Você está na página 1de 42

HASIL PENELITIAN ANALISIS KUNJUNGAN WISATA KE DANAU KELIMUTU DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN KELIMUTU,

KABUPATEN ENDE

Oleh: Baltasar Taruma Djata, SE., M.Sc Yustina Paulina Penu, SE., M.Par

YAYASAN PERGURUAN TINGGI FLORES (YAPERTIF) ENDE JUNI 2012


1

Abstrak Baltasar Taruma Djata, SE., M.Sc dan Yustina Paulina Penu, SE., M.Par melakukan penelitian dengan judul: Analisis Kunjungan Wisata ke Danau Kelimutu dan Dampaknya Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Indonesia sebagai salah satu negara yang terkenal kaya dan memiliki beribu obyek wisata alamnya yang tersebar di seluruh wilayah, mempunyai peluang besar untuk dapat menyedot para pelancong khususnya wisatawan dari mancanegara yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Kinerja pariwisata sebagai penghasil devisa ditentukan oleh kemampuan kita untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dengan jumlah pengunjung pada tahun 2010 sebanyak 24.815 dan menggunakan alat analisis Foreign Exchanges menghasilkan devisa atau penghasilan sebesar 5.087 .075.000/tahun.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi wisata tinggi yang membuat Indonesia mempunyai nilai tambah bagi wisatawan. Indonesia sebagai salah satu negara yang terkenal kaya dan memiliki beribu obyek wisata alamnya yang tersebar di seluruh wilayah, mempunyai peluang besar untuk dapat menyedot para pelancong khususnya wisatawan dari mancanegara yang dapat menghasilkan devisa bagi negara. Betapa tidak, karena hampir di seluruh wilayah daerah tingkat II di tanah air memiliki obyek wisata tersendiri. Apalagi kalau ditunjang dengan keramahtamaan dari warga di sekitar daerah tujuan wisata, tentu ini akan meningkatkan nilai tambah bagi sektor pariwisata. Tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang membangun, sangat membutuhkan devisa untuk mengimpor barang-barang dari luar negeri untuk berbagai kebutuhan barang-barang modal, barang-barang konsumsi atau obat-obatan yang belum diproduksi di dalam negeri, (Oka, 2005: 27)

Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin terasa penting, terutama setelah melemahnya peranan minyak dan gas. Walaupun nilai nominalnya dalam dollar mengalami fluktuasi, namun kepariwisataan merupakan salah satu cara yang cukup efektif bagi peningkatan pemasukan devisa bagi negara. Kemajuan pariwisata Indonesia bukanlah hal yang mustahil untuk dapat digapai, karena bumi pertiwi memiliki berbagai potensi pariwisata, baik berupa hamparan panorama alam pegunungan, padang safana, alam laut yang indah, maupun adat dan budaya yang unik. (Oka, 2008:42) Kinerja pariwisata sebagai penghasil devisa ditentukan oleh kemampuan kita untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia. (Bank Indonesia, 2004 dalam Trianto, 2005). Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sangat berpengaruh terhadap besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata. Semakin besar jumlah kunjungan wisatawan mancanegra, maka akan semakin besar uang yang dibelanjakan oleh wisatawan secara total. Berikut ini adalah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia tahun 2005-2009:

Tabel 1 Kunjungan Wisman ke Indonesia, Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Kunjungan 5.002.101 4.871.351 5.505.759 6.429.027 4 39,922 Penerimaan devisa (Juta USD) 4.521,89 4.447,98 5.345,98 7.377,39 )*

Sumber: www.budpar.go.id dan berbagai sumber. )* tidak ada data Kabupaten Ende sebagai bagian intergral dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga memiliki potensi wisata yang tidak kalah menariknya dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten Ende telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ende terutama Danau tiga warnah Kelimutu yang telah dikenal hingga ke mancanegara. Hal ini merupakan sinyalemen positif bagi pengembangan daerah kunjungan wisata di sekitar karena hal tersebut juga menunjukkan adanya minat dari calon wisatawan untuk mengunjungi daya tarik wisata yang lain. Berikut ini adalah jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ende selama tahun 2005-2009:

Tabel 2 Kunjungan Wisata ke Kabupaten Ende, Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Kunjungan Wisman Wisnu 2538 3546 3671 5229 7327

4876 6225 7469 11266 16775

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwista Kabupaten Ende Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Salah satu potensi daya tarik wisata yang menjadi primadona Kabupaten Ende adalah danau tiga warna Kelimutu yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Alam Nasional seluas 5.356,50 Ha dan disebut sebagai Taman Nasional Kelimutu. (Taman Nasional Kelimutu, 2006)
6

/ belanja dari wisatawan

Kawasan ini memiliki karakteristik yang unik, yakni terdapat bentang Sawah serta perbukitan hutan alam sebagai habitat satwa liar (elang, gagak hitam, nuri, garu giwa), yang letaknya saling berdampingan. Dengan adanya keunikan dan keindahan yang terdapat di sekitar danau tersebut mengundang banyak wisatawan untuk berkunjung ke Danau Kelimutu. Berikut ini adalah jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Kelimutu. Tabel 3 Kunjungan Wisata ke Danau Kelimutu, Tahun 2005-2010 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Kunjungan Wisman Wisnu 2538 3546 3671 5229 7327 7111

4875 6225 7469 11266 16775 17704

Sumber: Balai Taman Nasional Kelimutu Dari data tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. / belanja dari wisatawan

Meskipun jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Kelimutu terus meningkat dari tahun ke tahun namum belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi perekonomian masyarakat lokal. Pada hakekatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara materil maupun spiritual.

1.2

Permasalahan Rendahnya daya saing masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang

mengakibatkan manfaat ekonomi pariwisata terutama yang berkaitan dengan kesempatan bekerja dan berusaha di dalam kawasan wisata belum dapat dirasakan sepenuhnya.

1.3 Pertanyaan Penelitian (Research Question) Apakah kunjungan wisata ke Danau Kelimutu mempunyai pengaruh terhadap perubahan ekonomi masyarakat setempat? Hal ini berkaitan dengan kegiatan industri pariwisata yang berlangsung di kawasan tersebut.

1. 4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh kunjungan wisata ke Danau Kelimutu terhadap kondisi ekonomi masyarakat Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu.

1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagai acuan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terkait dengan peningkatan peran sektor pariwisata dalam rangka perbaikan kondisi ekonomi masyarakat Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu dan sekaligus dapat meningkatkan devisa negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (Soemardjan, 1977:58 ), pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata. (dalam Aripin, 2005). Dikatakan pula oleh Lubis (2006) pengembangan sektor pariwisata di daerah pastilah diarahkan untuk dapat memantapkan sumbangan ekonominya pada pendapatan daerah guna meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat maupun sebagai sarana promosi daerah di

kancah kepariwisataan nasional dan bahkan internasional (global tourism). (repository.usu.ac.id) Hartono (1974:45,) juga memaparkan bahwa pariwisata memiliki tiga aspek pengaruh yaitu aspek ekonomis (sumber devisa, pajakpajak ), aspek sosial

10

(penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya. Keberadaan sektor pariwisata tersebut seharusnya memperoleh dukungan dari semua pihak seperti pemerintah daerah sebagai pengelola, masyarakat yang berada di lokasi objek wisata serta partisipasi pihak swasta sebagai pengembang. (dalam Aripin, 2005). Sharpley (dalam Binns, dkk., 2002) berpendapat bahwa, pariwisata telah lama dianggap sebagai katalis yang efektif dalam pembangunan sosial-ekonomi pedesaan dan regenerasi. Sedangkan menurut Ashley dan Roe berpendapat, banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kontribusi pariwisata guna mengurangi kemiskinan, sehingga pariwisata selalu pro-masyarakat miskin. (dalam Binns, dkk., 2002). Maksudnya sektor pariwisata diharapkan dapat menghapus kemiskinan yang dialami masyarakat lokal. Hal ini sesuai dengan tujuan UU nomor 10 tahun 2009 pasal 4, poin c, yakni kepariwisataan bertujuan untuk menghapus kemiskinan. Dengan hadirnya wisman (wisatawan mancanegara) dan wisnu (wisatawan nusantara) mendorong masyarakat lokal untuk mulai beraktivitas, dengan demikian menambah kesempatan kerja bagi masyarakat di kawasan wisata. Disamping itu mengurangi peluang untuk terjadinya migrasi keluar bagi kaum muda di daerah tersebut. Hal yang sama dikatakan juga oleh Kariel (1989) yang mengatakan dengan lebih banyak pekerjaan yang dibuat dalam masyarakat, telah mengurangi migrasi keluar pemuda, karena banyak anak muda lebih memilih bekerja di desa-desa asal mereka bila memungkinkan.

11

Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. (BPS, 2004 dalam Trianto, 2005)

2.2 Landasan Teori Orang-orang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari banyak orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan, termasuk didalamnya adalah wisatawan. Sesuai dengan pasal 5 Revolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Peserikatan Bangsa-Bangsa nomor 870, yang dimaksudkan dengan pengunjung adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya. Menurut rumusan pengunjung tersebut di atas, termasuk kedalamnya: 1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi berikut ini: a. Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan, dan olah raga.

12

b. Hubungan dengan (business), keluarga, konperensi, dan missi. 2. Plancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal yang kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar). (Oka, 1996: 133-134) Swarbrooke (1998:71) menjelaskan bahwa kunjungan wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata menyebabkan terjadinya proses adaptasi, baik adaptasi terhadap lingkungan fisik maupun kultural masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena perbedaan latar belakang kehidupan antara wisatawan yang datang dengan masyarakat dan lingkungan yang dikunjunginya. Berdasarkan teori tersebut, dengan berkembangnya Daerah Tujuan Wisata (DTW) Kelimutu sebagai daya tarik wisata akan mendorong terjadinya perubahan terhadap lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat, baik yang terjadi dengan cepat maupun lambat. Perubahan tersebut berakibat pada terjadinya adaptasi oleh masyarakat setempat. Dilihat dari kacamata makro pariwisata memberikan dampak positif, karena sebagai suatu industri: 1. Dapat memberikan kesempatan berusaha. Dengan datangnya wisatawan, perlu pelayanan untuk menyediakan kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan (expectation) wisatawan yang terdiri dari berbagai kebangsaan dan tingkah lakunya

13

2. Dapat meningkatkan kesempatan kerja (employments). Apabila sebuah hotel dibangun dengan kamar sebanyak 400 kamar, karyawan yang dibutuhkan 600 orang. 3. Dapat meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan. 4. Dapat meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domistic Bruto (GDB) 5. Dapat meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah. Tiap wisatawan berbelanja selalu dikenakan pajak sebesar 10% sesuia peraturan pemerintah yang berlaku. 6. Dapat mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor lainnya. 7. Dapat memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pariwisata mengalami surplus, denga sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran indonesia, dan sebaliknya. (Oka, 2008).

14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Dalam penelitian ini membutuhkan data primer terkait dengan kondisi ekonomi dan data sekunder antara lain jumlah kunjungan wisatawan dan penerimaan devisa selama tahun 2005 sampai dengan 2010. 3.2 Sumber Data Data tersebut adalah: 1. Untuk jenis data primer bersumber dari sampel/responden di sekitar kawasan Danau Kelimutu, yakni Desa Koanara yang pengumpulannya dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) tertutup. 2. Untuk jenis data sekunder yang akan diperoleh dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende dan dari berbagai sumber terkait lainnya.

15

3.3 Definisi Operasionalisasi Variabel 1. Kunjungan wisatawan. Kunjungan wisatawan adalah frekwensi

berkunjungnya para wisatawan mancanegara dalam setahun ke DTW Danau Kelimutu. Dalam hal ini rentang waktu yang diperhatikan adalah selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. 2. Kondisi ekonomi masyarakat. Perubahaan pendapatan masyarakat setempat maupun tumbuhnya berbagai fasilitas penunjang wisata seperti kendaraan sewaan, toko, restoran, warung makan dan industri cendera mata yang terdapat di obyek wisata Danau Kelimutu. 3.4 Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Foreign Exchanges. Analisis Foreign Exchanges tersebut digunakan untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh masyarakat lokal yang diakibatkan dari kunjungan wisatawan di daerah tersebut. Adapun formulasinya adalah sebagai berikut: F.E = N L e Dimana: F.E = Foreign Exchanges ( Devisa/pendapatan)

16

N = Number of Tourist (jumlah wisatawan yang datang dalam tahun tertentu) L = Average of length of in Days (rata-rata lamanya tinggal wisatawan pada DTW yang dikunjungi) e = Average of Tourist expenditures per Day per Tourist (Rata-rata pengeluaran wisatawan tiap hari tiap wisatawan) BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kawasan Taman Nasional Kelimutu 4.1.1 Letak Geografis Kawasana taman Nasional Kelimutu terletak di wilayah Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan letak geografis pada: 8043 8048 LS, 121044 121051 BT. Untuk mencapai Kawasan Taman Nasional Kelimutu dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang Kupang Ende selama kurang lebih 40 menit atau Denpasar Ende selama 1 jam 55 menit. Selanjutnya dari Ende perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan darat dengan menggunakan mobil atau bus truk (bus kayu) menuju daerah Moni. Taman Nasional Kelimutu ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan, SK No. 279/Kpts-II/92 dengan luas 5.000 hektar. Pada tahun 1997 kemudian ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Kehutahan dengan SK No.675/Kpts-II/97 dengan luas 5.356,5 hektar.

17

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang bernilai cukup tinggi, juga memiliki keunikan dan nilai estetika yang menarik yaitu dengan adanya tiga buah danau yang berwarna yang ada di puncak Gunung Kelimutu (1.690 meter dpl). Warna air dari ketiga danau tersebut berbeda satu sama lain dan selalu berubah dari waktu ke waktu terutama warna air danau Tiwu Nuamuri Koofai (duabelas kali perubahan dalam jangka waktu dua puluh lima tahun). Selain disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Kelimutu, perubahan warna ini diduga adanya pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, terjadinya zat kimiawi terlarut, dan akibat pantulan warna dinding dan dasar danau.

4.1.2 Biofisik 1. Klimatologi dan Tipe-Tipe Ekosistem di Dalam Kawasan a. Klimatologi Kawasan Taman Nasional Kelimutu beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 1.615 3.363 mm/tahun. Musim hujan dimulai bulan Desember hingga Maret, Bulan Oktober dan November merupakan bulan terkering. Suhu udara berkisar antara 25,5 31 0C, suhu minimum berkisar 11.6 0C terjadi pada bulan JuliAgustus. Pada musim hujan, flora dalam kawasan tampak menghijau tetapi pada musim kering terutama pada bulan Oktober dan November banyak tumbuhan yang menggugurkan daunnya. Kondisi tanah dan iklim berpengaruh langsung terhadap keanekaragaman flora dan fauna beserta ekosistem yang ada di atasnya. b. Ekosistem
18

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi mengenai hubangan antara komponen biotik dan abiotik. (Odum, 1971). Faktor-faktor lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban udara, dan karakter tanah memegang peran penting dalam aliran energi. Arus energi yang terjadi meliputi struktur makanan, keanekaragaman biotik dan daur-daur bahan yang jelas di dalam sistem yang erat. Secara sederhana, tipe-tipe ekosistem dapat pula digambarkan melalui struktur dan komposisi vegetasi yang membentuk satuan asosiasi vegetasi dalam suatu areal tertentu. Vegetasi kawasan merupakan suatu sistem yang dinamis, merupakan resultante dari banyak faktor, baik pada saat lampau maupun saat sekarang. Oleh karena itu karakteristik vegetasi di suatu tempat dapat dipakai sebagai indikator kelestarian suatu komunitas (Christopheros, 1993). Kawasan Taman Nasional Kelimutu secara umum merupakan tipe ekosistem hutan pegunungan (1.000-1.700 meter dpl). Ekosistem pegunungan Tamana Nasional Kelimutu terdiri dari berbagai tipe hutan dan tipe penutupan lahan yang terkait erat dengan fenomena geomorfologi yang unik. Tipe-tipe vegetasi yang ada sangat

beragam meliputi: Jenis Vaccinium varingiaefolium (Arngoni) dan Rhododendron renschianum (Turuwara); Tipe hutan didominasi Casuarina jonghuniana (Bu), Rerumputan di lereng bukit, dan semak belukar. Berdasarkan ketinggian tempat dan suhu udara Kawasan Taman Nasional Kelimutu dapat dibagi menjadi 2 tipe ekosistem hutan: sub montane dan montane. 1. Tipe hutan sub montane

19

Zona sub montane secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Kawasan hutan ini merupakan sebagian besar kawasan Taman Nasional Kelimutu, memiliki ketinggian antara 1.000-1.500 meter dpl, dengan suhu dalam kisaran 270 300C. Formasi hutan sub montane didominasi oleh hutan alam yang membentang di sepanjang lereng bukit dengan beberapa variasi semak belukar. Vegetasi hutan pada zona ini lebih banyak dikuasai oleh Suku Lauraceae dan Rosaceae. Pada Kawasan Hutan Gunung Kelimutu dan Gunung Keli bara (Bu Bara, Saga, dan Kanga Ria), jenis yang banyak dijumpai di zona sub montane anatar lain adalah Litsea diversifolia, Actinodaphne glomerata, Eucalyptus urophylla, Cryptocarya densiflora, Prunus arborea, Ficus sp. Lapis dibawahnya dapat dijumpai jenis pohon Schefflera lucida dan Cyathea sp (paku pohon). Pada daerah semak belukar dan terbuka, vegetasi didomitasi oleh Eupatorium odoratum (Kerinyu), dan Melastoma malabatricum (Mboa). 2. Tipe hutan montane Zona montane terletak di puncak-puncak gunung memiliki ketinggian antara 1.500-1.700 meter dpl dengan suhu dalam kisaran 25 0 270C. Tipe vegetasi pada zona ini didominasi jenis-jenis Casuarina junghuniana (Bu), Glochidion philippicum (Lonngo Baja), Eurya acuminata (Toko Kata), dan Homalantus giganteus (Kebu). Pada bagian bawah terdapat Eupatorium odaratum (Kerinyu), Imperata cylindrica (Ki), Pteris sp (Paku) dan Gleichenia linearis (Kepa).
20

Terdapat ekosisten khas disekitar kawah danau, di areal ini terlihat lapisan tanah yang terbuka dengan penutupan vegetasi Vaccinium varingiaefolium (Arngoni) dan Rhododendron renschianum (Turuwara). Keadaan tanah berbatu dengan uap belerang yang sangat terasa membuat tidak ada jenis vegetasi lain yang tertahan hidup di daerah ini. Kedua jenis vegetasi tersebut kategori kerdil yang biasa menghuni daerah alpine / sub alpine (ketinggian diatas 2.000 mdpl).

2. Flora dan Fauna a. Flora Hasil inventarisasi flora pohon oleh BTN Kelimutu dan LIPI (2007) diketahiu bahwa terdapat 78 jenis pohon yang terkelompok dalam 36 suku. Suku yang memiliki jenis terbanyak adalah Euphorbiaceae berjumlah 10 jenis, Lauraceae berjumlah 7 jenis, Fabaceae berjumlah 6 jenis, moraceae berjumlah 5 jenis, Myrtaceae dan Areceae masing-masing berjumlah 4 jenis, Actinidiaceae, Ulmaceae dan Meliaceae masing-masing berjumlah 3 jenis, Melastomataceae, Ericaceae, Rubiaceae,Theaceae, Apocynaceae dan Elaeocarpaceae masingmasing berjumlah 2 jenis dan 21 suku yang lain masing-masing memiliki 1 jenis. Ditemukan 2 jenis tumbuhan sebagai flora endemik kelimutu yaitu Uta Onga (Bengonia Kelimutuensis) dan Turuwara (Rhododendro Renschianum) serta satu ekosistem spesifik Kelimutu yaitu Ekosistem Vaccinium dan Rhododendron (EkosVR). Dua jenis flora yang diwaspadai status kelangkaannya yaitu Jita/Pulai (Alstonia scholaris) dan Upe/Ketimun (Timonius timon).
21

Sebagai kawasan konservasi yang perlu diwaspadai dalam pelestarian flora adalah jenis-jenis yang jumahnya terbatas dan pesebarannya hanya pada satu zona saja. Jenis-jenis tersebut jika mengalami gangguan akan mudah terjadi kelangkaan. Jenis flora yang penyebarannya luas pada keempat zona adalah Mboa atau dalam bahasa umumnya Senduduk atauHerendong (Melastoma malabathrium). Jenis-jenis flora yang tersebar pada 3 zona yaitu Mboa Ria (M.polyanthum), Bu (C. Junghuhniana), Kebu (H. Giganteus),Teru (M. Giganteus), dan Garis (S. Lucida). Pohon Bu atau Cemara Gunung walaupun tersebar pada 3 zona tetaap berada di daerah pegunungan karena tumbuhan ini adalah pionir yang mampu tumbuh pada tanah bekas lava dan timbunan abu vulkanik (Van Steenis, 2006). Dalam TN Kelimutu pohon Bu/Cemara Gunung tumbuh pada elevasi antar 1.200 1.700 m dpl. Pohon Teru dan Kebu walaupun sebagai penjelajah lokasilokasi terbuka dan sebagai tumbuhan perintis namun tidan mampu hidup pada zona inti pada ketinggian 1.650 m dpl dan berdekatan dengan kawah danau. b. Fauna Potensi fauna dapat menggambarkan kelestarian ekosistem tempat hidupnya. Fauna memegang peranan kunci pada jaring-jaring makanan suatu ekosistem, baik sebagai mangsa maupun predator. Pada ekosistem yang sehat, keberadaan sejumlah jenis aviuna dan mamalia menjadi indikator sekaligus penentu stabilnya ekosistem. Jenis burung menjadi parameter utama dalam monitoring biodiversitas fauna karena sifatnya yang mudah dijumpai, jumlah lebih melimpah, dan relatif tidak terpengaruh dengan aktivitas pengamatan pada jarak dekat.
22

Hasil pengamatan avifauna oleh BTN Kelimutu dan LIPI (2007), menunjukan komunitas burung di daerah ini masih bagus, dengan dijumpai bermacam kelompok burung dari burung pemangsa, pemakan bangkai, pemakan serangga, pemakan biji-bijian, pemakan ikan sampai burung pengisap madu. Keanekaragaman avifauna yang paling tinggi dijumpai di zona pemanfaatan, diikuti oleh zona inti dan zona rimba. Hal ini didukung oleh keanekaragaman tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat hidupnya. Terdapat pula jenis burung elang dibagian atas danau coklat (Tiwu Ata Polo). Menurut Bishop etal (1997) Monarcha sacerdotum dan Monarcha trivirgatus di jumpai di TN Kelimutu; tetapi mees (1973) yang mendeskripsikan Monarcha sacerdotum berdasarkan satu spesimen yang berasal dari Sesok, Flores, 1.000 m dpl. Menyebutkan yang diatas 1.200m dpl adalah Monarcha trivirgatus. Verhoeye dan king (1990) menambahkan 3 jenis burung pemangsa baru untuk flores, yaitu Hieraaetus fasciatus, Hieraaetus kienerii dan Pernis sp. Jenis fauna lainnya didapatkan 14 jenis mamalia terdiri dari 4 jenis kelelawar, 3 jenis tikus, 1 jenis cecurut, 1 jenis kera, 1 jenis musang, 2 jenis babi hutan, 1 jenis landak dan 1 jenis tikus besar. Dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu ditemukan 3 jenis mamalia yang yang Endemik Flores adalah Tikus Lawo (Rattus hainaldi), Deke (Papagomy armandvillei) dan babi hutan flores/wawi ndua (Sus heureni). Ditemukan juga 4 jenis ular, 1 jenis kadal dan 2 jenis molusca. Fauna langka yang ada di Taman Nasional Kelimutu antara lain; 5

23

jenis burung Endemik Flores, 2 jenis burung berada pada kategori kritis, 4 jenis fauna lainnya Endemik Flores dan 2 jenis diantaranya dalam kategori rawan. 3. Kondisi Geologis Kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari batuan basa, menengah, batuan berasam kersik dan efusive berasam kersik (Ridwan, 2001). Kawasan Taman Nasional Kelimutu adalah daerah yang bergelombang mulai ringan sampai berat dengan relatif berbukit-bukit sampai bergunung-gunung. Puncak tertinggi terdapat di Gunung Kelibara (1.731 m dpl) dan Gunung Kelimutu (1.690 m dpl) memiliki lereng yang curam dan terjal terutama pada dinding-dinding danau. Topografi yang bergelombang berat terdapat pada bagian selatan kawasan. Jenis tanah dalam kawasan terdiri dari Regosol, Mediteran dan Latosol. Tanah Regosol paling dominan pesebarannya dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu ini. Pada beberapa lokasi terdapat tanah pasir yang merupakan endapan vulkanik. Tanah pasir ini bersifat padat sehingga memiliki daya tahan yang besar untuk menerima tekanan yang berat (Aristan Ekawasta, 1991). Komplek Taman Nasional Kelimutu memiliki tiga buah danau kawah dipuncaknya. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longgsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 samapi 150 meter dari permukaan air danau. Berdasarkan perkembangan tektonik di pulau Flores yang dipengaruhi oleh gaya kompresi yang berarah utama utara-selatan, maka pola struktur kelurusan yang tampak mencerminkan arah umum timur laut-barat daya, barat laut tenggara,
24

beberapa diantaranya berarah hampir utara-selatan dan barat-timur. Struktur geologi yang berkembang di kompleks Gunung Kelimutu-Sokoria umumnya berupa patahan / sesar geser dan turun. Patahan-patahan yang nampak yaitu patahan geser Detusoko, patahan turun Ae Bai, Watusaka dan lainnya. Juga terdapat bentuk struktur berupa kawah dan kaldera seperti di 3 kawah danau kelimutu, Kelibara dan Kaldera Sokoria. Bentuk kawah dan kaldera ini akibat adanya aktivitas vulkanik yang diduga berpusat dari Gunung Kelibara, Kelimutu dan Sokoria. Tiga danau dengan warna berbeda di kelimutu merupakan fenomena unik yang menjadi perhatian dunia. Perbedaan ketiga warna menurut ahli geologi terjadi karena adanya beberapa senyawa kimia bereaksi. Kawah Tiwu Nua Muri Koo Fai berwarna hijau muda karena ion Fe2+ yang beraksi dengan sulfat (SO4 2-) membentuk endapan ferosulfat (FeSO4). Kawah Tiwu Atapolo berwarna coklat kemerahan karena dari Fe3+ membentuk senyawa feri hidroksida (Fe(OH)3) berupa koloid di dalam air kawah (bukan di permukaan air kawah) dan residu di dasar kawah. Sedangkan Tiwu Ata Bupu berwarna hijau tua kehitaman diduga merupakan refleksi warna tumbuh-tumbuhan / cemara gunung yang banyak ditemukan di bibir kawah. Disaat tertentu warna akan berubah menjadi coklat kemerahan, sebagaimana warna daun kering cemara gunung yang mengapung di permukaan kawah. 4.1.3 Jasa Lingkungan dan Pariwisata Alam Taman Nasional Kelimutu mempunyai obyek wisata yang sangat unik berupa fenomena geologis yang langka dengan munculnya tiga buah danau kawah di puncak

25

Gunung Kelimutu. Selain unik juga mempunyai nilai estetika alam yang tinggi apalagi dilihat pada saat fajar menyingsing: puncak gunung yang terlihat siluet akan nampak indah sekali jika dipadu dengan danau warna dan hamparan Vaccinium dan Rhododendron.

Untuk menikmati fajar di Gunung Kelimutu wisatawan mempunyai 2 alternatif menginap, yaitu di kota Ende atau di Moni. Jika menginap di Ende memerlukan perjalanan kurang lebih 2 jam dengan mobil, sedangkan dari kawasan Homestay Moni wisatawan dapat mencapai Puncak Gunung dengan berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit. Selain Danau Kelimutu wisatawan juga dapat mengunjungi desa-desa adat di sekitar kawasan (rumah adat di Jopu, kampung adat dan tenun ikat di Nggela), dan juga sumber air panas Liasembe. Berbagai fasilitas wisata telah disediakan oleh pengelolah, seperti: - Lapangan parkir. - Pusat informasi. - Lapak pedagang. - Toilet. - Jalan setapak. - Papan informasi. - Tempat pengamatan danau di puncak.
26

- Tempat berteduh (piknik unit). - Tempat sampah, dan lain-lain. Selain itu tersedia petugas lapangan (guide) yang siap membantu para wisatawan yang membutuhkan panduan perjalanan. Selain pemandu dari Balai Taman Nasional juga tersedia jasa guide lokal di daerah Moni, Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu. Selain memandu para guide ini juga membantu dalam menyediakan penginapan. Paket yang dikemas biasanya berupa kunjungan wisata selama 2 hari. Selain melihat fenomena alam di dalam Taman Nasional para pemandu juga mengajak wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek lain di sekitar kawasan. Pedagang berasal dari sekitar Taman Nasional Kelimutu, bermata pencaharian lain sebagai petani musiman, penggarap lahan kebun. 4.2 Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu Desa Koanara dengan luas wilayah 13,83 Km3 dengan jumlah Dusun sebanyak 4, Rukun Warga (RW) sebanyak 6 serta Rukun Tetangga (RT) sebanyak 16 memiliki batas wilayah, iklim, floara dan fauna serta obyek wisata sebagai beikut: 1. Batas batasnya: Utara Selatan Timur Barat : dengan Kecamatan Detusoko : dengan Kecamatan Wolowaru : dengan Kecamatan Detukeli : dengan Kecamatan Wolojita dan Kecamatan Ndona Timur.

2. Iklim: Tropis

27

3. Flora dan Fauna: Kayu rimba (heterogen), Tanaman perdagangan yaitu: kemiri, kopi, coklat, jambu mete, cengkeh, vanili dan lain-lain. 4. Obyek Wisata: Danau tiga warna Kelimutu, rumah adat, kesenian daerah Tandak, Nggo Wani, Air Panas, dan lain-lain. Gambaran lain keadaan di Desa Koanara seperti terlihat pada tabel berikut ini:

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Lamanya tinggal Wisatawan

Lamanya kunjungan seorang wisatawan berbeda-beda tergantung dari

lamanya cuti seseorang, berapa besar uang yang dapat dibelanjakan secara bebas,

dan kesehatan seseorang dalam perjalanan yang dilakukannya pada suatu Daerah

Tujuan Wisata. Oleh karena itu lamanya perjalanan wisata sangat bervariasi, bisa satu

hari, tiga hari atau mungkin dua atau tiga minggu. Berikut tabel lamanya tinggal

wisatawan di Kecamatan Kelimutu Desa Koanara.


28

Tabel 4 Lamanya Tinggal wisatawan di Kecamatan Kelimutu Desa Koanara No 1 2 3 4 5 Lama tinggal (Hari) -1 -3 -5 -7 Total Persen (%) 72 15 7 6 100

Sumber: hasil penelitian 2011 Berdasarkan tabel di atas bahwa lamanya tinggal wisatawan baik pada musim

sepih maupun musim ramai pada tahun 2010 di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu

adalah wisatawan yang datang (tinggal) > 1 < 3 hari sebanyak 87%, dan sissanya

13% untuk wisatawan yang datang (tinggal) > 5 < 7 hari. Untuk mendapatkan angka

atau nilai yang dianggap tepat perlu terlebih dahulu dicari median (M), (Oka, 2008)

dengan cara sebagai berikut:

M = M =

N 2

100 = 50 2

29

Angka 100 merupakan jumlah wisatawan dan angka 50 sendiri berasal dari

asumsi bahwa 50% dari uang yang dibelanjakan wisatawan digunakan untuk

keperluan akomodasi hotel, makan dan minum di Daerah Tujuan wisata (DTW) yang

dikunjungi wisatawan. Berdasarkan tabel di atas angka 50 terletak di nomor 1 yakni

lamanya tinggal wisatawan (-1) hari atau median (M) = (-1) dari total kunjungan

wisata sebesar 24.815 orang selama tahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa

wisatawan lebih memilih untuk menginap di tempat atau di daerah lain atau kurang

berrminat untuk menginap di penginapan yang ada di Desa Koanara Kecamatan

Kelimutu.

30

5.2

Pengeluaran Wisatawan

Tibout (1962) mengatakan uang yang dibelanjakan wisatawan merupakan uang segar (fresh money) bagi perekonomian lokal yang dapat mempengaruhi perekonomian setempat. Pengeluaran itu merupakan devisa (foreign-exchange) yang dapat digunakan untuk membeli barang-barang import dan sekaligus akan meningkatkan penerimaan pajak pemerintah. Oka (2008) berpendapat bahwa 50% rata-rata pengeluaran wisatawan digunakan untuk keperluan akomodasi hotel dan makan dan minum, sedangkan sisanya untuk keperluan lainnya. Rata-rata tersebut hanya menunjukkan rata-rata pengeluaran harian para wisatawan yang menginap pada hotel sedangkan wisatawan lain yang tidak menginap di hotel dianggap bahwa wisatawan itu membelanjakan uangnya relatif lebih kecil/sedikit (dibandingkan dengan wisatawan yang menginap). 5.2.1 Pengeluaran untuk hotel Tabel 5 Tarif penginapan/malam di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu Tarif/malam/kamar (Ribuan Rupiah) < 200 200 - 500 500 - 700 > 700 Total Sumber: Hasil penelitian 2011
31

No 1. 2. 3. 4.

Persentase 7% 79 % 8% 6% 100%

Dari tabel di atas menunjukkan tarif penginapan yang ada di Desa Koanara adalah bervariasi yakni mulai dari < Rp200.000 >Rp700.000. Dari 18 penginapan yang ada di desa Koanara, wisatawan lebih memilih penginapan dengan tarif sebesar Rp 200.000 Rp 500.000 sebanyak 79%, dan sisanya dibawah 10%. Jumlah wisatawan yang menginap baik pada musim sepi maupun pada musim ramai di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu adalah sebesar 1.296 dari total kunjungan wisatawan sebesar 24.815 orang pada tahun 2010. Rata-rata tarif penginapan yang dikenakan kepada wisatawan yang menginap adalah sebesar Rp 350.000/malam/kamar dan rata-rata wisatawan yang menginap di Desa Koanara hanya sebanyak 4 orang/hari. Pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran wisawatawan untuk penginapan adalah sebesar Rp 1.400.000.-/hari/ 18 penginapan atau sebesar Rp78.000/hari/penginapan. Dari hasil tersebut mengindikasikan bahwa wisatawan lebih memilih untuk menginap di daerah atau tempat lain daripada menginap di penginapan di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu, hal ini menyebabkan pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang memiliki penginapan sangat rendah. Konsep rata-rata tersebut di atas menagacu pada rumus:
Class Mark (CM ) = ( Lower Class Limit ) + (Upper Class Limit ) (Saleh, 2004:7) 2

32

5.2.2

Pengeluaran untuk Restauran Pengeluaran untuk Restauran adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh

wisatawan untuk keperluan makanan dan minuman selama menginap di suatu daerah tujun wisata yakni restauran yang ada di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu. Berikut ini adalah tabel pengeluaran. Tabel 6 Omset Restaurant di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu Omset Rp100.000 - Rp 500.000 Rp500.000-Rp1.000.000 > 1.000.000 Total Sumber: Hasil penelitian 2011 No 1. 2. 4. Persentase 72 % 18 % 10 % 100%

Dengan mengacu pada rumus CM tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata besarnya omset yang diperoleh pemilik restaurant adalah:
Rp 100.000 + Rp 500.000 = Rp 300.000 /hari/restaurant. Apabila dilihat dari total 2

kunjungan wisatawan yang menginap pada tahun 2010 adalah sebesar 1.296 (4 orang/hari) dari total kunjungan wisatawan sebesar 24.815 orang, maka rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp 1.200.000/18 penginapan (Rp 67.000/hari). Keadaan ini mengartikann bahwa pengeluaran wisatawan untuk makanan dan minuman hanya sebesar Rp 67.000/hari dari total kunjungan wisatawan pada tahun 2010 sebanyak

33

24.815 wisatawan. Hal ini mengindikasikan bahwa wisatawan yang datang selalu membawa makanan dan minuman dari rumah atau dari daerah lain. 5.2.3 Transportasi lokal Transportasi lokal merupakan suatu alat transpor baik roda dua maupun roda empat, baik tradisional maupun modern yang digunakan wisatawan untuk memenuhi keinginan, kebutuhan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata. Dalam memudahkan akses keluar masuk wisatawan maka di sekitar lokasi wistawan/Desa Koanara disediakan pula dengan sarana transportasi baik beroda dua (sepeda motor/ojek) maupun kendaraan roda empat milik masyarakat setempat yang berjumlah 20 unit kendaraan roda dua (ojek) dan 5 unit mobil. Rata-rata tarif transportsai yang dikenakan kepada wisatawan adalah sebesar Rp 28.000/hari untuk kendaraan roda empat dan Rp 7.000/hari untuk kendaraan roda dua. Rata-rata pengeluaran wistawan untuk transortsasi atau pendapatan yang diperoleh pemilik transport adalah sebesar Rp 35.000/hari. 5.2.4. Cendera mata Cendera mata atau suvenir merupakan produk yang tersedia untuk dibawah oleh wisatawan sebagai kenang-kenagan. Atau dapat juga dikatakan sebagai berikut cendera mata adalah suatu yang dibawa oleh seorang wisatawan ke rumahnya untuk memori yang terkait dengan benda itu. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini kadang disinonimkan dengan suvenir, tanda mata, atau kenang-kenangan. (id.wikipedia.org)

34

Cendera mata yang ada di desa Koanara sangat minim, yang mana hanya terdapat satu jenis cendara mata yakni tenun ikat khas daerah Ende Lio dengan ratarata harga RP75.000/lembar. Rata-rata tenun ikat yang terjual sebanyak 2 lembar/hari, berarti pendapatan bagi penjual tenun ikat Rp 150.000 dibagi dengan 6 (enam) penjual adalah sebesar Rp 25.000/hari. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan kurang berminat untuk membeli suvenir tersebut, karena tidak ada suvenir atau cendra mata alternatif, dan menurut mereka suvenir yang sama dapat diperoleh di tempat lain (dimana saja). Hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarkat di sekitar DTW kurang inovatif dan kreatif dalam memafaatkan kearifan lokal deerah tersebut. 5.3 Analisis Foreign Exchanges Analisis Foreign Exchanges digunakan untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh masyarakat lokal yang diakibatkan dari kunjungan wisatawan di daerah tersebut. F.E = N L e Dimana: F.E = Foreign Exchanges (Devisa/pendapatan) N = Number of Tourist (jumlah wisatawan yang datang dalam tahun tertentu) L = Average of length of in Days (rata-rata lamanya tinggal wisatawan pada DTW yang dikunjungi) e = Average of Tourist expenditures per Day per Tourist (Rata-rata pengeluaran wisatawan tiap hari tiap wisatawan.

35

Dengan demikian berarti Foreign Exchangesnya adalah 24.8151205.000 = 5.087 .075.000/tahun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa devisa/pendapatan yang diterima oleh masyarakat di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu adalah sebesar Rp 5.087.075.000 (lima miliar delapan puluh tujuh juta tujuh puluh lima ribu rupiah) / tahun. Pengunjung begitu banyak (24.815 orang) yang berkunjung ke Danau

Kelimutu tetapi dampaknya tidak terlalu berati dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Koanara, Kecamatan Kelimutu. Hal ini disebabkan oleh: Kurangya fasilitas utama dan daya tariknya bagi wisatawan Volume dan intensitas pengeluaran wisatawan di DTW sangat rendah Tingkat pembangunan ekonomi di DTW rendah. Rendahnya basis perekonomian di DTW. Rendanya kemampuan redistribusi pengeluaran wisatawan di DTW. Lemahnya Kemampuan DTW menyesuaikan diri terhadap musim permintaan pariwisata

36

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran wisatawan ke Taman Nasional Kelimutu memberikan dampak kurang siginifikan kepada kondisi masyarakat Desa Koanara Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Sebagaimana yang terlihat dari masing-masing pengeluaran wisatawan baik pengeluaran untuk hotel, restauran, transportasi lokal maupun cendera mata dengan nilai masing-masingnya yang sangat kecil. Kecilnya nilai pengeluaran wisatawan tersebut menunjukkan kecilnya penerimaan bagi pelaku ekonomi di Desa Koanara. Hal ini disebabkan oleh: Kurangya fasilitas utama dan daya tariknya bagi wisatawan Volume dan intensitas pengeluaran wisatawan di DTW sangat rendah Tingkat pembangunan ekonomi di DTW rendah. Rendahnya basis perekonomian di DTW. Rendanya kemampuan redistribusi pengeluaran wisatawan di DTW. Lemahnya Kemampuan DTW menyesuaikan diri terhadap musim permintaan pariwisata

37

6.2 Saran Adapun saran yang perlu disampaikan adalah: 1. Perlu pembenahan dan penataan yang lebih baik lagi sehingga terus menciptakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Danau Kelimutu. 2. Tingkatkan kreativitas dan ketrampilan bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat bersikap inovatif dan kreatif. 3. Perlu meningkatkan promosi wisata sehingga Danau Kelimutu dapat lebih banyak dikenal masyarakat umum baik domestik maupun luar negeri. 6.1 Saran Dari hasil pembahasan dan simpulan, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Untuk pihak pemerintah Kabupaten Ende a. Perlunya perbaikan sarana dan prasarana seperti, MCK, Penyediaan air bersih, tempat sampah, lopo-lopo, tempat makan Kelimutu b. Perlunya pembentukan kelembagaan Pariwisata di DTW Taman Nasional Kelimutu. di kawasan Danau

38

c.

Pengembangan

Kawasan

Taman

Nasional

Kelimutu

haruslah

memperhatikan keberlanjutan ekologis, sosial budaya, dan ekonomi masyarakat setempat. d. Pengembangan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dimulai dengan perencanaan yang matang dan melalui kajian penelitin. e. Pemerintah (lintas sektor) perlu mempromosikan dan memperkenalkan potensi wisata di kawasan ini kepada pasar wisatawan baru. f. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk membuat event-event seni dan budaya yang diselenggarakan secara berkala dan terus menerus, tujuannya adalah agar masyarakat sekitar (lokal) tetap melestarikan seni dan budaya mereka. g. Pemerintah memberikan peluang yang lebih besar bagi masyarakat lokal untuk ikut berpatisipasi dalam pengembangan pariwisata di tempat mereka, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun penerimaan manfaat dan keuntungan. h. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ende disarankan agar dapat membenahi struktur kelembagaan dan membuat pendididkan dan pelatihan kepariwisataan untuk staf (pegawai), agar dapat menjalankan tugas secara efektif. 2. Untuk Masyarakat Setempat

39

a.

Masyarakat perlu menjaga dan memelihara sumber daya alam, dan budaya yang merupakan potensi atau modal utama yang dapat menarik kedatangan wisatawan.

b.

Masyarakat perlu tetap melestarikan aturan-aturan adat yang berkaitan degan pelestarin dan pemanfatan sumber daya alam di kawasan Danau Kelimutu.

c.

Mengusulkan kepada pihak legislatif (DPRD) untuk membuat peraturan perundangan tentang pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Taman Nasional Kelimutu.

d.

Masyarakat mempertahankan arsitektur lokal dan dan kebudayaan sebagai jati diri dan daya tarik wisata tersendiri.

e.

Masyarakat menentukan batas ambang pengembangan dan pengelolaan pariwisata.

f.

Masyarakat bekerjasama dengan pemerintah untuk menjaga keamanan dan kenyamanan di kawasan tersebut.

3.

Untuk Pihak Swasta (Hotel, Tavel agent, dan Pramuwisata) a. Meningkatkan fasilitas utama dan daya tariknya bagi wisatawan serta pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pariwisata b. Membuat dan menjual paket wisata ke kawasan Taman Nasional Kelimutu dengan menawarkan potensi-potensi wisata seperti wisata alam, dan wisata budaya.
40

c.

Melakukan promosi kepada wisatawan tentang keberadaan Kawasan Taman Nasional Kelimutu.

4.

Untuk Pihak akademisi dan penelitian lanjutan Penelitian masih terbatas pada variabel kunjungan wisatawan, maka disarankan untuk peneliti berikutnya untuk meneliti atau menambah variabel lainnya, seperti variabel pemasaran, variabel pengelolaan, variabel penataan tata lahan dan variabel sumber daya manusia. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel tersebut akan melengkapi penelitian ini sehingga pengembangan wisata di kawasan Taman Nasional Kelimutu lebih komprehensif.

41

DAFTAR PUSTAKA Aripin. 2005. Pengaruh Kegiatan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang. Eprint.undip.ac.id. Binns, Tony dan Etienne Nel. 2002. Tourism as a local development strategy in South Africa. School of African and Asian Studies, University of Sussex, Falmer, Brighton BN1 9SJ. The Geographical Journal. http://www.jstor.org. Boediono. 2002 . Ekonomi Mikro. Erlangga Jakarta Beydha, Inon. 2002. Analisis Pengembangan Daerah Pariwisata (Stdui Desa Pantai Sialang Buah Di Kecamatan Teluk Mengkudu). repository.usu.ac.id. Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrics. The McGrawHill Companies. Kariel, Herbert G. 1989. Socio-Cultural Impact Of Tourism In The Austrian Alps. Department of Geography University of Calgary Alberta T2N 1N4. Canada. Mountain Research and Developmen. http://www.jstor.org. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Kepariwisataan. www.budpar.go.id. 10 Tahun 2009. Tentang

Salah Wahab Ph.D, 2003. Manajemen Kepariwisata, PT Pradnya Paramitha Jakarta. Yoeti, Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi, dan Aplikasi. Buku Kompas. Jakarta.

42

Você também pode gostar