Você está na página 1de 34

Pengkreditan Pajak Masukan

Terminologi

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

PRINSIP PENGREDITAN PAJAK MASUKAN


Prinsip pengreditan PM

1. PM adalah PPN yg seharusnya sdh dibayar oleh PKP krn perolehan BKP/JKP atau pemanfaatan BKP Tdk Berwujud/JKP dari luar Daerah Pab. atau impor BKP 2. PM dikreditkan dengan PK dalam Masa Pajak yang sama

3. PM dapat dikreditkan harus memenuhi syarat formal dan syarat materil. 4. PM dpt dikreditkan paling lambat 3 bln setelah akhir Masa Pajak ybs. Namun dlm hal tlh melampaui jangka waktu dimaksud, PM tetap dpt dikreditkan dg cara pembetulan SPT Masa PPN ybs. sepanjang blm dibebankan sebagai biaya.
5. PM atas perolehan br.modal dpt dikreditkan bagi PKP yg belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan BKP/JKP. 6. Dlm hal gagal berpoduksi, PM yg tlh dikreditkan dimaksud dalam butir 5 dan telah diberikan pengembalian, wajib disetor kembali ke kas negara. 7. Dalam hal PM > PK, kompensasi pada akhir Masa Pajak, sedangkan permohonan restitusi dilakukan pada akhir tahun buku. 8. PM utk perolehan BKP yg dialihkan dalam rangka penggab., peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan, yg belum dikreditkan, dpt dikreditkan oleh PKP yg menerima pengalihan sepanjang FP-nya diterima setelah pengalihan dan belum dibebankan sebagai biaya.

PENGREDITAN DALAM MASA PAJAK TIDAK SAMA


(Ps. 9 ayat (9) UU PPN 1984)

Peny. BKP/JKP
3/11/10 31/11/10

Des.

Jan.

Feb.
22/2/11

I FP 3/11/10

II

III FP 3/11/2010 diterima pd tgl 22 Februari 2011

3 bln

Dikreditkan dalam Masa Pajak tidak sama dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Februari 2011

Belum dibebankan sbg biaya dan belum dilakkukan pemeriksaan

PENGREDITAN PM MELALUI PEMBETULAN SPT MASA PPN


(Ps. 9 ayat (9) UU PPN 1984)

Peny. BKP/JKP
3/11/10
31/11/10

Des.

Jan.

Feb.

Maret

April
22/4/11

I FP 3/11/10

II

III

IV

> 3 bln

FP 3/11/2010 diterima pd tgl 22 April 2011

Dikreditkan melalui Pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak November 2010

Belum dibebankan sbg biaya dan belum dila kukan pemeriksaan

Dlm hal jangka waktu tsb. (3 bln) telah dilampaui pengreditan dapat dilakukan melalui pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan.
(Penjelasan Ps. 9 ay. (9) UU PPN 1984)

PAJAK MASUKAN DAPAT DIKREDITKAN


(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984)

SYARAT FORMAL

(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

SYARAT MATERIIL

DALAM FAKTUR PAJAK STANDAR YG TDK CACAT


(Ps. 9 ay. 8 UU PPN 1984)

BELUM DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA


(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

FP Standar cacat
Ada coretan yg tdk diperbolehkan Nama PKP/NPWP Nomor seri salah Tdk mencoret yg seharusnya dicoret

Menggunakan cap tanda tangan Dibuat > 3 bl sejak batas wkt pemb. FP KRITERIA PM
DPT DIKREDITKAN

UNTUK PEROLEHAN BKP DAN/ JKP YG BERHUB. LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA MELAKUKAN PENYER. KENA PAJAK
(Ps. 9 ay. 5 & ay. 8 huruf b UU PPN 1984)

Tdk/terlambat lapor Penggunaan Kode & Nomor Seri.

PRODUKSI

KEGIATAN USAHA

PEMASARAN DISTRIBUSI

Tdk/terlambat lapor Nama & contoh tanda tangan pejabat yg ditunjuk

MANAJEMEN

Pajak Masukan Tidak Dapat Dikreditkan


Pasal 9 ayat (8)
Pengkreditan Pajak Masukan tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk : a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha; c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan; d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; e. dihapus; f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6); h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak; i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a). k. Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang yang tidak terutang PPN atau mendapat fasilitas PPN dibebaskan (pasal 9 ayat (5))

Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Sebelum Pengusaha Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak;

Ketentuan memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. Contoh: Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan yang diperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Yang Tidak Mempunyai Hubungan Langsung Dengan Kegiatan Usaha

Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha. Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Atau Pemanfaatan Jasa Kena Pajak Dari Luar Daerah Pabean Sebelum Pengusaha Dikukuhkan Sebagai Pengusaha Kena Pajak

Ketentuan ini memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. Contoh: Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang diperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

Perolehan Barang Kena Pajak Atau Jasa Kena Pajak Yang Pajak Masukannya Ditagih Dengan Penerbitan Ketetapan Pajak

Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak baru membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas perolehan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
Pajak Keluaran Pajak Masukan = Rp10.000.000,00 = Rp 8.000.000,00 Dari hasil pemeriksaan diketahui: Pajak Keluaran Pajak Masukan = Rp15.000.000,00 = Rp11.000.000,00

Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp11.000.000,00, tetapi tetap sebesar Rp8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan Pajak Keluaran Pajak Masukan Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan Masih kurang dibayar = Rp15.000.000,00 = Rp 8.000.000,00 (-) = Rp 7.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 (-) = Rp 5.000.000,00

PENGREDITAN PM yg blm dilaporkan, ditemukan dalam pemeriksaan


(Ps. 9 ay. (8) huruf i UU PPN 1984 jo Ps. 12 ay. (3) PP No.143/2000 jo PP N0.24/2002)

Peny. BKP/JKP
3/11/10 31/11/10

Des.

Jan.

Feb.
22/2/11 26/2/11

I FP 3/11/10

II

III

Pemr. SPT Masa PPN Okto, Nov, Des 10

FP 3/11/2010 diterima pd tgl 22 Februari 2011

Ditemukan FP 3/11/10 yg blm dilaporkan, sepanjang memenuhi syarat: perolehannya dicatat dalam pembukuan PKP; Belum dibebankan sbg biaya

Dikreditkan dlm Masa Pajak tidak sama dlm SPT Masa PPN Masa Pajak Februari 2011

Pajak Masukan terkait Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak

Yang dimaksud dengan "penyerahan yang terutang pajak" adalah penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dikenai Pajak Pertambahan Nilai. Yang dimaksud dengan "penyerahan yang tidak terutang pajak" adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B. Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak.

Pajak Masukan terkait Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak


Contoh: Pengusaha Kena Pajak melakukan beberapa macam penyerahan, yaitu: a. penyerahan yang terutang pajak = Rp25.000.000,00 Pajak Keluaran = Rp2.500.000,00 b. penyerahan yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00 Pajak Keluaran = nihil c. penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00 Pajak Keluaran = nihil Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan: a. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak = Rp1.500.000,00 b. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai = Rp300.000,00 c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai = Rp500.000,00 Menurut ketentuan ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesar Rp2.500.000,00 hanya sebesar Rp1.500.000,00.

Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan, Dan Pengambilalihan Usaha

Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, Pajak Masukan atas Barang Kena Pajak yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi

Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan

Pengusaha Kena Pajak yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah tertentu Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu
(diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan)

PASAL 9 ( AYAT 7) UU PPN 1984 Jo PERMENKEU No. 74/PMK.03/2010

PKP
JML PEREDARAN USAHANYA DLM 1 TH TIDAK MELEBIHI Rp. 1.800.000.000,00

PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGREDITAN PAJAK MASUKAN


(PERMENKEU No. 74/PMK.03/2010, 31 Maret 2010)

PENYERAHAN BKP PM = 70% X PK

PENYERAHAN JKP PM = 60% X PK

2 (DUA) TH SEBELUMNYA a TDK > Rp 1.800.000.000,00

Syarat, alternatif

PKP BARU DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU Permenkeu No 79/PMK.03/2010

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu, dalam menghitung besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, wajib menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan

PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU
(PERMENKEU No. 79/PMK.03/2010, 5 April 2010)

PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR BEKAS SECARA ECERAN

PENYERAHAN EMAS PERHIASAN SECARA ECERAN

PM = 90% X PK

PM = 80% X PK

PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK Permenkeu No.78/PMK.03/2010

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan : usaha terpadu (integrated), terdiri dari : unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak. usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak; usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan usaha jasa yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak; atau usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan


P = PM x Z dengan ketentuan :
P

adalah jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan; PM adalah jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak; Z adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya

Pengusaha Kena Pajak yang telah mengkreditkan Pajak Masukan dengan menggunakan pedoman penghitungan, harus menghitung kembali besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan

untuk Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa manfaatnya lebih dari 1 (satu) tahun : PM P = --------------- x Z T untuk Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa manfaatnya 1 (satu) tahun atau kurang : P = PM x Z dengan ketentuan :

P' adalah jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1(satu) tahun buku; PM adalah jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. T adalah masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang ditentukan sebagai berikut : untuk Barang Kena Pajak berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun; untuk Barang Kena Pajak selain tanah dan bangunan dan Jasa Kena Pajak adalah 4 (empat) tahun; Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku.

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku. Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak perlu dilakukan dalam hal masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak telah berakhir.

Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan sepatu. Pada bulan Januari 2011 membeli generator listrik dengan nilai perolehan sebesar Rp 100.000.000,00 dan Pajak Pertambahan Nilai Rp 10.000.000,00. Generator listrik tersebut dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya untuk kegiatan pabrik. Maka Pajak Masukan atas perolehan generator listrik yang dapat dikreditkan pada Masa Pajak Januari 2011 adalah Rp 10.000.000,00. Selama tahun 2011 ternyata generator listrik tersebut digunakan : untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2011 : 10% untuk perumahan karyawan dan direksi; 90% untuk kegiatan pabrik, dan untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2011 : 20% untuk perumahan karyawan dan direksi; 80% untuk kegiatan pabrik.

Contoh Penghitungan
PKP bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung.

APRIL 2011 April 2011, PKP membeli truk dengan harga Rp200 juta (PPN Rp20 juta). Masa manfaat truk sebenarnya 5 tahun, tetapi untuk tujuan penghitungan PM berdasarkan PMK ini ditetapkan 4 tahun. Diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan yang terutang pajak terhadap seluruh penyerahan adalah 70%. PM yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa April 2011: Rp20 juta x 70% = Rp14 juta
Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-I)


MARET 2012 Total peredaran usaha tahun 2011 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp40 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp60 miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2011 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2012 adalah: Rp60 miliar x Rp20 juta = Rp3 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret 2012) adalah sebesar Rp3,5 juta Rp3 juta = Rp500 ribu Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir. Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-II)


MARET 2013 Total peredaran usaha tahun 2012 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp10 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp90 miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2012 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2013 adalah: Rp90 miliar x Rp20 juta = Rp4,5 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (menambah PM untuk Masa Pajak Maret 2013) adalah sebesar Rp4,5 juta Rp3,5 juta = Rp1 juta

Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-III)


MARET 2014 Total peredaran usaha tahun 2013 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp30 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp70 miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2013 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2014 adalah: Rp70 miliar x Rp20 juta = Rp3,5 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali adalah: Rp3,5 juta Rp3,5 juta = Rp 0

Cont.

Contoh Penghitungan (Tahun ke-IV)


MARET 2015 Total peredaran usaha tahun 2014 : Rp100 miliar, terdiri dari penjualan jagung : Rp50 miliar dan penjualan minyak jagung : Rp50 miliar.

Penghitungan kembali PM yang dapat dikreditkan atas perolehan truk selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah: Rp50 miliar x Rp20 juta = Rp2,5 juta Rp100 miliar 4 PM atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah (Rp14 juta / 4) = Rp 3,5 juta Jadi PM yang harus diperhitungkan kembali (mengurangi PM untuk Masa Pajak Maret 2015) adalah sebesar Rp3,5 juta Rp2,5 juta = Rp 1 juta Penghitungan PM sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu lagi dilakukan pada tahun 2016.

KASUS 1

Apakah Pajak Masukan di bawah ini dapat dikreditkan dan berikan alasannya: a. PPN yang dibayar atas penyewaan sedan untuk mobil dinas tenaga ahli perusahaan farmasi yang sudah dikukuhkan sebagai PKP. b. PPN yang dibayar belum dimasukan dalam SPT Masa PPN dan ditemukan oleh Pemeriksa Pajak. c. PPN yang dibayar untuk pembelian mesin fotokopi yang digunakan untuk administrasi kantor. d. PPN yang dibayar atas pembelian komputer yang diserahkan kepada pengusaha farmasi di Kawasan Berikat. e. PPN yang tercantum dalam tanda pembayaran atas penyerahan jasa telekomunikasi.

KASUS 3
Ita mengelola sebuah salon kecantikan dan sudah dikukuhkan sebagai PKP sejak tanggal 3 Juni 2001. Dalam catatannya antara lain diketahui fakta pembuatan Faktur Pajak sebagai berikut:
No 1 2 Nama Pembuat FP Salamah Lina Tanggal Penyerahan BKP
20 September 2010 18 September 2010 17 September 2010

Tanggal Pembuatan FP
17 Desember 2010 13 Januari 2011 2 Oktober 2010

Saat Menerima FP
21 Maret 2011 24 Februari 2011 2 Maret 2011

Fatma

Transaksi tersebut dibayar pada saat diterimanya Faktur Pajak. Jelaskan: a.Apakah Pajak Masukan yang tercantum dalam semua FP tersebut dapat dikreditkan oleh Ita? b.Jelaskan bagaimana cara mengkreditkan dan syarat apa yang harus dipenuhi?

Você também pode gostar