode yang sama di Hambrug 5,4%, Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang kejadiannya cukup tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika, Indonesia kurang. Penyebabnya terutama adalah melahirkan dan pekerjaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat serta kelemahan dari ligamentum-ligamentum karena hormonal pada usia lanjut.[5] Prolaps ligemen

1.2 Anatomi Genitalia Interna pada Wanita 1. Uterus Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uerus adalah 7-7,5 cm, lebar ditempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.[5]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|1

Gambar 01. Anatomi organ genitlia interna pada wanita.[6]

Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120o-130o dengan serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.[5]

Gambar 02. Hubungan axis uterus, serviks, dan vagina.[6]


Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|2

2. Jaringan Penunjang Genitalia Interna pada Wanita Uterus berada di rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa, sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian belakang setinggi artikulasio sakrokoksigea. Jaringan-jaringan itu ialah:[5,7] Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt)

merupakan ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum ini terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain arteri dan vena uterina.[5] Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum, yaitu

ligamentum yang juga menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sakrum kiri dan kanan.[5,7] Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum, yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam posisi antefleksi, dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.[5,7] Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum, berjalan dari os pubis melalui kandung kemih, dan seterusnya sebagai ligamentum vesikouterina sinistrum dan dekstrum ke serviks.[5,7] Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum, yaitu ligamentum yang berjalan dari uterus ke arah lateral, dan tidak banyak mengandung jaringan ikat, sebetulnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Dibagian lateral dan belakang ligamentum ini ditemukan ovarium sinistrum dan dekstrum. Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.[5,7] Ligamentum infundibulopelvikum, yaitu ligamentum yang menahan tuba Fallopii, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan persarafan, saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarika. Sebagai alat penunjang ligamentum ini tidak banyak artinya.[5] Ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum, yaitu ligamentum yang berjalan dari sudut kiri dan kanan belakang fundus uteru
Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|3

ke ovarium. Ligamentum ini berasal dari gubernakulum; jadi asalnya sama dengan ligamentum rotundum, yang juga berasal dari gubernakulum.[5]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Prolaps Uteri Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan penyokong (fasia).[1,8]

2.2 Etiologi Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri, dan memperburuk prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta, dan sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan bila prolapsus genitalia terjadi segera sesudah partus atau dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah terjadinya prolapsus uteri. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.[5]

2.3 Klasifikasi Prolaps Uteri Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat antara ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu:[5] A. Prolapsus uteri tingkat I,dimana serviks uteri turun sampai introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina, prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri. [5] B. Prolapsus uteri tingkat I, serviks masih berada di dalam vagina; Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus vaginae, sedang pada prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina.[5]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|5

C. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari bagian; Prolapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus vaginae lebih dari bagian.[5] D. Prolapsus uteri tingakat I, serviks mendekati prosessus spinosus; Prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus vaginae.[5] E. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus uteri tingkat IV (prosidensia uteri).[5]

2.4 Faktor Resiko Prolaps Uteri 1. Multiparitas Persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai faktor risiko untuk prolaps uteri. Tidak ada kesepakatan apakah itu kehamilan atau kelahiran itu sendiri yang merupakan predisposisi disfungsi dasar panggul. Namun, banyak penelitian telah dijelaskan menunjukkan bahwa melahirkan tidak meningkatkan kecenderungan wanita untuk prolaps uteri. Misalnya, pada studi Organ Penyokong Panggul (POSST), peningkatan paritas dikaitkan dengan peningkatan kejadian prolaps (Swift, 2005). Selain itu, risiko prolaps organ pelvis meningkat 1,2 kali pada persalinan pervaginam. Studi kohort yang dilakukan di Oxford pada 17.000 wanita untuk membandingkan wanita nulipara dengan wanita yang telah mengalami dua kali melahirkan, mengalami peningkatan delapan kali lipat berkunjung ke rumah sakit untuk prolaps organ pelvis.[9] 2. Usia Seperti dijelaskan sebelumnya, usia lanjut juga terlibat dalam

pengembangan prolaps organ pelvis. Dalam studi POSST, ada 100-persen peningkatan risiko prolaps untuk setiap dekade kehidupan. Pada wanita berusia 20 sampai 59 tahun, kejadian prolaps organ pelvis berlipat ganda dengan setiap dekade. Seperti risiko prolaps organ pelvis lainnya, penuaan adalah proses yang kompleks. Peningkatan insiden mungkin akibat dari penuaan fisiologis dan proses degeneratif serta hipoestrogenisme.[9]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|6

3. Penyakit jaringan ikat Wanita dengan gangguan jaringan ikat lebih mungkin untuk

mengembangkan prolaps organ pelvis. Dalam sebuah studi seri kasus kecil, sepertiga dari wanita dengan sindrom Marfan dan tiga perempat dari wanita dengan sindrom Ehlers-Danlos melaporkan riwayat prolaps organ pevis.[9] 4. Ras Prevalensi perbedaan ras, prolaps organ pelvis telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Perempuan kulit hitam dan Asia menunjukkan risiko terendah, sedangkan wanita Hispanik tampaknya memiliki risiko tertinggi. Meskipun perbedaan kandungan kolagen telah dibuktikan antara ras, perbedaan ras di tulang panggul juga mungkin memainkan peran. Misalnya, perempuan kulit hitam lebih sering memiliki lengkungan kemaluan sempit dan panggul android atau antropoid. Bentuk-bentuk ini adalah pelindung terhadap prolaps organ pelvis dibandingkan dengan panggul ginekoid khas wanita Kaukasia yang paling.[9] 5. Peninggian tekanan intraabdomen Peningkatan tekanan intra-abdomen yang kronis diyakini memainkan peran dalam patogenesis prolas organ pelvis. Kondisi ini dapat sebabkan oleh obesitas, sembelit kronis, batuk kronis, dan angkat berat berulang-ulang. Sejumlah penelitian mengidentifikasi obesitas sebagai faktor risiko independen untuk stres inkontinensia urin (Brown, 1996; Burgio, 1991; Dwyer, 1988). Namun, hubungan dengan perkembangan prolaps organ pelvis kurang jelas (Hendrix, 2002; Nygaard, 2004). Berkenaan dengan mengangkat, sebuah studi Denmark menunjukkan bahwa asisten perawat yang terlibat dengan angkat berat berulang berada pada peningkatan risiko untuk menjalani intervensi bedah untuk prolaps, dengan rasio odds 1,6 (Jorgensen, 1994). Selain itu, merokok dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) juga telah terlibat dalam pengembangan prolaps organ pelvis, meskipun sedikit data mendukung hubungan ini (Gilpin, 1989; Olsen, 1997). Demikian pula, meskipun batuk kronis menyebabkan kenaikan tekanan intraabdomen, tidak ada mekanisme yang jelas. Beberapa percaya bahwa senyawa kimia dalam tembakau yang dihirup dapat menyebabkan perubahan yang menyebabkan POP daripada batuk kronis sendiri. (Wieslander, 2005).[9]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|7

2.5 Patofisiologi Prolaps Uteri Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum membentuk dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis yaitu otot dan ligamentum mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga mereka tidak sanggup untuk menyokong organ pelvis, sehingga uterus dan organ pelvis lainnya jatuh ke introitus vaginae. Prolaps bisa saja terjadi secara tidak komplet, atau pada beberapa kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplet sehingga uterus jatuh sampai keluar vagiana.[2]

Gambar 03. Prolaps uteri.[10]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|8

Gambar 04. Anatomi daras panggul.[8]

2.6 Manifestasi Klinis Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:[5] Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genialia eksterna.[2] Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang. [2] Prolaps uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut: Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.[2]
Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

|9

Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta luka pada portio uteri.[2]

2.7 Diagnosis 1. Anamnesis Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan prolaps uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat kelaminnya.[5] Pasien biasanya mengeluhkan:[2] 2. Rasa berat pada atau rasa tertekan pada pelvis. Pada saat duduk pasien meraskan ada benjolan seperti ada bola atau kadang-kadang keluar dari vagina. Nyeri pada pelvis, abdomen, atau pinggang. Nyeri pada saat berhubungan.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan genikologi biasanya mudah dilakukan, Friedman dan Little

menganjurkan sebagai berikut; Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada posisi normal atau portio telah sampai introitus vagina, atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari ukuran normal dinamakan elongasio kolli.[5] Berikut adalah stadium untuk prolaps uteri:[2] Tabel 01. Lima stadium untuk prolaps.[2,8] Stadium 0: Tidak ada prolaps. Stadium I: Sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm di atas himen. Stadium II: Sebagian besar portion distal mengalami prolaps 1 cm di proksimal atau distal himen. Stadium III: Sebagian besar portio distal mengalami prolasp > 1 cm dibawah himen tetapi benjolan tidak lebih 2 cm dari panjang vagina. Stadium IV: Prolaps komplet termasuk bagian dari vagina.

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 10

Gambar 05. Prolaps uteri saat kehamilan karena peninggian tekanan intraabdominal dan prolaps uteri total setelah dilakukan seksio sesarea elektif.[11] 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes

Papanicolaou (Pap smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada kasus yang jarang terjadi yang dicurigai karsinoma, meskipun ini harus ditangguhkan ke dokter perawatan primer atau dokter kandungan.[2] Pemeriksaan USG Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membendakan prolaps dari kelainan-kelainan lain.[2]

2.8 Penatalaksanaan Prolaps Uteri 1. Observasi Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala. Mempertahankan prolaps tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang lebih tepat. Beberapa wanita mungkin lebih memilih untuk mengobservasi lanjutan dari prolaps. Mereka juga harus memeriksakan diri secara berkala untuk mencari

perkembangan gejala baru atau gangguan (seperti buang air kecil atau buang air besar terhambat, erosi vagina).[8]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 11

2. Terapi Konservatif Latihan otot dasar panggul Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Namun dari penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review of conservative management prolaps uterus yang diterbitkan pada tahun 2006

menyimpulkan bahwa latiahan otot dasar panggul tidak bukti ilmiah yang mendukung. Caranya ialah, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai berhajat atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-tiba menghentikkanya.[5,8,9] Pemasangan pessarium Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni menahan uterus di tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Meskipun bukti yang mendukung penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka digunakan oleh 86% dari ginekolog dan 98% dari urogynaecologists. Prisip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut membuat tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut besereta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolaps genitalia ialah pessarium cincin, terbuat dari plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.[5,8] Tabel 02. Pedoman Pemasangan Pessarium.[5]
Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vagina, ukuran tersebut dikurang 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan dipakai. Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit kedalam vagina. Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Kadang-kadang pemasangan pessarium dari plastik mengalami kesukaran. Apabila pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari karet dengan per didalamnya. Untuk mengetahui setelah pemasangan, apakah ukuran cocok, penderita Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 12

disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh jalan-jalan, apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat diteruskan. Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi secara teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2 3 bulan sekali, vagian diperiksa dengan inspekulo untuk menentukan ada tidaknya perlukaan. Pessarium dibersihkan dan dicucihamakan dan kemudian di pasang kembali. Indikasi penggunaan pessarium: Kehamilan. Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi. Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan. Penderita menolak untuk dioperasi. Untuk menghilangkan gejala yang ada, sambil menunggu waktu operasi dapat dilakukan.

Gambar 06. Jenis-jenis pessarium. A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C. Hodge with knob pessary. D. Regula pessary. E. Gellhorn pessary. F. Shaatz pessary. G. Incontinence dish pessary. H. Ring pessary. I. Donut pessary.[9]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 13

Gambar 07. Tempat pemasangan cicin pessarium.[12]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 14

Gambar 08. Cara pemasangan pessarium (A,B dan C) dan cara melepaskannya (D).[9]

3. Terapi Bedah Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula. Ada kemungkinan terdapat prolaps vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolaps uteri atau prolaps uteri yang ada belum perlu dioperasi. Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006, 22.274 operasi dilakukan untuk prolaps vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari operasi prolaps rahim, disertai dengan perbaikan prolaps vagina pada waktu yang sama. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk

mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Macam-macam operasi untuk prolaps uterus sebagai berikut:[8]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 15

Ventrofiksasi Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak, dilakukan operasi untuk uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.[5]

Operasi Manchester Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale yang telah dipotong, di muka serviks dilakukan pula kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio kolli). Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat dicegah.[5]

Histerektomi vagina Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat lanjut, dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.[5]

Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort) Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum baik untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat dilakukan operasi sederhana dengan menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina belakang, sehingga lumen vagian tertutup dan uterus terletak di atas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan retrokel sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urinae. Obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga tidak hilang.[5]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 16

2.9 Komplikasi Prolaps Uteri Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah:[5] Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri. Prosidensia uteri disertai dengan keluarnya dinding vagina (inversio); karena itu mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-putihan.[5] Dekubitus. Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan pakaian dalam; hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, dan lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan kemungkinan berusia lanjur.[5] Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun ke dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat, karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah, serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli.[5] Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.[5] karsinoma, lebih-lebih pada penderita

2.10 Prognosis Sebagian besar wanita (lebih dari 40%) yang mempunyai prolaps derajat awal biasanya timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali. Latihan otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps derajat awal.[12]

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 17

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan 1. Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina yang diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan penyokong (fasia). 2. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri, dan memperburuk prolaps yang sudah ada. 3. Prolapsus uteri tingkat I,dimana serviks uteri turun sampai introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina, prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri. 4. Gejala yang sering mucul adalah Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genialia eksterna. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang. 5. Penatalaksanaan pada prolaps uterus yaitu: observasi, konservarif, dan terapi pembedahan.

3.2 Saran dan Kritik Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam artikel ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis dimasa-masa yang akan datang.

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 18

DAFTAR PUSTAKA
1. Faraj R, Broome J. Laparoscopic Sacrohysteropexy and Myomectomy for Uterine Prolapse: A Case Report and Review of the Literature. Journal of Medical Case Report 2009. [database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013]; 02:1402. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/PMC2783099/pdf/1752-1947-3-99.pdf. 2. Barsoom RS, Dyne PL. Uterine Prolapse in Emergency Medicine. Medscape Article. [database on the medscape] 2011. [cite on September 28, 2013]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/797295overview#showall. 3. Anhar K, Fauzi A. Kasus Prolapsus Uteri di Rumah Sakit DR. Mohammad Hoesin Palembang Selama Lima Tahun (1999 2003). Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSMH Palembang. [database on the internet]. [cited on September 23, 2013]. Available from: http://digilib.unsri.ac.id/download/ KASUS%20PROLAPSUS%20UTERI%20DI%20RUMAH%20SAKIT% 20DR_%20MOHMMAD%20HOESIN.pdf. 4. Detollenaere RJ, Boon J, Stekelenburg J, Alhafidh AH, Hakvoort RA, et al. Treatment of Uterine Prolapse Stage 2 or Higher: A Randomized Multicenter Trial Comparing Sacrospinnosus Fixation with Vaginal Hysterectomy (SAVE U Trial). BMC Womens Health Journals 2011. [database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013]; 02:1402. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3045971/ pdf/1472-6874-11-4.pdf. 5. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. Hal: 9-11,432,433,436,437 6. Anatomy of Uterine [Image on the Grays Anatomy Student Consult] 2010. [cited on September 27, 2013]. Available from: http://www.studentconsult.com/bookshop/chome/default.cfm?shortcut=an atomy. 7. Standring S, Ellis H, Healy JC, Johnson D, Williams A, et al. Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th Edition. [textbook of Anatomy]. Elsevier Churchill Livingstone: 2008.

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 19

8. Doshani A, Teo R, Mayne CJ, Tincello DG. Uterine Prolapse. Clinical Review 2007. [database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013]; 335:819-823. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC2034734/pdf/bmj-335-7624-cr-00819.pdf. 9. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams Gynecology. The McGraw-Hill Companies. 2008. 10. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. International Urogynecological Association 2011. [article in the internet]. [cited on September 27, 2013]; 335:819-823. Available from: http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_po p.pdf. 11. Vita DD, Giordano S. Two Succesful Natural Pregnancies in a Patient with Severe Uterine Prolapse: A Case Report. J Med Case Report 2011. [database on the NCBI]. [cite on September 28, 2013]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3180421/. 12. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. International Urogynecological Association 2011. [article in the internet]. [cited on September 27, 2013]; 335:819-823. Available from: http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_po p.pdf.

Arif Heru. Prolapsus Uteri. [Refrat Ginekologi]. 2013 KKS Obstetri dan Ginokologi RSUD Bangkinang Kampar

| 20

Você também pode gostar