Você está na página 1de 4

APA SIH TUJUAN BELAJAR ILMU ITU?

Posted on 16 August 2010 by wongalus Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari apa sebenarnya hakekat mencari ilmu (ngelmu) tersebut, sehingga bisa jadi pengingat dan kalau bisa jadi bahan penyadaran kita semua. Sengaja saya kutip dari khasanah budaya Jawa yang kita tahu cukup mendalam falsafahnya.

Kita mulai dengan sebuah mocopat Sekar Mocopat Tanpa Tandhing Ajinira sinawung ing Pocung dari buku Warisan, Geguritan Macapat, karyan Suwardi, weton Balai Pustaka, 1983 disitu diungkapkan sebagai berikut:

THOLE KUNCUNG, LAMUN SIRA NGUDI NGELMU, JA PISAN SEMBRANA, AWIT NGELMU MIGUNANI, TANPA IKI URIPMU BAKAL REKASA.

Saat seseorang mencari ilmu yang pertama kali perlu diperhatikan adalah memahami pentingnya ilmu. Kenapa harus tahu ilmu? Sebab tanpa ilmu, hidup ini akan terasa susah dan hampa yang berakibat nanti kita akan sengsara. Sehing ga kita tidak boleh sembrana atau kurang berhati-hati. Beda dengan orang yang punya ilmu, dia akan lebih waspada karena tahu sebab akibat dari piiran, niat, dan tingkah lakunya.

WIT WONG SEPUH, INGKANG WUS BODHO KEBACUT, ANANE MUNG PASRAH, ORA BISA ANGGETUNI, MARGA NGERTI GETUN MBURI TANPA GUNA.

Kalau usia sudah memasuki tua yang sudah terlanjur menjadi bodoh adanya hanya pasrah dan tidak bisa meratapi nasibnya di ke mudian hari. Sebab bila meratapi nasib maka hal tersebut tidak ada gunanya.

ANAK PUTU, ORA KENA MELU-MELU, DADI WONG KLUYURAN, AWIT MARAKAKE LALI, GAWEYANMU KUDU RAMPUNG SABEN DINA.

Nah, sebagai generasi muda kita tidak boleh ikut-ikutan kebiasaan yang kurang bagus tersebut. Apalagi jadi orang yang tidak punya visi dan misi hidup atau jadi orang keluyuran karena hal tersebut mengakibatkan lupa pada pekerjaan yang harus diselesaikan setiap hari.

DISINAU, AWAK AJA NGANTI NGELU, AMRIH KABEH LANCAR, MULA KUDU NGATI-ATI, SABEN DINA ULAH RAGA DIMEN KUWAT.

Maka, belajarlah jangan sampai bingung supaya semuanya jadi lancar. Maka harus berhati-hatilah agar setiap hari tubuh dan raga kita bisa kita olah dengan sebaik-baiknya. Agar menjadi kuat dan sehat.

LAMUN ESUK, AJA PISAH WEGAH WUNGU, BANYU ANENG NJANGAN, IKI PITUDUH SAYEKTI, IKU LAMUN DIPUN UDI APIK TENAN.

Setiap pagi, jangan malas bangun pagi. Sebab embun pagi adalah sebuah petunjuk yang nyata sebab hawa pagi itu sangat bagus untuk dicari.

PANCEN KUDU, SOLAH TINGKAH INGKANG CAKUT, JANGKAHMU SIH AMBA, GOLEK MULYA JAMAN MANGKIN, ISIH AKEH IDHAM-IDHAMAN INGKANG MULYA.

Begitulah. Bahwa langkahmu masih panjang untuk mencari kemuliaan di jaman sekarang yang masih dicita-citakan yaitu yang mulia.

YEKTI KOJUR, UWONG BODHO KAYA AKU, SASAT LAWE KLASA, AJI GODHONG JATI AKING, EMAN-EMAN YEN URIP DITINGGAL JAMAN.

Orang yang bodoh bakal mengalami nasib buruk seperti tikar yang rusak dan perlu dibuang, masih bermanfaat daun jati yang kering. Maka sayang bila hidup ini kita ketinggalan jaman.

RUMANGSAMU, APA JAMAN ORA MAJU, IKI KUDU TANGGAP, NGELMU PERLU KANGGO URIP, PAWITAN KANG TANPA TANDHING AJINIRA.

Anggapanmu, apakah jaman itu berjalan di tempat? Kita harus tanggap bahwa ilmu itu perlu untuk hidup. Modal yang tiada bandingannya. Dari penjelasan tersebut, kita akan memahami pentingnya ilmu. Ilmu berbeda denga n ngelmu. Kalau ilmu adalah pasif dan sebuah benda maka Ngelmu bersifat aktif. Artinya kita sudah meresapi, memanfaatkan dan memproses ilmu dalam tingkah laku sehari-hari. Inilah hakekat NGELMU. Apa saja hambatan orang yang sedang ngelmu? Mari kita telusuri bait-baik Suluk Wragul Sunan Bonang. Seorang yang sedang mencari Ilmu itu seperti pemburu.

WRAGUL 28 PEMBURU TAK HENTI BERKELANA IBARAT BURUNG BANGAU BERTAPA DI RAWA TIADA LAIN NIATNYA KECUALI MENCARI IKAN DI AIR DIMAKANNYA SIANG MALAM SEPERTI BANGAU BOTAK SEPERTI KAMBING PRUCUL MAKA ORANG YANG MENJALANI LAKU JANGAN CEPAT MELANGKAH DULU BERTANYALAH KEPADA YANG TAHU

Inilah pentingnya kita berguru laku kepada seseorang yang lebih tahu agar tidak tersesat. Kepada siapa kita berguru? Di Jawa kita mengenal adanya guru bakal, guru dadi dan guru laku. Mereka inilah yang seharusnya menuntun patrap-patrapnya ilmu? Apalah arti doa dan amalan bila tidak diresapi makna dan hakekatnya sehingga nanti baru kita melangkah ke tahap NGELMU, atau aplikasi dari pemahaman akan makna dan hakekat tersebut. Sebuah ilmu bisa kontak dengan sumber -sumber energi dalam hidup bila ada guru/mursyid. Dan guru inilah yang mengijazahi sebuah ilmu. Pengijazahan maksudnya adalah memberikan secara ikhlas ilmu yang sudah dia kuasai dan jalani. Pengijazah yang belum menguasai dan menjalani ilmu dan hanya sekedar tahu maka ilmu tersebut tidak bisa dijalankan.

WRAGUL 29 HARUSLAH LAHIR BATIN KALAU MEMUJI YANG DIUCAPKAN MUSTI DIMENGERTI YANG DILIHAT HENDAKNYA DIPAHAMI JUGA SEGALA YANG DIDENGAR BETAPA SUKAR ORANG MEMUJI MAKA SEBAIKNYA CARILAH GURU YAKNI ORANG YANG LEBIH TAHU YAKNI AHLI IBADAH DAN MEMUJILAH HINGGA MERASUKI HATI BEGITULAH ORANG MELAKUKAN SEMBAH PUJI

Ilmu itu adalah rangkaian paket puja dan puji untuk-NYA. Ilmu adalah penafsiran tentang sebuah fenomena yang tergelar di alam semesta ini. Ilmu menafsirkan rahasia-rahasia alam mulai alam sahir dan alam kabir. Dalam mengajani ngelmu, maka kita harus mengerti dengan sungguh-sungguh dan apa yang dilihat dan didengar hendaknya benar-benar dipahami. Jangan hanya ikut gelombang keinginan orang lain tanpa paham maksudnya. Apa langkah yang harus dilakukan bila kita belum paham? Ya apa boleh buat, kita harus mencari sosok guru.

WRAGUL 30 KALAU TAK TAHU APA YANG DISEMBAH HILANGLAH APA YANG DISEMBAH KARENA SESUNGGUHNYA TAK ADA TIRAI ITU TATAPLAH GUNUNG DAN BUNGA DALAM KESEPIAN IKAN TANPA MATA WAHYU SEJATI PANDANGLAH ARJUNA KALAU BERTAPA TAK TERGODA OLEH APA SAJA

Dalam menjalani ngelmu kita akan menemui banyak godaan dan hambatan. Godaan dan hambatan itu bukan kita yang menciptakan, tapi memang sudah ada secara alamiah ketika seseorang berniat mencari dan mendapatkan ilmu.

WRAGUL 31 ADA TIGA MACAM PEPUJI PERTAMA MELIHAT YANG DISEMBAH KEDUA MELIHAT RUPANYA KETIGA TAK MELIHAT KEPADA SESUATU, NAMUN MENGHADAP YANG DISEMBAH IBARAT MENCARI DALANG TOPENG YANG SEDANG MELAKUKAN PERTUNJUKAN TAK BEDA SEGALA YANG DIMILIKI BERPADU SATU RAGAWI RUHANI

Sebenarnya, semua ilmu apapun muaranya kepada ilmu-ilmu ketuhanan dan ketauhidan. Sehingga dalam ilmu kita akan mememukan tiga hal. Pertama mengetahui apa yang kita cari yaitu sesuatu yang kita sembah. Kedua, merasakan kehadirannya dan ketiga kita sudah tidak lagi melihat lagi sesuatu tersebut karena sejatinya sesuatu itu sebenarnya ada di dalam diri diri kita sendiri. Kita sudah manunggal dengan sesuatu yang kita sembah tersebut.

WRAGUL 36 DALANG DAPAT BERTUKAR RUPA BANYAK ORANG JATUH CINTA MENYAKSIKAN TINGKAH WAYANGNYA TERLIHAT SEGALA TINGKAH LAKUNYA

SEMUA SALING JATUH CINTA BETAPA MENDALAM KEINGINAN MENATAP SANG DALANG NAMUN DICARI TAK KETEMU MESKIPUN DENGAN SUSAH DAN RINDU

Ketika ilmu sudah menyatu dalam diri, maka kita akan menemukan hakekat ilmu yang sejati. Orang yang berilmu tinggi, maka dia akan merasa semakin tidak tahu apa-apa. Yang dirasakannya adalah kerinduan pada Sang Dalang atau Yang Maha Menciptakan semua yang ada ini. Perlu diingat bahwa Sang Dalang itu tetap susah dicari meskipun dengan kerinduan yang mendalam. Kami ingin mengakhiri paparan malam ini dengan sebuah pesan bahwa Kebijaksanaan adalah tetesan kesaktian yang tidak menimbulkan luka artinya buat apa kita belajar ilmu, memiliki ilmu bila hanya untuk mencari musuh atau untuk menyakiti sesama?

@Mas Kumitir & Wongalus, 2010

Você também pode gostar