Você está na página 1de 3

Aplikasi Bioteknologi Tingkatkan Produktivitas dan Konservasi Sumber Daya Hutan

mangiumBIOTIFOR (Yogyakarta, 09/10/12)_Aplikasi bioteknologi dalam pengelolaan hutan berperan penting dalam meningkatkan produktivitas dan konservasi sumber daya hutan. Bioteknologi di bidang kehutanan meliputi 3 bidang utama, yaitu penggunaan metode pembiakan kultur jaringan, penggunaan penanda molekuler dan rekayasa genetik untuk memproduksi tanaman transgenik.

Penanda molekuler dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pemuliaan dan konservasi sumberdaya genetik. Dengan menggunakan penanda molekuler, bibit unggul dapat dihasilkan dengan waktu yang lebih cepat dan lebih tepat, kata Dr. Bambang Tri Hartono, Kepala Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut) dalam pembukaan Seminar Nasional Bioteknologi Hutan di Yogyakarta, Selasa (9/10).

Penerapan teknik penanda molekuler juga sangat penting dalam konservasi sumber daya genetik. Bambang menjelaskan, informasi tingkat keragaman genetik dan sebarannya di hutan alam maupun tanaman dapat diketahui dengan teknik ini, sehingga konservasi sumber daya genetik dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini tidak hanya berlaku untuk tanaman kehutanan, tetapi juga untuk hewan, khususnya yang dilindungi atau terancam punah, katanya.

Membacakan sambutan Kepala Badan Litbang Kehutanan dalam pembukaan seminar yang diselenggarakan oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BIOTIFOR), Bambang juga menyampaikan, melalui teknik kultur jaringan, pengadaan bibit tidak lagi tergantung musim dan bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat.

Penerapan teknik kultur jaringan tersebut dapat menjawab kebutuhan konservasi jenis, khususnya yang terancam punah karena faktor jumlah individu yang sedikit di alam dan atau karena perbanyakan jenis secara generatif sulit dilakukan.

Terkait dengan hal di atas, seminar ini diselenggarakan untuk memberikan gambaran tentang aplikasi bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas hutan serta peran bioteknologi untuk konservasi flora dan fauna di Indonesia.

Enam belas hasil riset bioteknologi dengan topik Bioteknologi untuk Pemuliaan, Bioteknologi untuk Konservasi dan Asal Usul serta Perbanyakan Tanaman dan Teknologi Invitro di paparkan dalam seminar. Makalah utama berasal dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan, Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan PT. BISI Internasional Tbk. Sedangkan 13 makalah lainnya merupakan hasil riset BIOTIFOR, Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dan Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Seminar Nasional Bioteknologi Hutan ini dihadiri oleh sekitar 128 peserta dari berbagai kalangan. Selain institusi UPT Kehutanan Pusat dan Dinas Kehutanan Provinsi DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur, seminar ini juga dihadiri oleh beberapa lembaga riset, swasta dan universitas. Pihak swasta yang hadir adalah PT. BISI Internasional Tbk dan PT. Indotech Cipta Mandiri, sedangkan kalangan akademisi diwakili oleh UPN Veteran, INTAN, UGM dan Atmajaya Yogyakarta.(DP)***

Penelitian Integratif Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Badan Litbang Kehutanan sebagai institusi yang mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan, turut mendukung program pengembangan hutan tanaman dengan aplikasi bioteknologi dalam program pemuliaan tanaman hutan.

Dalam pengembangan hutan tanaman, program pemuliaan merupakan salah satu kunci keberhasilan. Program tersebut dapat menghasilkan benih unggul (improved seed) yang dapat meningkatkan produksi kayu lebih dari 10% dan bahkan sampai 100% dibandingkan dengan menggunakan benih biasa (unimproved seed).

Melalui rencana penelitian integratif (RPI) Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan, di bawah koordinasi Dr. Budi Leksono, peneliti dari BIOTIFOR, diharapkan dapat memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan terhadap produktivitas hutan tanaman yang masih rendah pada saat ini.

Ditemui di Yogyakarta di sela-sela seminar, Selasa (9/10), Budi menjelaskan penelitian integratif yang dikoordinasikannya akan menghasilkan luaran berupa IPTEK pengadaan benih unggul hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu, IPTEK perbenihan hasil pemuliaan, demplot sumber benih jenis unggulan lokal dan IPTEK bioteknologi hutan.

Sampai dengan 2011, BIOTIFOR telah menghasilkan benih unggul dari kebun benih semai generasi kedua (F-2) dari jenis Acacia mangium, A.crassicarpa, Eucalyptus pellita dan kayu putih, disamping beberapa demplot sumber benih dari jenis unggulan yang telah mendapatkan sertifikat serta hasil riset lainnya, jelas Budi lebih lanjut.

IPTEK bioteknologi hutan, lanjut Budi, diarahkan untuk menghasilkan informasi genetika populasi flora dan fauna, pemuliaan berbasis molekuler, bio-forensik untuk flora dan fauna, bio-sekuritas, genome DNA dan teknik somatic embryogenesis (SE).

Somatic Embryogenesis merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang dapat memanfaatkan semua bagian tanaman untuk memproduksi materi tanaman lebih banyak dan homogen. Dengan menggunakan teknik ini, transformasi genetik (transgenik) dapat dilakukan.

Kelebihan SE lainnya adalah untuk perbanyakan tanaman yang bijinya rekalsitran dan untuk tanaman yang sulit berbuah (buah tidak berkembang). BIOTIFOR mulai melakukan SE untuk jenis ekaliptus pelita dan sengon sampai tahap kalus embryogenis; jenis mangium dan suren sampai tahap pendewasaan kalus; serta jenis cendana sampai tahap protokol embryogenesis somatik dan aklimatisasi, jelas Budi.

Dalam penyelenggaraan penelitian integratif tersebut, BIOTIFOR membuka peluang kerjasama dengan para pihak terkait. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi BIOTIFOR di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Pakem-Sleman, Yogyakarta 55582, Telp. 0274 - 895954, Fax. 0274 896080. (DP)***

Você também pode gostar