Você está na página 1de 19

Alergi Dingin atau Infeksi Hidung?

Assalamualaikum, Bapak Toto yang terhormat, Saya selama kurang lebih 2 tahun ini menderita pilek, bersin-bersin, mata sering merah dan sakit jika di pagi hari atau berada di ruang yang dingin. Saya sudah ke dokter kira-kira sudah ada 3 dokter yang saya kunjungi namun sampai hari ini belum juga sembuh. Mohon bantuannya untuk mengatasi penyakit yang ada pada diri saya? Dokter tersebut mendeteksi kalau hidung saya terkena infeksi, dan waktu itu saya terus menjalani pengobatan namun setelah dinyatakan selesai dan obat yang saya minum habis, penyakit saya kambuh lagi. Karena berbagai obat dari dokter sudah pernah saya coba maka saat saya pengin mencoba obat herbal, kira-kira obat tersebut seperti apa? Dan bagaimana caranya supaya penyakit saya dapat sembuh? Terima kasih atas bantuan dan bimbingannya, kurang lebihnya saya ucapkan terima kasih. Toni Biantoro

Jawaban
Waalaikumsalam wr. wb. Saudara Toni Yth., Pilek dikenal dengan istilah rhinitis. Bila dilihat dari lama berlangsungnya, rhinitis bisa berlangsung singkat atau lama dan bersifat menahun. Pada rhinitis yang berlangsung singkat, biasanya gejala muncul dengan cepat dan cepat pula hilangnya, baik hilang sendiri secara spontan atau hilang setelah diberi obat-obatan. Pada pilek yang bersifat menahun, keluhan biasanya berlangsung lama, hilang timbul, tapi tidak hilang secara tuntas. Keadaan yang menahun ini biasanya lebih sulit diatasi, kadang-kadang dengan obat-obat sepertinya tidak menolong bahkan keluhan semakin berat dirasakan. Yang banyak dijumpai dan sering menimbulkan masalah dalam jangka waktu lama adalah rhinitis menahun. Pada prinsipnya ada dua hal berbeda yang menyebabkan pilek, yaitu alergi dan bukan alergi. Pada pilek alergi, faktor kepekaan penderita merupakan kunci utama timbulnya keluhan ini. Kepekaan penderita terhadap suatu bahan, zat, makanan tertentu, dan udara dapat mencetuskan keluhan ini.

Sedangkan rhinitis yang non-alergi disebabkan adanya gangguan keseimbangan fungsifungsi saraf pada hidung. Artinya, permukaan dalam hidung mudah mengalami pembengkakan yang menimbulkan keluhan hidung tersumbat, memudahkan timbulnya rangsangan pada permukaannya dan keluarnya cairan yang berlebihan sehingga timbul pilek. Bagaimana pilek alergi bisa muncul? Penyakit ini timbul apabila seseorang (pernah) kontak dengan suatu bahan/zat tertentu baik dengan cara dihirup, dimakan, kontak kulit maupun disuntikkan. Selang beberapa saat, tubuh akan mengadakan reaksi dengan jalan membentuk zat anti. Zat anti ini akan bereaksi dengan bahan tadi sehingga menimbulkan respon berlebihan atau alergi. Pilek alergi umumnya bersifat menahun, gejala yang ditimbulkannya bersifat hilang timbul berupa bersin-bersin yang mengganggu, hidung terasa tersumbat, disertai keluar cairan encer dan bening. Keluhan ini berlangsung tiap kali penderita kontak dengan bahan yang menjadi penyebab alergi. Sedangkan pileks yang diduga akibat gangguan pada saraf, secara prinsip, sampai sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Diduga terjadi ketidakseimbangan fungsi saraf, di mana keadaan ini juga disertai dengan beberapa faktor pencetus. Faktor-faktor pencetus yang telah diketahui antara lain keadaan fisik lingkungan (udara yang terlalu lembab, suhu udara yang dingin), faktor psikis (stres), gangguan hormonal, dan pemakaian obat-obatan seperti obat anti hipertensi. Gejala yang ditimbulkan hampir sama seperti pilek alergi, hanya saja saat dilakukan tes alergi hasilnya negatif. Jika terjadi infeksi di hidung, biasanya tubuh merespon dengan rasa demam di tubuh. Artinya, antibodi yang ada di dalam tubuh sedang berupaya melawan penyebab infeksi tersebut. Sayangnya, anda tidak menyebutkan apakah badan anda terasa demam pula? Biasanya, jika infeksi, dokter cenderung memberi obat antibiotik. Padahal, antibiotik ini sebenarnya bukan solusi yang tepat, karena selain hanya meredam gejala, juga sekaligus membunuh antibodi yang sedang bertarung melawan infeksi tersebut. Jadi, tidaklah mengherankan bila setelah obatnya habis, penyakitnya timbul kembali. Pemberian antibiotik yang kurang tepat justru merugikan diri si pasien karena dapat melemahkan daya tahan tubuh. Hal lain yang bisa menyebabkan pilek menahun itu merupakan gejala dari sinusitis. Sinusitis selinstas memang mirip pilek.Sehingga banyak pasien yang tidak sadar bahwa dirinya tidak hanya menderita pilek, melainkan sinusitis. Karena salah satu penyebab sinusitis adalah pilek terutama pilek yang menahun. Prosesnya, ketika pilek, hidung menjadi tersumbat. Sementara itu, di dalam sinus terdapat lubang drainase. jika sering pilek maka lubang drainase ini akan tertutup. Sehingga terjadi gangguan drainase yang bisa menyebabkan sinusitis.

Sinus sendiri adalah rongga atau ruang yang terdapat di sekitar hidung. Setiap manusia mempunyai empat pasang sinus, yakni sinus frontalis yang berada di dahi, sinus ethmoidalis yang terletak di antara hidung dan mata, sinus maksilaris yang terdapat di daerah pipi dan merupakan sinus terbesar. Dan yang terakhir adalah sinus sfenoidalis yang terletak di bawah otak. Selain pilek, ada faktor lain yang terkait dengan hidung, sebagai penyebab sinusitis. Semisal polip di hidung, atau bengkoknya sekat rongga hidung, yang membagi hidung bagian kanan dan kiri. Bengkoknya rongga hidung ini bisa terjadi karena trauma ataupun kecelakaan. Ini bisa menyebabkan hidung tersumbat. Seperti pilek, sinusitis pun ada yang berlangsung sebentar dan lama. Durasinya ada yang sampai tiga minggu lebih, namun bila sudah kronis bisa berlangsung bulanan hingga tahunan. Seseorang terkena sinusitis akut karena dia sering mengalami pilek yang akut. Bedanya dengan pilek biasa, gejala ditambah dengan adanya meriang, badan lesu dan demam. Gejala ini merupakan gejala secara sistemik luar. Secara lokal, seseorang merasakan nyeri di bagian sinusitis menyerang. Semisal nyeri di daerah pipi jika yang terkena adalah sinus maksilaris. Pipi tampak kemerahan. Selain itu juga muncul bengkak dan terasa sakit saat disenggol. Jika yang terkena sinus frontalis, nyeri biasanya dirasakan di dahi. Sedangkan jika yang terkena adalah sinus ethmoidalis, nyeri akan terasa di bagian belakang dan antara mata, serta dahi. Sementara gejala sinusitis kronis pada dasarnya mirip dengan akut, seperti nyeri di pipi atau tempat lain yang sakit. Hanya bila ditekan tidak sesakit sinusitis akut. Namun, kepala sering terasa sakit, batuk serta ada banyak lendir di tenggorokan. Karena sudah kronis dan iritasi, hidung pun jadi tersumbat. Sehingga lendir tersedot ke arah belakang. Bahkan tidak jarang lendir jatuh sendiri ke tenggorokan. Pada beberapa kasus bahkan terdapat nanah pada sinus sehingga memunculkan bau busuk. Cara mengatasinya adalah dengan mendeteksi penyebabnya, lalu menghindari faktor penyebab tersebut. Olahraga di pagi hari yang teratur disertai latihan pernafasan dapat mengurangi keluhan. Produk HPA untuk mengatasi masalah sinusitis adalah Coscinium Plus, Mengkudu dan Habbassauda.

Penyakit Hidung
Oleh: AsianBrain.com Content Team Penyakit hidung membutuhkan perawatan yang cepat dikarenakan berhubungan dengan sistem pernapasan. Hidung seperti kita ketahui adalah jalan masuk utama oksigen dan keluarnya karbondioksida. Jika kualitas udara kurang baik, pengaruh polusi, atau masuknya benda-benda asing ke dalam hidung, dipastikan alat pernapasan akan mengalami berbagai penyakit. Banyak orang yang menyepelekan gangguan hidung. Padahal menjaga kesehatan hidung sama pentingnya dengan organ tubuh lainnya. Berikut macam-macam penyakit yang berhubungan dengan hidung: A. SALESMA(COLD) DAN INFLUENZA(FLU)

Salesma dan infuenza merupakan infeksi pada alat pernapasan yang disebabkan oleh virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher dan kadang-kadang panas atau sakit pada persendian. Gejala yang mengiringi diantaranya mencret ringan, terutama pada anak kecil. Salesma dan influenza hampir selalu sembuh sendiri tanpa obat. Jangan gunakan penicillin, tetracycline atau antibiotika lainnya, karena obat-obatan ini sama sekali tidak menyembuhkan dan dapat menimbulkan bahaya. Hal yang dilakukan saat menemui anggota keluarga memiliki gejala salesma: 1. Minum air panas dan cukup istirahat. 2. Aspirin atau acetaminophen dapat menurunkan panas dan menghilangkan sakit kepala. Tablet-tablet salesma yang lebih mahal tidak lebih manjur daripada aspirin. Jadi, mengapa Anda harus memboroskan uang? 3. Tetaplah makan seperti biasa, karena tidak ada pantangan mengonsumsi sesuatu. Cara mengobati batuk dan hidung tersumbat:

Jika salesma atau influenza berlangsung lebih dari satu minggu, atau telah timbul panas, batuk ditambah dengan keluarnya banyak lendir beserta nanah (dahak), bernapas dalam kondisi cepat dan dangkal, atau mengalami sakit dada, maka terdapat kemungkinan si penderita mengalami radang cabang tenggorokan (bronchitis) atau radang paru-paru (pneumonia). Dalam keadaan ini diperlukan antibiotika. Bahaya terjadinya radang paru-paru lebih besar pada orang-orang berusia lanjut dan yang menderita gangguan paru-paru seperti bronchitis menahun. Sakit tenggorokan atau sakit leher sering kali merupakan bagian dari salesma. Tidak diperlukan obat khusus, tetapi kumur dengan air hangat akan membantu proses penyembuhan. Jika sakit leher terjadi secara mendadak, disertai panas tinggi, kemungkinannya adalah strep throat (sakit leher karena infeksi streptoccus). Dalam keadaan ini diperlukan pengobatan khusus.

Pencegahan Salesma: 1. Nutrisi makanan yang bermutu akan membantu pencegahan penyakit salesma. Mengonsumsi jeruk, tomat dan buah-buahan lain yang mengandung vitamin C sangat dianjurkan. 2. Bertentangan dengan kepercayaan umum, salesma bukan terjadi karena kedinginan atau kehujanan. Salesma ditularkan oleh seseorang yang telah menderita infeksi melalui vektor udara. 3. Untuk mencegah penularan kepada orang lain, maka penderita harus makan dan tidur terpisah dari anggota keluarga lain terutama menjauhi bayi. Ia harus menutup hidung atau mulutnya ketika batuk atau bersin. 4. Untuk mencegah agar salesma tidak menimbulkan sakit telinga, jangan menghembus ingus kuat-kuat, hapus saja ingus anda. Ajarkan anak-anak agar melakukan hal yang sama. B. HIDUNG YANG TERSUMBAT DAN PILEK Hidung yang tersumbat atau pilek dapat terjadi karena salesma atau alergi. Banyak lendir dalam hidung menyebabkan infeksi telinga pada anak-anak atau gangguan sinus (peradangan gawat dan berlangsung lama pada rongga tulang yang berhubungan dengan rongga hidung) pada orang dewasa. Untuk melegakan hidung yanng tersumbat, dapat dilakukan tindakan sebagai berikut: 1. Pada anak-anak kecil, hisaplah dengan hati-hati ingus atau lendir dari hidung dengan menggunakan balon penghisap atau sempritan tanpa jarum suntik. 2. Orang dewasa dan anak-anak remaja dapat menghirup air garam kedalam hidungnya. Tindakkan ini akan mencairkan lendir. 3. Bernapas dalam uap air panas akan melegakan hidung yang tersumbat. 4. Hapuslah ingus Anda, tetapi jangan menghembuskan ingus kuat-kuat, karena tindakan ini dapat menimbulkan sakit telinga dan infeksi sinus. 5. Penderita yang sering mengalami sakit telinga atau gangguan sinus dapat mencegahnya dengan memakai tetes hidung decongestan seperti phenyleprine. Setelah menghirup sedikit air garam, teteskan obat tersebut dalam hidung sebagai berikut: Miringkan kepala, kemudian teteskan 2 atau 3 tetes ke dalam lubang hidung sebelah bawah. Tunggu beberapa menit dan lakukan hal yang sama pada lubang lainnya. C. GANGGUAN SINUS (SINUSITIS)

Sinusitis merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu menahun (kronis). Tanda-tanda:

1. Sakit pada muka di sekitar mata. Pada daerah ini jika Anda mengetuk tulang atau menundukkan kepala, muka akan terasa sakit. 2. Hidung sering kali tersumbat oleh adanya nanan atau ingus yang kental. 3. Kadang-kadang diikuti oleh panas. Pengobatan: 1. 2. 3. 4. Hirup sedikit air garam ke dalam hidung Letakkan kompres hangat di bagian wajah Gunakan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine Antibiotika seperti tetracyclin, ampicilin, atau penicillin, bisa digunakan untuk meredakan sinus. 5. Jika si penderita kondisinya tidak membaik, segera minta pertolongan dokter. D. PERADANGAN HIDUNG KARENA ALERGI (RHINITIS ALLERGICA)

Rhinitis Allergica disebabkan oleh adanya reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing ke dalam saluran tenggorokan. Pengobatan: Gunakan antihistamin seperti chlorpheniramine, dimenhydrinate, yang biasanya dijual untuk mengobati mabuk perjalanan. Pencegahan: Carilah penyebab terjadinya alergi, seperti debu; bulu ayam; tepung sari bunga; jamur, dan usahakan untuk menghindari benda-benda tersebut.

MEKANISME DAN TERAPI ALERGI


Posted on April 26, 2009 by Nilna R.Isna Mekanisme Reaksi alergi melibatkan dua respon kekebalan tubuh. Pertama, produksi immunoglobin E (IgE), tipe protein yang dinamakan antibodi beredar dalam darah. Kedua, sel mast, berada pada semua jaringan tubuh terutama pada daerah yang menimbulkan reaksi alergi, seperti hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit, dan saluran pencernaan. Kemampuan tubuh membentuk IgE melawan sesuatu yang asing, tidak saja makanan tetapi demam, asma atau gatal-gatal, umumnya diturunkan. Seseorang yang memiliki dua orangtua penyandang alergi, lebih besar peluangnya terkena alergi dibanding dengan satu orangtua yang alergi. Sebelum alergi muncul, kekebalan tubuh berkenalan lebih dulu. Pada saat makanan dicerna, sel memproduksi IgE dalam jumlah besar, lalu dilepaskan dan menempel pada permukaan sel mast. Ketika yang bersangkutan mengkonsumsi makanan yang sama, IgE pada permukaan sel mast berinteraksi mengeluarkan histamine. Gejala alergi akan muncul tergantung pada bagian mana jaringan mengeluarkan histamine; pada telinga, hidung, tenggorokan, gatal pada bagian dalam mulut atau kesulitan bernafas dan menelan. Bisa juga pada saluran pencernaan yang mengakibatkan diare dan sakit perut. Kondisi paling parah jika alergi terhadap seluruh proses pencernaan, dari mulai mulut hingga usus besar dan pembuangan. Terapi Ada beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan oleh seseorang yang menderita alergi. Terapi paling mudah adalah dengan menghindari makanan penyebab. Untuk hal ini diperlukan bantuan ahli gizi. Selain itu, juga diharuskan untuk hati-hati membaca label makanan karena bisa jadi ada kandungan yang dapat menyebabkan alergi pada produk tersebut. Penderita dan orangtua harus mengetahui dan mempunyai daftar tulisan istilah yang digunakan pada kemasan makanan tentang jenis protein yang terkandung. Telor mungkin ditulis sebagai albumin atau lesitin, susu sapi ditulis sebagai whey, kasein atau caseinete. Label pada makanan kemasan yang dibeli harus dilihat dengan teliti setiap hendak membeli atau memngkonsumsi. Antigen seperti kacang tanah mungkin ditemukan dengan tak diduga di dalam minyak, tepung, daging yang diproses, dan susu dan susu cream. Makanan apapun termasuk makanan yang banyak dijual dan dikonsumsi awam dapat terkontaminasi silang baik secara tidak langsung atau langsung dengan makanan yang lain. Di restoran atau rumah makan, perlu diketahui informasi dengan cermat kalau perlu dari juru masaknya tentang semua resep yang terkandung dalam makanan yang dipesan. Bagi yang menderita asma, pastikan untuk memeriksa apakah sulfit terdapat dalam makanan anda. Periksa label makanan anda apakah ada kata-kata sodium bisulfite, potassium bisulfite, sodium sulfite, sulfur dioxide dan potassium metabisulfite. Terapi lainnya adalah dengan menggunakan suntikan epinefrin pada saat serangan. Penderita hasru selalu membawa epinefrin injeksi (Ana-Kit or EpiPen) setiap waktu bila hendak bepergian. Bila penderita sudah terlanjur mengkonsumsi makanan yang berpotensi mematikan dan timbul gejala pemberian segera injeksi epinefrin sebelum timbul gejala. Dianjurkan kepada penderita alergi untuk menggunakan pertanda medis seperti gelang atau kalung sebagai pertanda apabila

sedang mengalami kesulitan ketika gejala alergi terjadi dan ketika itu tidak bisa berkomunikasi. (Nilna Rahmi Isna/PSIKM FK UNAND/Berbagai sumber)

Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas)


0 Comments dan 1 Reaction Tuesday, May 10, 2011 Posted by FaiK Fauzi MuLaCheLLa Browse Home Disease Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas)

Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen pelindung yang normal pada sistem kekebalan, Macam-macam reaksi alergi:

Rinitis Alergika Musiman Rinitis Alergika Pereneal Konjungtivitis Alergika Alergi & Intoleransi Makanan (baca disini) Anafilaksis (baca disini) Kaligata (Urtikaria) Angioedema Herediter Mastositosis Alergi Fisik Reaksi Alergi Akibat Olah Raga.

A. Penyebab Reaksi Alergi

Istilah reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi yang melibatkan antibodi IgE (immunoglobulin E). Ig E terikat pada sel khusus, termasuk basofil di dalam sirkulasi darah dan sel mast di dalam jaringan. Jika antibodi IgE yang terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan antigen (dalam hal ini disebut alergen), maka sel-sel tersebut didorong untuk melepaskan zat kimia yang melukai jaringan di sekitarnya. Alergen bisa berupa partikel debu, serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak sebagai antigen yang merangsang terajdinya respon kekebalan. Kadang istilah penyakit atopik digunakan untuk menggambarkan sekumpulan penyakit keturunan yang berhubungan dengan IgE, seperti rinitis alergika dan asma alergika. Penyakit atopik ditandai dengan kecenderungan untuk menghasilkan antibodi IgE terhadap inhalan (benda yang terhirup, seperti serbuk bunga, bulu binatang, partikel debu) yang tidak berbahaya. Eksim (dermatitis atopik) juga merupakan suatu penyakit atopik meskipun peran IgE dalam penyakit ini tidak begitu jelas. Meskipun demikian, seseorang yang menderita penyakit atopik tidak memiliki resiko membentuk antibodi IgE terhadap alergen yang disuntikkan (misalnya obat atau racun serangga). B. Gejala Reaksi Alergi Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair, mata terasa gatal dan kadang bersin. Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obat tertentu atau setelah disengat lebah. C. Doagnosa Reaksi Alergi Setiap reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing, obat atau makanan). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan, alergen bisa menyebabkan reaksi alergi Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (sejenis sel darah putih yang seringkali meningkat selama terjadinya reaksi alergi). Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika. Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol (pembengkakan seperti kaligata yang sekelilingnya merah) dalam waktu 15-20 menit.

Jika tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera. D. Pengobatan Reaksi Alergi Menghindari alergen adalah lebih baik daripada mencoba untuk mengobati suatu reaksi alergi. Dengan menghindari alergen, maka penderita tidak perlu:

mengkonsumsi obat tertentu memasang alat penyaring pada AC melarang hewan peliharaan berkeliaran di dalam rumah berhenti mengkonsumsi makanan tertentu.

Kadang penderita yang alergi terhadap bahan yang berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu, mungkin harus berganti pekerjaan. Penderita alergi musiman yang berat mungkin perlu mempertimbangkan untuk pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki alergen tersebut. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen:

Jika alergi terhadap debu rumah, sebaiknya jangan menggunakan mebel, karpet dan tirai yang sifatnya menampung debu Membungkus kasur dan bantal dengan pelindung plastik Menghisap debu sesering mungkin Menggunakan AC untuk mengurangi kelembaban ruangan yang tinggi Memasang penyaring udara yang sangat efisien.

Beberapa alergi yang terbawa oleh udara tidak dapat dihindari, karena itu seringkali digunakan metode untuk menghalangi respon alergi dan penggunaan obat untuk meringankan gejala. E. Imunoterapi alergen Jika tidak dapat menghindari alergen, pilihan pengobatannya adalah imunoterapi alergen (suntikan alergi). Dengan imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di bawah kulit dan dosisnya dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis pemeliharaan. Pengobatan ini merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi penghalang atau antibodi penetralisir yang bertindak sebagai pencegah terjadinya reaksi alergi. Pada akhirnya kadar antibodi IgE dalam darah (sebagai antigen) juga turun. Imunoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian alergen dosis tinggi yang terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alerg. Imunoterapi paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman, partikel debu rumah, racun serangga dan bulu binatang. Imunoterapi tidak dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena resiko terjadinya anafilaksis (baca disini). Pada awalnya, pengobatan biasanya diberikan 1 kali/minggu, selanjutnya dosis pemeliharaan diberikan setiap 46 minggu. Prosedur ini sangat efektif jika dosis pemeliharaan diberikan sepanjang tahun. Setelah penyuntikan imunoterapi bisa terjadi reaksi yang merugikan seperti:

bersin-bersin batuk kemerahan (flushing) kesemutan gatal-gatal rasa sesak di dada bunyi nafas mengi aligata.

Jika timbul gejala yang ringan, bisa diberikan antihistamin (misalnya difenhidramin atau klorfeniramin). Jika gejalanya lebih berat bisa diberikan suntikan epinefrin (adrenalin). Antihistamin adalah obat-obatan yang paling sering digunakan untuk mengatasi alergi (tidak digunakan untuk mengatasi asma). Terdapat 2 macam reseptor histamin di dalam tubuh, yaitu histamin1 (H1) dan histamin2 (H2). Istilah antihistamin biasanya dipakai untuk obat-obat yang menghalangi reseptor H1 (perangsangan oleh histamin terhadap reseptor ini menyebabkan cedera pada jaringan target). Bloker H1 sebaiknya tidak dikacaukan dengan obatobat yang menghalangi reseptor H2 (bloker H2) yang digunakan untuk mengobati ulkus peptikum dan heartburn. Efek dari reaksi alergi yang ringan tetapi cukup mengganggu penderitanya (seperti mata terasa gatal, hidung meler dan kulit terasa gatal) disebabkan oleh pelepasan histamin. Efek histamin lainnya yang lebih berbahaya adalah sesak nafas, tekanan darah rendah dan pembengkakan di tenggorokan yang dapat menghalangi jalannya udara. Semua antihistamin memiliki efek yang diinginkan yang sama, tetapi memiliki efek yang tidak diinginkan yang berbeda. Beberapa antihistamin memiliki efek sedatif (penenang) yang lebih kuat daripada yang lainnya. Kadang efek yang tidak diinginkan juga mendatangkan keuntungan. Beberapa antihistamin memiliki efek kolinergik yang menyebabkan kekeringan pada selaput lendir. Efek ini bisa dimanfaatkan kuntuk meringankan hidung meler akibat cuaca dingin. Beberapa antihistamin dijual bebas tanpa resep dokter dan ada yang dikombinasikan dengan dekongestan (obat untuk mengkerutkan pembuluh darah dan membantu melegakan hidung tersumbat). Kebanyakan antihistamin menyebabkan ngantuk. Efek sedatif yang kuat dari antihistamin menyebabkan obat ini banyak ditemukan sebagai bahan aktif dalam berbagai obat tidur yang dijual bebas. Antihistamin juga sebagian besar memiliki efek antikolinergik yang kuat, yang bisa menyebabkan linglung, pusing, mulut kering, sembelit, sulit berkemih dan penglihatan kabur. Tetapi kebanyakan orang yang menggunakan antihistamin tidak mengalami efek tersebut. Rasa ngantuk dan efek samping lainnya juga dapat diminimalisasi dengan cara mengawali pemakaian antihistamin dalam dosis rendah dan secara bertahap menambah dosisnya sampai dicapai dosis yang efektif mengendalikan gejala. Saat ini juga tersedia antihistamin nonsedatif (tidak menimbulkan rasa kantuk), seperti astemizol, setirizin, loratadin dan feksofenadin.

4. Faktor RisikoFaktor resiko sinusitis 9 a) Kelainan anatomis ostiomeatal complex (contohnya. septum deviasi,polip nasi)b) Tumor cavum nasic) Periodontitisd) ISPAe) lingkungan: debu, jamur, rokok, bahan kimia yang bersifat iritatif,polusi lingkunganf) Rhinitis alergi dan rhinitis non alergig) Kekebalan tubuh yang menurunh) H ormonal (pubertas, kehamilan, kontrasepsi oral) 9

BAB IVDIAGNOSIS RHINITIS ALERGIKA DAN SINUSITIS Diagnosis didapatkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan diikutipemeriksaan penunjang. 1. Rhinitis Alergika 1. AnamnesisPasien umumnya datang dengan mengeluh sering bersin berulang terutamasetelah terpapar alergen tertentu, diikuti ingus encer dan bening, hidungtersumbat yang hilang timbul, hidung dan mata yang gatal, sampai dapatterjadi lakrimasi saat serangan. 10 2. Pemeriksaan Fisik Dari inspeksi dapat kita temukan beberapa tanda yang dapat mengarahkanke adanya alergi: Allergic shinner: warna kebiruan di bawah mata yang diakibatkan olehstatis vena akibat obstuksi hidung Allergic salute: aktivitas menggosok hidung dengan punggung tanganke arah atas

Allergic crease: garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah akibatkebiasaan menggosok hidung. Facies adenoid: bentuk wajah yang khas, bercirikan mulut yang selaluterbuka, langit-langit mulu tumbuh cekung ke atas, dan gigi rahangatas maju ke depan.Sedangkan dari rhinoskopi anterior ditemukan mukosa udem-hipertrofi,livid, sekret serous & banyak. 10,11 3. Pemeriksaan Penunjang Untuk mengetahui jenis alergen sehingga pasien dapat menghindarinya,dibutuhkan tes alergi. Tes alergi dapat dilakukan dengan 2 macam cara; invitro (material diambil dari darah, untuk mengetahui Ig E dan IgG) dan invivo (material dapat dari kulit atau melalui tes provokasi) In vitro:H itung eosinofil ditemukan jumlah eosinofil yang meningkatPemeriksaan Ig E totalPemeriksaan Ig E spesifik In vivo:Skin Prick testDiet eliminasi & Challenge TestPada klinis, pemeriksaan yang sering dan praktis untuk dilakukanadalah Skin Prick Test, yang bertujuan untuk membuktikan adanya Ig E spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit dan menentukan macamalergen sehingga pasien bisa menghindari alergen tersebut, dan sebagaidasar pemberian imunoterapi jika medikamentosa gagal mengatasi gejala.Diet eliminasi adalah untuk mengetahui alergen makanan, di mana

pasienakan menghentikan konsumsi makanan yang dicurigai sebagai penyebabalergi .Challenge Test dilakukan untuk pasien yang telah melakukan dieteliminasi namun tidak berhasil menemukan makanan penyebab alergi.Dalam diet ini, pasien akan diberikan menu makanan tinggi protein secarasatu per satu dan jika timbul gejala laeri maka dapat diduga makanantersebut adalah penyebabnya. 11

BAB IIANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


http://www.scribd.com/doc/45885645/Anatomi-Dan-Fisiologi-Hidung

Pilek 1. Berikut ini adalah pembahasan ringkas anatomi organ THT yang terkait: a. Hidung luar terbentuk oleh tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan dan menyempitkan rongga hidung, menonjol pada garis di antara pipi dengan bibir atas; struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian: yang paling atas, kubah tulang, yang tidak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago, yang sedikit dapat digerakkan; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang paling mudah digerakkan. b. Rongga hidung (cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Lubang depan cavitas nasi disebut nares anteriror dan lubang belakangnya disebut nares posterior (choanae) yang menghubungkan cavitas nasi dengan nasofaring. Tepat di belakang nares anterior terdapat vestibulum yang dilapisi rambut dan kelenjar sebasea. c. Tiap cavitas nasi memiliki 4 dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial adalah septum nasi. Bagian terluar dari septum dilapisi oleh kelenjar mukosa. Dinding lateral mempunyai empat buah concha yakni concha inferior, chonca media, chonca superior, dan chonca suprema. Di antara concha dan dinding lateral hidung terdapat meatus. Dinding inferior merupakan dasar dari rongga hidung dan dibentuk oleh os maxilla dan os palatum. Dinding superior dibentuk oleh lamina kribriformis yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. d. Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika. Bagian bawah dari rongga hidung mendapat pendarahan dari a. maxilaris interna. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Vena hidung memiliki nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. e. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior, sedangkan bagian lain mendapat persarafan sensoris dari n. maxilla. f. Rongga hidung dilapisi oleh dua jenis mukosa, mukosa olfaktori dan mukosa respiratori. g. Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga udara hidung; jumlah, bentuk, ukuran, dan simetrinya bervariasi. Secara umum diberi nama, sinus maxillaris, sfenoidalis, frontalis, dan ethmoidalis. Berikut ini merupakan pembahasan ringkas mengenai aspek histologi organ terkait: a. Epitel organ pernafasan yang biasa berupa toraks bersilia, bertingkat palsu, berbeda-beda pada berbagai bagian hidung, bergantung pada tekanan dan kecepatan aliran udara, demikian pula suhu, dan derajat kelembaban udara. Mukoa pada ujung anterior konka dan septum sedikit melampaui internum masih dilapisi oleh epitel berlapis torak tanpa silia, lanjutan dari epitel kulit vestibulum. Sepanjang jalur utama arus inspirasi epitel menjadi toraks bersilia pendek dan agak ireguler. Sel-sel meatus media dan inferior yang terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang dan tersusun rapi. b. Lamina propria dan kelenjar mukosa tipis pada daerah dimana aliran udara lambat atau lemah. Jumlah kelenjar penghasil secret dan sel goblet, yaitu sumber dari mucus, sebanding dengan ketebalan lamina propria. c. Terdapat dua jenis kelenjar mukosa pada hidung, yakni kelenjar mukosa respiratori dan olfaktori. Mukosa respiratori berwarna merah muda sedangkan mukosa olfaktori berwarna kuning kecoklatan. d. Silia, struktur mirip rambut, panjangnya sekitar 5-7 mikron, terletak pada permukaan epitel dan bergerak serempak secara cepat ke arah aliran lapisan, kemudian membengkok dan kembali tegak

secara lambat.

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai aspek fisiologis organ THT terkait: a. Hidung berfungsi sebagai jalan udara pernafasan. Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya. b. Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara sekaligus sebagai penyaring dan pelindung udara inspirasi dari debu dan bakteri bersama rambut hidung, dan silia. c. Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius. d. Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya. 2. Pilek menahun dicetuskan oleh pemaparan allergen terhadap individu yang mudah tersensitasi. Berbagai alergen pencetus, misalnya debu rumah, mites, kapuk, kapur, bulu binatang, wool, parfum, insektisida, human danders (serpihan kulit dari manusia terutama di tempat tidur), makanan tertentu, obat-obatan, dan sebagainya. Penyebab yang paling dominan ialah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan alergen ingestan. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain seperti urtikaria, gangguan pencernaan. Selain faktor spesifik (alergen), iritasi oleh faktor nonspesifik pun dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi. gangguan fisiologik pada golongan perenial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musiman, tetapi karena lebih persisten, maka komplikasinya lebih sering ditemukan. 3. Patomekanisme pilek menahun dimulai dari pemaparan allergen ke individu yang mudah tersensitasi. Antibodi IgE diproduksi oleh sel plasma kemudian berikatan dengan reseptor spesifik Fc-R pada sel mast dan sel basofil. Bila terjadi pemaparan ulang dari allergen yang sama maka ikatan antibodi IgE terhadap allergen akan mencetuskan pengeluaran beberapa mediator kimiawi dari sel mast dan basofil yang bersangkutan, baik berupa mediator primer meliputi histamin, protease, ECF, dan NCF, maupun mediator sekunder misalnya leukotrines B4, C4, D4, Prostaglandin D2, dan sebagainya. Mediator yang utama adalah histamin yang mempunyai efek dilatasi pada pembuluh darah kecil, meningkatkan permiabilitas kapiler, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah. Efek histamin pada saraf sensoris adalah meningkatkan sekresi kelenjar mukosa dan mencetuskan terjadinya bersin. Secara klinis tampak sebagai gejala rinorhea, terasa ada lendir di pangkal tenggorokan akibat mobilisasi mucus, bersin, dan sebagainya. 4. Sesak napas ini diakibatkan oleh adanya obstruksi saluran napas akibat hipersekresi kelenjar mukosa sehingga terjadi perubahan mukosa, perubahan struktural, atau pun keduanya. Perubahan mukosa ini dapat bersifat patologis (virus, bakteri, jamur, alergi, vasomotor, RM, mukosa hipertrofi, dan atrofi). Perubahan struktur yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung bisa mengenai

septum (deformitas septum nasi, trauma septum nasi, hematoma septum, abses septum, dan perforasi septum) atau pertumbuhan baru (polip hidung, papilloma, papilloma inversi, dll). Kelainan mukosa bisa mengenai septum (deformitas septum nasi, trauma septum nasi, hematoma septum, abses septum, dan perforasi septum) atau pertumbuhan baru (polip hidung, papilloma, papilloma inversi, dll). Biasanya dapat dilihat sekret yang jernih atau mukopurulen dengan konka yang merah, membengkak, dan edema. Selama periode aktif (eksaserbasi) reaksi hidung alergi , atau vasomotor dapat dilihat sekresi yang jernih, konka yang pucat keunguan, membengkak dan edema. Bila hidung tenang (remisi) maka penderita reaksi hidung alergi atau vasomotor akan mempunyai mukosa yang normal. Pada pemeriksaan RM, biasanya mukosa berwarna merah dan granular, sedangkan pada mukosa hiperplasia, tampak mukosa pucat, dengan atau tanpa sejumlah perubahan polipoid dan bisa pula granular. Pada atrofi mukosa, mukosa dapat merah muda, tetapi biasanya tipis dan tergantung dari derajat atrofi, ia dapat disertai dengan krusta yang berbau busuk. 5. Mukosa hidung pasien biasanya basah, pucat, dan terjadi perubahan warna. Konka mengalami pembengkakan. Jika terdapat infeksi penyerta, sekret dapat bervariasi dari encer hingga kental dan purulen; pada saat yang sama mukosa hidung menjadi merah karena inflamasi, terbendung atau kering sama sekali. Selain itu dapat pula terjadi perubahan degeneratif polipoid pada seluruh mukosa hidung. Kemungkinan polip juga tidak dapat disingkirkan. Radiogram sinus paranasalis tidak spesifik tetapi dapat menunjukkan penebalan mukosa dan pengumpulan sekret. Gejala yang khas pada penderita nasal alergi ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari lima kali setiap serangan. Gejala lain ialah rinorhea yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Demam tidak terjadi kecuali bila terdapat infeksi sekunder. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya banyak sekret yang encer. 6. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis dengan gejala pilek menahun dapat ditempuh melalui: a. Anamnesis, dimulai dengan menanyakan riwayat penyakti alergi dalam keluarga. Pasien juga perlu ditanya mengenai gangguan alergi selain yang menyerang hidung, seperti asma, ekzema, urtikaria, atau sensitivitas obat. Saat-saat dimana gejala sering timbul juga membantu menentukan alergi musiman. Ditanyakan pula lingkungan kerja dan tempat tinggal, aktivitas di luar rumah, hewan peliharaan, idiosinkrasi terhadap makanan tertentu, dan sebagainya. b. Pemeriksaan hidung melalui rhinoskopi atau endoskopi, mukosa hidung pasien biasanya basah, pucat, dan terjadi perubahan warna, konka membengkak. Jika terdapat infeksi penyerta, sekret dapat bervariasi dari encer hingga kental dan purulen; pada saat yang sama mukosa hidung menjadi merah karena inflamasi, terbendung atau kering sama sekali. Selain itu dapat pula terjadi perubahan degeneratif polipoid pada seluruh mukosa hidung. Kemungkinan polip juga tidak dapat disingkirkan. Radiogram sinus paranasalis tidak spesifik tetapi dapat menunjukkan penebalan mukosa dan pengumpulan sekret. c. Pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan uji makanan provokatif dan eliminasi bila pasien dicurigai alergi terhadap makanan tertentu, tes antibodi IgE total (PRIST) atau IgE spesifik (RAST atau ELISA), tes

kulit misalnya uji cukit, SET, hitung basofil, netrofil, dan sebagainya bergantung pada kebutuhan. 7. Penyakit-penyakit yang dapat memiliki tanda dan gejala pilek menahun antara lain rhinitis alergi perennial, rhinitis vasomotor, rhinitis medikamentosa, dan sinusitis kronik. 8. Terapi pilek menahun bergantung pada diagnosis penyakit yang ditegakkan. Akan tetapi secara umum dapat dilakukan beberapa hal berikut: a. Menghindari pajanan terhadap alergen penyebab kecuali dengan tujuan imunoterapi (desensitisasi). b. Farmakoterapi terutama yang bersifat simptomimetik misalnya vasokonstriktor, bronkodilatator, dekongestan, dan sebagainya. Glukokortikoid, sebagai imunosupresor dan histamin sebagai terapi antiinflamasi. c. Imunoterapi dilakukan bila diagnosis yang ditegakkan mengarah pada pilek menahun akibat manifestasi alergi. Namun, perlu diwaspadai terjadinya syok anafilaksis sehingga adrenalin atau kortikosteroid harus selalu disiapkan. Diposkan oleh Novia eka putri di 02:35 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz

Você também pode gostar