Você está na página 1de 39

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan rutinitas, setiap manusia tidak akan terlepas dari kegiatan menkonsumsi. Konsumsi dalam hal ini baik berupa barang ataupun jasa. Apalagi sebagai pelaku aktivitas ekonomi, peran manusia sangatlah penting. Karena kegiatan konsumsi manusia berpengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian. Salah satu indikator peningkatan kesejahteraan adalah perubahan pola konsumsi masyarakat. Secara umum, menurut teori Engel tingkat kesejahteraan dikatakan membaik bila perbandingan pengeluaran untuk konsumsi makanan cenderung semakin menurun, dan sebaliknya pengeluaran untuk non-makanan semakin meningkat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa berkembangnya zaman,juga mengalihkan pola konsumsi masyarakat. Jika dahulu aktifitas konsumsi hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, namun seiring berkembangnya zaman yang diiringi berkembangnya dunia informasi dan teknologi maka kegiatan konsumsi pun menjadi semakin modern. Dimana konsumen modern adalah konsumen yang selalu berintegrasi dengan dunia Informasi dan Teknologi (IT). Perkembangan dunia IT yang sangat pesat dan tak terbendung membuat hambatan-hambatan geografis menjadi tak berarti. Apalagi dengan hadirnya internet yang merupakan tonggak dari kemajuan teknologi komunikasi jarak jauh.

Internet bukan lagi sekedar trend tapi telah menjadi sebuah kebutuhan dan gaya hidup baru. Dunia maya telah manjadi wadah untuk saling berbagi informasi dan data dengan sangat mudah, hingga aspek tatap muka bukan lagi menjadi hal penting. Internet (inter-network) dapat diartikan jaringan computer luas yang menghubungkan pemakai computer satu computer dengan computer lainnya dan dapat berhubungan dengan computer dari suatu Negara ke Negara di seluruh dunia ,dimana didalamnya terdapat berbagai aneka ragam informasi Fasilitas layanan internet Browsing atau surfing Yaitu kegiatan berselancar di internet .kegiatan ini dapat di analogikan layaknya berjalanjalan di mal sambil melihatlihat ke toko-toko tanpa membeli apapun. Internet pada awalnya digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi di kalangan terbatas, yaitu militer dan akademia. Mereka memanfaatkan Internet sebagai media untuk berbagi informasi dan alat komunikasi alternatif (email). Tidaklah mengherankan jika saat itu Internet banyak diisi oleh berbagai informasi penting. Informasi yang bisa dibaca setiap saat dan di mana saja pengguna berada. Internet menjadi media tak kenal batas waktu dan batas wilayah. Penyebaran dan pertukaran informasi menjadi momentum sejarah berkomunikasi dan informasi. Dunia menjadi dekat dibuatnya. Ketika itu pengguna Internet masih sangatlah terbatas, yaitu para operator di markas militer, pekerja laboratorium universitas, guru, dosen, dan mahasiswa. Saat itu konten yang ditampilkan hanyalah teks. Pengembangan demi pengembangan membuahkan hasil dengan kemampuan Internet yang mampu menampilkan gambar dan teks bersamaan. Pertumbuhan

yang sangat cepat membuat Internet berkembang hingga pada suatu ketika media ini bukan lagi milik kalangan tertentu saja, melainkan sudah menjadi milik umum, masyarakat awam. Tampilan yang disajikan bukan lagi sebatas konten, informasi, dan komunikasi. Internet juga mejadi media hiburan, eksperimen, hobi, bahkan untuk tujuan kriminal. Perkembangan ini nampak dengan berkembangnya disiplin yang terlibat seperti, cyberlaw, cybersex, e-business, new economy, online payment, Internet banking, dll. Dari data Internet World Stats, (http://nusantaranews.wordpress.com) dalam satu dasawarsa terakhir jumlah pengguna internet (netter) di dunia meningkat drastis. Dari 0.4% pengguna dari seluruh penduduk dunia di tahun 1995, kini naik hampir 60 kali lipat pada 2008. Dan sejak tahun 2000, pertumbuhan netter dunia naik rata-rata 2% terhadap total populasi dunia. Persentase netter Indonesia (13%) masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga di Asia seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan China. Dimana Malaysia terdapat sebesar 62,8 % netter, Filipina sebesar 14,6%, Thailand sebesar 20,5%, Vietnam sebesar 24,2%, China 22,4%, Korea Selatan sebesar 76,1%, dan Jepang sebesar 73,1%. Hasil studi yang dilakukan Yahoo! dan TNS. (http://www.kuliselular.com) Hasil studi bernama "Net Index" ini dirilis di Jakarta,pada Desember 2008 lalu itu memotret penggunaan Internet, yang telah menjadi gaya hidup sehari hari

sebagian orang Indonesia. Studi ini menyimpulkan, dari beberapa media informasi yang terbanyak digunakan dalam sebulan terakhir, Internet menduduki tempat kelima dengan jumlah 28 persen. Media maya ini berada di bawah tabloid (33

persen), radio (56 persen), koran (69 persen), dan televisi (100 persen). Namun, Internet unggul dari penggunaan cinema atau bioskop (27 persen) dan majalah (24 persen). Bahkan dalam sepekan terakhir, penggunaan Internet meningkat 21 persen, melebihi tabloid yang hanya 19 persen. Dari beragam hasil analisa riset diketahui beberapa hal, seperti penggunaan internet bergerak cenderung meningkat untuk urusan gaya hidup ketimbang untuk urusan produktivitas kerja. Hal ini bisa terlihat dari demam situs jejaring sosial. Lebih dalam lagi, diketahui tiap pengguna menghabiskan 12 jam per minggu berinternet untuk urusan profesional, dan 15 jam per minggu untuk urusan yang sifatnya personal. (http://www.wonosari.com/t4274-gaya-hidup-berinternet).

Para akademisi merupakan salah satu pihak yang paling diuntungkan dengan kemunculan internet. Dalam kegiatan belajar di universitas, seorang mahasiswa harus membiasakan diri dengan cara baru dalam mengikuti pendidikan. Mahasiswa harus mencari sendiri bagaimana caranya untuk menyerap apa yang dikuliahkan oleh para dosen. Oleh karenanya keberadaan internet sangatlah menunjang kegiatan belajar mahasiswa.

Table 1.1 Alokasi Pengeluaram Mahasiswa untuk Internet dan Print Di Masing-Masing Jurusan di Universitas Kristen Petra Surabaya
Jurusan Teknik M esin Teknik Informatika PPKAI M anajemen Teknik Industri Fikom Sastra Inggris Akuntansi DKV Teknik Elektro Kep ariwisataan Teknik Sip il Teknik Arsitetektur Desain Interior Pemasaran Perhotelan Sastra Tionghoa IBM Rata-rata p engeluaran/bulan (Rp ) 1,075.384,1.069.200,1.080.800,1.088,536,1.122.750,1.125.925,1.130.000,1.164.532,1.166.190,1.172.727,1.195.833,1.198.200,1.200.000,1.203.135,1.250.833,1.312.500,1.505.000,1.608.333,Internet dan Print (%) 17.31 17.20 17.00 21.83 18.00 18.52 19.67 20.95 18.33 18.64 19.17 22.00 20.71 22.71 21.67 19.79 20.00 30.42

Sumber : http:/jiunkpe/s1/eman/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-31402188-9634konsumsi-chapter4.pdf Dari tabel di atas diketahui bahwa mahasiswa dari tiap-tiap jurusan di Universitas Kristen Petra Surabaya mengalokasikan sebagian dari pengeluaran mereka untuk melakukan akses internet dan print. Adapun porsi pengeluaran yang mereka habiskan untuk akses internet adalah sekitar 17-30 % dari total

pengeluaran yang mereka anggarkan. Akses internet kebanyakan dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Kristen Petra adalah untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dengan mencari informasi dari internet.

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa akses internet bukan lagi sekedar aktifitas untuk melakukan produktifitas melainkan sudah berkembang menjadi gaya hidup, utamanya gaya hidup seorang mahasiswa. Sehingga dalam penggunaannya, banyak faktor yang dapat menentukan konsumen menkonsumsi internet diantaranya yaitu total pendapatan, biaya akses internet, selera dan Leisure Time (waktu luang). Hubungan konsumsi dengan pendapatan dijelaskan dalam teori Keynes yang menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposable saat ini (current disposable income). Dimana pendapatan disposable adalah pendapatan yang tersisa setelah pembayaran pajak. Jika pendapatan disposable meningkat maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposable. Selanjutnya menurut Keynes ada batas konsumsi minimal, tidak tergantung pada tingkat pendapatan yang disebut sebagai konsumsi otonom (autonomous consumption). Artinya tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, dan hal ini ditentukan oleh faktor-faktor di luar pendapatan, seperti espektasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan syarat-syarat kredit (available and credit condition),

standar hidup yang diharapkan, distribusi umur dan geografis (Nanga, 2001). Selanjutnya hal ini selaras dengan kondisi mahasiswa, dimana Mahasiswa merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang juga mempunyai peran dalam proses pertumbuhan ekonomi dengan proses dan pola konsumsi mereka, dimana mereka harus tetap melakukan aktifitas ekonomi diantaranya adalah konsumsi.

Konsumsi yang mereka lakukan adalah salah satunya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar mereka dapat dikatakan hidup secara wajar atau layak. Meskipun mereka belum mempunyai pendapatan sendiri atau boleh dikatakan pendapatan mereka sama dengan nol. Mahasiswa sama halnya dengan masyarakat, juga melakukan aktifitas ekonomi sehari-sehari termasuk konsumsi. Persepsi masyarakat atau individu sebagai konsumen dalam tindakannya mencakup pencapaian dan penggunaan barang dan jasa termasuk keputusannya dalam menentukan tindakan tersebut diengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendapatan (uang saku),biaya akses internet, selera dan leisure time (waktu luang). Pendapatan seseorang tentunya sangat menentukan dalam menentukan pola konsumsinya, termasuk juga konsumsi internet. Biasanya, orang yang memiliki pendapatan yang tinggi umumnya konsumsinya lebih besar

dibandingkan orang yang berpenghasilan rendah. Pendapatan seorang mahasiswa terdiri atas uang saku, beasiswa dan pendapatan dari pekerjaan sampingan. Faktor uang saku merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi seorang mahasiswa dalam menentukan tindakan konsumsi atau keputusan pola konsumsi mereka. Yang dimaksud dengan uang saku adalah uang saku yang diterima tiap bulan, setiap minggu atau setiap harinya. Dan dari uang saku inilah mahasiswa gunakan untuk mengalokasikan ke pos-pos pengeluaran mereka seperti biaya transportasi, biaya makanan, biaya pulsa, biaya akses internet dan biaya lainlainnya. Selanjutnya faktor yang dapat mempengaruhi seorang mahasiswa dalam berkonsumsi selain dari uang saku adalah beasiswa. Sebagian besar mahasiswa

pernah dan telah mendapatkan beasiswa, baik yang berasal dari kebijakan pihak universitas ataupun dari pihak luar universitas yang berpartisipasi dalam

pemberian beasiswa dengan berbagai prasyarat yang telah ditentukan. Beasiswa inilah yang dapat menjadi sumber lain dari pendapatan yang diperoleh seorang mahasiswa untuk melakukan konsumsi.Selanjutnya faktor pendapatan dari kerja sampingan juga mempunyai peran dalam mempengaruhi seorang mahasiswa dalam berkonsumsi. Tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai pekerjaan lain diluar kuliah mereka. Hasil dari pekerjaan sampingan mereka inilah yang dapat mereka gunakan sebagai tambahan berkonsumsi. Faktor leisure time (waktu luang) juga mempengaruhi konsumsi mahasiswa utamanya dalam melakukan akses internet. Semakin banyak waktu luang seorang mahasiswa maka ia akan mengisi waktu tersebut untuk melakukan akses internet. Dengan meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih singkatnya jam kuliah dan didukung oleh meningkatnya pendapatan maka aktivitas mengakses internet akan semakin meningkat. Selera juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi internet seorang mahasiswa. Kecenderungan seseorang mengakses internet dan menjadikannya sebagai gaya hidup disebabkan oleh selera dari seseorang. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan Mahasiswa saaat ini untuk lebih memilih mendownload buku, literature, sebagai sumber referensinya daripada harus ke toko buku untuk membeli buku. Begitupun halnya dengan sumber informasi. Kebanyakan orang saat ini lebih memilih mencari informasi lewat internet daripada harus membeli koran ataupun surat kabar.

Berangkat dari uraian di atas, maka yang menjadi tema sentral sekaligus judul dalam penulisan skripsi ini adalah ANALISIS DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI INTERNET MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN .

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan masalah pokok penelitian sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh dari pendapatan, biaya akses internet, leisure time (waktu luang), dan selera, terhadap konsumsi internet Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin kota Makassar.

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin penulis capai pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui besarnya pengaruh pendapatan, biaya akses internet, leisure time (waktu luang), dan selera, terhadap konsumsi internet mahasiswa fakultas ekonomi universitas hasanuddin.

1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini secara umum diharapkan dapat berguna sebagai : a. Bagi peneliti sendiri diharapkan akan dapat mengetahui seberapa besar konsumsi internet Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. b. Sebagai aplikasi ilmiah untuk mengetahui dan membuktikan teori-teori yang berkenaan dengan penulisan ini. c. Sebagai salah satu studi yang diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian yang relevan dengan materi dari skripsi ini.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perdebatan tentang Teori Konsumsi 2.1.1.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes Teori konsumsi yang dikemukakan oleh Keynes ditunjukkan dalam bukunya The General Theory of Employment, Money and Interest. Keynes membuat fungsi konsumsi sebagai pusat teori fluktuasi ekonominya dan teori ini telah memainkan peran penting dalam analisa makro sampai saat ini. Dalam buku karangan Sukirno (1994) Keynes menyatakan mengenai konsumsi bahwa : pengeluaran konsumsi yang dikeluarkan oleh seluruh rumah tangga dalam perekonomian tergantung kepada pendapatan yang diterima oleh mereka. Makin besar pendapatan yang mereka terima maka makin besar pula konsumsi adalah dimana sebagian saja dari pendapatan yang mereka terima akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Menurut Keynes dalam buku karangan Reksoprayitmo (1997) bahwa fungsi konsumsi adalah menunjukan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Jadi bukannya hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal. Beberapa ciri fungsi konsumsi menurut Keynes, adalah: (1) Penentu

utama dari konsumsi adalah tingkat pendapatan, sedangkan tingkat suku bunga

11

dianggap

tidak

mempengaruhi

besarnya

konsumsi.

(2)

Kecenderungan

mengkonsumsi Marginal (Marginal Propensi to konsume) pertambahan konsumsi akibat kenaikan pendapatan sebesar satu satuan. Besarnya MPC adalah nol dan satu. Dengan kata lain MPC adalah pertambahan atau perubahan konsumsi (AC) yanng dilakukan masyarakat sebagai akibat pertambahan atau perubahan

pendapatan disposible atau pendapatan yang siap dibelanjakan (AY). (3) Rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut dengan kecenderungan

mengkonsumsi rata-rata (Average propencity to Consume), turun ketika pendapatan naik, dengan demikian APC menurun dalam jangka panjang dan MPC lebih kecil dari APC. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi konsumsi

menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi dalam perekonomian dan pendapatan nasional atau pendapatan disposible perekonomian tersebut. Dalam ciri-ciri fungsi konsumsi dinyatakan bahwa fungsi APC mengukur pendapatan dispisible yang diinginkan oleh individu untuk dibelanjakan sebagai konsumsi. MPC mengukur setiap pertambahan pendapatan disposible yang diinginkan oleh individu untuk dibelanjakan sebagai konsumsi dan akan menentukan kecondongan fungsi konsumsi.

12

2.1.1.2. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen Teori ini dikemukakan oleh Friedman. Menurut teori ini bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanent dan pendapatan sementara. Pendapatan permanent menurut Friedman adalah pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan gaji dan upah. Serta pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang. Kekayaan suatu rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kekayaan non- manusia misalnya konsumsi barang tahan lama, mesin bangunan dan kekayaan financial. Dua, kekayaan manusia adalah kemampuan yang melekat pada diri manusia itu, seperti keahlian, keterampilan, pendidikan. Pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya (Guritno, 1998). Nilainya dapat positif jika bernasib baik. Misalnya seseorang yang mendapat undian, maka ia mempunyai pendapatan sementara positif. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara negative maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 2001). Seseorang yang mendapatkan musibah, misalnya gagal panen karena kemarau panjang mempunyai pendapatan sementara negatif. Pendapatan yang terukur (measured income) seseorang merupakan penjumlahan dari pendapatan permanent dan pendapatan sementara. Hubungan antara pendapatan permanent dan pendapatan sementara dijelaskan oleh Friedman dengan mengasumsikan bahwa tidak ada korelasi antara pendapatan permanent
13

dan pendapatan sementara. Pendapatan sementara semata-mata hanya kebetulan saja (pure change). Pendapatn sementara juga tidak mempengaruhi perubahan konsumsi. Artinya, jika seseorang menerima pendapatan sementara yang nilainya positif, maka semuanya akan ditabung. Namun, jika seseorang memperoleh penghasilan sementara yang nilainya negatif, maka ia akan mengurangi tabungan dan tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsinya. Friedman juga membagi pengeluaran konsumsi menjadi dua, yaitu pengeluaran konsumsi permanent, konsumsi yang direncanakan. Pengeluaran konsumsi lainnya adalah pengeluaran konsumsi sementara yang terdiri dari pengeluaran konsumsi yang bernilai positif dan pengeluaran konsumsi yanng bernilai negatif. Pembelian yag dilakukan oleh seseorang yang karena toko-toko melibatkan obral mengakibatkan nilai pengeluaran konsumsi sementara positif, sedangkan pembelian tertunda karena barang yang akan dibeli tidak tersedia mengakibatkan pengeluaran konsumsi sementara negatif. Menurut teori ini, hubungan antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan bukanlah hubungan antara pengeluaran konsumsi permanen dan pendapatan permanent.

2.1.1.3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Modigliani. Ia menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.

14

Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaranpengeluaran lain (Suparmoko, 2001).

2.1.1.4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu

masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah

15

dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan untuk pendapatan konsumsi, akan banyak di menyebabkan lain pihak

bertambahnya

pengeluaran

sedangkan

bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu asumsi selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. Dan asumsi bahwa pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Guritno, 1998). Duessenbery dalam teorinya menemukan bahwa persentase dari konsumsi dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi pada saat ekonomi dalam keadaan buruk. Ketika terjadi perubahan pada penghasilan, maka konsumsi tidak langsung meningkat, karena terjadi pengaruh konsumsi periode yang lalu yang lebih kecil. Demikian pula, ketika pendapatan turun, maka konsumsi tidak akan turun secara tajam karena

16

terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi adalah persentase dari konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar.

2.1.2. Determinan Konsumsi Banyak ahli yang telah menguraikan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi. Begitu pentingnya bahasan tentang konsumsi sehingga banyak ahli lainnya yang turut membahas tentang determinan konsumsi. Menurut Samuelson (1999) bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang. Sukirno (2001), selanjutnya menyebutkan bahwa disamping faktor-faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah, konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : Ekspektasi, mengenai keadaan di masa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini. Keyakinan bahwa pada masa yang akan datang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya di masa sekarang, Jumlah penduduk, dalam analisis mengenai pembelanjaan agregat yang diperhatikan adalah konsumsi penduduk negara. Oleh sebab itu tingkat konsumsi bukan saja bergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan. Tingkat harga, dalam analisis Keynesian sederhana dimisalkan bahwa tingkat

17

harga adalah tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan pendapatan riel. Dalam keadaan yang demikian, apabila pendapatan meningkat 100 persen dan MPC sebesar 0,80 atau 80% dari kenaikan pendapatan itu akan dikonsumsikan, maka hal ini akan menunjukkan terjadi kenaikan konsumsi yang sebenarnya. Parkin (1993) sependapat dengan teori ahli-ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu : pendapatan disposibel (disposible income) dan pengharapan terhadap pendapatan dimasa yang akan datang (expected future income). Nicholson (1991) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engels Law). Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah.

18

Godam (2007) menyebutkan terdapat 3 penyebab perubahan konsumsi, yaitu terdapat . Penyebab Faktor Ekonomi, yaitu pendapatan, kekayaan, tingkat bunga dan perkiraan masa depan. Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik. Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya. Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya. Penyebab berikutya adalah Penyebab Faktor Demografi yang berupa Komposisi Penduduk dan jumlah penduduk. Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka

19

biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi. Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula. Dan penyebab terakhir adalah Penyebab Faktor Lain, yaitu Gaya Hidup Seseorang. Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun lembaga keuangan bank (kredit). Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain adalah selera, faktor sosial ekonomi, kekayaan, keuntungan/kerugian capital, tingkat harga, dan leisure time (waktu luang). Selera, di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift). Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan

keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang disisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Hal ini berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan

20

untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi. Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. Tingkat harga,naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami ilusi uang seperti yang dikemukakan Keynes. Leisure time (waktu luang) juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Seseorang biasanya mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan. Salah satunya dengan melakukan kegiatan konsumsi. Becker (1965, dan 1967) telah menunjukkan suatu model yang dapat menjelaskan bahwa waktu luang , barang dan jasa dapat memberikan utilitas terhadap konsumen.

21

Selera ditentukan oleh gaya hidup seseorang. Kecenderungan seseorang menjadikan internet menjadi gaya hidup menentukan seberapa intens mereka mengakses internet. Godam (2007) menyebutkan bahwa diantara beberapa faktor penyebab konsumsi terdapat penyebab / faktor Lain, yaitu Gaya Hidup Seseorang. Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah.

2.1.3. Konsep Penggunaan Internet Internet merupakan barang komplementer, dimana penggunaannya memerlukan media lain seperti computer atau laptop, telepon rumah, modem, ataupun telepon seluler serta Sim Card yang selanjutnya diisi pulsa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh konsumen untuk melakukan akses internet. Yang pertama yaitu dengan menggunakan telepon rumah. Pengguna harus

menggunakan layanan khusus yang disebut ISP (Internet Service Provider). Media yang umum digunakan adalah melalui saluran telepon (dikenal sebagai PPP, Point to Point Protocol). Pengguna memanfaatkan komputer yang dilengkapi dengan modem (modultor and demodulator) untuk melakukan dialup ke server milik ISP. Begitu tersambung ke server ISP, computer atau laptop si pengguna sudah siap digunakan untuk mengakses jaringan internet. Pelanggan akan dibebani biaya pulsa telepon plus layanan ISP yang jumlahnya bervariasi tergantung lamanya koneksi. Namun cara seperti ini sudah banyak ditinggalkan oleh konsumen karena terbilang mahal.

22

Sebagai gantinya, konsumen banyak beralih ke penggunaan computer atau laptop ditambah dengan modem yang dilengkapi dengan Sim Card. Cukup dengan mengisi pulsa pada Sim Card kemudian berlangganan dengan paket internetan yang di tawarkan oleh operator jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Indosat, Xl, dll. Apalagi saat ini masing-masing operator sedang gencargencarnya melakukan promosi untuk paket internetan mereka, sehingga harga yang ditawarkan pun semakin mudah dijangkau oleh masyarakat dalam hal ini mahasiswa. Belakangan, internet dikembangkan untuk aplikasi wireless (tanpa kabel) dengan memanfaatkan telepon seluler. Sama halnya dengan modem, penggunaan telepon seluler juga harus dilengkapi dengan Sim Card yang selanjutnya diisi dengan pulsa. Konsumen dengan mobilitas yang tinggi cenderung lebih memilih akses internet melalui telepon seluler. Hal ini semakin didukung dengan dikembangkannya teknologi Smartphone seperti Ponsel Blackberry dan iPhone. Dimana teknologi Smartphone ini secara otomatis akan selalu terhubung dengan jaringan internet. Sehingga kapanpun dan dimanapun orang dengan mudah dapat melakukan akses internet. Konsumsi internet merupakan sesuatu yang membutuhkan sumber dana dimana dalam penggunaannya terkait dengan penggunaan dan pengisian pulsa Sim Card untuk modem atau telepon seluler. Konsumsi internet,kini tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan pencarian informasi, tetapi juga merupakan parameter gaya hidup untuk seseorang atau kelompok tertentu.

23

Tingkat konsumsi internet dapat difokuskan dalam dua hal yaitu sebagai kebutuhan dan keinginan. Pertama, sebagai kebutuhan artinya tingkat konsumsi ini menyertai kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan. Orang yang menganggap bahwa konsumsi internet merupakan kebutuhan biasanya disebabkan karena segala sesuatu yang diinginkan yang sifatnya edukatif dan entertaining semua bisa dia dapatkan dari mengakses internet yang akan mengarah sebagai penunjang pekerjaan. Kedua, konsumsi ponsel sebagai keinginan. Pemilihan dan penggunaannya hanya sebagai pemenuhan selera dan gaya hidup. Dalam mengklasifikasikan barang, maka perlu dilihat bahwa klasifikasi itu sifatnya relatitive. Termasuk dalam mengklasifikasikan internet, dimana internet bagi seorang individu di tempat, waktu, kelas, pendapatan tertentu, internet merupakan barang normal, yaitu barang yang permintaannya akan naik jika pendapatannya naik. Namun untuk individu yang di tempat ,waktu, dan kelas masyarakat dengan penghasilan tertentu lainnya, internet bisa menjadi barang mewah atau barang superior, yaitu barang yang permintaannya meningkat jika pendapatannya mengalami peningkatan yang tinggi sehingga dapat menjangkau untuk membelli barang tersebut. Namun demikian di kota besar di Indonesia, Makassar khususnya, internet dalam konsumsinya mengalami peningkatan. Ini bisa terlihat dari banyaknya orang yang mengakses internet baik itu di tempat umum yang biasa terdapat jaringan WiFi (Hotspot) seperti di cafe-cafe, kantor, sekolah, kampus, warnet. Apalagi saat ini dengan maraknya penggunaan ponsel Smartphone seperti Blackberry dan iPhone semakin memudahkan seseorang untuk mengakses

24

internet secara mobile baik itu di mall-mall, kampus, sekolah, rumah bahkan di kendaraan umum sekalipun hanya untuk sekedar mengisi waktu luang. Penggunaan telepon seluler yang makin marak dewasa ini tidak hanya di pengaruhi oleh harga, selera, gaya hidup ataupun kemajuan teknologi itu sendiri tapi juga diperkirakan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mengikuti tingkat pendapatan, biaya akses internet, jenis kelamin dan waktu luang.

2.1.4. Model Variabel Penelitian Fungsi konsumsi Keynes menyatakan bahwa konsumsi merupakan fungsi pendapatan atau dinyatakan sebagai C = f (Y), artinya pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung dengan tingkat pendapatannya. Milton Friedman dengan teori pendapatan permanennya mengemukakan bahwa orang menyesuaikan perilaku konsumsi mereka dengan kesempatan konsumsi permanent atau jangka panjang, dan bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang sekarang. Hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal). Singh (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa berdasarkan tinjauan teori dan penemuan empiris, suatu fungsi konsumsi dapat ditunjukkan melalui persamaan : Ct = f (Yt,Zt). Dimana Ct adalah konsumsi, Yt adalah pendapatan disposable, Zt adalah determinan lain.

25

Guritno (1998) mengatakan inflasi sebagai fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang sedang giatgiatnya membangun sangat mempengaruhi dalam kegiatan perekonomian. Inflasi memiliki hubungan yang kuat dimana, jika harga-harga barang dan jasa naik dan terjadi inflasi akan menyebabkan turunnya nilai riil dari pendapatan sehingga melemehkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negeri sehingga dapat berdampak pada menurunnya konsumsi masyarakat. Becker (1965) mengemukakan bahwa rumah tangga di Negara-negara berkembang menggunakan waktu senggang mereka untuk untuk kegiatan efisiensi dan inefisiensi. Efisiensi dalam hal ini adalah kegiatan yang menghasilkan uang, seperti mengisi waktu senggang mereka dengan mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Dan inefisiensi adalah kegiatan yang tidak menghasilkan uang, seperti makan, tidur dll. Namun pada dasarnya kebanyakan individu mengisi waktu senggang mereka untuk kegiatan yang menyenangkan. Godam (2007) menyebutkan bahwa diantara beberapa faktor penyebab konsumsi terdapat penyebab / faktor lain, yaitu Gaya Hidup Seseorang. Gaya hidup seseorang menyangkut selera. Kecenderungan seseorang menjadikan internet menjadi gaya hidup menentukan seberapa intens mereka mengakses internet. Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat

pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah. Dengan memperhatikan fungsi konsumsi Singh yaitu Ct = f (Yt, Zt). Dimana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa konsumsi merupakan
26

fungsi dari pendapatan dan determinan lain. Maka determinan lain tersebut diadopsi dari pendapat Guritno, Becker, dan Godam. Sehingga determinan lain yang mempengaruhi konsumsi internet selain pendapatan masing-masing adalah tingkat inflasi atau harga, waktu luang dan jenis kelamin. Fungsi konsumsi tersebut dapat diformulasikan melalui persamaan sebagai berikut : Ct = f ( Yt, Pt, Lt, St) (1) Keterangan : Ct = Konsumsi Yt = Pendapatan Pt = Harga / biaya akses internet Lt = Waktu luang St = Selera

2.2.Studi Empiris Untuk lebih memperkaya khasanah pengetahuan dari penelitian ini, maka perlu disajikan tinjauan-tinjauan empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya yang kurang lebih berkaitan dengan penelitian ini. Diantaranya adalah berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rahmatia (2004) mengamati Pola Konsumsi Wanita Pekerja SULSEL pada Umumnya dan Kota Makassar Pada Khususnya memperoleh hasil bahwa pola konsumsi wanita pekerja SULSEL pada

27

umumnya adalah kebutuhan pokok baik barang kebutuhan sehari-hari maupun barang tahan lama yang seharusnya adalah barang Lux. Wahyuni (2005) dalam penelitiannya tentang pengguna telepon seluler dengan judul skripsi Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Telepon seluler Masyarakat kota Makassar mengemukakan bahwa variablevariabel seperti pendapatan keluarga, jenis pekerjaan, harga telepon seluler, tingkat pendidikan, biaya pengeluaran telepon rumah, lamanya penggunaan telepon seluler dan jenis kelamin pengguna telepon seluler berpengaruh signifikan terhadap konsumsi telepon seluler masyarakat kota Makassar. Selain itu Fauziah (2007) menganalisis Intertemporal Perilaku Konsumsi Masyarakat kota Makassar menyatakan bahwa untuk konsumsi primer masyarakat Makassar signifikan dipengaruhi oleh pendapatan periode kedua dibandingkan dengan pendapatan periode pertama. Selain itu dijelaskan pula bahwa perilaku masyarakat Makassar dalam mengkonsumsi barang atau jasa pada periode

pertama sangat dipengaruhi oleh faktor pendapatan dalam dua periode waktu yang berbeda dengan memasukkan variable tingkat suku bunga. Masyarakat Makassar juga tergolong sebagai masyarakat yang cukup sabar dalam berkonsumsi. Mereka cenderung menahan konsumsi saat ini untuk digunakan pada konsumsi berikutnya, berdasarkan perilaku masyarakat ini dapat dimaknai bahwa ada kecenderungan perilaku konsumsi masyarakat Makassar terkait dengan suku bunga. Selanjutnya menurut Winarti (2007) yang mengamati Tingkat Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate

28

Kota Makassar

adalah proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan

berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya semakin besar pendapatan total keluarga maka proporsi alokasi untuk konsumsi pangan semakin besar. Selain itu besarnya tanggungan berbanding lurus degan konsumsi pangan artinya terdapat hubugan yang positif antara besarnya tanggunagn dengan tingkat konsumsi pangan walaupun denagn tingkat koefisien yang kecil. Syahrina (2008) juga mengamati Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Mahasiswa Unhas Kota Makassar dengan menarik kesimpulan bahwa uang saku berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi mahasiswa, beasiswa merupakan faktor yang berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap konsumsi Mahasiswa Unhas disebabkan karena beasiswa tidak diberikan setiap bulan. Sebaliknya pendapatan dari kerja sampingan merupakan faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konsumsi Mahasiswa Unhas. Dan tidak ada perbedaan yag signifikan antara eksakta maupun non eksakta terhadap pola pengeluaran konsumsi Mahasiswa Unhas. Taufiq (2007) dalam jurnalnya Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Masyarakat di Kabupaten Tuban menemukan bahwa pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga, dan jenis pekerjaan kepala keluarga berpengaruh signifikan terhadap konsumsi beras daripada non beras. Marpaung (2006) dalam Jurnalnya Pola Konsumsi Masyarakat: Profil Perilaku Beli Konsumen D.I. Yogyakarta menyimpulkan bahwa : (1) alokasi menurut kelompok barang menunjukkan konsumsi terbesar berturut-turut adalah

29

untuk kelompok bahan makanan, pendidikan, makanan jadi, perumahan dan sandang. (2) alokasi konsumsi menurut jenis barang menunjukkan 70,19% konsumsi digunakan untuk barang habis pakai. (3) berdasarkan jenis kebutuhan alokasi konsumsi meliputi 34% kebutuhan pokok, 33% kebutuhan sekunder dan 11% kebutuhan mewah. (4) frekwensi pengeluaran paling besar adalah bulanan, sementara untuk bahan makanan dan makanan jadi terbesar berbeli secara harian. (5) dilihat dari lokasi konsumsi terbesar dilakukan di super/hyper market dan terkecil di pasar tradisional (6) mayoritas alat pembayaran dalam berkonsumsi adalah dengan tunai. (7) waktu berbeli terbesar terdapat pada hari raya keagamaan, tahun ajaran baru dan liburan sekolah.

2.3. Kerangka Konsepsional Berdasarkan uraian tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, terutama analogi subtitusi fungsi konsumsi Keynesian dalam Singh (2004) dan pandangan Becker (1995), maka diformulasikan suatu fungsi konsumsi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : KI = f (PM, BAI, JK, LT) Dimana : KI = Konsumsi Internet PM = Pendapatan Mahasiswa BAI = Biaya / Harga Akses Internet SL = Selera LT = Leisure Time (waktu luang)

30

Berdasarkan analogi yang dikembangkan di atas, selanjutnya digambarkan hubungan variable penelitian dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada diagram konseptual berikut ini :

Pendapatan

Biaya akses internet Konsumsi internet


Selera

Leisure time (waktu


luang)

Gambar 2. 10 Kerangka konsepsional

2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah data empiris diperoleh. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunkaa untuk menjawab pertanyaan adalah sebagai berikut : a. Diduga bahwa pendapatan (uang saku) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi internet Mahasiswa Fakultas Ekonomi. b. Diduga bahwa biaya akses internet berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi internet Mahasiswa Fakultas Ekonomi.

31

c. Diduga bahwa selera

berpengaruh signifikan terhadap konsumsi internet

Mahasiswa Fakultas Ekonomi. d. Diduga bahwa leisure time (waktu luang) berpengaruh signifikan terhadap konsumsi internet mahasiswa Fakultas Ekonomi.

32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Hipotesis Metode penelitian yang digunakan dalam membuktikan hipotesis adalah sebagai berikut : 1. Penelitian kepustakaan (library research) Yaitu suatu bentuk penelian yang menggunakan sarana kepustakaan dengan menelaah bahasa teoritis dari berbagai buku-buku, bulletin, artikelartikel dan karya ilmiah yang berhubungan dengan penulisan. 2. Penelitian lapangan (field research) Yaitu suatu penelitian yang dilakukan langsung kelapangan dalam penelitian ini adalah wawancara para pengguna internet di Fakultas Ekonomi Universitass Hasanuddin.

3.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder dengan rincian sebagai berikut: 1. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara langsung dengan respoden dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang mencakup identitas responden, pendapatan responden, biaya penggunaan internet, waktu yg dhabiskan untuk mengakses internet dan data lainnya yang berhubungan dengan penggunaan internet.

33

2.

Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari data primer, yang dapat menunjang berjalannya penelitian. Diambil dari instansi yang mendukung seperti Badan Pusat Statistik, artikel seperti majalah, Koran, ataupun tabloid mingguan. pulsa, dan dari situs internet seperti yahoo, google serta laporan-laporan dan kepustakan lain.

3.3. 3.3.1

Populasi dan Sampel Populasi Menurut Dajan (1996) populasi merupakan keseluruhan unsurunsur yang

memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin yang berjumlah 2.382 orang serta berdomisili di Makassar, dengan mempertimbangkan karakter responden yang merupakan pengguna aktif internet minimal tiga bulan. Tabel 3.3.1 Jumlah Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNHAS Dirinci Menurut Jurusan dan Jenis Kelamin Tahun Ajar 2009/2010 Jurusan Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Total

Ilmu Ekonomi 195 171 Manajemen 497 485 Akuntansi 391 643 Total 1.083 1.299 Sumber : Makassar dalam angka 2010

366 982 1034 2.382

34

3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugianto,dkk, 1998). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan adalah menggunakan metode sampel acak sederhana ( simple random sampling) kepada pengguna aktif internet minimal 3 bulan. Dalam metode ini pengambilan sampel diambil secara random artinya, semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Berdasarkan karakteristik yang dimaksud, siapapun, dimanapun, dan kapan pun dapat ditemui yang selanjutnya dijadikan sebagai responden. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 mahasiswa. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yakni sebagai berikut:

Keterangan : 1 = konstanta n = ukuran sampel N = ukuran populasi e2 = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir yakni 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

35

3.4.

Metode Analisis Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan Model Regresi Berganda (Multiple Regression). Dimana model ini akan memperlihatkan hubungan antara variable bebas (Independent Variable) dengan variable terikat (Dependent Variable). Dimana jumlah atau total konsumsi internet mahasiswa merupakan variable terikat, sedangkan pendapatan, biaya akses internet, selera, dan leisure time (waktu luang) merupakan variable bebas. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : Y = f (X1,X2,X3,X4) ......(1) Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan variabel dependen, dinyatakan dengan fungsi Coubb Douglass sebagai berikut : Y = 0 X1 1 X2 2 X3 3 D1 e .(2) Untuk mengestimasi koefisien regresi, dilakukan transformasi kedalam bentuk linear dengan menggunakan logaritma natural kedalam model, sehingga diperoleh persamaaan sebagai berikut : Ln Y = Ln 0 . + 1LnX1 + 2LnX2 + 3LnX3 + D1 + e (3) Dimana : Y X1 X2 X3 = Total Konsumsi Internet Mahasiswa (Rupiah) = Pendapatan (Rupiah) = Biaya akses internet (Rupiah) = Waktu luang (Jam/hari)

36

D1

= Selera ; 1 = internet adalah sumber referensi dan entertaiment 0 = internet bukan sumber referensi dan entertainment

1 4 e

= Koefisien = Error Term

Untuk dapat mengambil keputusan sebagai hasil dari pengujian hipotesis, maka hal ini dapat dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi dari koefisien regresi antara variable terikat dengan variable bebas melalui beberapa pengujian, yaitu : 1. Uji Statistik T Untuk menguji tingkat signifikansi antara variable bebas dengan variable terikat, maka digunakan tingkat signifikansi tertentu. Dikatakan signifikan jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel. 2. Koefisien Korelasi Berganda Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan variable bebas dan variable terikat. 3. Koefisien Determinasi Square (R2) Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi sumbangan pengaruh dari variable bebas terhadap variable terikat. Semakin besar R2 maka semakin kuat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat, begitupun sebaliknya.

37

4. Uji Statistic F Uji ini dilakukan untuk megetahui signifikansi hubungan variable bebas secara menyeluruh terhadap variable terikat pada tingkat signifikansi tertentu. Dikatakan signifikan jika nilai f hitung sama atau lebih besar dari f table.

3.5. Batasan Variabel Dalam rangka memudahkan penulisan karya ilmiah ini maka diperlukan dan digunakan istilah dalam batasan variable yang akan dibahas, yaitu : a. Total konsumsi internet mahasiswa adalah total pengeluaran mahasiswa yang digunakan untuk melakukan akses internet diukur dalam satuan rupiah. b. Pendapatan seorang mahasiswa adalah uang saku yang merupakan Transfer Payment dari orang lain yang diterima oleh seorang mahasiswa dalam Rupiah per bulan. yang diukur dalam satuan rupiah. c. Harga / biaya akses internet adalah harga yang ditetapkan oleh Operator jaringan telekomunikasi untuk akses internet melalui modem, hp, smartphone ataupun tarif speedy yang diukur dalam satuan rupiah. d. Waktu luang (Leisure time) adalah banyaknya waktu yang dialokasikan oleh responden untuk mengakses internet. Diukur dalam satuan Jam/hari. e. Selera adalah kecenderungan untuk lebih memilih internet sebagai sumber informasi, referensi, entertaining daripada harus menggunakan media lain selain internet. Variabel selera diukur dengan variabel Dummy. 1= jika responden lebih memilih mendownload buku, mendownload lagu, video dll.

38

0 = jika responden lebih memilih untuk membeli buku, surat kabar, majalah, kaset CD ataupun DVD.

39

Você também pode gostar