Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KELOMPOK : Castrena Riyani O Firman Pratama Gita Ayu Mayacita Miar Nur Triana Savitri Almira S 2C
2. Proses Komunikasi
Mempunyai Ide ide diterjemahkan pesan pesan ditransmisikan oleh pengirim pesan diterjemahkan oleh penerima ????? ???????????????????
3. Tujuan Komunikasi Tujuan penggunaan dari proses komunikasi menurut Hewitt, 1981 dikutip dalam Elaine L. La Monica, 1998: 1. Untuk mempelajari atau menjabarkan sesuatu 2. Untuk mempengaruhi perilaku seseorang 3. Untuk mengungkapkan perasaan 4. Untuk menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain 5. Untuk berhubungan dengan orang lain 6. Untuk menyelesaikan sebuah masalah 7. Untuk mencapai sebuah tujuan 8. Untuk menurunkan ketegangan atau menyelesaikan konflik 9. Untuk menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain.
4. Jenis-jenis Komunikasi
Ada dua jenis komunikasi, yaitu Verbal Nonverbal
Menyampaikan, Menjual, Berperan Serta dan Mendelegasikan Mendengar Memberi dan Menerima Umpan Balik
6. Komponen Komunikasi
Enam komponen komunikasi : 1. Komunikator 2. Komunikan 3. Pesan 4. Lingkungan 5. Media pesan 6. Tingkat pesan
7. Model Komunikasi
1. 2. 3. 4.
Komunikasi tertulis Komunikasi secara langsung/verbal Komunikasi nonverbal Komunikasi via telepon
2.
3. 4. 5. 6. 7.
Komunikasi saat timbang terima Interview/anamnesa Komunikasi melalui komputer Komunikasi tentang kerahasiaan Komunikasi melalui sentuhan Dokumentasi sebagai alat komunikasi Komunikai perawat dan tim kesehatan lainnya
B. Komunikasi Asertif
1. Pengertian Komunikasi Asertif Komunikasi asertif adalah komunikasi yang menyatakan diri secara langsung, jujur, tepat, dan tidak melanggar hak dan tanggung jawab orang lain. (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar 2007) Asertifitas adalah keterampilan yang digunakan untuk secara efektif mengkomunikasikan pikiran dan perasaan. (Lisa Kennedy Shaldon 2009) Jadi, asertifitas adalah keterampilan yang digunakan untuk secara efektif mengkomunikasikan pikiran dan perasaan yang menyatakan diri secara langsung, jujur, tepat, dan tidak melanggar hak dan tanggung jawab orang lain.
2. Cara Agar Asertif Ada beberapa cara agar asertif ini berjalan dengan baik, yaitu: 1. Merefleksikan apa yang dikatakan; 2. Mengulangi pernyataan dengan tegas dan terusmenerus; 3. Menunjukan asumsi selengkapnya melalui komunikasi verbal atau nonverbal; 4. Menyatakan kembali dengan bahasa asertif, artinya bukan bahasa agresor; 5. Mengajukan pertanyaan, yang 6. orang lain. (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar 2007)
keinginan, hasrat, atau kekhawatiran seseorang tidak di ungkapkan secara ekplisit, biasanya karena pengirim meyakini bahwa penerima pesan menginginkan sesuatu yang lain, atau pengirim secara sadar atau tak sadar merasa bahwa penerima bertanggungjawab untuk memahami atau pembaca pikiran. Komunikasi agresif melibatkan pembebanan kebutuhan, keinginan, hasrat atau kekhawatiran seseorang terhadap orang lain. Dalam komunikasi yang asertif selalu terdapat dua pemeran; dua orang dapat mengungkapkan kebutuhan, keinginan, hasrat, atau kekhawatiran mereka, dan terdapat kesempatan bagi keduanya untuk saling mendengar dan berespon secara tidak defensif. Pesan yang asertif adalah pesan yang terbuka yang membantu atau meningkatkan komunikasi yang efektif, pemahaman, dan/atau kedekatan.
Kontak mata
Tatapan mata langsung, relaks, berada pada level yang sama bila memungkinkan Relaks, menghadapi orang lain secara langsung dengan jarak yang dapat diterima
Menghindari kontak mata, melihat ke atas dari posisi yang lebih rendah
Postur / gestur
Tegas menunjukan difensif, secara fisik memposisikan lebih tinggi, menunjukan posisi menang dengan kepalan tangan yang tidak perlu Banyak melakukan interupsi, tidak memberi waktu kepada orang lain
Gugup, tidak menghadapi orang lain secara langsung, menempatkan diri pada posisi lebih rendah.
PenggunaanWaktu
Secara tepat menggunakan waktu untuk menyatakan pandangannya Memberi kesempatan pada yang lain untuk menyatakan pendapatnya.
Ekspresi
kadang hanya merugikan percakapan tetapi seringkali juga merugikan relasi. Dibalik pesan pasif sering merupakan ketidakmauan untuk bertanggung jawab terhadap masalah yang ditangani, keinginan untuk diasuh, berbagai harapan yang tidak realistik, atau ketidakmauan untuk menerima akibat atas tindakannya. Perilaku agresif mempunyai efek merugikan yang langsung dan jelas terlihat pada korbannya, sehingga kadang-kadang tidak teramati oleh si agresor. Prilaku agresif cenderung menimbulkan reaksi melawan atau melarikan diri. Agresor seharusnya peka terhadap kenyataan bahwa ia sedikitnya bertanggungjawab reaksi yang terjadi; tetapi kepekaan itu jarang ada pada saat agresi tersebut. Perilaku asertif diperlukan, sedikitnya jika dilihat dari dua sudut pandang: (1) ini menunjukan komunikasi yang terbuka, dewasa, dan langsung, yang memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengetahui perasaan seseorang, serta meningkatkan harga diri (Percell, 1977dikutip dalam Elaine L. La Monica, 1998) dan (2) merupakan cara yang tidak terlalu mahal untuk menciptakan hubungan antar-pribadi yang efektif dari pada perilaku pasif atau agresif.
Di masa dulu, perawat menerima saja tuntutan untuk kepatuhan yang tidak dapat
dipertanyakan, bertahannya posisi seseorang di dalam hirarki, dan ketergantungan bawahan pada atasan. Akar sejarah keperawatan telah minimbulkan pandangan yang meluas tentang perawat sebagai tangan kanan dokter, lebih bersifat pelaku dari pada pemikir, dan lebih bersifat reaktor dari pada inisiator (Keller, 1973 dikutip dalam Elaine L. La Monica, 1998). Terdapat beberapa alasan mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat: (1) Para perawat yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal dan mahir dalam keterampilan dan bahasa yang lebih aktif berpartisipasi dalam pekerjaan mereka. (2) Mereka yang mendukung peran perawat yang profesional dan primer mungkin akan menemukan bahwa pelatihan sikaf asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan sikap-sikap perilaku keperawatan yang bertanggung jawab, serta keterampilan komunikasi yang efektif, dan (3) Para profesional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat terhadap keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan sikap-sikap dan harapan-harapan mereka dengan lebih jelas.
menggunakan hak mereka, untuk membantu mereka dalam mengembangkan berbagai perilaku, dan untuk membantu mereka untuk bertindak menurut minat terbaik mereka sendiri. Karena pelatihan sikap asertif ini adalah metoda perilaku (bukan metoda yang berorientasi pada pemahaman), maka tujuannya lebih bersifat induktif dari pada deduktif.(Wheeler, 1977 ) Terdapat tiga tingkatan dimana sikaf asertif ini terjadi: 1. Teknik Penguatan terhadap sikap asertif ini akan terjadi sementara seseorang belajar dan berlatih teknik-teknik asertif. 2. Pola respon Membuat permintaan, mengatakan tidak, menerima pujian, dan mengungkapkan kekhawatiran akan menjadi lebih mudah, sehingga orang akan lebih menghargai dirinya dan interaksi akan meningkat. Dan hal-hal ini dapat menjuruskan ke pola respon asertif, dimana sikap asertif menjadi lebih terasa wajar dan ditandai oleh ungkapan-ungkapan verbal dan non verbal yang terbuka. 3. Pola hidup. Pada tingkat kognitif yang paling rumit, seseorang dapat mengembangkan pola hidup asertif, yang meliputi kesadaran intra dan interpersonal. Bila pelatihan sikap asertif dilakukan pada tingkat ini, hasil akhirnya sangat mirip dengan tujuan dari banyak bentuk psiko-terapi manusia
non-verbal. Untuk dikategorikan sebagai asertif, sebuah komunikasi harus mengandun kedua unsur ini: Unsur Nonverbal Serber, 1977 dikutip dalam Elaine L. La Monica, 1998 menyebutkan bahwa unsur non-verbal dari perilaku adalah: 1. Kekerasan suara 2. Kelancaran mengatakan kata-kata 3. Kontak mata 4. Ungkapan wajah 5. Ungkapan tubuh, dan 6. Jarak dengan orang kepada siapa seseorang berinteraksi Unsur Verbal Cooley dan Hollandsworth, 1977 dikutip dalam Elaine L. La Monica, 1998 telah menyebutkan tiga unsur verbal dari pernyataan yang asertif : 1. Mengatakan tidak atau menyatakan sikap; 2. Meminta bantuan atau mempertahankan hak, dan 3. Mengungkapkan perasaan.
tidak asertif (pasif) atau agresif. Kebanyakan orang bervariasi dalam sikap asertifnya dari situasi ke situasi, dan derajat keintiman yang dibagikan kepada orang lain juga berpengaruh pada variasi ini. Salah satu perbedaan yang lebih umum dari sikap asertif di dalam diri seseorang, dan bukan di antara beberapa pribadi, adalah pada bagaimana pemimpin berespon terhadap bukan rekan kerjanya, yaitu mereka yang lebih berkuasa terhadap mereka yang kurang berkuasa. Di tempat kerja, hal ini sering diperparah jika atasannya adalah laki-laki dan anak buahnya adalah perempuan. Jika ditambah unsur perbedaan latar belakang pendidikan, maka akan dapat dimengerti bagaimana sikap asertif dapat menjadi membingungkan dan sulit.
10.
1. Mekanisme Umpan Balik Internal Tidak asertif dapat dirasakan dalam tubuh dan biasanya dialami sebagai ketegangan di lambung, dada, tenggorok, bahu, dan/atau leher. Mungkin ada keinginan untuk menyerang kembali, tetapi dengan kadar yang setara anda tahu bahwa tindakan itu terlalu berisiko. Marah agresif sering dirasakan sebagai amukan internal dengan harapan untuk lebih berkuasa terhadap sasaran agresi. 2. Mekanisme Umpan Balik Eksternal Penerima pesan yang pasif atau agresif akan memberikan umpan balik kepada pengirim. Pengirim yang bertindak seperti korban cenderung akan diserang atau diabaikan. Tetapi, korban dari agresi mungkin berespon dengan menarik diri dan bertahan dengan pasif; kadang-kadang responnya adalah menyerang kembali. Tidak ada orang yang selalu asertif sepanjang waktu.