Você está na página 1de 9

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

Disusun Oleh : Denissa Rahayu Ningtyas 22020110120074 A 10.3

UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN SEMARANG MARET 2013

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Beberapa pengertian diare: 1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). 2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. 3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). B. ETIOLOGI 1. Faktor infeksi Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 1. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 2. Faktor Makanan Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 3. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar. C. PATOFOSIOLOGI Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1. Gangguan osmotik Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

D. PATHWAY faktor infeksi F malabsorbsi KH,Lemak,Protein meningk. Tek osmo tik pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus F makanan F. Psikologi

Masuk dan ber kembang dlm usus Hipersekresi air dan elektrolit ( isi rongga usus)

toksin tak dapat diserap hiperperistaltik

cemas

menurunya kesempatan usus menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat Kehilangan cairan & elekt berlebihan gg. kes. cairan & elekt As. Metabl integritas kulit perianal

distensi abdomen

mual, muntah

Resiko hipovolemi syok

sesak Gang. Oksigensi

nafsu makan BB menurun Gangg. Tumbang

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan tinja a) Makroskopis dan mikroskopis b) pH dan kadar gula dalam tinja c) Bila perlu diadakan uji bakteri 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah. 3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. 4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkalikali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. Riwayat Keperawatan Sebelumnya Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. Pengkajian Fisik Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet sekitar anus. G. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Diagnosa Keperawatan : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual) Intervensi dan Rasional: a. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.

b. Pantau intake dan output. c. asam basa. d. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui. 2. Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Intervensi dan Rasional: 1. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. Menurunkan kebutuhan metabolik. 2. Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. 3. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan 4. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. Jackson, Marilynn. 2009. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta, Erlangga. Perry, Potter. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta, EGC. Beth cecyl L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta, EGC Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC

BAB III PEMBAHASAN A. ANALISIS Penyebab diare adalah kebersihan dari makanan, malabsorbsi, infeksi, baik infeksi yang langsung pada saluran pencernaan maupun dari organ yang lain, dan yang sangat berpengaruh tinggi adalah perilaku kesehatan. Oleh karena sebagian masyarakat tingkat higiennya jelek terutama dalam penyediaan makanan, sehingga hal ini sangat rawan terjadi diare. Untuk anak yang menderita diare harus diberikan cairan yang cukup. Jika bayi masih minum ASI langsung dari sang ibu, dianjurkan untuk minum terus, namun jika bayi tidak mau menyusu maka dianjurkan untuk memberikan ASI melalui cairan peroral. Kebanyakan anak yang menderita diare adalah dalam rentang umur kurang dari satu tahun, sehingga penyediaan makanannya adalah bubur susu dan bubur tempe, susu yang digunakan pun adalah susuh rendah lemak. Bubur tempe diberikan kepada anak yang menderita diare karena mudah dan ringan cara mencernanya, bahannya mudah dicari dan sudah ada penelitiannya. Bahan makanan yang dapat diberikan kepada anak yang diare harus mengandung cukup kalori, cukup protein, vitamin dan mineral. Harus diingat pula dalam memberikan diet harus bersih baik bahan, cara memasak dan cara menyajikan, juga harus dapat diterima oleh anak dan dipilih atau ditanyakan kepada orang tua makanan yang tidak terjadi intoleransi. Kemampuan makan anak dinilai berdasarkan riwayat makan sewaktu sehat, keadaan umum anak serta pengawasan sampai dengan kesimpulan cara dan bentuk makanan, apakah cair, saring, lunak atau biasa. Untuk memperhatikan kehangatan dan makanan selalu baru maka usahakan diet di masak sendiri atau hindarkan makanan yang siap saji. Pada studi kasus ( An. I ) mengalami BAB cair lebih dari 5 kali dalam sehari. Tidak jelas mengapa anak mengalami diare, namun kebersihan dari makanan yang diberikan oleh orangtuanya bisa menjadi penyebab anak diare. Seharusnya An. I cukup diberikan ASI, namun terkadang orangtuanya memberikan makanan lain yang belum tentu dapat dicerna oleh sistem pencernaan anak. Selama di rawat di rumah sakit An. I juga sulit untuk menyusu selama

sakit, oleh karena itu diberi susu formula LLM, sedang untuk menambah protein, kalori dan mineral diberi bubur tempe dan bubur susu. Anak terlihat senang dan mau makan sedikit demi sedikit .

B. EVALUASI Perlunya pengawasan perawat terhadap pemberian makanan terhadap anak, meskipun pelaksanaannya yang memberikan / menyuapi adalah ibunya. Perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua yang anaknya dirawat dengan diare, karena kenyataannya tanggapan orang tua sangat senang ketika diberikan pendidikan kesehatan. Apalagi belum banyak orang tua yang tau mengenai penyebab diare dan penanganan yang tepat pada kasus diare. Perlunya dipasang atau difasilitasi leaflet atau informasi tentang macam dan cara pembuatan makanan untuk anak yang menderita diare. Hal ini sangat membantu orang tua, apalagi sebagai bekal pengetahuan ketika anak sembuh dan sudah meninggalkan rumah sakit.

Você também pode gostar