Você está na página 1de 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh pembelajaran Keperawatan Krdiologi dengan studi kasus Angina. Makalah ini diberi judul Makalah Asuhan Keperawatan dengan Angina. Penyususnan makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. 2. 3. Bapak Abu Bakar, M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B selaku PJMA Keperawatan Kardiologi Ibu Harmayetty, S.Kp,M.Kes.selaku fasilitator studi kasus angina. Tidak lupa kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pencarian literatur. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehubungan dengan hal tersebut kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penulisan makalah yang lebih baik di masa mendatang.

Surabaya, September 2013

Kelompok VII

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................Error: Reference source not found DAFTAR ISI......................................................Error: Reference source not found BAB I PENDAHULUAN..................................Error: Reference source not found 1.1 1.2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.7 2.8 2.9 Latar Belakang.......................Error: Reference source not found Tujuan Penulisan.................Error: Reference source not found Definisi.............................. Error: Reference source not found Klasifikasi.......................... Error: Reference source not found Etiologi.............................. Error: Reference source not found Patofisiologi........................Error: Reference source not found Manifestasi Klinik................Error: Reference source not found Pemeriksaan Diagnostik........Error: Reference source not found Komplikasi......................... Error: Reference source not found Penatalaksanaan.............................Error: Reference source not found

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................Error: Reference source not found

2.10 AsuhanKeperawatanTeori....Error: Reference source not found BAB III STUDI KASUS ...................................Error: Reference source not found BAB IV PENUTUP........................................... Error: Reference source not found 4.1 4.2 Kesimpulan......................... Error: Reference source not found Saran................................. Error: Reference source not found

DAFTAR PUSTAKA........................................Error: Reference source not found

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. SKA menyebabkan angka perawatan rumah sakit yang sangat besar dalam tahun 2003 di Pusat Jantung Nasional dan merupakan masalah utama saat ini. Menurut ESC (European Society of Cardiology), prevalensi angina pada kelompok studi populasi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. untuk kelompok wanita prevalensinya 0,0-1% pada usia 45-54 tahun hingga 10-15% pada usia 65-74 tahun. sedangkan pada kelompok laki-laki prevalensinya 2-5% pada usia 65-74 tahun. untuk itu dapat diperkirakan bahwa 20.000-40.000 per 1 juta populasi penduduk di Eropa mengalami angina. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17,5 juta kematian di seluruh dunia tercatat bahwa lebih dari 7 juta orang meninggal akibat penyakit jantung di seluruh dunia pada tahun 2002, angak ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020. Di Indonesia pada tahun 2007 terdapat sekitar 400 ribu penderita penyakit jantung dan menjadi pembunuh nomor satu di dalam negeri dengan tingkat kematian mencapai 26%. Sindrom koroner akut dibagi menjadi beberapa klasifikasi salah satunya adalah angina. Penderita dengan sindroma koroner akut (SKA) yang merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner, mempunyai risiko untuk mendapat komplikasi yang serius bahkan bisa berujung pada kematian. (HIMAPID, 2008). Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya penyakit jantung salah satunya pola makan atau diet erat kaitannya dengan hipercholesterolemia. Pola makan atau diet, gaya hidup serta kondisi lingkungan dimana seseorang hidup besar pengaruhnya terhadap derajat status kesehatan sesesorang (Risksdas, 2007).Berbagai pedoman dan standar terapi telah dibuat untuk penatalaksanaan penderita SKA. Agar standar dan strategi pengobatan serta penatalaksanaan pasien SKA berlangsung secara optimal, efektif dan efisien sesuai dengan

pedoman atau standar terapi yang telah ditetapkan, maka perlu adanya suatu sistem dan/atau mekanisme yang secara terus menerus memonitor dan memantau terapi obat yang diterima pasien. Hal tersebut di atas menunjukkan, penatalaksanaan penyakit jantung memerlukan suatu pendekatan yang holistik, baik dalam upaya pencegahan maupun pengobatan. Serta pelayanan yang terpadu dan berkelanjutan antara sistem dan atau subsistem pelayan yang terdapat disuatu rumah sakit (Depkes, 2006) 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Intruksi Umum Setelah pembelajaran mata ajar kardiovaskuler III secara Student Center Learning ini, semua mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien angina secara tepat. 1.2.2 Tujuan Intruksi Khusus Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang sidrome jantung koroner yaitu angina. Tujuan khusus dari makalah ini adalah: 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari angina. 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi angina. 3. Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dan WOC angina 4. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis angina 5. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan angina 6. Agar mahasiswa dapat mengetahui komplikasi 7. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan angina 8. Agar mahasiswa memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan angina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Angina adalah gejala ketidaknyamanan nyeri dada yang menjalar ke dada, rahang, pundak, punggung/lengan. serangan angina menjalar bisa cepat atau lambat. Seorang pasien mengabaikan nyeri dadanya dan berfikir itu akan pergi dengan sendiri. 90% dari pasien merasakan sakit di retrosternal atau sedikit ke kiri sternum. Angina biasanya berlangsung kurang dari 5 menit. Namun, serangan dipicu oleh makanan berat atau kemarahan ekstrim yang dapat berlangsung 15 sampai 20 menit. (Black, 2009) Angina adalah nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan ketika otot jantung tidak mendapatkan darah yang kaya oksigen cukup. Ini mungkin merasa seperti tekanan atau meremas di dada Anda. Ketidaknyamanan ini juga dapat terjadi pada bahu, lengan, leher, rahang, atau punggung. Angina sakit bahkan mungkin merasa seperti gangguan pencernaan. (AHA, 2001) Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dada. Nyeri dapat menjalar ke lengan, leher, rahang, punggung, atau perut. Rasa ini timbul akibat otot jantung tidak mendapat cukup oksigen. Angina biasanya dipicu oleh aktivitas fisik dan mereda dengan istirahat selama 10-15 menit (Palmer, 2005). 2.2 Klasifikasi Menurut Corwin (2009), angina dibagi menjadi beberapa klasifikasi antara lain : a. Angina Pektoris Tak Stabil Angina tak stabil dijumpai pada individu dengan penyakit arteri koroner yang memburuk. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini terjadi akibat aterosklerosis koroner yang ditandai perkembangan thrombus yang mudah mengalami spasme. Terjadi spasme akibat respon terhadap peptida vasoaktif yang dikeluarkan trombosit yang tertarik ke area yang mengalami kerusakan. Konstrikor yang paling
6

kuat yang dilepaskan oleh trombosit adalah trombosan dan serotonin, serta faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit. Seiring dengan pertumbuhan thrombus, frekuensi dan keparahan serangan angina tidak stabil meningkat dan individu beresiko mengalami kerusakan jantung ireversibel. Menurut (Sudoyo, 2009) pasien yang dapat dimasukkan kedalam angina tak stabil antara lain : 1) Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali perhari. 2) Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan. 3) Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat. b. Angina Pektoris Stabil Dapat disebut juga angina klasik, terjadi sewaktu arteri koroner yang aterosklerotik tidak berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah saat terjdi peningkatan kebutuhan oksigen. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas fisik sperti berolahraga atau naik tangga. Pajanan dingin, terutama apabila disertai dengan menyekop salju, dapat meningkatkan kebutuhan metabolik jantung dan merupakan stimuln kuat untuk terjadinya angina klasik. Stress mental termasuk stress yang terjadi akibat rasa marah serta tugas mental seperti berhitung, dapat mencetuskan angina klasik. Nyeri pada angina stabil biasanya menghilang apabila individu yang bersangkutan menghentikan aktivitasnya. c. Angina Varian (Prinzmental) Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataannya, sering terjadi pada saat istirahat atau tidur. Pada angina varian arteri koroner mengalami spasme yang menyebabkan iskemia jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan aterosklerosis. Pada lain waktu, arteri koroner tidak tampak mengalami sklerosis. Ada kemungkinan bahwa walaupun tidak jelas tampak lesi pada arteri, dapat terjadi kerusakan lpisan endotel yang samar. Hal ini

menyebabkan peptide vasoaktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos dan menyebabkan kontraksi arteri koroner. Disritmia sering terjadi pada angina varian. 2.3 Etiologi Menurut AHA (2001), etiologi dari angina yaitu : a. Angina Stabil 1. Penyebab a) Coronary artheroslerotic heart disease (CAD) dengan disertai pak arteroslerosis, thrombus atau plak dengan thrombus b) Spasme koroner, disfungsi endothelial c) Beberapa stenosis katub aorta, insufisiensi d) Kardiomiopati hipertropik e) Hipertensi pulmonal pertama f) Beberapa hipertensi/hipotensi sistemik g) Beberapa anemia h) Penyakit arteri koroner nonatheroslerosis 1) Anomaly arteri koroner 2) Pemutusan arteri koroner 3) Emboli koroner 4) Vaskulopati radiasi 5) Kelebihan karbondioksida i) Arteritis 1) Penyakit Kawasaki 2) Penyakit Takayasu 3) Nodosa poliarteritis 4) Sistemik lupus erithematosus 5) Giant cell arteritis 6) Penyakit Burger 7) Syphilis 2. Faktor Resiko a) Riwayat keluarga dengan CAD (55 tahun)

b) Dyslipidemia pertama atau kedua: hiperkolesterolemia, tingginya LDL, rendahnya HDL c) Hipertensi d) Merokok e) Diabetes mellitus f) Jenis kelamin laki-laki g) Bertambahya usia h) Gaya hidup yang menetap b. Angina Tak Stabil 1. Penyebab a) Umumnya rupture plak arteroslerosis koroner dengan disertai thrombosis; frekuensi disertai dengan vasokontriksi b) Vasokontriksi koroner, terjadi di arteri koroner normal atau disertai dengan plak arteroslerosis 2. Faktor Resiko a) Bertambahnya usia b) Jenis kelamin laki-laki c) Riwayat keluarga dengan penyakit arteri koroner d) Hiperkolesterolemia e) Rendahnya HDL-C f) Merokok g) Hipertensi h) Diabetes mellitus i) Gaya hidup yang menetap c. Angina Varian 1. Penyebab a) Vasospasme arteri koroner, biasanya fokal dengan anatomi koroner normal atau tempat plak arteroslerosis b) IVUS (intravaskuler ultrasound) sering dibuktikan dengan plak di daerah spasme di angiografikal normal arteri koroner 2. Faktor Resiko a) Merokok menjadi factor resiko yang penting

b) Kokain yang menyebabkan endapan spasme c) Pasien dengan vasospasme lebih muda dari pada pasien dengan angina (rata-rata 48), lebih banyak terjadi pada perempuan d) Penyakit koroner tradisional menjadi factor resiko yang menjadi turun 2.4 Patofisiologi Merokok, HT, Aktivitas, Obesitas, Dislipidemia merupakan faktor utama dari penyakit jantung koroner (Perin, 2009). Faktor-faktor ini menyebabkan timbul plak di dalam pembuluh darah dan pengerasan pembuluh darah termasuk arteri koroner yang mensuplai oksigen dan nurisi jantung. Adanya plak dan aterosklerosis di arteri koroner ini menyebabkan seorang terkena penyakit jantung koroner. Adanya plak disini yang dimaksud antara lain tromosis arteri koroner, perubhan plak itu sendri, dan vasosapasme arteri koroner. Jika morfologi plak tersebut terjadi dan mengakibatkan jantung tidak tersuplai oksigen dan nutrisi mengakibatkan iskemik. Jika sumbatan plak penuh maka akan mengakibatkan infark miokard yang mengakibatkan kerusakan miokardium permanen. Jika plak tersebut hanya menyumbat sebagian luas pembuluh darah maka akan mengakibatkan angina dan juga kematian jantung mendadak. Keadaan keadaan ini disebut sindrom koroner akut (Robbin, 2007). Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dada. Nyeri dapat menjalar ke lengan, leher, rahang, punggung, atau perut. Rasa ini timbul akibat otot jantung tidak mendapat cukup oksigen. Angina sendiri dibagi 3 kategori yaitu stabil, tidak stabil dan variant (Palmer, 2005). Angina stabil biasa terjadi pada seorang yang sedang beraktivitas berat. Angina stabil ini biasanya disebabkan oleh aterosklerosis tetap satu atau lebih pada arteri koroner hingga menyebabkan ke tahap kritis akibat aterisklerosis. Derajat obstruksi seperti ini (stenosis kritis) terjadi >75%, kebutuhan miokardium mungkin terpenuhi dalam keadaan basal, tetapi tidak dapat terpenuhi jika peningkatak karena olahraga atau kondisi yang lain yang menyebabkan stres pada jantung (Robbin et. Al, 2010). Pada beberapa keadaan juga ditemukan vasospasme dan trombosis (AHA, 2001).

10

Angina tidak stabil biasa terjadi biasa pada olahraga yang semakin ringan (Robbin et. Al, 2010). Adanya ruptur dan menebalnya plak yang menyebakan tersumbatnya pembuluh darah koroner dan frekuensi disertai dengan vasokonstriksi (AHA, 2001). Serangan ini lebih intens dan lebih lama dari angina stabil. Plak yang tadinya sedikit lama-lama akan menjadi memenuhi diameter pembuluh darah sehingga terjadi sumbatan total. Angina tak stabil ini merupakan tanda awal iskemik lebih serius dan mungkin irreversible sehingga kadang disebut angina prainfark (Robbin, 2007). Angina variant terjadi ketika istirahat (Robbin et. Al, 2010). Faktor pencetus adalah rokok (Black & Hawks, 2009). Etiologi tersering didapat karena vasosapasme arteri koroner dengan adanya plak aterosklerosis di dekat tempat spasme (AHA, 2001) Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila keutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplaioksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadisebagai respon terhadap respons terhadap suplai oksigen yang tidakadekuat ke sel-sel miocard di jantung. Nyeri angina dapat menyebar kelengan kiri, ke punggung, rahang, dan daerah abdomen. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigen jugaakan meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yangsehat, maka arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak oksigen kepada jaringan. Akan tetapi jika terjadi kekakuan danpenyempitan pembuluh darah seperti pada penderita arteosklerotik dan tidak mampu berespon untuk berdilatasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah iskemi miocard, yang mana sel-sel miocard mulai menggunakanglikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asalm laktat. Asamlaktat kemudian menurunkan PH Miocardium dan menyebabkan nyeri padaangina pectoris (Crowin, 2009). Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang(istirahat, atau dengan pemberian obat) suplay oksigen menjadi kembaliadekuat dan sel-sel otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif membentukenergy melalui proses aerob. Dan

11

proses ini tidak menimbulkan asam laktat, sehingga nyeri angina mereda dan dengan demikian dapat disimpulkan nyeri angina adalah nyeri yang berlangsung singkat (Crowin, 2009). 2.5 Manifestasi Klinik Berikut tanda dan gejala pada pasien angina menurut AHA (2001) : 1. Stable Angina Ketidaknyamanan sering menjalar ke leher, bahu, lengan atau punggung. Dispnea saat aktivitas, kelelahan. Nyeri dada atau tekanan prekordial atau retrosternal yang sering menjalar ke leher, lengan kiri, bahu. Berhubungan dengan mual, muntah, diaphoresis, palpitasi, dispnea. Gejala terjadi saat istirahat atau aktivitas ringan. Ketidaknyamanan retrosternal yang menyebar ke lengan, leher atau rahang. Biasanya terjadi saat istirahat, sering kali saat pagi hari. Pemeriksaan fisik biasanya normal. 2. Unstable Angina

3. Variant Angina

12

2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. EKG EKG 12-lead merupakan salah satu alat diagnostik yang paling penting untuk ACS. Pada EKG normal, segmen ST sejajar dengan garis isoelektrik. Penyimpangan segmen ST dari garis isoelektrik akan menentukan kerusakan otot jantung. Pasien yang mengeluhkan ketidaknyamanan di dada harus diperiksa EKG 12-lead yang dilakukan setidaknya 10 menit dari waktu datang dan harus dievaluasi dengan pemantauan telemetri. Elevasi berkepanjangan dari segmen ST, atau timbulnya gelombang Q baru, menunjukkan bahwa pasien kemungkinan mengalami STEMI. Pada pasien dengan NSTE ACS dapat ditemukan ST depresi, inversi gelombang T, elevasi ST sementara, atau dengan kelainan EKG iskemik. Iskemia miokard terjadi karena ketidakseimbangan antara pasokan oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung. Jika pasokan dan kebutuhan tidak dikoreksi tepat waktu, maka akan terjadi kematian sel. Ada beberapa perubahan EKG pada iskemia miokard; yang pertama adalah inversi gelombang T. perubahan EKG lainnya adalah depresi segmen ST lebih dari dari 0,5 mm, segmen ST yang tetap lebih dari 0,12 detik, dan inversi gelombang U. 2. Pengkajian Laboratorium 10 menit dari waktu datang, harus dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur keluarnya substansi saat inflamasi miokardial, cedera dan terjadinya nekrosis. Creatinin Kinase, pemeriksaan ini mungkin tidak membantu dalam diagnosis MI karena diperlukan 4 sampai 6 jam untuk melihat peningkatan yang signifikan. diyakini bahwa tingkat CK lebih penting dalam mengukur ukuran dan waktu dari MI akut daripada diagnosis yang sebenarnya. tingkat CK akan mencapai puncaknya dalam waktu 12 sampai 24 jam dan kembali normal dalam 72 96 jam. CK-MB digunakan untuk kerusakan miokard, meningkat dalam 2 sampai 6 jam, puncaknya pada 18 jam, dan

13

kembali normal dalam waktu 24 jam. CK-MB dianggap positif bila lebih besar dari 3 persen dari total CK. Troponin T dan troponin I, tes ini sangat berguna dalam diagnosis MI akut. ini adalah tes yang sangat sensitif yang dapat menentukan kerusakan miokard. troponin I adalah penanda paling akurat dari cedera miokard, ini muncul dalam aliran darah 4 sampai 12 jam setelah terjadinya cedera, puncak dalam 12 jam, dan meningkat selama 4 sampai 10 hari. troponin jantung mungkin tidak akan dikeluarkan sampai 6 jam setelah gejala timbul, karena itu, AHA merekomendasikan bahwa pasien yang memiliki tingkat troponin negatif dalam waktu 6 jam munculnya serangan gejala diuji ulang pada 8 sampai 12 jam setelah serangan. Mioglobin. sel jantung yang rusak dengan cepat melepaskan mioglobin ke tingkat pembuluh darah, puncaknya terjadi antara 1 dan 4 jam, mungkin untuk diagnosis MI akut. Tingkat mioglobin kembali normal dalam waktu kurang dari 24 jam. C-Reactive Protein. CRP merupakan reaktan fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon terhadap peradangan. bukti ilmiah baru-baru ini sangat menyarankan bahwa tingkat CRP harus digunakan sebagai ukuran aditif dalam melakukan penilaian risiko global untuk PJK. 3. Foto Thorax Foto thorax pada saat masuk dapat digunakan untuk menentukan tanda-tanda gagal jantung yang akan datang. itu juga dapat berguna dalam mengesampingkan penyebab nyeri dada lain dan untuk mengevaluasi adanya pembesaran jantung. 4. Exercise Test Exercise test dengan pemantauan EKG terus menerus merupakan metode yang sering digunakan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi pasien yang memiliki atau berisiko ACS. 5. Echocardiography Echocardiography aman dan mudah digunakan sebagai tes diagnosis. pada pasien dengan dugaan STEMI, echocardiography dua

14

dimensi selalu menunjukkan kelainan. juga berguna untuk menilai fungsi ventrikel kiri, yang membantu dalam menentukan prognosis. 6. Kateterisasi Jantung kateterisasi jantung dilakukan untuk menentukan lokasi yang tepat dari cedera miokard dan penghalang khusus untuk pembuluh darah koroner. (Morton, 2009) 2.8 Komplikasi Menurut Brunner and Suddarth (2002) ada beberapa komplikasi yang terjadi pada pasien angina, yaitu : a. Oisritmia / aritmia b. Miocard infark c. Syok cardiogenik d. Dekompensatio cordis e. Insfisiensi koroner 2.9 Penatalaksanaan 1. Kolaborasi Farmakologi a. Terapi Antiischemic digunakan untuk pengurangi nyeri dan meningkatkan perfusi miokard. b. Terapi Antithrombotic Efek utama dari antitrombotik adalah pencegahan mediasi trombin, deposisi fibrin dan stabilisasi trombi yang kaya trombosit. heparin adalah antikoagulan paling sering digunakan untuk pasien dengan ACS. 2. Terapi Invasif Pasien NSTEMI yang memiliki definitif perubahan EKG iskemik biasanya dikelola dengan strategi invasif dini. strategi ini melibatkan penggunaan kateterisasi diagnostik, diikuti oleh PCI atau CABG sesegera mungkin. (Morton, 2009 )

15

2.10

Asuhan Keperawatan Teori A. Biodata Dalam pengkajian yang harus di catat adalah identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis, lalu identitas penanggung jawab yang mencantumkan nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan hubungan klien, serta sumber biaya yang dipergunakann untuk klien. B. Riwayat Keperawatan 1. Adanya keluhan nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, punggung, dan epigastrium. Nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas berat dan emosi yang hebat seperti marah dan adnaya rangsangan seksual. Nyeri yang terjadi seperti tertekan beban berat, dan seperti diremas yang timbul mendadak. Durasi nyeri bervariasi tergantung diameter arteri koroner yang tersumbat dan luasnya area iskemik miokard. Nyeri yang dirasakan dapat disertai dengan adanya mual, muntah, diaforeses, dan sesak nafas. Prognosis dari penyakit buruk, jika nyeri timbul pada saat klien istirahat atau tidur, kemungkinan terjadi infark miokard. 2. Gambaran nyeri merupakan gejala yang baru timbul atau sering hilang timbul. Untuk membedakan dengan penyakit lain yang mempunyai gejala nyeri dada maka perlu dikaji penyebab yang mempercepat timbulnya nyeri (provokatif) dan hal-hal yang mengurangi nyeri (paliatif). 3. Pekerjaan Jenis pekerjaan, adanya stress fisik dan psikis perlu dicatat untuk mengetahui aktivitas yang dapat meningkatkan kerja jantung. 4. Hobi Gaya hidup klien, cara mengatasi keteganagn dan pengurangan aktivitas yang mendadak. 5. Kaji faktor resiko penyakit jantung, seperti:

16

a. Riwayat penyakit klien seperti diabete mellitus, hipertensi, penyakit vaskuler, anemia, dan lain-lain. b. Riwayat kesehatan yang lain seperti: peningkatan kadar kolesterol (Low Density Lipoprotein/LDL dan High Density Lipoprotein/HDL), trigliserida, hipertiroid, keboasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, asupan makanan tinggi gula, lemak, garam, kafein, asupan cairan, dan berat badan. 6. Obat-obatan toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat saat timbul serangan. 7. Riwayat gangguan saluran pencernaan seperti dspepsia,atritis, peptic ulcer dan penyakit lain yang menimbulkan nyeri epigastrium. 8. Riwayat kesehatn keluarga, riwayat penyakit jantung dan pembuluh darah (arteria koroner) dalam keluarga merupakan faktor resiko bagi klien. C. Pemeriksaan Fisik 1. Aktivitas/Istirahat Gejala : Pola hidup monoton, kelemahan Kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan. Nyeri dada bila kerja. menjadi terbangun bila nyri dada Tanda : 2. Sirkulasi Gejala : Mual, nyeri ulu hati/epigastrium saat makan. Diet Tanda : 3. Integritas Ego Gejala : Tanda : Stresor kerja, keluarga, lain-lain. ketakutan, mudah marah tinggi kolesterol/lemak, garam, kafein, minuman keras. ikat pinggang sesak, distensi gaster. Dispnea saat kerja

4. Nyeri/Ketidaknyamanan

17

Gejala :

Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu, dan ekstremitas atas (lebih pada kiri daripada kanan). Kualitas: ringan sampai sedang, tekanan berat, terjepit, terbakara. Durasi: biasanya kurang dari 15 menit, kadangkadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit). Faktor pencetus: nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstrem, atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau terjadi selama istirahat. Faktor penghilang: nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghilang tertentu (contoh, istirahat, obat antiangina). nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah (frekuensi, durasinya, karakter atau dapat diperkirakan : contoh, tidak stabil, bervariasi, Prizmental).

Tanda :

wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah. Respon otomatis contoh, takikardi, perubahan TD.

5. pernafasan Gejala : Tanda : Dispnea saat kerja Riwayat merokok Meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan kedalaman. (Doenges, 2001) D. Diagnosa Keperawatan 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ansietas, aritmia, nyeri, kurang latihan.

18

2. Nyeri berhubungan dengan Myocardial ischemia, sakit kepala 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri akut, ansietas. 4. Ketakutan berhubungan dengan stresor lingkungan, masa depan yang tidak diketahui. 5. Mual berhubungan dengan efek samping calsium dan anlgesik opiate. 6. Perubahan peran inefektif berhubungan dengan penyakit kronik,efek samping pengobatan, ketakutan serangan jantung. 7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, gelisah. (NANDA, 2005). E. Intervensi 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ansietas, aritmia, nyeri, kurang latihan. NOC a. Penyimpanan energi b. ADL secara mandiri Kriteria Hasil : a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri. NIC Energy management a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas. b. Dorong pasien untuk mengngkapan perasaan terhadap keterbatasan. c. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.

19

d. Monitor nutrisi dan sumber energi tenaga adekuat. e. Monitor pasien akan adanay kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan. f. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien. Activity Therapy a. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat. b. bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. c. bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial. d. bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan. e. Bantu untuk mendapatkna alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek. f. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai. g. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang. h. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas. i. Sediakan penguatan posisi bagiyang aktif beraktivitas. j. bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan. k. Monitor reapon fisik, emosi, sosial dan spiritual. 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri akut, ansietas. NOC a. Status respirasi : jalan nafas bebas, tracheobronkial terbuka. b. Status respirasi : pertukaran gas di paru-paru. c. Tanda-tanda vital : suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal. Kriteria Hasil:

20

a. Mendemonstrasikan pola nafas yang efektif, dibuktikan dengan status respirasi yang baik, ventilasi, jalan nafas paten dan tanda-tanda vital normal. b. Mendemonstrasikan status respirasi yang baik dengan indikator : inspirasi daln dan mudah untuk bernafas, ekspansi paru simetris, tidak terdapat otot bantu nafas, tidak ada suara nafas tambahan, tidak mennjukkan adanya nafas pendek. NIC a. Manajemen jalan nafas : fasilitasi lintasan udara yang paten. b. Suction : bersihkan sekresi jalan nafas dengan memasukkan kateter suction ke dalan mulut atau trakea. c. Monitor pernafasan : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan jalan nafas yang baik dan pertukaran gas yang adekuat. d. Bantuan ventilasi karbondioksida di paru. e. Monitor tanda-tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi. 3. Nyeri berhubungan dengan Myocardial ischemia, sakit kepala NOC a. Pain level b. Pain control c. Confort level Kriteria hasil: a. Mampu mengontrol nyeri, tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan). b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. : menaikkan pola nafas spontan secara optimal yang memaksimalkan pertukaran oksigen dan

21

c. Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). d. menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. NIC Manajemen nyeri a. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. d. kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri. e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu. f. Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lalu. g. bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan. h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. i. Kurangi faktor presipitasi nyeri. j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan interpersonal). k. kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi. m. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. o. Tingkatkan istirahat. p. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. q. Monitor penenrimaan pasien tentang manajemen nyeri. Analgesic administration

22

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat. b. Cek instruktur dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi. c. Cek riwayat alergi. d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu. e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri. f. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. g. Pilih rute pemberian secara IV, Im untuk pengobatan nyeri secara teratur. h. monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali. i. berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. j. Evaluais efektifitas analgesik, tanda dan gejala. (NANDA, 2005). 2.13 Evaluasi 1. Masalah Keperawatan : Nyeri Evaluasi : Klien mampu : Mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan ). Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri Mengenali nyeri (skala, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Tanda vital dalam rentang normal.

2. Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas Evaluasi :

23

Klien mampu : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR. Melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri. 3. Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas Evaluasi : Klien mampu : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada cyanosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (TD, nadi, RR). (NANDA, 2005).

24

BAB III STUDI KASUS Tn. F. Usia 50 tahun dating ke poli jantung dengan keluhan dada kiri terasa seperti di tusuk yang muncul kadang-kadang khususnya pada saat bermain tenis lapangan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Berat Badan 75 Kg, Tinggi Badan 160 cm, Tekanan Darah 130/90 X/menit. Suara jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada anemi. Hasil pemeriksaan penunjang, ECG ditemukan irama Sinus 88 X/menit, hiopertropi ventrikel kiri. Pemeriksaan Laboratorium Hb, Leko, Trrombosit, dan Hct semua dalam batas normal. Riwayat penyakit masa lalu Hipertensi, Meroko sejak usia 25 tahun Pertanyaan : 1. Apakah faktor resiko yang ada pada Tn. F? Secara teori, faktor resiko terjadinya Angina adalah? 2. Bagaimana fisiologi terjadinya nyeri yang dialami Tn. F? 3. Hasil pemeriksaan ECG pada kasus angina, seharusnya ditemukan gambaran apa? 4. Apa alasan dilakukan uji latihan beban (treadmill)? 5. Bagaimana Web Of Coustion pada kasus angina? 6. Diagnosa keperawatan apa yang muncul dari Tn. F? Susunlah Diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi dan rasional yang tepat untuk Tn. F? Jawaban 1. Faktor Resiko yang ada pada Tn F adalah : a. Merokok sejak usia 25 tahun b. Obesitas Teori Faktor Resiko Angina (Kasron, 2012) : a. Faktor resiko yang dapat diubah : Diet Merokok Hipertensi Diabetes Melitus Obesitas Stress Kurang aktivitas Pemakaian kontrasepsi oral sekitar 2 batang perhari. Pasien disarankan untuk control 2 hari lagi untuk dilakukan uji latihan bebad (Treadmil).

25

b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah : Usia Jenis kelamin Ras Herediter

2. Fisiologi terjadinya nyeri pada angina (Terlampir) 3. Hasil pemeriksaan penunjang, ECG ditemukan irama Sinus 88 X/menit, hiopertropi ventrikel kiri. Selama suatu serangan, bisa ditemukan adanya perubahan pada gelombang ECG, yaitu gelombang ST depresi dan atau gelombang T inversi, tetapi diantara serangan, ECG bisa menunjukkan hasil sinus.

Gb. 4 Hipertrofi Ventrikel Kiri 4. Alasan uji beban (Treadmill) pada Tn F adalah : Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkali masih normal maka perlu dibuat ujian jasmani. Pada ujian jasmani tersebut digunakan EKG saat pasien istirahat lalu pasien diinstruksikan untuk melakukan latihan dengan alat treadmill sampai kecepatan maximal. Selama latihan hingga setelah latihan, EKG pasien terus dimonitor. Tes positif jika ada depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih saat latihan atau sesudahnya. 5. Web Of Coution Angina Pektoris (Terlampir)

26

6. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Tn F adalah : PENGELOMPOKAN DATA DS : klien mengeluh dada kiri terasa seperti di tusuk yang kadang saat DO : TD : 130/90 X/menit ECG Sinus ditemukan 88 irama X/menit, Hipoksemia & iskemi Aerob menjadi anaerob Penumpukan as.laktat Merangsang ujung saraf Nyeri O2 + Nutrisi = turun lapangan. muncul bermain kadangpada tenis Perfusi miokard turun Kebutuhan miokard meningkat khususnya ETIOLOGI Angina MASALAH Nyeri

hiopertropi ventrikel kiri.

27

NO 1

DIAGNOSA

TUJUAN a. Lakukan durasi,

INTERVENSI pengkajian frekuensi, nyeri dan secara faktor

KEPERAWATAN KRITERIA HASIL Nyeri berhubungan Tujuan : dengan ditandai adanya dada seperti Tekanan 130/90 hasil penunjang, ditemukan hiopertropi ventrikel kiri. kiri di iskemik Nyeri berkurang/hilang selama 15 miokardium setelah diberikan tindakan dengan keperawatan keluhan menit terasa Kriteria Hasil : tusuk, a. Mampu Darah X/menit, pemeriksaan ECG irama nyeri, nyeri, menggunakan nonfarmakologi mengurangi mencari bantuan. b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang menggunakan manajemen nyeri. c. Mampu mengenali nyeri (skala frekuensi nyeri). d. Menyatakan nyaman setelah berkurang. e. Tanda vital dalam batas normal : - Tekanan darah : 110/70-140/90 mmHg - Nadi : 60-100X/menit - RR : 12-20X/menit BAB IV rasa nyeri dan tahu penyebab mampu tehnik

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, kualitas presipitasi. b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

mengontrol c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, kebisingan. dan lakukan penanganan (farmakologi, pencahayaan dan

untuk d. Kurangi faktor presipitasi nyeri. nyeri, e. Pilih nyeri

Sinus 88 X/menit,

nonfarmakologi dan interpersonal). menentukan intervensi. g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.

dengan f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

intensitas, h. Monitor vital sign tanda i. Tingkatkan istirahat. j. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan EKG. analgetik untuk mengurangi nyeri dan pemeriksaan

28

PENUTUP

4.1

Kesimpulan Angina adalah suatu sindrom klinis dimana pasien mendapat serangan

sakit dada yang khas yaitu seperti ditekankan atau terasa berat didala tersebut. Biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Pengkajian yang dilakukan pada klien angina berdasarkan pada keluhan utama, riwayat. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang didapat dari pengkajian. Perencanaan tindakan pada klien Angina Pektoris disesuaikan dengan kondisi atau keadaan klien. Pelaksanaan tindakan harus dievaluasi setiap waktu. 4.2 Saran Saran kami sebagai penyaji kepada mahasiswa/i yang sudah

mendengarkan atau menyimak penjelasan kami agar dapat mengenal angina pektoris ini. Selain itu kami juga menyarankan kepada pembaca agar menyampaikan informasi ini kepada masyarakat lain yang belum mengetahui. Saran kami kepada sesama mahasiswa keperawatan jendaknya lebih waspada jika sedang melakukan asuhan keperawatan pada klien angina.

DAFTAR PUSTAKA

29

Albert, S. Joseph. 2001. The AHA Clinical Cardiac Consult. USA : American Heart Assosiation. Black, Yoyce. M and Hawks, Jane. H. 2009. Medical-Surgical Nursing:Clinical Surgical Nursing. Eight Edition. St. Louis, Missouri:Elsevier. Brunner and Suddarth. 2002.. Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Jakarta : EGC Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan System Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha Medika Crowin, Elizabeth. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC Delima, Laurentia Mihardja, Hadi Siswoy. 2009. Prevalensi Dan Faktor Determinan Penyakit Jantung Di Indonesia. Journal:Puslitbang Biomedis Dan Farmasi Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Graha, Chairinniza K. 2010. 100 Question & Answer : Kolesterol . Jakarta : PT Elex Media Komputindo Iseelbacher,dkk.Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC Kumar,dkk.2007.Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta:EGC Morton, P, dan Fontaine, D. 2009. Critical Care Nursing:Holistic Approach, Ninth Edition. China:Wolters Klwer Health Perin, Kathleen Ouimet. 2009. Understanding The Essential of Critical Care Nursing. London : Pearson Prentice Hall Robbin, et. Al. 2010. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta : EGC, Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.2. Jakarta : EGC. Smith, Tom. 2006. Hati-hati Dengan Nyeri Dada. Jakarta : Arcan Stillwell,Susan B. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis. Edisi 3. Jakarta : EGC Sudoyo, Aru W. et.al.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan DepartemenIlmu Penyakit dalam FKUI. Thaller, Malcom. S. 2009. Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan. Jarata : EGC Tim Surkesnas. Survei Kesehatan Nasional 2001. Laporan studi mortalitas 2001: Pola penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: 2002. Tim Surkesnas. Survei Kesehatan Nasional 200 I . Laporan SKRT 200 1 : Studi morbiditas dan disabilitas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2002 Wilkinson, Judith M. 2005. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Intervention And NOC Outcomes. USA : Pearson Prentice Hall

30

Você também pode gostar