Você está na página 1de 6

TUGAS SEMESTER PENDEK MIKROBIOLOGI BLOK KULIT Nama : Rully Prasetyo S.

N Nim : G0009196

Judul : IMPETIGO BULOSA

PENDAHULUAN Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat menular, bakteri yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus., paling banyak terdapat pada daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi dan hygiene yang buruk.1,2 Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi dapat juga menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5 tahun.1,2,3,4 Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/ tillbury (tanpa gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan).1,2,3,5,6,7 Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian.3 Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang khas. Diagnosis banding adalah pemfigus, varicela,2,4 Pentalaksanaan dari impetigo ini dapat ini dapat dilakukan baik secara umum dan secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.1,2,3,4

Staphylococcus aureus Morfologi S. aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat gram positif,biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi piogen dan bahkan septikimia yang fatal. S. aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel.9

DEFINISI Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. 1,2,3,4,5

EPIDEMIOLOGI Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak, sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak,. 1,5 Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas dengan debu, hygiene yang jelek dan malnutrisi.1,5

ETIOLOGI Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77 dan 55 yang memproduksi toksin epidermolisis. 1,2,3,5

PATOGENESIS Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini memproduksi toksin (exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum sehingga menimbulkan vesikel.1,3,5 Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. 1,5,6,7,8

GAMBARAN KLINIS Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan dikarakteristik dengan pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang. Beberapa dekade yang baru impetigo yang intersif (pemfigus neonatorum)/ ritter disease mengalami epidemic pada tempat-tempat perawatan bayi lahir.

Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari epidermis lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning yang menjadi kuning pekat dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya halo eritematosa. Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula tersebut pecah dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta yang berwarna coklat muda dan kuning keemasan yang tepinya masih menunjukkan adanya lepuh dan tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi sisner. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula sudah pecah sehingga yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih eritematos. Bula yang utuh mengandung staphylococcus. Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. 1,2,3,4,5,6,7,8

DIAGNOSIS Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang khas berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem disekitarnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo bulosa adalah berupa pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan. 1,5

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu: 1. Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok 2. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub korneum atau daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum granulosum, terdapat sel akantolisis, edema dari papila dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar pembuluh darah pada plexus superficial 3. Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.1,5,6,7

DIAGNOSIS BANDING 1. 2. 3. Impetigo Krustosa Pemfigus Varicela 2,3,5

PENATALAKSANAAN Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus. Untuk pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep mupirocin atau krim, penghapusan kerak, dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk menyembuhkan yang paling ringan sampai kasus moderat. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial. Frekuensi isolasi kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti pendekatan resonable pada kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang tinggi. Desinfektan umum atau bacitracin tidak berperan dalam terapi ini. Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi: 1. Umum Menghindari dan mencegah faktor predisposisi Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan Meningkatkan daya tahan tubuh 2. Khusus a. Topikal Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan betadine dan dioleskan dengan salep antibiotic, seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 % b. Sistemik Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk perawatan yang tepat. Dalam orang dewasa dengan lesi luas atau bulous, diberikan dicloxacillin (atau penisilin serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali sehari, atau erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4 x/hari.

Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika streptococci terisolasi) juga. Khusus single azitromisin oral (pada orang dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif dicloxacillin untuk infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk impetigo yang disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus aureus, yang biasanya diisolasi dari lesi impetigo anak-anak, amoxicillin ditambah clavucanis acid (25 mg / kg / hari) 3 x /hari.cephalexin (40-50 mg / kg / hari) cefaclor (20 mg / kg / hari).1,2,3,4,5,6,7,8

PROGNOSIS

Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan mendapat terapi yang tepat.2

Daftar Pustaka

1. Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit kulit. Jakarta. Hipokrates. Hal 46-49 2. 3. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga. Hal 27-29 Djuanda, A Hamzah M. 2007. Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59 4. Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit EGC. Hal 47-50

5. Riesthy R, Diana. Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93 6. Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all (eds) FitzPatricks Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2. USA. Mc Graw Hill Companies, 1694-1698. 7. W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76

8. Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial infection. 9. Jawetz, E, 2005, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 22, EGC, Jakarta.

Você também pode gostar