Você está na página 1de 10

ANALISIS SWOT PERUSAHAAN KALBE FARMA

Disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah manajemen strategi yang dibina oleh Bapak Prof., DR. Made Sudarma, SE, MM, id.CPA.

Disusun oleh : Dwi Rangga Seto 115020300111106

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI November 2012

Latar Belakang
PT. Kalbe didirikan pada pertengahan tahun 1960 oleh Dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D dan Franciscus Bing Aryanto yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kemudian mereka memutuskan untuk mendirikan Kalbe yang berfokus pada bisnis farmasi. Dr. Boen adalah seorang dokter dan ahli farmakologi yang sangat paham tentang dunia farmasi, sedangkan Bing yang merupakan saudara Dr. Boen sangat jeli dalam melihat kesempatan mengembangkan bisnis Kalbe. Bing juga memiliki jaringan bisnis dan relasi yang luas. Kalbe berawal dari garasi kecil di Tanjung Priok di Jakarta utara. Sekarang ini, Kalbe dikenal sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar, yang menduduki peringkat ketiga dari 20 perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara.

Profil Perusahaan
PT. Kalbe Farma Tbk. adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1966. Visi Kalbe adalah menjadi dominan dalam bisnis kesehatan di Indonesia dan menjadi pemain dalam pasar global dengan brand yang kuat, peningkatan melalui manajemen yang bagus dan teknologi canggih. Misi Kalbe adalah meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Nilai utama dari Kalbe adalah integritas, kerjasama yang kuat, inovasi, agility dan memberikan yang terbaik untuk konsumen. Ada banyak faktor yang mendukung, menstimulasi dan mempercepat kemajuan Kalbe. Pada dasarnya ada 4 kunci sukses yang membuat Kalbe mampu berprestasi, yaitu (1) produk inovator yang bervariasi, (2) strategi marketing yang solid, (3) komitmen yang tinggi pada Research and Development dan (4) sumber daya manusia yang reliabel. Contoh produk produk Kalbe Farma antara lain:

ANALISIS SWOT KALBE FARMA Strength/ Kekuatan


Kalbe merupakan market leader untuk produk kesehatan masyarakat dan market leader untuk produk ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai segmentasi pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator, dengan mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi. Pada tanggal 16 Desember 2005, Manajemen Kalbe telah berhasil melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan PT Enseval (Enseval) menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan satu perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Penggabungan usaha ini akan memberikan peluang bagi masa depan Kalbe dalam meningkatkan efisiensi serta efektivitas. Merger yang melibatkan PT Enseval sebagai superholding dan tiga anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut Kalbe Farma, Dankos Laboratories (DNKS), Enseval Putera Megatrading (EPMS) sekaligus membentuk perusahaan yang betul-betul terintegrasi. Secara horisontal, Kalbe baru menawarkan rentang produk yang jauh lebih luas, mulai dari berbagai bentuk obat dan makanan kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara vertikal, mereka melakukan kegiatan dari pengadaan bahan baku, manufakturing produk jadi, pemasaran, sampai penjualan dan distribusi. Kalbe memiliki pengalaman yang cukup panjang dan dari segi finansial, pendapatan kalbe meningkat sekitar 18% per tahun Manajemen Kalbe memiliki personel yang berpengalaman, termasuk di dalamnya mantan dirjen BPOM dalam mengembangkan, memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehataan dan farmasi. Dilengkapi dengan tim yang solid dan kerja sama yang baik antardepartemen internal dan hubungan yang erat dengan mitra , PT. Kalbe Farma Tbk. semakin mengukuhkan diri dalam jajaran perusahaan besar di Indonesia. Pada bagian produksi, Kalbe memiliki 7 GMP (Good Manufacturing Practice) yang telah berstandar international dengan 2 GMP tambahan yang masih dibangun. Komitmen Kalbe dalam hal ini telah diakui melalui serangkaian hasil pengujian badan sertifikasi. Semua fasilitas produksi milik Kalbe dan Anak perusahaan telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001, sementara Kalbe, PT Dankos Laboratories Tbk. (Dankos) dan PT Bintang Toedjoe juga

telah meraih sertifikasi ISO14001 serta OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kalbe dan Dankos secara konsisten berhasil mempertahankan pencapaian yang amat memuaskan dalam penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik, yaitu nomor lima dan nomor dua diantara semua perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Pada bagian distribusi, Kalbe memiliki tenaga pemasaran sebanyak 6000 personil dengan 1 juta outlet di seluruh Indonesia. Ditopang struktur bisnis yang cukup lengkap, yakni memiliki perusahaan distribusi dan jaringan rumah sakit yang mengusung merek Mitra Keluarga dan Mitra International, termasuk sekolah perawat.

Weakness/ Kelemahan
Ekspansinya ke noncore-business, seperti ke bisnis property (PT Kalbe Land) dan pendidikan (STIE Kalbe). Ekspansi ini dapat mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam pengembangan bisnis farmasi. Penjualan ekspor sampai dengan September 2005 bertumbuh sebesar 127,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan penjualan lokal bertumbuh dengan 28,6 persen. Meskipun ekspor tumbuh sangat besar, namun melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat membawa keuntungan yang besar juga. Pasalnya, sekitar 90 persen bahan baku masih impor sehingga harganya juga melonjak. Akibatnya, persentase laba kotor (gross margin) hanya mencapai 54,3 persen. Hal ini disebabkan karena Komponen impor dari obat masih sangat tinggi, yaitu sebesar 90% dari bahan baku yang digunakan (bahan aktif dan bahan pembantu) serta sekitar 50% dari bahan pengemas yang digunakan. Bahan aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya tidak berarti dan belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing dibandingkan dengan sumber dari luar negeri. Upaya-upaya untuk meningkatkan self sufficiency di bidang pengadaan bahan baku sering terbentur pada permasalahan : Banyaknya jenis bahan baku yang digunakan oleh industri farmasi (hingga 6.000 items) sehingga banyak pemakaian per item yang tidak memenuhi skala produksi ekonomis. Masalah utama adalah pengadaan bahan baku untuk bahan dasar produksi lokal bahan baku yang terkait dengan : Kurang berkembangnya industri kimia hulu yang bisa menopang pengadaan intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat. Ketergantungan pada intermediates dari

luar negeri hingga tingkat tertentu bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari sintesis lokal. ii. Kurang adanya koordinasi antara industri terkait misalnya industri petrokimia dan industri farmasi. Sering terjadi industri farmasi mengalami kesulitan karena intermediate-nya tidak bisa dibuat lokal. Kelemahan pada dasarnya industri farmasi memang merupakan industri yang knowledge intensive dan highly regulated tetapi aspek regulasi industri farmasi di Indonesia dirasa cukup berat yang bersumber dari : Policy yang ada dibuat dengan semangat pengawasan dan bukan pengembangan; Pelaksanaan yang terasa lamban karena ketidak seimbangan antra jumlah pengawas dari pemerintah dengan pihak swasta yang harus dilayani. Mata rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan distribusi hasil produksi industri farmasi masih belum seimbang baik secara kualitatif dan kuantitatif: Misalnya ratio dokter perpopulasi di Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1 juta penduduk. umlah apotik (drug store) saat ini berjumlah sekitar 6.000 buah yang terkonstrasi di kota-kota untuk melayani rakyat Indonesia yang lebih dari 200 juta penduduk. Program pharmaceutical care juga belum berjalan dengan baik sehingga mengurangan pemanfaatan obat secara optimal di masyarakat. Distributor yang jumlahnya cukup banyak tetapi tidak mempunyai jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga biaya distribusi relatif mahal.

Opportunity/ Peluang
1. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8% dari populasi dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada GDP dan kemungkinan akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun ke depan. Konsumsi produk farmasi termasuk resep dan OTC diperkirakan 7 milyar dan berkembang menjadi 13% dari 2005 sampai 2010. Serta terbukanya peluang ekspor sebagai akibat dari penurunan nilai rupiah dan pelaksanaan Good Manufacturing Practice yang baik di Indonesia. Tahun 2000, Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar pada pasar internasional. Awalnya, perusahaan melempar produk ke pasar ASEAN, seperti Malaysia dan Singapura.

Kemudian, sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal ini dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi pertama, trading based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor lokal di negara-negara tujuan ekspor. Kerja sama ini sangat simpel karena sebatas aktivitas jual-beli saja. Namun, lewat jaringan para trader ini produk-produk Kalbe ada di banyak negara, seperti Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi di negara-negara tersebut. Strategi kedua, marketing based. Kalbe membangun kantor perwakilan di setiap negara tujuan yang dari hasil survei internal berpotensi bagi pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor perwakilan Kalbe di beberapa negara, seperti Malaysia (untuk pasar Singapura dan Malaysia), Myanmar, Kamboja, Vietnam, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas melakukan aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT Kalbe Farma berencana membangun pabrik Orange Kalbe Limited di Nigeria. Pembangunan pabrik ini untuk memperkuat pangsa pasar di Afrika Barat. Nigeria akan dijadikan sebagai basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma, kata Dirut PT Kalbe Farma Johannes Setijono. Rencananya pabrik itu akan digunakan untuk memproduksi obat-obat OTC (obat tanpa resep) dan minuman energi. 2. Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.

Threat/ Ancaman
1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkannya perang saudara terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama. Di obat flu, misalnya, Kalbe memiliki Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan yang cukup ampuh, Mixagrip. Lantaran Kalbe dan Dankos bisa saling melihat data masing-masing, mereka bisa saling menjatuhkan. 2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar okal. 3 Diberlakukannya Undang-Undang Paten 1997 dan direvisi tahun 2001, industri farmasi Kalbe Farma, yang terbiasa mengandalkan pengembangan produk-produknya pada strategi copy cat produk-produk baru yang masih dilindungi paten, menjadi sulit untuk mengembangkan produk-produknya.

4 Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat menjadi lebih sulit dikontrol. 5 Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi. Kalbe mengakui jika produknya masih belum mampu bersaing dengan produk dari Amerika Serikat.

ANALISIS SWOT ALBERTSONS, INC.

Latar Belakang
Albertsons didirikan pada tahun 1939 oleh Albertson di boise. Albertsons adalah salah satu supermarket terbesar yang berdiri di daerah barat. Albertsons didirikan dengan tujuan untuk memonopoli pasar supermarket di daerah barat. Dengan philosophy perusahaan yang kuat dan manajemen yang baik semua itu dapat terjadi saat ini. Sampai saat ini albertsons telah membuka cabang sebanyak 327 cabang yang tersebar di seluruh wilayah barat.

Profil Perusahaan
Albertsons adalah salah satu perusahaan supermarket terbesar di daerah barat. Dengan lebih dari 327 cabang albertsons telah memonopoli pasar supermarket di daerah barat. Perusahaan yang berdiri sejak 1939 ini telah mengembangkan perusahaanuya dengan bekerja sama dengan pihak lain atau rantai usahanya. Banyak factor yang mendukung kemajuan albertsons yaitu dengan dasar-dasar philosophy perusahaannya dan juga factor external perusahaan.

Strength / kekuatan
Albertsons merupakan perusahaan monopoli terbesar di daerah barat. Dengan nama besarnya albetsons mempunyai kekuatan yang lebih besar dari perusahaan pesaingnya yang sejenis. Tentu saja brand atau nama besar albertsons didapat dari kerja keras dari seluruh karyawan yang bekerja di albertsons sejak 1939. Pembangunan brand ini sangat berpengaruh terhadap kekuatan albertsons karena kekuatan utama dari albersons adalah nama besarnya. Dengan menyebut nama albertsons saja orang-orang daerah barat langsung tertuju berpikir salah satu supermarket terbesar di daerah barat. Kemudian albertsons juga memiliki kekuatan dalam philosophy organisasi mreka. Dengan umur perusahaan yang sudah sangat matang, tentu saja philosophy organisasinya sangat baik sekali karena telah dibangun dari berbagai kesulitan selama perusahaan berdiri. Tentu saja philosophy perusahaan ini menjami ujung tombak dalam kelangsungan perusahaan kedepannya agar tidak tergusur oleh pesaing yang lain, serta kinerja oraganisasi dalam perusahaan juga semakin meningkat. Manajem yang kompeten juga menjadi kekuatan utama albertsons dari pesaingpesaingnya yang menggeluti bidang yang sama. Dengan pengalaman bertahun-tahun semenjak berdiri tentu saja manajemen yang digunakan albertsons sangat berkompeten jika dibandingkan pesaingnya yang baru berdiri atau berdiri setelah albertsons.

Weakness / Kelemahan
Selain kekuatan tentu saja albertsons memiliki beberapa kelemahan yang ada dalam perusahaan salah satunya yaitu manajemen yang dimiliki albertsons masih bersifat tradisional. Hal ini tentu saja kelemahan yang sangat berpengaruh karena saat ini perkembangan teknologi semakin maju pesat begitu juga manajemen yang dimiliki oleh para pesaing dalam bidang yang juga semakin maju dan mengikuti perkembangan zaman dan permintaan konsumen. Tetapi saat ini kelemahan tersebut masih dapat diatasi oleh albertsons, namun perkiraan di tahun-tahun mendatang dapat menjadi ancaman yang serius bagi perusahaan.

Opportunity / Peluang
Dilihat dari perkembangan tingkat konsumen di daerah barat peluang yang dimiliki albertsons sangat banyak, terutama dalam hal pengembangan jenis produk yang ditawarkan nantinya. Karena albertsons telah berdiri cukup lama maka tingkat kerja sama dengan bidang lain sangat banyak maka peluang untuk menawarkan produk dengan kerja sama dengan perusahaan lain sangat terbuka lebar, terutama dalam bidang teknologi yang berkembang sangat cepat dan drastic. Peluang ini seharusnya dimaksimalkan oleh albertsons sebaikbaiknya untuk menguasai pasar. selain itu peluang yang dimiliki oleh albertsons adalah tingkat monopoli yang tinggi yaitu dengan membuka cabang-cabang baru di Negara-negara barat yang masih sangat berpotensi. Hal ini dapat dilakukan karena modal yang dimiliki albertsons sangat besar dan juga kepercayaan pemberi modal pun sangat tinggi sehingga dalam hal permodalan tidak ada masalah dibandingkan dengan para pesaing mereka.

Threat / Ancaman
Dalam hal ini tentu saja ancaman terbesar albertsons berasal dari para pesaing yaitu supermarket yang mulai menjamur di daerah barat yang mencapai angka di atas satu milliard supermarket yang tersebar di seluruh Negara-negara barat. Tentu saja hal ini sangat mengancam monopoli yang dilakukan albertsons Selain itu ancaman juga berasal dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahpemerintah Negara barat yang mulai menyulitkan dalam hal perizinan pendirian supermarket baru. Hal ini dapat berdampak pada penurunan tingkat perkembangan supermarketsupermarket baru yang juga menghambat perkembangan perusahaan.

Você também pode gostar