Você está na página 1de 30

Pramugari

Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan yang
terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari
keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan
yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk
disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala siang atau malam cukup
lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan
itu.

Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh
tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan
dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang
lelaki disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya langsung
diikat kebelakang dengan seutas tali, mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki
itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi
kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal
didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan.

Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19 tahun,
wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang
cantik ini sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula dengan
karirnya dalam waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan
penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja atau
kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud dari para
lelaki itu ditolaknya.

Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari orang yang tidak bisa
menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu
perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda
dikamar kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul
bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan
ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja
dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih
sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala
tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat
kasar.

“Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang lalu,
Paul langsung jatuh hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga
selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan
bulan, Paul tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali
perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap
dirinya. Lama kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah,
rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya
tumbuh subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya
itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul
melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan
nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya.

Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu.
“Lihat aku, cewek *******…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya.
“Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika
menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan
tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi
pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat

1
rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia
menyadari betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang
tidak berhati-hati terhadap Paul.

Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun
telah berusia setengah abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki tubuh yang
atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai
keluar dari mulut Dinda, disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang batang kemaluannya
yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda. Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya,
namun tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis menghadap ke
batang kemaluannya.. Dan setelah itu dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh yang
bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu.
Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul. “Ahhh….perkenalkan rudal
gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-
mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Paul tengah menikmati
kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan ****** gue ini, seberapa mahal sih wajah
cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya.

Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh
blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Paul,
apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih
digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”,
sepertinya Dinda ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap,
kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur.
Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal.
Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak…
Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik terus kebagian paha
dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.

Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya
dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat, dia mulai sedikit
meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….”, Dinda
menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Dindapun
langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan
Dinda. Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda menggeliat-
geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang
menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Dindapun
menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul kemudian mencabut jarinya.

Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu
melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini
telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang
kemaluannya yang telah membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga kedua
pahanya menyentuh ke bagian dada. Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah
basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Dinda menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Paul mulai
menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak menahan rasa sakit
dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya.
Memang agak sulit selain Dinda masih perawan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih
sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam
vagina Dinda. Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak
terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh Paul.
“Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda.

2
Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memekakkan telinga. Karena ingin mendengar suara rintihan gadis
yang telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Dinda. “Oouuhhh…..baang….
saakiitt…banngg….amp uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia
malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Paul,
badannyapun semakin menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat itu malah
memancing nafsu Paul, karena dengan begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang
kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan
cepat, masih dengan sekuat tenaga Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan karena
sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini
melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya
menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan akhirnya Paulpun
berejakulasi di lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya
memenuhi rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras
dengan kepala menengadah keatas. Puas sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena
telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam merobek keperawanan Dinda dan
puas dalam memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba
terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang
menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Dinda yang
menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.

Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak
bertulang. Tubuh Paul nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Dinda yang tubuhnya tertindih
tubuh Paul. Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda, kini Paul
mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang terlentang,
kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda.
Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda. Dinda yang masih
meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul. Terlebih-lebih melihat batang kemaluan
Paul yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah
mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil
menanamkan penisnya itu kemulut Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang
kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul kembali memopakan batang kemaluannya
didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan
muntah. Namun Paul dengan santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan
gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul merasakan kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan
akhirnya, “Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg… ..”, Paul mendesah panjang ketika kembali batang kemaluannya
berejakulasi yang kini dimulut Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan
oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya.
Setelah memuntahkan spermanya Paul mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun langsung
muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar
sperma Paul tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya.

Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya
adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya. Dengan wajah puas sambil
menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih terbatuk-batuk. Paul
memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda meringkuk
dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil
santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat tidur.
Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda, nampak wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda
yang anggun dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan
****** ketika foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu
tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya nampak membengkak. Selain itu, ditemukan
pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan tersenyum Paul
memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya.

Setelah setengah jam lamanya Paul bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah gunting
besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari
Dinda satu persatu. Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang
sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Dinda.

3
Sejenak Paul mengagumi keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak
terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda.
Tubuh Dinda nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan apa-apa yang akan terjadi
terhadap dirinya.

Sementara itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar yang tidak terlalu
besar itu. Udara dingin itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya memberi
istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang
Dinda, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Dinda minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas
memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai meraih badan Dinda. Kini
dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi
tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda menyentuh lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran
tempat tidur, Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu kembali
direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”, Dinda melolong panjang,
badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang kemaluannya didalam lobang
anus Dinda.

Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Paul berhasil
menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu tubuh Dindapun kembali disodok-sodok,
kedua tangan Paul meraih payudara Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda,
waktu yang lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata merem-melek
serta tubuh tersodok- sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan
Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang kemaluan
itu dari lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya terlentang. Secepat kilatpula dia yang
kini berada diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Dinda. “Oouuffffhhh…
…”, Dinda merintih dikala paul menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul memompakan
kemaluannya didalam liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali penis Paul
memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun terjatuh tak sadarkan diri.

Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan kemenangan,
sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota, sementara itu sakunya penuh
dengan lembaran uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik imut-imut
itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal
itu bukan urusannya lagi.

Permainan

Ini pengalamanku sekitar 5 tahun yg lalu. Saat ini aku sudah berusia 38 tahun dan bekerja di salah satu instansi
pemerintahan. Dan aku menikah sejak 9 tahun yg lalu dgn 2 anak. Aku berasal dr salah satu kota di Kalimantan dan
kuliah di salah satu kota di Jawa. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan swasta setahun dan akhirnya diterima
di instansi pemerintahan tempat aku bekerja skrg. Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota
dan pada 5 tahun yg lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di propinsi asalku di Kalimantan yg berjarak sekitar
1-1,5 jam dari kota asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku harus bekerja dan terikat kontrak
kerja yg tidak memperkenankannnya mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 5 tahun masa kerjanya.
Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah orang tuaku yg mereka beli untuk investasi. Krn
kebutulan aku pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di kompleks perumahan yg cukup luas
namun cenderung sepi krn kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada yg tinggal adalah
para pendatang yg mengontrak rumah di sana. Jadi lingkungan relatif apatis di sana.
Pada beberapa kesempatan aku kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yg tinggal di suatu kabupaten (sekitar 4
jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) utk sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan
saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yg dalam hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di
rumah salah satu famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu dari istri adik kakekku
(susah ya ngurutnya). Usianya lebih tua sekitar 8-9 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Yati Octavia (tentu Yati
Octavia betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap, dan badannya sekarang sedikit agak gemuk.
Walaupun terhitung nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja krn usianya ia risih dipanggil nenek. Pertemuan tsb
sebetulnya biasa saja, tapi sebetulnya ada beberapa hal yg sedikit spesial terkait pertemuan tersebut. Pertama, saya baru
tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1 tahunan yg lalu. Ia yg berstatus honorer di sebuah instansi pemerintah
sedikit mengeluhkan kondisi kehidupannya (untung ia hidup di kota kabupaten yg kecil) dengan 2 anak perempuannya
yg berusia 12 dan 8 tahun. Saat itu aku bilang akan mencoba utk membantu memperbaiki status honorernya dgn
mencoba menghubungi beberapa relasi/kolegaku. Hal spesial yg lain adalah sedikit pengalamanku di masa lalu dgn dia

4
yg sebetulnya agak memalukan bila diingat (saat itu saya berharap ia lupa). Wkt saya masih di bangku SMA, ia dan
kadang bersama famili yg lain sering berkunjung ke rumahku krn ia pernah kuliah di kota kelahiranku namun kost di
tempat lain. Ia kadang2 menginap di rumahku. Pada waktu ia nginap dengan beberapa famili yg lain, aku sering ngintip
mereka mandi dan tidur. Sialnya sekali waktu, saat malam2 aku menyelinap ke kamarnya (di rumahku kamar tidur
jarang di kunci), dan menyingkap kelambunya (dulu kelambu masih sering digunakan). Saya menikmati pemandangan
di mana ia tidur telentang dan dasternya tersingkap sampai keliatan celana dalam dan sedikit perutnya. Saat itu saya
mencoba mengusap tumpukan vaginanya yg terbungkus celana dalam dan pahanya. Setelah beberapa kali usapan ia
tiba2 terbangun dan saya pun cepat2 menyingkir keluar kamar. Sepertinya ia sempat melihat saya, hanya saja ia tidak
berteriak. Hari2 berikutnya saya selalu merasa risih bertemu dia, namun iapun bersikap seolah2 tdk terjadi apa2. Sejak
saat itu saya tdk pernah coba2 lagi ngintip ia mandi dan tidur. Hal itu akhirnya seperti terlupakan setelah saya kuliah ke
Jawa, ia menikah dan sayapun akhirnya menikah juga. Inilah pertemuan saya yg pertama sejak saya kuliah
meninggalkan kota kelahiran saya.
Beberapa wkt kemudian pada beberapa instansi ada program perekrutan pegawai termasuk yg eks honorer termasuk
pada instansi nenek mudaku tersebut. Pada suatu pembicaraan seperti yg pernah saya singgung sebelumnya, nenek
mudaku tersebut sempat minta tolong agar ia bisa diangkat sbg pegawai tetap dan akupun kasak-kusuk menemui
kenalanku agar nenek mudaku tersebut dapat dialihkan status honorernya menjadi pegawai. Aku beberapa kali
menelpon nenek mudaku tersebut untuk meminta beberapa data dan dokumen yg diperlukan. Entah karena bantuan
kenalanku atau bukan, akhirnya ia dinyatakan diterima sebagai pegawai. Nenek mudaku itu beberapa kali menelponku
utk mengucapkan terima kasih, dan aku yg saat itu memang tulus membantunya juga ikut merasa senang.
Beberapa bulan kemudian aku mendapat telpon lagi dari nenek mudaku tersebut yang mengabarkan bhw ia akan ke
kota tempatku bertugas karena ia harus mengikuti pelatihan terkait dengan pengangkatannya sebagai pegawai di salah
satu balai pelatihan yang tempatnya relatif dekat dengan rumahku. Waktu itu ia menginformasikan akan menginap di
balai pelatihan tersebut namun akan berkunjung ke rumahku juga.
Pada suatu hari Sabtu sore ia tiba di rumahku dengan membawa koper dan oleh2 berupa penganan khas daerahnya
tinggal dan buah2an. Ia mengatakan hari pelatihannya dimulai hari Senin namun ia takut terlambat dan akan segera ke
balai pelatihan tersebut malamnya. Aku tawarkan untuk istirahat dulu dan menginap satu malam. Namun karena
kekahwatiran tersebut ia menolak untuk menginap dan hanya beristirahat saja. Maka ia kutunjukkan kamar tidur yang
ada di samping kamar tidurku utk istirahat sejenak.
Tidak ada kejadian apa2 sampai saat itu, dan pada malam harinya ia kuantar ke balai latihan. Namun di balai latihan
tersebut suasananya masih sepi dan baru 3 orang yang melapor itupun masih keluar jalan2. Melihat keraguan untuk
masuk ke balai latihan tersebut kembali aku tawarkan untuk menginap di rumah dulu dan nanti Senin pagi baru
kembali. Ia langsung menerima tawaranku sambil menambahkan komentar bahwa ia dengar balai pelatihan tersebut
agak angker. Malam minggu ia menginap dan tidak ada kejadian yg spesial kecuali kami mengobrol sampai malam dan
ia menyiapkan makanan/minumanku. Sampai saat itu belum terlintas apa2 dalam pikiranku. Namun ketika ia selesai
mencuci piring dan melintas di depanku yaitu antara aku dan televisi yg sedang aku tonton ia berhenti untuk melihat
acara televisi sejenak. Saat itu aku melihat silhuote tubuhnya di balik daster katunnya yang agak tipis diterobos cahaya
monitor televisi. Saat itulah pikiranku mulai mengkhayalkan yang tidak2. Maklum aku jauh dari istri dan kalau
ngesekspun dengan orang lain juga kadang2 (aku pernah ngeseks dengan PSK yg agak elit dan beberapa mahasiswi
tapi frekuensinya jarang krn biaya tinggi). Saat itu ia saya suruh duduk dekat saya utk nonton TV bersama2. Kami pun
ngobrol ngalor ngidul sampai malam dan ia pun pamit utk tidur. Malam Seninnya juga tidak terjadi apa2 kecuali saat
ngobrol sudah mulai bersifat pribadi tentang masalah-masalahnya seperti anaknya yg perlu uang sekolah dan lainnya.
Aku katakan bahwa aku akan bantu sedikit keuangannya dan iapun berterima kasih berkali2 dan mengatakan sangat
berhutang budi padaku.
Senin paginya ia kuantar ke balai pelatihan tersebut dan dengan membawakan kopernya saya ikut masuk ke kamarnya
yang mestinya bisa untuk 6 orang. Dengan menginapnya ia di sana, maka buyarlah angan2 erotisku pd dirinya dan
akupun terus ke kantorku utk kerja seperti biasa. Namun pada sore hari aku menerima telpon yang ternyata dari nenek
mudaku tersebut. Ia mengatakan bahwa agak ragu2 menginap di balai pelatihan tersebut krn ternyata semua teman2
perempuannya tidak menginap di situ, tapi di rumah familinya masing2 yg ada di kota ini sehingga di kamar yg cukup
utk 6 orang itu ia tinggal sendiri kecuali jam istirahat siang baru beberapa rekan perempuannya ikut istirahat di situ.
Dgn bersemangat aku menawarkan ia menginap di rumah lagi sambil melontarkan kekhawatiranku kalau ia sendiri di
situ (sekedar akting). Ia terima tawaranku dan aku berjanji akan menjemput dia sepulang kantor.
Akhirnya iapun menginap di rumahku dan rencananya akan sampai sebulan sampai pelatihan selesai. Angan2ku
kembali melambung namun aku masih tdk berani apa2 mengingat penampilannya yg sdh sangat keibuan,
kedudukannya dalam kekerabatan kami yg terhitung nenek saya, dan sehari2nya kalau keluar rumah pakai kerudung
(tapi bukan ******). Aku betul2 memeras otak namun tdk pernah ketemu bagaimana cara bisa menyetubuhinya tanpa
ada resiko penolakan. Aku sedikit melakukan pendekatan yg halus. Sekedar utk memberi perhatian dan sedikit akal
bulus sempat aku belikan ia baju dan daster. Utk daster aku pilihkan ia yg cenderung tipis dan model you can see.
Hampir setiap malam ia aku ajak keluar makan malam atau belanja (walupun pernah ia sekali menolak dgn alasan
capek). Kalau ada kesempatan aku kadang2 mendempetkan badanku ke badannya bila lagi jalan kaki bersama atau
duduk makan berdua di rumah makan. Aku juga sering keluar kamar mandi (kamar mandi di rumahku ada di luar
kamar tidur) dgn hanya melilitkan handuk di badan. Selain itu aku juga kadang menyapa dan memujinyaa sambil
memegang salah satu atau kedua pundaknya bila ia memasak sarapan pagi di dapur. Dari semua itu saya belum bisa

5
menangkap apakah responnya positif terhadap aku. Dan setelah hampir 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu pagi iapun
pamit pulang ke kotanya untuk menengok anaknya yg agak sakit dan akan kembali minggu malamnya. Iapun pulang
dan aku yg sendirian di rumah akhirnya juga keluar kota ke kota kelahiranku yg jaraknya cuma 1 jam dr kota tinggalku
utk main2 dgn teman2 masa SMAku serta silaturahmi ke rumah orang tuaku.
Saat bertemu teman2 lamaku aku agak banyak minum bir dan waktu tidurku agak kurang. Sore menjelang Maghirib
akupun pulang ke kota di mana aku tinggal, terlintas sebuah rencana utk menggauli nenek mudaku yg saya perkirakan
akan lebih duluan sampai di rumahku (ia kukasihkan kunci duplikat rumah utk antisipasi seandainya aku tdk ada
dirumah bila ia datang).
Sayapun sampai di rumah dan memang benar ia sudah ada di rumah. Ia bertanya kepadaku kenapa aku pucat dan
keringatan dan saat ia pegang dahi dan tanganku ia bilang agak hangat (mugkin krn pengaruh begadang). Aku hanya
berkomentar bhw aku mau cerita tapi tdk enak dan minta agar malam ini makan malam di rumah saja krn aku tdk enak
badan. Ia tdk keberatan dan tanya aku mau makan apa, aku bilang aku cuma mau makan indomie telur dan iapun
setuju. Seperti kebiasaannya ia selalu buatkan aku kopi dan teh utk dirinya, tak terkecuali malam itu.
Melihat aku masih pucat ia menawarkan obat flu tapi aku bilang aku tdk flu dan tdk bisa cerita sambil pergi dengan
pura2 sempoyongan ke kamarku dan bilang aku mau istirahat. Aku masuk kamar dan membuka baju dan berbaring di
tempat tidur dgn hanya pakai celana pendek. Iapun menyusulku ke kamarku dan dgn iba bertanya kenapa dan apa yg
bisa ia bantu. Dalam hatiku aku mulai tersenyum dan mulai melihat suatu peluang. Ia bahkan menawarkan utk memijat
atau mengerik punggungku, tapi aku mau langsung ke sasaran saja dengan mempersiapkan sebuah cerita rekayasa.
Akhirnya aku menatap ia dan menanyakan apakah ia mau tau kenapa aku begini dan mau menolong saya. Ia segera
menjawab bahwa ia akan senang sekali bisa menolong saya krn saya sudah banyak membantunya. Iapun kusuruh
duduk di tempat tidur dan dengan memasang mimik serius dan memelas sambil memegang salah satu tangannya
akupun bercerita. Aku karang cerita bhw aku baru saja kumpul2 sama teman2ku waktu ke luar kota tadi sore. Terus ada
salah satu temanku yg bawa obat perangsang yg aku kira adalah obat suplemen penyegar badan. Karena tdk tau, obat
itu aku minum dan skrg efeknya jadi begini di mana aku kepingin ML dgn perempuan. Aku karang cerita bhw bila tdk
tersalur itu akan membahayakan kesehatanku sementara istriku tdk ada di sini. Aku juga mengarang cerita bhw aku
sudah mengupayakan onani tapi tdk berhasil dan tdk mungkin aku mencari PSK krn tdk biasa. Aku katakan bhw dgn
terpaksa dan berat hati aku mengajak ia bersedia utk ML denganku utk kepentingan kesehatanku.
Mendengar ceritaku ia terdiam dan menundukkan wajahnya, tapi salah satu tangannya tetap kupegang sambil kubelai
dengan lembut. Melihat itu, aku lanjutkan dgn berkata bhw kalau ia tdk bersedia agar tdk usah memaksakan diri dan
aku mohon maaf dgn sikapku krn ini pengaruh obat perangsang yg terminum olehku. Selain itu kusampaikan bahwa
biarlah kutanggung akibat kesalahan minum obat tersebut dan aku katakan lagi bhw aku sadar kalau permintaanku itu
tdk pantas tapi aku tdk bisa melihat jalan keluar lain sambil minta ia memikirkan solusi selain yg kutawarkan. Ia tetap
diam, namun kurasakan bhw nafasnya mulai memburu dan dengan lirih ia berkata apa aku benar2 mau ML sama dia
padahal ia merasa ia sudah agak tua, tdk terlalu cantik, agak sedikit gemuk dan berasal dari kampung. Aku jawab
bahwa ia masih menarik, namun yg penting aku harus menyalurkan hasratku. Ia diam lagi dan aku duduk dikasur
sambil tanganku merangkul dan membelai pundaknya yg terbuka karena dasternya model you can see. Kulitnya terasa
masih halus dan sedikit kuremas pundaknya yg agak lunak dagingnya. Mukanya pucat dan bersemu merah berganti2, ia
juga terlihat gelisah.
Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tdk tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali
(walaupun aku sudah yakin ia tdk akan menolak) dan akhirnya ada suara pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tdk tau apa
yg ia katakan tapi instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan mukaku ke wajahnya.
Mula2 aku cium dahinya, setelah itu mulutku menuju pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya
yg sedikit maju sudah menjadi isyarat bhw ia tdk keberatan. Sedikit lama aku mencium kedua pipinya dan aku sejenak
mencium hidungnya (di situ kurasakan desah nafasnya agak memburu) lalu akhirnya aku mencium bibirnya yg sudah
agak terbuka sejak tadi. Sambil melakukan itu kedua tanganku juga beraksi dengan halus. Tangan kananku
merangkulnya melewati belakang kepalanya kadang di bahu kanannya dan kadang di tengkuknya di belakang
rambutnya yg terurai. Sedang tangan kiriku merangkul punggungnya dan mengusap paha kanannya secara bergantian.
Ciuman bibir mulai kuintensifkan dengan memasukan lidahku ke mulutnya. Ia gelagapan namun tangan kananku
memegang tengkuknya untuk meredam gerakan kepalanya. Ternyata ia tidak biasa dicium dgn memasukan lidah ke
mulut yg kelak baru saya ketahui belakangan.. Tangan kiriku terus bergerilya, aku menarik bagian bawah dasternya yg
ia duduki agar tangan kiriku bisa masuk ke sela2 antara daster dan punggungnya. Berhasil, tanganku mengusap
punggungnya yg halus namun masih kurasakan tali BH nya di situ. Dengan pelan2 kubuka tali BH nya. Terasa ada
sedikit perlawanan dari dia dengan menggerak2an punggungnya sedikit. Iapun hampir melepaskan mulutnya dari
mulutku. Namun bibirku terus mengunci bibirnnya dan tugas tangan kiriku membuka pengait BH nya dibelakan sudah
terlaksana. Tangan kananku langsung berpindah dengan menyelinap di balik daster bagian depan dan menuju BH nya
yg sudah terbuka. Aku biarkan BH tsb dan tangan kananku menyelinap di antara BH dan payudaranya. Aku elus2 dan
cubit2 pelan payudara di sekitar putingnya beberapa saat sebelum akhirnya menuju puting sampai akhirnya payudara
yang memang sudah tidak terlalu kencang tapi cukup besar itu kuremas2 bergantian kiri dan kanan. Saat itu mulutnya
menggigit bibirku, aku terkaget2, dan dengan cepat kutanggalkan daster dan BHnya dan ia kutelentangkan dikasurku.
Ia rebah di kasurku dengan hanya mengenakan celana dalam yg sudah tua dan sedikit lubangnya di bagian
selangkangannya. Aku langsung menggumulinya dengan mulutku langsung menuju mulutnya. Ia sempat melenguhkan
suara yg sepertinya menyebut namaku. Aku tidak peduli. Mulutku bergeser ke lehernya dan kudengar ia berkata dgn

6
tidak jelas …. ?aduh kenapa kita jadi begini??. Aku tdk peduli dan mulutkupun bergeser ke payudaranya secara
bergantion. Akhirnya suaranya yg awalnya seperti keberatan menjadi berganti dengan lenguhan dan desahan yg lirih.
Aku bangkit dr badannya sejenak utk melepaskan celanaku sampai akupun telanjang bulat. Kulihat ia sedikit kaget dan
matanya terbuka melihatku seolah2 tak rela aku melepaskan tubuhnya. Namun secepat kilat setelah aku telanjang bulat
aku kembali menggumulinya dan melumat bibirnya habis2an. Kedua tanganku merangkulnya dengan memegang erat
bahu dan belakang kepalanya. Kupeluk ia erat2 dan iapun membalas ciuman bibirku dengan hangat bahkan liar.
Matanya terpejam dan kedua tangannyapun memeluk diriku dan kadang megusap punggungku. Mulutku beralih ke
payudaranya. Sekarang aku baru bisa melihat jelas bentuk payudara dan tubuhnya yg lain. Memang bukan bentuk yg
ideal sebagaimana umumnya diceritakan di cerita2 saru lainnya. Payudaranya memang besar (aku tidak tau ukurannya)
tapi sedikit turun dan tdk kencang. Tubuhnya masih proporsional walaupun cenderung gemuk dengan adanya lipatan2
lemak di pinggangnya dan perut yg kendur karena bekas melahirkan (mungkin), namun kulitnya begitu halus. Mulutku
lalu melumat puting payudaranya yg kiri dan tangan kiriku meremas payudara yg kanan. Sedang tangan kananku
bergerilya ke selangkangannya dan mengusap2 bagian yg masih terbungkus celana dalam tersebut. Jari2 tanganku
menemukan lubang pada robekan celana dalamnya yg sudah tua sehingga jari2ku tsb bisa mengakses ke bagian
selangkangannya yang mulai lembab pd rambutnya yg kurasakan cukup lebat. Jari2 kananku memainkan klitorisnya
dan kadang2 kumasukkan ke dalam lubangnya sambil menggesaek2annya. Kurasakan desahan dan lenguhannya sedikit
lebih keras menceracau. Sekilas kulihat kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan pelan tapi mulai liar. Tangan
kirinya dia angkat sehingga jarinya ada didekat telinga kirinya sambil meremas2 seprai dan ujung bantal tidak karuan.
Tangan kanannya mengusap kepala dan menarik2 rambutku.
Akupun mulai tdk bisa menahan diri lagi karena penisku sudah berdiri tegak sejak tadi. Ukuran penisku biasa2 saja
(sebetulnya aku agak heran dgn ceritaa erotis yg bilang sampai 20 cm, aku tdk pernah mengukur sendiri). Kutarik
celana dalamnya sampai lepas. Kemudian aku melepaskan tubuhnya dan mengambil posisi di antara dua pahanya.
Waktu kulepas tubuhnya sejenak tadi ia sempat tersetak dan matanya terbuka seolah2 bertanya kenapa. Tapi begitu
melihat aku sudah dalam posisi siap mengeksekusi dirinya iapun mulai memejamkan matanya lagi. Sambil kuremas2
payudaranya sebelum memasukan rudalku ke liangnya aku sedikit berbasa basi dan menanyakan apa ia ikhlas aku
setubuhi malam ini. Dengan lirih ia mempersilakan dan bibirnya sedikit tersenyum. Kedua tangannya menarik badanku
dan akupun mulai memasukkan penisku ke lubangnya. Walaupun sudah lembab dan ia pernah melahirkan, ternayata
aku tdk bisa langsunga memasukkan penisku. Sampai2 tangan wanita yg telah lama menjanda dan kehidupan
sehari2nya begitu kolot ini ikut membantu mengarahkan rudalku ke lubangnya. Rupanya nafsunya sudah membuat ia
terlupa.
Di luar terdengar hujan mulai turun dengan lebat menambah liarnya suasana di kamarku dan pintu kamarku masih
terbuka krn aku yakin tdk ada siapa2 lagi di rumah tipe 60 milik orang tuaku ini. Ujung rudalku mencoba merangsek
kelubangnya scr pelan2 dgn gerakan maju mundur dan kadang2 berputar di area mulut lubangnya. Tidak terlalu lama
rudalku mulai menembus liang senggamanya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Matanya merem dan kadang
setengah terbuka. Tangannya ke sana kemari kadang meremas seprai dan ujung bantal, kadang meremas rambutku dan
kadang mengusap punggung dan bahkan mencakar punggung atau dadaku. Pinggulnya kadang menyentak maju
menuju rudalku seolah2 sangat ingin agar rudalku segera masuk. Akhirnya rudalku yg sudah masuk sepertiganya ke
liang senggamanya kucabut tiba2. Terlihat ia kaget dan membuka matanya. Ia memanggil namaku dengan suara yg
sudah dikuasai birahi dan bertanya ada apa. Namun sebelum selesai pertanyaannya aku langsung dengan cepat dan
sedikit tekanan menghujamkan rudalku ke liangnya yg walaupun sedikit seret tapi akhirnya bisa masuk seluruhnya ke
dalam lubangnya dan aku memeluknya dengan mukaku begitu dekat dengan mukanya sambil menatap wajahnya yg
penuh kepasrahan namun juga dikuasai birahi yg kuat.
Ia tersentak dan melenguh keras ………….. aaaaaaaahh …. sejenak aku mendiamkannya dengan posisi seperti itu. Ia
mencoba menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan ruang gerak yg terbatas. Aku pun mulai menggerakkan
pinggulku ke belakang dan ke depan dengan gerakan pelan tapi pasti. Tanganku mulai mempermainkan kedua
payudaranya dengan liar. Ia menceracau dan terus mendesah dan pinggulnya mencoba utk membawa diriku
menggoyangnya lebih cepat lagi. Entah beberapa kali namaku ia sebut. Ia juga menceracau ia sayang dan mencintaiku.
Dan aku yg sudah terbawa gelombang birahipun tidak memanggil ia ?bibi? lagi (ia sebetulnya terhitung nenekku,
namun krn usianya tdk terlalu tua maka ia sering dipanggil bibi). Ya … dalam keadaan birahi tsb aku juga kadang
menceracau memanggil namanya saja. Seperti tdk ada perbedaan usia dan kedudukan di antara kami.
Entah berapa lama aku menggoyangnya dengan gerakan yang sedang2 saja, tiba2 kedua tangannya merangkul tubuhku
utk lebih merapat dengan dia. Aku pun melepaskan payudaranya dan juga akan merangkul tubuhnya. Kurasakan betapa
lunak dan empuk tubuhnya yg agak gemuk dan memang sudah tidak terlalu sexy itu ketika kudekap. Semua bagian
tubuhnya tidak ada yg kencang lagi. Namun kelunakan tubuhnya dan kehalusan kulitnya ditambah pertemuan dan
gesekan antara kulit dadaku dgn kedua payudaranya membawa sensasi yg luar biasa bagi diriku. Irama gerakan
pinggulku dan pinggulnya tetap stabil. Tiba2 ia mendesah dengan suara yg agak berbeda dan kedua matanya memejam
rapat2. Ia mempererat dekapannya dan mengangkat pinggulnya agar selangkangannya lebih rapat dengan
selangkanganku. Setelah itu kedua kakinya mencoba mengkait kedua kakiku. Gerakan bibir dan raut mukanya
menunjukan kelelahan tercampur dengan kenikmatan yg amat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Ia membuka matanya
dan wajahnya ia dekatkan ke wajahku sambil bibirnya terbuka dan memperlihatkan isyarat utk minta aku cium.
Bibirkupun menyambar bibirnya dan saling melumat. Ketika lidahku masuk kemulutnya, ternyata ia sudah bisa
mengimbangi walaupun dengan terengah2. Terbayang reaksinya waktu orgasme tadi maka gairahku menjadi

7
meningkat. Walaupun tau ia sudah orgasme beberapa saat setelah itu aku mulai meningkatkan kecepatan irama gerakan
pinggulku utk membawa rudalku menghujam2 liang senggamanya.
Walaupun sambil berciuman aku tetap mempercepat gerakan pinggulku. Awalnya pinggulnya mencoba mengikuti
gerakan pinggulku. Namun tiba2 ia melepaskan mulutku dan kepalanya bergerak kekiri dan diam dengan posisi miring
ke kiri sehingga aku hanya bisa mencium pipi kanannya. Matanya merem melek. Dekapan tangannya ketubuhkupun ia
lepaskan dan ia angkat ke atas sehingga jari2 kedua tangannya hanya meremas2 seprai di atas kepalanya. Kedua
kakinya berubah gerakan menjadi mengangkang dengan seluas2nya. Aku jadi mempecepat gerakan pinggulku. Bahkan
gerakan rudalku menjadi lebih ganas yaitu saat aku memundurkan pinggulku maka rudal keluar seluruhnya sampai di
depan mulut liang senggamanya namun secepat kilat masuk lagi ke dalam lubangnya dan begitu seterusnya namun tdk
pernah meleset. Tangan kiriku kembali meraba payu daranya dan kadang2 ke klitorisnya. Ia menceracau dan kali ini
tidak menyebut namaku namun berkali bilang ?aduh …. ampun … sayang …? atau ?kasian aku sayang? dan bahkan ia
bilang sudah tidak tahan lagi. Namun aku tau ia terbawa kenikmatan yg luar biasa yang sekian tahun tidak pernah ia
rasakan. Malam dingin dan AC di kamarku tdk bisa menahan keluarnya keringat di tubuh kami.
Tiba2 kembali ia melenguh, kali ini lebih keras dan mulutnya maju mencari bibirku. Ya, ia kembali orgasme. Aku tidak
menghiraukan mulutnya namun lebih berkosentrasi utk mempercepat gerakan pantatku sambil aku putar. Putus asa ia
mencoba mencium bibirku ia rebah kembali, namun pd saat itu akupun mencapai puncaknya dan rudalku
menyemburkan sperma yang banyak ke liang senggamanya. Sementara liang senggamanya berdenyut menerima
sperma hangatku. Aku terkulai di atas tubuhnya dengan rudalku masih di dalam liang senggamanya. Kami berpelkan
dgn sangat erat seolah2 tubuh kami ingin menjadi satu. Kami berciuman dan saling membelai. Berkali2 kami saling
mengucapkan sayang. Iapun mengungkapkan betapa bahagianya ia krn selain bisa menolongku menyalurkan libidoku,
juga ia merasa terpuaskan kebutuhan yang tdk pernah ia rasakan sekian tahu. Apalagi ketika setelah itu ia semapat
bercerita betapa almarhum suaminya begitu kolot dalam bercinta dan sekedar mengeluarkan sperma saja. Ia baru tau
bahwa bercinta dengan laki2 dapat lebih nikmat dibanding yg pernah ia rasakan.
Kami tertidur sambil berpelukan. Paginya ketika terbangun jam 8 pagi kami bercinta lagi dengan sebelumnya menelpon
ke tempat diklatnya utk memberitahukan bahwa ia tdk enak badan. Ia adalah tipe wanina yg juga agak kolot. Beberapa
variasi ia lakukan dgn kikuk. Ia sering tdk bersedia bila vaginanya aku oral dgn alasan tdk sampai hati melihat aku yg
banyak menolongnya mengoral vaginanya. Tapi ia mau mengoral penisku kadang2. Biasanya ia mau kalau ia sudah tdk
bisa mengimbangi permainanku sedang aku masih mau bercinta.
Selama sebulan ia tinggal di rumahku dan kami sudah seperti suami istri …. bahkan percintaan kami sering lebih panas.
2 hari setelah percintaan kami yg pertama aku malah sempat mengantar ia ke dokter utk pasang spiral agar tdk terjadi
hal2 yg tdk diinginkan. Hal yg kusuka darinya adalah ia ternyata pandai menyembunyikan hubungan kami. Jadi bila
ada tamu atau famili datang ke rumahku, sikap kami biasa2 saja. Memang aku sempat mendoktrin dia bhw hubungan
kami ini adalah hubungan terlarang, namun krn awalnya menolongku maka tdk apa2 dilanjutkan krn ia harus mengerti
dgn kebutuhanku sbg laki2 drpd aku kena penyakit bercinta di luaran maka ia tdk perlu tanggung2 menolongku. Selain
itu hal yg kusukai dr dia adalah sikapnya yg berbakti kepadaku bila kami berdua saja. Hampir semua permintaanku
mau ia terima selama ia anggap permainan normal. Ia bilang itu ia lakukan krn aku banyak menolongnya.
Kadang2 aku memutarkan kaset video BF utk memperlihatkan beberapa variasi padanya. Aku bahkan sempat
melakukan penetrasi di anusnya. Sebetulnya kesediaannya utk disodomi itu dilakukan dgn terpaksa krn pd saat kami
melakukan foreplay ternyata ia menstruasi. Melihat aku sudah di puncak birahi ia mencoba melakukannya dengan
tangan dan mulut tapi tdk berhasil krn ia mmg tdk terlalu lihay. Akhirnya dengan dibantu hand body cream maka
anusnya lah yg jadi sasaranku. Sebetulnya aku kasian juga melihat ia menitikan airmata waktu aku mulai menusukan
rudalku ke anusnya. Tapi karena aku sudah berada di ujung kenikmatan maka aku tetap melakukannya.
Krn di rumah hanya kami berdua maka kami melakukannya di mana saja, bisa di kamar mandi, bisa di depan TV, dan
lainnya. Hal yg paling mengesankan adalah suatu hari pada saat saya pulang jam istirahat siang, ternyata iapun baru
pulang juga utk istirahat di rumah krn ada informasi instrukturnya akan datang terlambat sekitar setengah atau satu jam.
Mendengar penyampaiannya itu aku langsung mutup pintu rumah dan menyergapnya. Aku baringkan ia di atas hambal
di ruang tengah depan TV. Ia gelagapan dan berteriak2 senang sambil berpura2 protes. Aku hanya menurunkan celana
tidak sampai lepas dan iapun cuma kusingkapkan rok panjangnya dan melepaskan celana dalamnya. Baju PNS nya
hanya kubuka kancingnya dan menarik BHnya ke atas. Kerudungnya aku biarkan terpasang. Sehingga kamu bercinta
dgn tdk sepenuhnya telanjang. Mungkin krn agak tegang permainan kami menjadi lebih lama dr permainan biasanya.
Akhirnya kami istirahat di rumah dengan hanya makan nasi dan telur dadar krn waktu istirahat tersita utk bercinta.
Pada saat ia kembali ke kotanya kami masih berhubungan sebulan 3-4 kali dalam sebulan. Namun setelah aku pindah
ke kota lain hubungan kami jadi sangat jarang. Terakhir ia menikah lagi dengan seorang duda yang usianya 7 tahun
lebih tua dari dia. Itupun ia terima setelah aku yg mendorong utk menerimanya wkt ia menceritakan bhw ada orang yg
mau melamarnya.
Demikianlah ceritaku. Sebetulnya sampai saat ia bersuamipun aku tau kalau aku datang kepada dirinya dan ia punya
waktu maka ia akan bersedia melayaniku. Hanya aku tdk mau mengambil resiko yg lebih tinggi.

8
sssssssss

Kisah ini terjadi dua tahun yang lalu yaitu ketika masih umur 22 tahun dan masih kuliah di tahun ke-tiga. Dalam libur
Natal selama seminggu, sepupu jauhku (anak dari sepupu mamaku) dari Semarang datang berkunjung ke sini untuk
menghadiri undangan pernikahan sekalian mengisi liburan. Namanya Yessica, dia lebih muda dua tahun dariku dan
sedang kuliah tahun kedua di sebuah PTS di kotanya. Setelah lama tidak bertemu, hampir tujuh tahunan aku sendiri
agak pangling ketika menjemputnya di bandara, soalnya penampilannya sudah jauh berbeda. Dia yang dulunya pemalu
dan konservatif kini telah menjadi seorang gadis belia yang modis dan mempesona setiap pria, tubuhnya putih langsing
dengan perut rata, rambutnya juga hitam panjang seperti gadis Sunsilk. Dia tiba di sini sekitar pukul tujuh malam, dari
bandara aku langsung mengajaknya makan malam di sebuah kafe. Ternyata dia enak juga diajak ngobrol karena kami
sama-sama cewek gaul, padahal waktu kecil dulu kami tidak terlalu cocok karena waktu itu dia agak tertutup.

Keesokan harinya aku mengajaknya jalan-jalan menikmati kota Jakarta serta sempat berkenalan dengan Ratna dan
cowoknya yang kebetulan bertemu waktu lagi shopping di TA. Royal juga saudaraku yang satu ini, belanjaannya
banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Malamnya sepulang dari undangan
yang diadakan di sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur setelah melepaskan gaun
pestaku dan menyisakan celana dalam pink saja. Aku rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil
menunggu Yessica yang sedang memakai kamar mandi, dia tadi minum alkohol lumayan banyak, kemungkinan dia
muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.

“Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju di dalam dong,” pintaku ketika dia keluar limabelas menit
kemudian, matanya nampak sayu karena pengaruh alkohol dan kelelahan.

Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku membantu melepaskan kait belakang gaun malamnya. Setelah
memakai kaos, aku membuka kait dan menurunkan resleting gaunnya. Yessica pun memeloroti gaunnya sehingga
nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak beda jauh dengan milikku, cuma putingnya lebih kecil sedikit dari
punyaku. Hanya dengan bercelana dalam G-string dia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.

“Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan lu..?” katanya nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya
sambil membanding-bandingkan dengan tubuhku.
“Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!” ujarku sambil tertawa.

Malam itu, sambil berbaring kami ngobrol-ngobrol, pembicaraan kami cukup seru dari masalah fashion, kuliah, cinta
dan sex sehingga bukannya tertidur, kami malah larut dalam obrolan dan canda-tawa. Terlebih lagi ketika memasuki
topik seks dan aku menceritakan secara gamblang kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan keliaranku
dan kelihatannya dia juga terangsang.

Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini dia menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan
pacarnya yang selingkuh dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian mendengarnya curhat padaku. Nampak
matanya berkaca-kaca dan setetes air mata menetes dari matanya yang sipit, dia memeluk bantal lalu menangis tersedu-
sedu dibaliknya. Sebagai wanita yang sama-sama pernah dikhianati pria, aku juga mengerti perasaannya, maka
kurangkul dia dan kuelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Aku berusaha keras menghiburnya agar tidak
terlalu larut dalam kesedihan dan memberikan air putih padanya.

Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dengan masih sesegukan dia memanggil namaku.

“Hh-mm.. Apa?”
“Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep pribadi kan ya
“Mm.. Iya, so what?” jawabku sambil mengangguk.
“Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?”
“Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?” aku bingung karena risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.

Akhirnya karena didesak terus dan mengingat sama-sama cewek ini, akupun menyerah. Kunyalakan komputer di
seberang ranjangku dan mengambil VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yessica adalah orang pertama di luar geng-ku
yang pernah menonton vcd ini. Gambar di layar komputer memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang
bangunan, serta adegan seks massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya membuat jantung kami
berdebar-debar. Yessica nyengir-nyengir ketika melihatku yang tadinya berontak akhirnya takluk dan menikmati
diperkosa oleh empat kuli bangunan itu.

9
“Hi… hi… hi… Malu-malu mau nih yee!” godanya yang kutanggapi dengan mencubit pahanya.

Aku merasakan vaginaku becek setelah menonton film yang kubintangi sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami
oleh Yessica karena waktu nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.

“Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu” pintanya yang membuatku kaget.
“Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!”
aku menolaknya.
“Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi”
“Jangan Yes, gua nggak enak ke lu”
“Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu
baru adil, ya kan” katanya sok sejarah.
“Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun gua mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?”
“Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di sana kan? Sekali-kali gua mau coba gimana rasanya kontol kampung
nih, please”

Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta, maka akupun terpaksa menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama
tidak berkunjung ke sana, pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke sana membawa ‘barang baru’.

Kami tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam delapan pagi. Setelah sarapan, kami mengemasi barang bawaan, lalu
pamit pada mamaku memberitahukan bahwa kami akan ke villa. Aku memakai baju untuk suasana rileks berupa halter
neck merah yang memperlihatkan punggungku dipadu dengan celana pendek jeans yang ketat. Yessica memakai gaun
terusan mini yang menggantung sejengkal di atas lutut, rambutnya yang panjang diikat ke belakang dengan jepit
rambut Tare Panda. Kami berangkat dari Jakarta sekitar jam sepuluh dan tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara liburan
yang menyebabkan jalan agak macet.

“Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang, tapi kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak
bisa apa-apa lagi” tanyaku ketika sudah mau dekat.
“I’m ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya apa” katanya yakin.

Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu garasi beberapa saat setelah kubunyikan klakson.

“Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!” sapanya menyambut kami.
“Iya Pak.. habis Citra sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru bisa main,” kataku, “O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu
Citra, namanya Yessica”

Pak Joko terkagum-kagum memandang Yessica yang baru saja turun dari mobil, Yessica juga mengangguk dan
tersenyum padanya. Kusuruh Yessica meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kami mengeluarkan barang, setelah
dia masuk, Pak Joko berbicara dengan suara pelan padaku.

“Eh.. Neng, Neng Yessica itu boleh dientot apa nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh”
“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu”
“Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng”
“Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang ngajak ke sini minta digituin, malah minta disyuting lagi Pak,
Bapak mau kan disyuting, tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok”

Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar jawabanku, dia langsung bergegas mau menemui
Yessica untuk langsung mulai. Tapi buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.

“Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu biar lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan
siang dulu, Bapak sekalian ikut makan aja yah” kataku sambil menyerahkan sekotak ayam goreng KFC dan
menyuruhnya menyiapkan nasi.
“O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia juga nih” tanyaku pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
“Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu”

Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya setelah beberapa kali di sana bilang ‘halo.. Halo.. Siapa
ini?’ untuk mengenali suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya ke sini dan mengutarakan
maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari seperti itu, tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang

10
besok siang majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku Yessica baru saja turun dari tangga
lantai atas.

“Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!” kataku.
“Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh”

Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga
bagus, juga kusuruh Pak Joko menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi, itu pasti Taryo
pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres sementara aku ke depan membukakan pintu.

Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung memelukku begitu pintu kututup. Kami
berpelukan dengan bibir saling berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di pantat, di sana
dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu
saja deh, what.. Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!

“Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua kenalin sama sepupu gua!” aku melepaskan
pelukannya sebelum dia bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.
“Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik kalau rambutnya kaya sekarang” katanya
sambil mengomentari rambutku yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah menyentuh bahu) dan kembali
kuhitamkan.

Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya ke taman. Disana Pak Joko dan Yessica juga baru
menyendok nasi dan fried chicken ke piringnya. Kami mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal mereka
meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk
punggungku dan dadaku, ujung-ujungnya tetap meremas payudaraku.

“Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!” omelku sambil menepis tangannya.

Pelan-pelan Yessica mulai terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai
berani jawab waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.

“Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!” tawarku.


“Paha? Mana paha?” celoteh si Taryo pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.

Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah semua selesai makan limabelas menit kemudian
kusuruh Pak Joko dan Taryo membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian menunggu makanan di
perut turun.

“Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita action nih, siap nggak?” tanyaku pada Yessica.
“Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua
selingkuhnya sama orang yang nggak pernah dia duga” tegasnya.
“Tuh mereka sudah beres Yes, showtime” kataku melihat kedua penjaga villa itu keluar, “Pak Joko, tolong
handycamnya masih di meja dalam”

Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. Kami duduk melingkar di tikar, aku memberi instruksi
bak seorang sutradara. Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku mensyuting, agar
hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting Verna.

Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yessica, terlihat dia agak nervous dibuatnya.

“Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok” saranku.

Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan. Pak Joko meletakkan tangannya di paha Yessica
yang duduk bersimpuh, tangan itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya. Taryo di sebelah kanan
meremas payudaranya, sepertinya agak keras karena Yessica meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya
menjilati leher jenjang Yessica, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu wajahnya yang mulus.

11
Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yessica yang tersingkap, diremasinya kemaluannya yang masih tertutup
celana dalam putih tipis yang memperlihatkan bulu kemaluannya. Pria kurus itu juga membuka resleting celananya
hingga penisnya yang sudah tegak menyembul keluar, lalu tangan Yessica digenggamkan padanya dan disuruh
mengocoknya. Bibir mungilnya dipagut oleh Taryo, mereka berciuman dengan hot, lidah mereka keluar saling jilat dan
belit. Sambil berciuman Taryo menurunkan resleting punggung Yessica lalu memeloroti bajunya lewat bahu, juga
disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya mereka lucuti pula. Kini payudara montok
saudaraku yang cantik ini terekspos sudah.

Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot benda itu, aku
mendekatkan handycam untuk lebih fokus ke momen itu.

“Gimana Pak? Manis nggak susunya?” tanyaku sambil mensyuting.


“Mantap neng, ini baru pas susunya!” dia melepas sebentar emutannya untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan
mengorek-ngorek kemaluannya, tangan lainnya mengelusi punggung Yessica.

Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya, begitu pula Yessica juga dengan liar beradu
lidah dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran. Yessica sendiri makin
intens mengocoki penis Pak Joko sehingga penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru
keluar. Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral penisnya.
Dengan bernafsu, Yessica melayani penis Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah pelir dan
batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak.
Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi payudaranya yang menggantung.

Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya. Setelah menelanjangi Yessica, dia
melepaskan bajunya sendiri. Diobok-oboknya vagina Yessica dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek akibat
perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan membasahi jarinya.

“Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desah Yessica disela-sela aktivitas menyepongnya.

Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yessica naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati vaginanya.
Gantian sekarang Taryo yang dikaraoke, penisnya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak Joko dikocok-kocok oleh
Yessica yang sedang mengemut pelirnya. Dia menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo
mengerang nikmat.

“Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu” kata Taryo sambil menekan penis itu masuk ke mulutnya,
lalu wajahnya pun dia tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yessica membelakak karena sesak. Dia
meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.

“Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, kontol lu kan gede” bujukku agar Taryo memberinya
sedikit kelegaan.
“Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!” tangkis Taryo memperlihatkan Yessica yang kini malah memaju-
mundurkan kepalanya mengoral penisnya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa lepas.

Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang tengah asyik mengulum penis Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang
besar itu sehingga hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan Pak Joko
sedang melumat vaginanya, dia menjulurkan lidahnya menyapu bibir vaginanya. Tangan kanannya mengelus-elus
pantat dan pahanya yang mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati payudaranya.

Ekspresi keenakan Yessica terlihat dari gerak pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi,
dipakainya dua jari untuk membuka bibir vaginanya dan disapunya daerah itu dengan lidahnya. Kemaluannya jadi
tambah basah baik oleh ludah maupun cairan vaginanya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap
mensyuting mereka sambil sesekali meremas payudaraku sendiri, kemaluanku juga sudah mulai lembab.

“Emmh.. Emmhh.. Angghh!” Yessica mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak
Joko di bawahnya.

Cairan bening meleleh membasahi vaginanya dan mulut Pak Joko. Pak Joko makin mendekatkan wajahnya ke
selangkangannya dan menyedot vaginanya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yessica menggelinjang

12
hebat dan sepongannya terhadap penis Taryo makin bersemangat. Puas menikmati vagina, Pak Joko menarik keluar
kepalanya dari kolong Yessica. Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yessica ke pangkuannya. Tangannya yang
satu membuka lebar bibir vaginanya sedangkan yang lain membimbing penisnya memasuki liang itu.

Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yessica melepas penisnya yang sedang dioral untuk mengatur
posisi dulu. Yessica menurunkan tubuhnya menduduki penis Pak Joko hingga penis itu melesak ke dalamnya diiringi
erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat jepitan vagina Yessica yang kencang itu. Aku mendekatkan
kamera ke selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yessica mulai naik-turun di pangkuannya,
payudaranya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.

Kembali Taryo memasukkan penisnya ke mulut Yessica yang langsung disambut dengan jilatan dan kuluman. Kurang
dari lima belas menit, Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yessica.

“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!” demikian erangnya panjang.

Pipi Yessica sampai kempot mengisapi sperma Taryo, namun hebatnya belum nampak setetespun cairan itu meleleh
keluar dari mulutnya, padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang menggenjotnya dari bawah. Hingga erangan
Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas penis itu dan menjilati sisa-sisa sperma di batangnya. Penis
Taryo kelihatan sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.

“Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yessica nggak kalah dari Neng Citra” komentarnya.

Kamera kudekatkan ke wajah Yessica yang sedang menjilati sisa-sisa sperma di penis Taryo dengan rakus. Sambil men-
charge penisnya, Taryo bermain-main dengan payudara Yessica, kedua bongkahan kenyal itu dia caplok dengan telapak
tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit payudara yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara
erangan sahut-menyahut memanaskan suasana.

Yessica terus menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau
tak karuan.

“Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongnya dengan kepala mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang,
didekapnya kepala Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan payudaranya. Momen indah ini terabadikan
melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya
belum saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yessica sebagai barang baru daripada aku
yang sudah sering mereka kerjai.

Yessica ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan penis masih tertancap. Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya
mesra, lidah mereka berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta gilirannya.
Pak Joko pun menurunkan Yessica dari tubuhnya dan ke dalam mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yessica
dipegangi Taryo lalu dia bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo
menyentuhkan kepala penisnya ke bibir vaginanya.

Walaupun vagina itu sudah basah, tapi karena penis Taryo termasuk besar, lebih besar dari Pak Joko, Yessica meringis
dan mengerang kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu, tubuhnya tegang sambil
meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum terbiasa dengan penis seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang
nikmat akibat himpitan dinding vaginanya

“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!” erangnya ketika melakukan penetrasi.

Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah
bajuku dan memijiti payudaraku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo mulai
menggerakkan penisnya perlahan yang direspon Yessica dengan rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia
bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan tangan Yessica pada penisnya. Dia menikmati penisnya dipijat Yessica
sambil meremas payudaranya.

Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yessica sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak
ketinggalan tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yessica semakin menggeliat keenakan, desahannya pun

13
semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko merundukkan badannya agar bisa menyusu dari
payudaranya, diemut-emut dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.

Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini
tanpa melepas penisnya Taryo mengangkat tubuh Yessica, dia sendiri membaringkan diri di tikar sehingga Yessica kini
diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar mengangkat pinggulnya, Yessica lalu mencondongkan badannya ke
depan sehingga pantatnya menungging dan payudaranya tepat di atas wajah Taryo.

“Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit” kata Pak Joko meminta ijin.
“Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan” kata Yessica dengan suara lemas.
“Engghh.. Pak!” erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya
sambil diludahi dan digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi penisnya.

Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus
pakai cara tarik ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan setelah setengahnya
lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga mentok.

“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.

Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang
menghimpit tubuh putih mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah bermandikan
keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari
sudut yang bagus.

Yessica mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus
menggenjotnya hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut penisnya dan menelentangkan Yessica di tikar.
Mereka cukup mengerti permintaan Yessica agar tidak membuang di dalam karena sedang masa subur, Pak Joko
menumpahkan ke wajah dan mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas, Yessica tetap
menggosokkan sperma itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan mengatur kembali nafasnya.

“Gimana Yes, puas nggak?” tanyaku.


“Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!” jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
“Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!” kataku pada kedua orang itu.
“Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!” jawab Pak Joko.
“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!” kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.

Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba
Taryo sudah di belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.

“Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!” omelku, “Ngapain? Mo minum?”

Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang,
penisnya dalam posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air. Setelah berbasa-
basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah,
saling jilat dan saling belit, kugenggam penisnya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan
pantatku yang lalu dia remasi.

Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas
pakaianku satu persatu hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat di
depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai
paha dan pantatku.

“Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..” komentarnya terhadap bulu kemaluanku yang beberapa hari lalu
kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang.

Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan kemaluanku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti
yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus.

14
“Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh vaginaku.

Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri
celah-celah kenikmatan pada kemaluanku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku yang sensitif.
Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara
tangannya terus meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang sambil meremas rambutnya
sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati vaginaku, dia menyuruhku duduk menyamping di
pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok payudaraku, putingnya dikulum dan dijilat, tangannya
menyusup diantara pahaku mengarah ke vagina. Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-
ngorek lubang vaginaku.

Selain payudaraku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang
dihirupnya ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari penisnya,
benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan
padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari vaginaku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku
yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.

Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda
diatasnya. Nafasku makin memburu ketika penis Taryo menyetuh bibir vaginaku.

“Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah
menantangnya.

Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan penisnya. Aku menjerit
kecil merasa perih akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kami larut dalam birahi, aku mengerang
sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua
pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja. Payudaraku terguncang-guncang mengikuti irama
goyangannya yang kasar.

Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan
tanda-tanda akan keluar.

Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua
lututku bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua payudaraku tertekan di sana. Dia
kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.

Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan
yang bercampur baur dengan erangan kami. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali setelah
sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di meja.

Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari penisnya yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan
dibaringkan di sofa, lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi masih belum
keluar. Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.

“Yessica sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?” tanyaku pelan.
“Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita lihat aja yuk!”
“Oo… kalo gitu ntar aja deh, masih lemas”

Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan membawaku ke kebun. Di sana Yessica maupun
Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar suara
desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.

Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana kami melihat di kolam daerah dangkal
Pak Joko sedang asyik menggenjot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yessica mendesah-desah dan sesekali
menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya
sudah dilepas.

“Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajak Taryo.

15
Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga
terendam air. Hmm.. Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.

“Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?” sapa Taryo.
“Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi,” sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.

Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo
kembali menghampiri dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga
dan leher sehingga aku menggeliat geli. Penisnya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan
mendekatkan penisnya ke vaginaku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah penis itu ke
vaginaku.

Air semakin beriak ketika dia memulai genjotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia
angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah menatap
langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat payudaraku dan
mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan.

Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yessica yang berada sekitar lima meter dari kami, sekarang mereka sudah
berganti posisi, Yessica duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas penis Pak Joko
yang disaat bersamaan sedang mengenyot payudaranya. Tangan kiri Pak Joko bergerilya mengelusi punggung dan
pantatnya. Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yessica sampai orgasme
berkali-kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-
gesekan penisnya dengan dinding vaginaku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku
mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. Spermanya yang hangat
mengalir mengisi rahimku.

“Neng.. Neng keluar nih saya!” erangnya panjang sambil meringis.

Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan
atau Taryo yang terlalu bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan setelah bersenggama.
Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yessica
sedang mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga sudah mau selesai, tapi entahlah
karena aku keburu tidak sadar.

Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan terbaring di ranjang. Yessica lah yang
membangunkanku dengan mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kami berdua di kamar ini.
Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.

“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan pelan.


“Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!” ajaknya.
“Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!” jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
“Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?”
“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja”
“O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja kok, itu otomatis!” pintaku sebelum dia keluar
dari kamar.

Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar
ke ujung ranjang. Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. Kami menyaksikan hasil rekamanku tadi
melalui layar kecil pada alat itu.

“Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!” godaku melihat keliarannya, “By the way, gimana perasaan lu
sesudah ngeliat ini?”
“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang
kaya gini, putus ya putus, gua dah nggak peduli lagi kok” katanya berapi-api.
“Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
“Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!” kataku mendadak baru ingat limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol
sambil menonton rekaman itu.

16
Kami buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja airnya sudah meluap tapi sepertinya belum lama
karena lantainya belum terlalu banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi buble bath dan
mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yessica agar membawa saja handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil
berendam. Hhmm.. Segarnya berendam di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian hilang sudah oleh
kesegarannya.

Di bathtub kami saling menggosok punggung kami sambil menonton handycam yang diletakkan di tepi bak yang agak
lebar, aku juga membantu Yessica mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh menitan kamipun
menyelesaikan mandi kami, kuguyur badanku dengan air membersihkan busa-busa yang menempel lalu mengelap
badan dengan handuk. Yessica ke kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar mandi
sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku berpapasan dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari
pintu yang menuju kolam.

“Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?” sapaku.


“Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh ngapain,” jawabnya, “Tapi nanti katanya mau ke sini
lagi sekalian bawain makanan”

Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yessica yang masih memakai gulungan handuk di
kepalanya sedang mengoleskan body lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo datang
membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini.
Kami makan di meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal perut.

Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.

“HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!” kataku padanya.

Yessica bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis sementara kami bertiga meneruskan makan.
Taryo selesai paling awal, saat itu Yessica masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.

“Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!” kata Taryo setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.

Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena nasinya kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya
kubuang. Kami berdua membereskan sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas pembungkus ke
tempatnya.

“Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!” teriakku padanya, “Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi
tuh, habis belum keluar-keluar sih”

Kami berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi. Taryo sudah telanjang, duduk selonjoran di
ranjang dan mendekap Yessica yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono putih bermotif bunga-
bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, payudara kirinya yang terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya
oleh Taryo. Pahanya terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara kerimbunan bulunya,
mengelusi dan mengocok dengan jarinya.

Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yessica hanya mendesah dengan ekspresi wajah
menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat.

Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun
kutepis tangannya.

“Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak enak”
“Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya” jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.

Dia menyuruhku jongkok di depan penis hitamnya yang setengah ereksi. Akupun menggenggam penis itu dan mulai
memainkan lidahku, kuawali dengan menjilati hingga basah kepala penisnya, lalu menciumi bagian batangnya hingga
pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya dengan tanganku.

17
Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Desahan Yessica tidak terdengar lagi, kulirikan mataku
melihatnya, ternyata, keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak berubah, Yessica hanya menengokkan
kepalanya ke samping saja agar bisa saling memagut bibir dengan Taryo.

Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat penisnya
kukulum dan kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh aku berhenti
agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yessica sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yessica masih
mengenakan kimononya yang sudah terbuka sana-sini memainkan penis Taryo yang menggantung dengan mulutnya.
Sedangkan Taryo sibuk melumat vagina Yessica, klitorisnya dijilati sehingga tubuh Yessica menegang kenikmatan.
Kulihat paha mulusnya menegang dan menjepit kepala Taryo.

Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku
memijat penisnya. Tangannya meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku terbuka. Sambil terus
berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku
pun sudah tidak menempel apapun lagi.

Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman. Di sebelah Yessica dan Taryo yang masih ber-
69 kutelungkupkan tubuh telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat seperti posisi mau dipijat,
dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah Yessica yang meringis menikmati vaginanya dilumat Taryo, sementara dia
memainkan penis yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku,
aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya
pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.

Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari
kakiku. Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih terbuka. Aku mulai
merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia
sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya,
juga telingaku, aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti
ini.

Sementara di sebelah kami semakin seru karena Taryo sudah menindih Yessica dan memacu tubuhnya dengan cepat.
Yessica menggelinjang dan mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun, tangannya kadang
meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan
kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku merasakan benda tumpul
menyeruak ke vaginaku.

Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan
desahanku menerima hujaman-hujaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu dia
memutar-mutar penisnya di vaginaku, rasanya seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat
berlalu, makannya aku selalu mendesah:

“Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!”

Yessica dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yessica yang berada di atas dan lebih memegang kendali.
Dengan liarnya dia menggoyangkan tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas payudaranya.
Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi siang, di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang
menyakiti hatinya.

“Randy anjing.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa! Engghh.. Terus Bang.. Entot gua buat ngebales..
Aahh.. Cowok sialan itu!!”

Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku
menjerit kalau sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme dahsyat, sementara Pak
Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar menyodokku. Tanpa melepas penisnya dia baringkan
tubuhku menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini penisnya menancap lebih dalam ke
vaginaku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.

18
Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yessica tanpa menoleh. Payudaranya yang berayun-ayun akibat
goyangan badannya mendapat kuluman Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yessica menggoyangkan
tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya dengan mulut dan mengulumnya lagi.

“Yahh.. Entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan aku sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!”
erangnya terengah-engah melampiaskan dendamnya

Sambil terus menggenjot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke payudaraku, putingnya ditangkap dengan mulut
kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Sementara
situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang Yessica didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya
Yessicalah yang lebih mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh keliarannya. Setelah
menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks, dia mencabut penis itu dari vaginanya, lalu menggeser dirinya
ke bawah dan menjilati serta mengulum penis itu seperti orang kelaparan. Taryo sampai merem-melek dan mendesah-
desah dibuatnya.

Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah menyemprot bagaikan kilang minyak, bercipratan
membasahi wajah Yessica, Yessica terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan cipratan itu
masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena cipratan sperma. Setelah semprotannya reda, dia
menjilati sisanya yang masih menetes, kepala penis Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot. Sesudahnya dia
mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan sperma itu, sisanya dibalurkan
merata di wajahnya. Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar di dadanya, keduanya berpelukan
seperti sepasang kekasih.

Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding vaginaku makin berdenyut.

“Ayoo.. Pak, terus.. Citra sudah mau..!” desahku dengan nafas tersenggal-senggal.

Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat sambil memeluk guling erat-erat. Desahan
panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku. Dia
melepas penisnya dan menurunkan kakiku, spermanya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu
ke seluruh payudaraku hingga basah mengkilap.

Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala penisnya di bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-
sisa tenaga aku genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan sisa-sisa spermanya
kutelan saja. Akhirnya kami pun terbaring bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun
dengan cepat karena ngos-ngosan.

“Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!” terdengar Yessica berkata dari sebelahku.

Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan membalasnya tersenyum. Kami masih sempat
ngobrol-ngobrol beberapa menit sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.

Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang tertutup selimut, tidak ada siapapun di kamar semua
sudah pergi. Jendela sudah terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari luar terdengar suara kecipak air.
Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar jendela, di kolam Yessica sedang berenang sendirian, tanpa sehelai
benangpun.

“Yes.. Ooii!” sapaku sedikit teriak sambil melambai, “Mana tuh dua orang itu!?”

Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, “Nggak tahu tuh, kalau Pak Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar
loh renang pagi gini!”

Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari tangga, aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko
yang muncul di sebelah dengan memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai membersihkan halaman depan.

“Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!” kataku sambil mengelus dada, “O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya
katanya?”

19
“Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya, tadi pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi
memang dia bilang hari ini nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!”

Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang baru sembuh di desa, tapi sesudah makan siang
dia berjanji akan kembali. Setelah dia pergi tinggallah kami dua gadis di villa ini.

Hampir sejam lamanya kami berenang dan mengobrol di kolam. Setelah mandi bersih aku memasak dua bungkus mie
Korea untuk sarapan. Habis makan aku mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian menikmati suasana
pegunungan yang tenang dan sejuk. Sepanjang jalan, hampir semua orang yang kami temui (terutama pria)
memperhatikan kami, bahkan beberapa sempat menggoda dengan kata-kata. Tidak heran sih, karena aku memakai
pakaian kemarin yang seksi itu, sedangkan Yessica memakai rok mini warna hitam dengan atasan kaos u can see
kuning yang ketat sehingga mencetak bentuk badan dan payudaranya yang menantang. Untung hari ini tidak banyak
angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah tertiup angin kemana-mana.

Kami sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka. Siapa sangka justru penjaga villa yang biasa kurang
dianggap malah lebih beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kami temui. Ketika pulang kami melihat di
villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. Majikan Taryo dan
familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kami lagi karena sibuk melayani mereka.

Di rumah, Yessica meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting, dia juga menyayangkan kenapa aku tidak
mensyutingnya semalam, padahal menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih pikirku, tapi kan waktu
itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting juga.

Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yessica memintaku mensyutingnya lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah
tempat Taryo menggarapku kemarin. Yessica dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu kuberi aba-aba, mereka
berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yessica dan lidah mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko
meraba-raba paha mulusnya semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yessica pun tidak kalah aktif, dia
meremasi selangkangan Pak Joko dari luar celananya. Kemudian Pak Joko menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih
Yessica. Mereka mulai saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.

Yessica dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kami pindah ke kamar mandi, mereka bercinta di bawah siraman
shower, Yessica menyandarkan tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya. Sambil
menggenjot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia menuangkannya ke tangannya lalu
membalurinya ke tubuh Yessica. Tangannya yang kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, naik ke
payudaranya, lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh Yessica.

Usai menyabuni Yessica, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki kanannya diangkat sepinggang, penisnya
diarahkan memasuki lubang senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi berdiri. Tak lama
kemudian Yessica menengadah dan mengerang panjang mengalahkan suara shower.

“Oohh.. Keluar Pak!!” sambil mempererat pelukannya.

Yessica berlutut dan menerima semprotan sperma Pak Joko di wajahnya. Adegan di kamar mandi ini menyudahi
persenggamaan siang ini. Malam harinya kami main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil menikmati
vagina Yessica yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk melayani penisnya dengan mulut dan lidahku. Semakin
kukulum semakin keras dan berdenyut benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya. Sayang sekali kalau cepat-
cepat orgasme sedangkan aku belum mencapai kepuasanku. Akupun naik ke selangakangannya dan memasukkan benda
itu ke vaginaku.

“Uuugghh..!” desahku saat benda itu menusuk ke dalam.

Di sela-sela kegiatan menikmati vagina sepupuku, dia juga mendesah merasakan jepitan vaginaku terhadap penisnya.
Liarnya goyanganku membuatnya makin liar memperlakukan Yessica, jilatan-jilatannya nampak lebih seru sampai
suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya dijulurkan ke atas meraih kedua payudaranya, meremasnya
sambil terus menyedot vaginanya.

“Ahh.. Ohh.. Pak!” desah Yessica sambil menggeliat-geliat.

20
Setelah Yessica mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali ini aku nungging di atas Yessica dengan gaya
69, kembali Pak Joko menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yessica pada vaginaku, di bawah sana dia
sedang menjilati vagina dan penis Pak Joko yang sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati
vaginanya yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir vaginanya hingga klitorisnya yang merah itu.
Hhmm.. Dia memakai pembersih kewanitaan dengan merek yang sama seperti punyaku, aku sudah hafal dengan
aromanya.

Tangan Pak Joko mulai merayap di payudaraku, memilin putingnya dan memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih
lama lagi sesuatu yang mau meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai puncak. Genjotannya masih
berlangsung beberapa menit ke depan sehingga memberiku kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak,
kini dia mengincar Yessica. Dia rebahan lalu menyuruh Yessica menaiki penisnya yang masih mengacung tegak, benda
itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia mengisi vaginanya dengan penis itu diiringi desahan, setelah berhasil
menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko sendiri turun menyentak-nyentakkan
pinggulnya ke atas merespon goyangan badannya.

Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam posisi berhadapan dengan Yessica. Tanpa diminta
lagi, lidahnya sudah beraksi menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari tangan yang bergerak liar
di dalam vaginaku, desahanku pun semakin menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yessica.
Rasa nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko
bukan saja menjilati vaginaku, duburku pun tidak luput darinya.

“Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!” demikian desahku menghayati setiap jilatannya.

Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yessica, tubuh kami menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan
yang sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan rakus sekali sampai terdengar suara
menyeruputnya. Yessica mencabut penis itu dari vaginanya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko mengoral
penisnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati penis yang masih tegak itu. Berdua kami melayani Adik
kecilnya dengan kocokan, jilatan, dan hisapan selama lima menit hingga isinya muncrat ke wajah kami. Kami masih
terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir, pemiliknya sampai berkelejotan dan melenguh nikmat akibat
perbuatan kami. Maninya sudah tidak sebanyak kemarin sehingga kami sedikit berebutan untuk mendapatkannya.

Kami terkulai lemas, tubuh kami sudah berkeringat, nafas pun sudah putus-putus.

“Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek” pujiku.
“Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!” katanya dengan tersipu malu.
“Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak” sahut Yessica sambil merapat dan menyandarkan
kepalanya pada dadanya.

Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis muda dan cantik, suatu hal yang membuat
banyak cowok iri tentunya. Dia juga berterima kasih pada kami karena telah membuatnya merasa muda kembali di
usianya. Besoknya jam sebelas kami sudah berangkat kembali ke Jakarta. Tidak lupa kami memberi ciuman perpisahan
padanya, Yessica pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kami bersamaan.

Hari itu juga, sore harinya kami membawa rekaman handycam itu ke Verna untuk ditransfer dalam bentuk vcd
(komputer Verna memang paling lengkap walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar negeri). Cd
masternya dibawa Yessica sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk kami, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita
saja. Dia mengabariku seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan dengan pacarnya
setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton bersama rekaman di villa itu sebagai pembalasannya. Kata-kata
terakhir pada cowoknya sebelum berpisah adalah…

“Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!”

Sekarang ini dia sudah mempunyai pacar baru yang lebih muda empat tahun darinya, sifatnya juga lembek, biar lebih
gampang dikendalikan katanya. Duh.. Dasar Yessica, jadi woman rule nih ceritanya. O, ya met skripsi juga Yes, good
luck and success.

Baca cerita trus konak? langsung lihat videonya aja bro…

21
Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sudah
mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya anak, karena aku sudah menikah hampir
lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tidak begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang
menurutku sangat cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasanya menimbulkan
kecemburuan para tetanggaku.

Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi.
Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri
saya sebentar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat menikmatinya. Walaupun
demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak,
isteriku pun selalu siap setiap saat.

Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena
isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya
denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya
yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.

Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang
ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka
Mas Agus dan Mbak Rini. Selebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja
karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.

Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Agus menawariku
nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh
malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget,
tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami.

“Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..!”


“Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak
sekalian.” katanya menyebut isteriku.
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk
memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.

“Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.
Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Agus. Mendingan langsung tidur
saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku tidak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras
rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam.
Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja tidur.

Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu
menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda
keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung
menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi
ini aku benar-benar gila. Aku bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahkan
kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak
terpikirkan olehku lagi.

Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty langsung memegang kemaluanku
dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami pun ikut bergoyang.

Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, “Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan tensiku pagi ini.

22
Sorenya Agus datang ke rumahku, “Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya setelah kami berbasa-
basi.
“Maksudmu apa Gus..?” tanyaku heran.
“Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya.”
Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling
berhadapan.
Agus langsung menambahkan, “Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa malu-malu.

“Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, “Aku punya ide, gimana kalau
nanti malam kita bikin acara..?”
“Acara apa Gus..?” tanyaku penasaran.
“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
“Pesta apaan..? Gila kamu.”
“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang
nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?”

Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami
ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada
sex. Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat menjelaskan
perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dari rumahnya.

Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu
kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. Kulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku
semakin terangsang, Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa
lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku
melakukan hal ini di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah
menggelegak mengalahkan pikiran normalku.

Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami, mengangkat rok yang
dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan
memikirkan kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati
permainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja
dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.

Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang menyembul setelah penutupnya
terbuka.
“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.
Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian denganku. Kulihat isteriku yang
masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora,
seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan oleh Agus.

Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar
karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan
lembut. Sementara Agus kulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang
melakukannya.

Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam,
tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana
dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang
menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini.

“Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seolah sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini.
Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari
kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini
suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.

Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam
halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan

23
kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
“Sshh.., akh..!” Rini menggelinjang nikmat.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesis.

Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, tubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba
tangannya meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang
berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati
kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.

Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa
enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk
angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty. Napas
kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang
entah sudah beberapa lagu seolah menambah semangat kami.

Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya.
Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang
mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermainkan di
dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini terengah-engah dan kemudian menjerit
tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya.

Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar
supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang
milik Rini.
Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas,
masukkan lagi akhh..!”
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendorongnya lagi. Ada kenikmatan luar
biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku,
kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-
megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga Rini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-
kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keringat sudah
membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah
petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini.

Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-
dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah
putus, sementara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekarang membungkuk
menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya
dengan berdiri memasukkan kemaluanku. Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang
kemaluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk.

Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan
senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali
menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang dan
kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin
lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Rini pun menikmati gaya ini.

Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada
itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang.
Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang
terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha
menahannya.

Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih luas dan menyuruh Rini telentang
di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya
menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera
kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini.

24
Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan mencapai finis saja. Suara yang terdengar
dari mulut Rini semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini
memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar
dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, segera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini
menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.

Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memperdulikannya, kami seolah terikat kuat
dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty
tersenyum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit
kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang
milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya.

Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum puas,
walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu.
Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.

Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekarang sudah pindah dan kembali ke
Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu.
Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan
isteriku. Seandainya saja.

Petualangan Akhir Pekan

Aku seorang lajang dan bekerja sebagai asisten manager pada sebuah perusahaan swasta. Aku mempunyai pengalaman
menarik pada saat aku sedang berakhir pekan di Anyer, Banten beberapa waktu lalu. Biasanya akhir pekan kuhabiskan
dengan clubbing dengan teman-temanku. Tapi kali ini aku ingin sendirian menikmati hari libur yang hanya singkat itu.
Nah, sewaktu disana aku ceroboh saat bermain di pinggir pantai hingga hp kesayanganku nyemplung di air laut hingga
mati total. Gara-gara itulah aku mendapatkan pengalaman menyenangkan yang tak terduga.

Singkat cerita esoknya hari Sabtu aku jalan-jalan menuju pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota Cilegon untuk
membeli pengganti ponselku yang rusak. Sesampainya disana aku langsung menuju ke lantai atas yang merupakan
lokasi pusat perdagangan hp disana. Setelah cari merek dan model terbaru yang memang sudah kuincar dari kemarin
akhirnya kudapatkan disalah satu gerai yang cukup besar disitu. Sambil duduk, kucoba-coba fitur yang ada pada ponsel
yang baru kubeli. Saat asyik mengutak-utik barang baru tersebut, sales gerai yang berada dihadapanku sekonyong-
konyong berucap,”Cari apa mbak?”. Refleks kepalaku menoleh samping. Sosok yang disapa tadi berdiri disamping
agak kebelakang. Seorang gadis berseragam hem putih lengan panjang dengan rok abu-abu panjang semata kaki
mengenakan jilbab putih. Yang disapa hanya menjawab,”Ah, nggak mbak. Cuma lihat-lihat”, sambil tersenyum kecut.
Sekilas dari pengamatanku sosok gadis tersebut mempunyai tinggi 160cm dan berwajah cukup manis dan cantik.
Sepertinya ia tertarik pada ponsel yang baru kubeli ini. Aku tahu itu karena pada saat melihatnya, dia seperti sedang
berdiri memperhatikan hp yang sedang kuutak-utik.

Tak lama kemudian gadis itu beranjak pergi. Entah kenapa aku jadi ingin melihat sosoknya sekali lagi. Sambil bergaya
seperti hendak menelpon dengan hp baru, kutolehkan kepalaku sedikit.
“Wah! Boleh juga nih cewek”, ujarku dalam hati. Walau siswi itu berbusana serba tertutup namun karena seragam yang
ia kenakan itu nampak ketat membalut maka setiap lekuk tubuhnya nampak jelas terpampang. Pinggulnya ramping
sedangkan pantatnya bulat dan sekal. Pikiran nakalpun mulai singgah di kepalaku membangkitkan libidoku. Sekalian
ingin mencoba kemampuan hp baru, kuarahkan kameranya untuk memotret siswi itu walau hanya nampak dari
belakang. Pertama aku kupotret seluruh badan dan yang kedua sengaja aku zoom bagian pinggul dan pantatnya.
“Wow, bohai bener nih pantat! garis cd-nya aja keliatan”, ujarku dalam hati begitu melihat hasil jepretan kamera
ponsel.

Setelah beres urusan hp, aku segera menuju food court yang ada di lantai bawah untuk makan siang. Sambil menunggu
makanan yang kupesan datang iseng kubuka lagi file foto yang kujepret tadi. Melihat foto itu fantasi liarku mulai
melayang jauh. Entah kenapa baru kali ini aku merasa begitu terangsang oleh penampilannya. Padahal selama ini aku
biasa-biasa saja melihat setiap gadis berjilbab. Mungkin selama ini aku tidak menyadari seperti ada daya tarik tertentu
dari wanita yang berpakaian seperti itu. Kubayangkan diriku sedang leluasa menjamah dan menikmati tubuh siswi
berjilbab itu. Lagi asyik-asyiknya aku melamun, pelayan food court yang mengantarkan makan siangku membuyarkan
itu semua. Buru-buru kusimpan ponselnya ke saku celana.

25
Baru saja mau makan, tiba-tiba mataku menangkap sosok yang kubayangkan tadi berada tidak jauh dari tempatku
duduk. Nampaknya ia sedang asyik melihat-lihat pernak-pernik dan asesori perhiasan yang berada di counter dekat
food court ini. Segala gerak gerik gadis itu tak lepas dari pengamatanku. Saat tubuhnya berbalik hendak beranjak
meninggalkan gerai tersebut, tiba-tiba pandangannya beradu dengan tatapanku. Nampaknya ia sedikit kaget melihat
keberadaanku. Seakan malu melihatku, kepalanya langsung ditundukkan menghindari tatapanku. Tapi seakan penasaran
tidak yakin yang dilihatnya itu aku, sekali lagi ia menoleh sedikit kearahku. Kulemparkan senyumku sambil
melambaikan tangan kearahnya seakan menggoda sikapnya yang malu-malu kucing. Gadis itu seakan menjadi kikuk
atas sikapku kepadanya. Ia hanya tersenyum malu lalu menundukkan pandangannya kebawah seakan tidak berani
beradu pandang denganku. Beberapa saat ia hanya berdiam disitu sambil kepalanya celingak-celinguk seakan takut ada
yang mengenalinya berada disekitarnya.

Perlahan aku bangkit dari duduk dan kuhampiri dia. Siswi berjilbab itu kulihat semakin salah tingkah dan grogi ketika
aku mulai mendekat.
“Halo dik, ketemu lagi kita disini. Lagi ngapain? Mau belanja asesoris?”, sapaku. Yang disapa hanya tersenyum simpul
dengan kepala sedikit tertunduk malu sedangkan tangannya memegang erat tas ransel dipunggungnya. Perlahan dengan
suara pelan ia menjawab,
“Ah, nggak om cuman liat-liat aja koq”, dengan pandangan menunduk kebawah.
Lalu dengan segala keramahan kucoba mengajaknya makan siang bersamaku. Mula-mula ia tampak sedikit ragu atas
ajakanku. Tapi akhirnya dengan sedikit bujuk rayuku ia mau juga.

Setelah berbasa-basi, kami berkenalan. Namanya Erni Widyaningsih berumur 16 tahun duduk di kelas 2 salah satu
SMK swasta disana. Setelah itu kami lanjutkan perkenalan ini dengan santap siang. Disini mengalir bermacam-macam
obrolan mulai dari dirinya sampai unek-unek dan permasalahan yang ia hadapi saat ini. Dia adalah anak pertama dari 4
bersaudara. Bapaknya pegawai honorer pemda sedangkan untuk membantu menambah penghasilan keluarga ibunya
bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Erni sengaja masuk SMK (SMEA) karena begitu lulus ingin bisa langsung kerja
membantu orang tuanya. Namun keinginannya itu bisa kandas ditengah jalan karena sekarang keuangan orangtuanya
yang sedang sulit sehingga ia masih menunggak SPP. Sedangkan teguran dari sekolah hampir tiap hari diterimanya.
Bahkan hari ini ia dipaksa pulang lebih awal dari sekolah karena masih belum . Yang membuatnya sakit hati yaitu sikap
beberapa teman kelasnya yang terus mengejek dan menyindir keadaan sulit yang sedang dialaminya. Dia merasa heran
dan bingung karena beberapa siswi yang suka mengejeknya justru berkeadaan sama dengan dirinya. Meskipun begitu
penampilan mereka justru layaknya seperti orang yang berkecukupan. Mulai dari tas, sepatu bahkan hp bagus mereka
punya. Di depan Erni mereka selalu bergaya memamerkan barang-barang tersebut. Terus terang terkadang ia merasa iri
dengan mereka. Sampai disitu, kutanyakan padanya apakah dia tahu bagaimana teman-temannya itu mampu membeli
barang-barang tersebut. Mendengar pertanyaanku itu sejenak ia diam sambil menunduk seakan tahu tapi malu
menjawabnya. Setelah kudesak secara halus akhirnya keluar pengakuan bahwa ia pernah mendengar kabar bahwa
teman-temannya itu menjual diri demi mendapatkan materi. Mulanya ia tidak mempercayainya tapi kemudian secara
tidak sengaja ia memergoki salah seorang rekannya itu sedang digaet pria berumur sewaktu pulang sekolah. Mendengar
pengakuannya sambil tersenyum kutanyakan pendapatnya tentang perilaku teman-temannya itu. Sambil diam sejenak
kemudian ia berkata kalau sebenarnya kesal juga sedikit iri dengan mereka yang mengambil jalan pintas untuk
mendapatkan uang.
“Lha kalau nggak begitu, mungkin mereka juga akan mengalami nasib yang sama dengan kamu. Habis mau gimana
lagi minta sama orang tua sulit, yah satu-satunya cara mungkin yang seperti kamu bilang itu.”, ujarku sembari
menunggu reaksinya. Siswi berjilbab itu hanya diam tertunduk mendengar kata-kataku. Nampaknya pernyataanku
menusuk kedalam sanubarinya.

Melihat ia yang masih diam saja yang tidak membantah atau mengiyakan pernyataanku tadi, otakku mulai berputar
mencari siasat untuk menggiring gadis yang sedang dalam kesempitan ini kearah yang kumau. Dengan lembut kutanya,
“Erni, kamu masih mau sekolah kan?”. Dia hanya mengangguk pelan mengiyakan.
“Kalau om tolong bayarin SPP-mu kamu mau nggak?”, tanyaku lanjut.
“Ah, yang benar? Masak sih om?”, sahut Erni sambil memandangku dengan tatapan kaget seolah tidak percaya.
“Ya iya dong. Om serius mau ngebantu kamu. Masak bercanda?”, jawabku berusaha meyakinkannya. Terkesima akan
tawaranku gadis itu berkata heran,
“Aduh om baik sekali! Koq mau nolongin Erni? Om kan baru kenal sama Erni”.
“Saya nggak tega kalau kamu putus sekolah. Kasian kan kalau cita-cita kamu kandas di tengah jalan. Kasihan orang tua
Erni yang punya harapan besar sama”, ujarku sambil tersenyum. Sejenak ia terdiam.
“Kenapa? Kamu masih nggak percaya?”, tanyaku.
Lalu ia menjawab, “Bukan begitu om, tapi rasanya Erni nggak bisa membalas kebaikan hati om. Rasanya bantuan yang
diberikan om terlalu besar buat Erni. Kayaknya terima kasih aja nggak cukup buat membalas semuanya.”, dengan
wajah sedikit bingung.
“Ah, kamu nggak usah bingung. Kalau pengen balas budi gampang koq, asal kamu ngerti caranya.”, timpalku sambil
tersenyum penuh arti. Dengan pandangan penuh tanda tanya ia berkata.

26
“Caranya gimana om?”, seolah penasaran ingin tahu kemauanku.
“Er, di dunia ini tidak ada yang gratis. Kalau ingin mendapatkan sesuatu kita harus berusaha. Begitu juga dengan
teman-temanmu. Mereka tahu kalau hanya mengandalkan orang tua segala keinginan yang terpendam tidak akan
mereka dapatkan. Jadi walau banyak yang tidak suka cara mereka, mungkin termasuk kamu, mereka ambil jalan yang
paling gampang. Caranya ya itu tadi yang seperti kamu ceritakan. Jadi… kalau kamu ingin membalas kebaikan om, yah
caranya seperti yang seperti teman-temanmu itu”, paparku sambil tersenyum penuh arti. Sekilas raut wajah remaja putri
itu kaget sekaligus gelisah mendengar penjelasanku tadi. Ia cuma terdiam sambil tertunduk. Wajahnya yang manis
nampak penuh kebimbangan.

Melihatnya dalam keadaan bimbang kulancarkan rayuan sambil mengiming-iminginya untuk membelikan segala
macam barang bagus. Sekilas kemudian sambil menatapku dengan tatapan bimbang ia bertanya dengan suara pelan,
“Tapi om kalau… saya nanti hamil gimana?”.
“Oh.. itu sih gampang. Kamu nggak mungkin sampe hamil. Banyak cara buat mencegahnya koq. Tenang, om ngerti
caranya.”, jawabku tersenyum seraya meyakinkan dirinya yang sedang bimbang. Gadis itu kemudian menurunkan
pandangannya ke atas meja sambil menaruh kedua tangannya diatas meja. Jemari kanannya meremas jemari kirinya
pertanda ia sedang berpikir keras.

Setelah membiarkannya sejenak untuk berpikir, kulancarkan kalimat pamungkas untuk meruntuhkan kebimbangannya.
Seraya memandang tajam wajahnya perlahan tanganku menyentuh jemarinya sambil berkata,
“Om tidak akan memaksa Erni. Kalau kamu mau om senang sekali, tapi kalau nggak ya nggak apa-apa. Tapi coba
pikirkan sekali lagi, apa ada cara yang lebih baik lagi buat menyelesaikan masalah kamu sekarang….. hmmm”, seakan
mengarahkan pikirannya kalau tidak ada cara lagi selain yang kutawarkan tadi. Erni hanya bisa memandangku dengan
tatapan sayu seakan pasrah mengiyakan ucapanku. Beberapa saat kami saling bertatapan seraya kedua tanganku
meremas kedua jemarinya. Gadis itu seolah sudah berada dalam genggamanku karena ia tidak menolak jemarinya yang
halus diremas olehku. Merasa semua sudah berjalan dengan rencanaku, kuajak ia berlalu dari situ.

Singkat cerita, selama dalam perjalanan menuju bungalow tempatku menginap pandangan dan pikiranku tidak lepas
dari sosok siswi SMK disampingku ini. Tangan kiriku tidak henti-hentinya bergerilya mengelus pipi, dagu, tangan dan
bahkan pahanya. Namun karena sudah pasrah ia diamkan saja perlakuanku itu. Rasanya tidak sabar lagi untuk segera
beraksi. Kularikan kendaraanku secepat mungkin agar cepat sampai tujuan.

Sampai ditujuan keluar dari mobil, bagai sepasang kekasih kurangkul pundaknya dengan tangan kiriku. Kubawa ia
menuju kamar tidur utama. Kemudian setelah menutup pintu kamar kutarik kedua lengannya dan kuletakkan diatas
pundakku. Sedangkan kedua tanganku mendekap erat tubuhnya. Wajah kami saling berhadapan amat dekat. Wajah
yang cantik manis dengan tatapan sayu serta bibirnya yang mungil agak sedikit terbuka seperti meminta untuk dilumat.
Segera kucium dan kulumat bibirnya dengan gemas sedangkan kedua tanganku mulai beraksi mengelus punggung dan
pinggangnya bergantian.

Beberapa saat kemudian tanganku beralih turun kepantatnya. Kuelus dan kuraba terasa kenyal dan padat bongkahan
pantat gadis ini. Dengan gemas kuremas-remas pantatnya sambil sesekali mencengkram dan mendorongnya ke arah
selangkanganku. Wajah Erni mengernyit kaget dengan perlakuanku itu. Apalagi dia merasakan benda aneh yang keras
dari balik celanaku menekan-nekan selangkangannya. Puas melumat bibirnya ciumanku perlahan turun ke dagu
kemudian leher menuju payudaranya. Sepasang payudara yang montok menggelembung padat meyembul dari balik
hem putih lengan panjangnya. Segera kupagut dan kukulum payudara yang masih tertutup oleh kemeja putih
seragamnya. Tangan kananku segera meraih dan meremas payudara kirinya sedangkan tangan kiriku masih asyik
meremas pantatnya. “Ohh…. mmmhhh”, kepala siswi berjilbab itu mendongak sambil melenguh menikmati
perlakuanku. Kedua tangannya meremas-remas kepalaku.

Perlahan tangan kananku mulai membuka kancing baju seragamnya satu persatu sambil menarik bawahan kemeja itu
dari balik roknya. Terpampang dihadapanku sepasang buah dada yang montok berukuran 33 dengan BH yang nampak
kekecilan untuk menampungnya. Lalu kulucuti hem putih lengan panjang beserta BH yang masih dikenakannya itu.
Kini Erni hanya tinggal mengenakan rok abu-abu panjang semata kaki dengan jlbab putihnya. Sengaja kubiarkan begitu
karena bagiku hal tersebut merupakan sesuatu yang amat menggairahkan.

Melihat pemandangan yang indah ini segera kulanjutkan aksiku dengan menghisap dan menjilati sepasang puting susu
miliknya yang sudah menegang dengan rakus. Terkadang tanganku ikut bermain dengan memiting dan memilin puting
yang berwarna coklat muda itu.
“Ouhh… ahhh… ahhh”, desah bibir mungil yang setengah terkatup sambil meremas kepala dan pundakku.
Nafasnya naik turun menahan nikmat. Semakin lama desahannya semakin kencang membuatku semakin bergairah.
Sambil membalikkan tubuh ABG ini hingga membelakangiku segera kulepas semua pakaian yang kukenakan tinggal

27
celana dalamku. Kemudian sambil memeluk dari belakang kuraih wajahnya dan kulumat kembali bibir mungilnya,
sementara kugesek-gesek penisku yang sudah menegang di dalam cd-ku kearah pantatnya. Sedang tangan kiriku asyik
memilin puting dan meremas buah dadanya bergantian, jari tengah tangan kananku mulai mengorek-ngorek kemaluan
Erni dari luar rok abu-abu panjangnya.
“Emmhh… mmhh..”, desahnya tertahan oleh ciumanku sedangkan kedua tangannya pasif memegangi tangan-tanganku
yang sedang bereksplorasi seakan mengikuti permainan ini.

Beberapa menit kemudian kusuruh Erni membungkuk sambil tangannya memegang pinggiran meja hias yang ada di
depannya. Lalu kusingkap roknya keatas sampai sepinggang. “Wauw indah sekali…”, desahku perlahan melihat
pemandangan yang ada dihadapanku ini. Pantat yang bulat sekal ditopang sepasang paha dan betis mulus dan bersih.
Kutarik celana dalamnya kebawah. Mataku menatap kagum keindahan pantatnya yang putih mulus. Sejenak kuelus dan
kuremas bokong indah itu sambil sesekali menciuminya dengan gemas. Erni hanya bisa menundukkan kepalanya.
Tubuhnya sedikit bergetar mendapat perlakuan seperti itu.

Setelah itu kurentangkan sedikit kedua pahanya dan kulihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus menebarkan
baunya yang khas. Kusibakkan vagina gadis ini dan dengan jari tengahku kukorek-korek.
“Emmmhh….”, tiba-tiba tubuhnya menggelinjang hebat sambil pahanya bergerak seolah hendak menjepit tangan
kananku yang sedang memainkan liang surganya.

Terus kukorek-korek sampai jariku mulai kebasahan oleh cairan kewanitaan yang keluar dari sana. Nafas dan desah
kecilnya memburu membuat gairahku meningkat. Kurasa ini saat yang tepat untuk mulai beraksi karena penisku sudah
menuntut untuk dimasukkan. Kutarik jariku, lalu kurebahkan tubuhnya ke ranjang. Matanya menatap sayu kearahku
yang tinggal bercelana dalam.

“Ihhh..!!”, pekiknya pelan sambil menutup wajahnya begitu melihat kemaluanku yang besar tegak mengacung
didepannya. Perlahan kudekati Erni sembari menarik kedua belah tangannya.
“Kenapa sayang?”, tanyaku sambil tersenyum.
“Takut om, punya om besar sekali. Nanti sakit.”, ujarnya ketakutan.
“Tenang sayang nggak sakit koq. Cuma kayak digigit semut sebentar”, jawabku sembari mencium bibirnya untuk
meredakan ketakutannya.

Kedua tanganku tidak ketinggalan memainkan payudara dan liang vaginanya.


“Mmmhh.. cupp.. cupp”, desahnya tertahan oleh ciumanku. Sedangkan nafas gadis ini mulai memburu pertanda ia
semakin terangsang. Tak lama kemudian kurasakan ujung jariku semakin basah oleh cairan yang keluar dari
kemaluannya.
“Ah, ini dia saatnya”, ujarku dalam hati lalu kurentangkan kedua pahanya lebar-lebar. Lalu sambil bertumpu dengan
lengan kiriku, tangan kananku membimbing sang penis memasuki kemaluannya.
“Ouhh… sshhh..!”, desisnya sambil menyeringai menahan rasa sakit saat penisku perlahan memasuki liang
kenikmatannya. Kedua tangannya menggenggam erat seprei ranjang seakan bersiap untuk menerima kejutan lebih
lanjut. Luar biasa! Penisku terasa kesulitan menembus vaginanya. Perlahan senti demi senti kemaluanku menembus
lubang sempit siswi SMK ini. Akhirnya aku berhasil membenamkan seluruh batang kejantananku kedalamnya.
Kurasakan nikmat luar biasa ketika penisku terasa seperti diurut oleh denyutan dinding kemaluan gadis ini. Sesaat bisa
kurasakan kalau ada sesuatu yang menetes keluar dari kemaluannya. Nampaknya keperawanan gadis ini jebol sudah.

Kemudian perlahan kupompa maju mundur. Paras cantik Erni nampak mengernyit menahan sakit sambil menggigit
bibir bawahnya. Namun lama kelamaan seiring dengan makin lancarnya genjotan penisku, mimik wajahnya berubah
seperti mulai menikmati permainan ini.
“Shhh.. hehh.. hhhh”, desah kecil bibir mungilnya sembari kedua tangannya mencengkeram erat lenganku yang sedang
bertumpu disamping tubuhnya.

Melihat wajah yang cantik sedang berdesah ini membuatku semakin bergairah. Segera kulumat bibir itu sambil
memainkan lidahku di dalamnya dan ternyata ia juga membalas dengan memainkan lidahnya.
“Mmmhh… cupp… cupp…”, bunyi ciuman kami berdua yang diselingi permainan lidah.

Semakin lama semakin cepat genjotanku dan secara refleks Erni melingkarkan kedua kakinya ke pinggulku. Hampir
sepuluh menit lamanya kami bersenggama dengan posisi ini dan tidak lama kurasakan lubang senggamanya semakin
basah.
“Ouuhhh…. ohhhh…. Omm…. Err.. nnii.. mo.. pipisss..”, getar suaranya menahan suatu dorongan luar biasa dari
tubuhnya. Nampaknya dara bertubuh sintal ini akan mencapai klimaksnya. Dan benar saja, tubuhnya bergetar

28
melengkung ke belakang sedangkan pahanya yang melingkar di pinggulku menjepit erat. Terasa sesuatu yang hanyat
menyemprot keluar dari dalam vaginanya membasahi penisku. Sejenak kuhentikan genjotan sambil mencabut penisku
dari liang senggama dara montok ini.

Nampak penisku dibasahi oleh cairan vagina bercampur darah. Begitu juga vaginanya dan dengan secarik tisu
kubersihkan kemaluan kami berdua. Beberapa menit kemudian kurangsang Erni kembali untuk menuntaskan hasrat
birahiku yang belum tuntas. Tak lama kemudian vaginanya mulai basah pertanda dia sudah kembali terangsang.

Kemudian dengan mesra kuajak ia turun dari ranjang. Lalu kusuruh dia agar membungkuk membelakangiku.
Tangannya bertumpu dipinggir ranjang sedangkan kedua kakinya menjejak ke lantai. Rok abu-abu panjangnya yang
sempat terjurai kebawah kuangkat lagi sampai sepinggang. Sambil mencengkeram pantatnya yang montok dengan
tangan kiriku, tangan yang kanan mengarahkan penis yang tegak mengacung ke arah vaginanya. Sejenak kugesek-
gesekkan di bibir kemaluannya yang mulai basah tadi.
“Ohhh…”, desahnya pelan sambil menundukkan kepala sambil tangannya meremas-remas seprei.

Kini ujung penisku benar-benar terasa basah oleh cairan kewanitaan yang mengucur dari dalam kemaluannya. Perlahan
dengan bantuan tangan kanan aku mulai melakukan penetrasi. Tidak seperti tadi, sekarang walau masih terasa sempit
kemaluanku dengan lancarnya menerobos masuk sampai pangkal penisku menyentuh bokongnya. Kubiarkan penisku
yang terbenam penuh didalam liang senggama gadis ini sejenak. Lalu dengan perlahan kumaju mundurkan
selangkanganku. Kulakukan dengan tempo lambat untuk beberapa saat lalu secara bertahap kupercepat sodokanku.

“Ahhh… ahhh… uhhh… uhhh”, desah Erni yang semakin lama semakin kencang. Tubuhnya terguncang-guncang
karena sodokanku yang makin lama makin cepat. Sambil menyetubuhinya dari belakang kedua tanganku beraksi
meremas dan mencengkeram pantatnya.
“Plakkk… plakkk…”, bunyi selangkanganku saat berbenturan dengan bokongnya. Terkadang kuremas kedua buah
dadanya dari belakang

“Ohhh… Errrnnniii… sayyyanggg… ennakk… khammuu… memang… nikmaatt.. sshhh..”, racauku sembari
menggenjot pantatnya dengan cepat.
“Emmmhhh… ohhh… omm… mmhh”, desah siswi berjilbab itu seakan merespon racauanku sembari kepalanya
bergoyang kanan kiri terkadang menunduk kebawah menahan nikmat. Tubuh kami berdua kini benar-benar basah
kuyup bermandikan keringat. jilbab dan rok sekolah yang melilit dipinggang Erni juga ikut basah karenanya.

Tak terasa lebih dari 10 menit kami berdua bersetubuh dalam posisi ini. Lama kelamaan dorongan berejakulasi tidak
dapat kutahan lagi. Sedangkan gadis yang sedang kugenjot ini juga mulai menampakkan tanda-tanda akan orgasme.
“Ouhh… omm… Errrhhh… nnnii… mauh… pipisss lagihhh…”, kata dara manis ini dengan nafas terengah-engah.
“Ssshh… tahhann… sedikitt… llagii… sayyyaaangg. Ommh… jugga… mo.. nyampee..”, ujarku sembari mempercepat
laju sodokanku.

“Ohhhh….”, erang Erni dengan tubuh menegang dengan kepala mendongak seraya vaginanya megucurkan cairan.
Bersamaan dengan orgasmenya Erni akupun mencapai klimaks. Lalu kupeluk pinggangnya erat-erat sembari
membenamkan penisku dalam-dalam.
Dan,”Ahh….!”, lenguhku nikmat seraya memuntahkan air maniku. Liang senggamanya sekarang dipenuhi oleh
campuran spermaku dan cairan vaginanya. Kemudian kami berdua terkulai lemas sisi ranjang dengan posisi aku
menindihnya dari belakang. Kubiarkan sejenak kemaluanku yang masih tegang didalam vaginanya.

Hari menjelang sore, tak terasa kami terlelap puas. Saatnya aku mengantar Erni pulang. Tak lupa sebelumnya kuberi
dia pil pencegah kehamilan. Dan sesuai dengan janjiku padanya tadi, kami mampir dulu di pusat perbelanjaan dan
kuberikan semua yang ia mau plus uang untuk kebutuhan sekolahnya.

Dalam perjalanan mengantarkannya pulang aku sempat menikmati tubuhnya sekali lagi. Di tempat yang sepi dan gelap
jauh dari keramaian kutepikan sedanku. Sembari menyuruh Erni pindah kepangkuanku kugeser mundur tempatku
duduk. Sambil ia duduk membelakangiku kusingkap rok abu-abu panjangnya dan kusibak celana dalamnya. Lalu
bersetubuhlah kami sampai klimaks. Setelah puas kulanjutkan perjalanan mengantarnya pulang. Sebelum sampai
ditujuan aku berjanji padanya untuk meghubunginya kembali bila aku cuti atau libur.

29
30

Você também pode gostar