Você está na página 1de 6

MORFOLOGI GUNUNGKIDUL Oleh : Budi Setiyarso, 1 Juni 2010

Gunungkidul Berdasarkan perjalanan yang saya lakukan seminggu sekali dari Karanganyar menuju Gunungkidul dan sebaliknya, saya mendapat banyak ilmu baru tentang kegeomorfologian. Layaknya KKL mandiri, saya selalu mengamati bentang alam yang saya lihat, kemudian saya membaca referensi tentang itu. Perjalanan lintas propinsi itu saya tempuh dengan berbagai rute yang berbeda-beda. Selain bertujuan untuk mencari jalur yang terdekat, juga bertujuan untuk menikmati pemandangan alam yang disuguhkan Tuhan untuk manusia. Rute yang pernah saya tempuh antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Ponjong-Karangmojo-Semin-Weru-Sukoharjo-Karanganyar Ponjong-Pracimantoro-Eromoko-Wuryantoro-Wonogiri-Sukoharjo-Karanganyar Ponjong-Karangmojo-Ngawen-Cawas-Pedan-Ceper-Kartasura-Surakarta Ponjong-Semanu-Wonosari-Playen-Patuk-Bantul-Prambanan-Surakarta Selain itu pernah juga perjalanan ke Tepus, Tambakromo dan Girisubo

Peta Administrasi Gunungkidul

Tulisan ini saya sajikan sebagai oleh-oleh sebulan saya di Gunungkidul. Berdasarkan pengamatan saya, akhirnya saya menyimpulkan ada 3 tipe wilayah Karst Gunungkidul yaitu : 1. Tipe utara Wilayah tepi kawasan utara merupakan ujung pengangkatan yang berwujud tebing curam akibat patahan. Kalau dilihat dari Cawas, Wonogiri, Bantul seperti sebuah benteng. Pemandangan ini tak dapat disaksikan dari Semin. Benteng itu mayoritas menjadi batas administrasi Gunungkidul. Jadi Gunungkidul itu seperti sebuah daerah yang dikelilingi benteng tinggi. Mungkin inilah yang menghambat pembangunan di Gunungkidul. Namun kalau seandainya ada perang dengan daerah sekitarnya, Gunungkidullah yang berpotensi menang paling tinggi karena dilindungi benteng dan banyak batu untuk senjata. Setelah berada di atas benteng, kita dapat melihat pemandangan yang indah. Kita seperti berada di atas perbukitan. Kalau di Patuk, kita bisa melihat Kota Jogja dari atas. Sangat cantik saat disaksikan pada malam hari dengan pemandangan gemerlap lampu kota. Kondisi tipe utara tak jauh berbeda ketika saya berada di karst tengah Jawa (Perbukitan Kendeng) dan karst utara Jawa (Perbukitan Rembang), tipe karstnya sama yaitu berupa perbukitan lipatan memanjang, seperti bukit-bukit biasa. Jadi kesimpulannya kawasan utara memiliki morfologi perbukitan tektonik (full patahan dan lipatan), kalau digambarkan seperti perbukitan-perbukitan pada umumnya yang bentuknya memanjang dan tentunya banyak batuan induk tersingkap dengan tanamannya mayoritas pohon jati. 2. Tipe tengah

Setelah melewati zone utara, kita akan masuk pada suatu wilayah yang berupa cekungan. Artinya dari arah manapun menuju Wonosari perjalanan kita akan menuruni bukit menuju suatu basin (ledokan). Disitulah kita akan menemui perkembangan pusat-pusat perkotaan seperti daerah Karangmojo, Semanu utara, Playen hingga ke Wonosari. Teori yang menyebutkan daerah perkotaan berkembang di daerah rendah terbukti lagi. 3. Tipe selatan Zone selatan merupakan zone yang paling unik. Karena saya jarang menemukan kawasan seperti ini, dahulu waktu di Rembang Hill ada beberapa wilayah yang mirip dengan ini tapi minim, tapi ketika di Kendeng Hill saya belum menemukannya. Kawasan selatan berupa daerah yang tersusun dari gundukan-gundukan bukit yang bentuknya seperti mangkok terbalik (limestone conical hill). Ternyata inilah yang disebut pegunungan seribu (pegunungan sewu). Ya mungkin karena saking banyaknya bukit-bukit kecil menyerupai mangkok itu. Dan kita tahu sendiri orang jawa selalu menyebut sesuatu yang berjumlah banyak dengan kata sewu. Nah setelah pengamatan, saya mencari referensi untuk menjelaskan fenomena ini. Karena kata orang kita tidak boleh ngawur. Yang kemudian saya artikan bahwa berimajinasi itu sesuatu yang penting tetapi tetap perlu mereferensi pada produk imajinasi para pendahulu sebagai pertimbangan. Akhirnya saya mendapat citra sebagai berikut :

Citra Pegunungan Selatan

Keterangan : Sisi Barat adalah Gunungkidul Sisi Timur adalah Wonogiri dan Pacitan Berdasarkan citra dapat diamati sebagai berikut :

Zone selatan yang bertekstur sedang itu adalah pegunungan sewu, zone tengah yang teksturnya sangat halus adalah zone cekungan. Dan zone utara yang bertekstur sangat kasar itu adalah Kawasan Baturagung yang berupa perbukitan lipatan memanjang yang banyak mengalami patahan. Kawasan Baturagung ini dapat diibaratkan seperti kita menubrukkan dua benda. Dan daerah tubrukan inilah yang mengalami kerusakan terberat (bahasa jawanya : jebat)

Zonasi Morfologi Gunungkidul

Pembahasan : 1. Zone utara (Baturagung Range) Baturagung range memanjang dari Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, hingga Semin (kecuali bagian lembah Kali Oyo yang tergerus oleh proses fluvial). Kalau diteruskan bahkan hingga ke Wonogiri (tampak sekali ketika kita di Kota Wonogiri, bagian selatan kota seperti berdiri sebuah benteng alami). Di zone baturagung masih kita temui sungai yang bermuara ke sungai utama (Kali Oyo). Artinya daerah ini masih terjadi proses fluvial / aliran permukaan masih ada. Air tak langsung meresap ke dalan tanah melalui goa / luweng, karena tidak ditemui goa dan luweng di zone ini. Bahkan aliran permukaan kawasan ini tinggi. Karena kebanyakan solum tanahnya tipis atau langsung kebatuan induk. Banyaknya batuan induk yang tersingkap menunjukkan daerah ini masih terpengaruh proses vulkanik. Karena batuan induknya berupa batuan vulkanik tua. Sebagian lagi berupa batu gamping dan karang. Kondisi morfologi perbukitan memanjang ini seperti Perbukitan Kendeng.

Baturagung Range

2.Zone tengah (Wonosari Basin) Zone tengah berupa dataran yang merupakan pengendapan dari erosi zone utara dan selatan. Saya amati jenis batuan yang berada di Munggi, Semanu bagian utara merupakan perpaduan antara batuan gamping dan batuan karang. Artinya di zone tengah bagian selatan sangat dipengaruhi proses kartisasi selatan. Kalau zone tengah utara (Karangmojo) sangat dipengaruhi batuan baturagung, sehingga masih ditemui batuan vulkanik tua. Berdasarkan citra, basin (ledokan) di Pegunungan Selatan ada dua yaitu basin Wonosari dan Basin Baturetno (Wonogiri) yang sekarang sudah menjadi Waduk Gajah Mungkur. Daerah yang termasuk Basin Wonosari yaitu Playen, Paliyan, Wonosari, Semanu utara dan Ponjong barat. Di Basin Wonosari sudah banyak ditemui fenomena karst seperti luweng dan goa. 3. Zone selatan (The thousand hill) Zone terunik adalah zone pegunungan sewu yang sampai-sampai dibangun museum karst dunia. Kawasan ini sekarang dijadikan the world heritage (warisan dunia) yang pusatnya di Pracimantoro, Wonogiri. Fenomena karstisasi terlengkap di kawasan ini, baik berupa eksokarst seperti doline, uvala, polje, menara karst dan endokars seperti goa dan sungai bawah tanah Kawasan ini tidak memiliki aliran permukaan yang berupa sungai. Semua aliran permukaan langsung masuk ke tanah melalui luweng dan goa. Karena tak ada aliran permukaan dan air tanahnya sangat dalam, maka daerah inilah yang diidentifikasi sebagai daerah terkering di Gunungkidul yang meliputi Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo, Rongkop serta sebagian Semanu dan Ponjong.

Pegunungan Sewu

Demikian hasil studi awal saya di Gunungkidul. Saya bukan seorang ahli geologi dan geomorfologi namun hanya seorang yang belajar dari fenomena di sekitarnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya perlukan. Maka tinggalkan komentar anda di bawah ini.

Você também pode gostar