Você está na página 1de 3

AKALASIA Etiologi Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui.

Para ahli menganggap bahwa penyakit ini merupakan disfungsi neuromuskuler dengan lesi primer, mungkin terletak di dinding esophagus, nervus vagus atau batang otak. Secara histologik ditemukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion pleksus Auerbach sepanjang torakal esophagus. Hal ini diduga sebagai penyebab gangguan peristaltik esophagus. Gangguan emosi dan trauma psikis dapat menyebabkan bagian distal esophagus dalam keadaan kontraksi.

Patofisiologi Pada akalasia terdapatgangguan peristaltik pada daerah duapertiga bagian bawah esophagus. Tegangan sfingter bagian bawah lebih tinggi dari normal dan proses relaksasi pada gerak menelan tidak sempurna. Akibatnya esophagus bagian bawah mengalami dilatasi hebat dan makanan tertimbun di bagian bawah esophagus.

Gejala Biasanya gejala yang ditemukan adalah disfagia, regurgitasi, nyeri di daerah substernal dan penurunan berat badan. Disfagia merupakan keluhan utama dari pasien akalasia. Disfagia dapat terjadi secara tiba-tiba ssetelah menelan atau bila ada gangguan emosi. Disfagia dapat terjadi sebentar atau progresif lambatt. Biasanya cairan lebih sukar ditelan dari pada makana padat. Regurgitasi dapat timbul setelah makanan atau pada saat berbaring. Sering regurgitasi terjadi pada malam hari pada saat pasien tidur, sehingga dapat menimbulkan pneumonia aspirasi. Rasa terbakar dan nyeri di daerah substernal dapat dirasakan pada stadium permulaan. Pada stadium lanjut akan timbul rasa nyeri hebat di daerah epigastrium dan rasa nyeri ini dapat menyerupai serangan angina pectoris. Penurunan berat badan terjadi karena pasien berusaha mengurangi makannya untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan perasaan nyeri di daerah substernal.

Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran radiologic, esofagoskopi dan pemeriksaan manometrik.

Pemeriksaan radiologic Biasanya dilakukan pemeriksaan esofagogram yang dikombinasikan dengan pemeriksaan fluoroskopi dan radiografi dengan menggunakan kontras. Gambaran radiologic memperlihatkan gelombang peristaltic yang normal hanya terlihat pada daerah sepertiga proksimal esophagus, takpak dilatasi pada daerah dua pertiga distal esophagus dengan gambaran peristaltik yang abnormal atau hilang sama sekali serta gambaran penyempitan di bagian distal esophagus menyerupai ekor tikus (mouse tail appreance).

Pemeriksaan esofagoskopi Tampak pelebaran lumen esophagus dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa sisa makanan dan cairan di bagian proksimal daerah penyempitan. Mukosa esophagus berwarna pucat, edema dan kadang-kadang terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi makanan.. Sfinter esophagus bawah akan terbuka dengan melakukan sedikit tekanan pada esofagoskop, esofagoskop dapat masuk ke lambung dengan mudah.

Pemeriksaan manometrik Gunakan pemeriksaan manometrik ialah untuk menilai fungsi motorik esofagus dengan melakukan pemeriksaan tekanan di dalam lumen dan sfingter esophagus. Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan kelainan motilitas secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukan pipa untuk pemeriksaan manometri melalui mulut atau hidung. Pada akalasia yang dinilai adalah fungsi motorik badan esophagus dan sfingter esophagus bawah. Pada badan esophagus dinilai tekanan intirahat dan aktivitas peristaltiknya. Sfingter esophagus bagian bawah yang dinilai adalah tekanan istirahat dan mekanisme relaksasinya. Gambaran manmetrik yang khas adalah tekanann istirahat badan esophagus meningkat, tidak terdapat gerak peristaltik sepanjang esophagus sebagai reaksi proses menelan. Tekanan sfingter esophagus bagian bawah normal atau meninggi dan tidak terjadi relaksasi sfingter pada waktu menelan.

Penatalaksanaan Sifat terapi pada akalasia hanyalah paliatif, karena fungsi peristaltik esophagus tidak dapat dipulihkan kembali. Terapi dapat dilakukan dengan member diet tinggi kalori, medikamentosa, tindakan dilatasi, psikoterapi dan operasi esofagokerdiomiotomi(operasi Heller). Pemberian medikamentosa hanya dapat menghilangkan gejala untuk waktu yang singkat dan hasilnya kurang memuaskan. Obat-obat yang dapat digunakan berupa preparat nitrit, antikolinergik dan penghambat adrenergik. Akhir-akhir ini digunakan obat nifedipine yang bersifat kalsium antagonis, karena dianggap ion kalsium dapat mengaktifkan serat otot (myofibril) esophagus.

Dilatasi dan operasi bertujuan untuk menghilangkan gejala sumbatan dengan cara melemahkan sfingter esophagus bawah. Dilatasi dapat dilakukan dengan businasi atau balon dilator dengan menggunakan tekanan udara (pneumatik balon) atau tekan air ( hidrostatik balon). Operasi esofagokardiomiotomit ranstorasi (opersi Heller) paling sering dilakukan. Tujuan opersi adalah untuk melemahkan sfingter, sehingga bagian yang sempit dapat berelaksaSI secara adekuat.

Você também pode gostar