Você está na página 1de 4

Nama : Wijaya Wisnu P.

NPM : 1106051805 MPK Agama Islam A Pengertian dan Ruang Lingkup Budaya dan Seni serta Perspektif Al-Quran dan Hadits tentang Budaya dan Seni Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah. Merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan masyarakat dalam arti luas sehingga budaya meliputi segala kegiatan dan perbuatan umat manusia. Hal ini mengakibatkan kebudayaan bersifat dinamis dan bukan statis. Agama antara lain merupakan termasuk dalam sistem kebudayaan dalam masyarakat luas yaitu mengenai apa yang dianggap sempurna dan maha tahu oleh manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan paling mendasar manusia mengenai keberadaan manusia sampai keberadaan dzat yang mengatasi hidup manusia. Hal-hal yang sekiranya tidak mampu dijelaskan melalui ilmu pengetahuan dan logis menjadi sistem kepercayaan yang pada akhirnya dipegang teguh oleh umat yang mempercayainya. Adapula makna yang dipersempit dari budaya adalah budaya mengenai Agama Islam dan istilah ini disebut dengan adab. Islam telah menggariskan adabadab Islami yang mengatur etika dan norma-norma pemeluknya. Adab-adab Islami ini meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Tuntunannya turun langsung dari Allah melalui wahyu kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai teladan terbaik dalam hal etika dan adab ini. Budaya Agama Islam berkembang dengan eksekutornya adalah manusia dimana budaya adalah produk dari hasil ekspresi serta imajinasi manusia, hal ini dimulai dari awal munculnya Agama Islam sampai sekarang.

Sebelum

kedatangan

Islam,

yang

berkembang

di

tengah-tengah

masyarakat Arab ketika itu ialah budaya jahiliyah. Di antara budaya jahiliyah yang dilarang oleh Islam, misalnya tathayyur, menisbatkan hujan kepada bintangbintang, dan lain sebagainya. Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari berbagai budaya suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia. Meski beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya, seperti kebudayaan Tionghoa dan kebudayaan India. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi, ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, yakni kerajaan Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi. Budaya Islam tidak serta merta merebak dan diimplementasikan oleh umatnya di Indonesia, meski secara teori pada akhir abad 13 melalui perdagangan dan perkawinan serta jalur kerajaan-kerajaan di Indonesia. Bangsa Indonesia yang belum maju pada saat itu tentu tidak langsung menerima atau menggantikan budaya-budaya lama dari daerah masing-masing ataupun budaya agama sebelumnya seperti Hindu dan Buddha sehingga diperlukan pendekatan yang lebih seperti Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang kulit. Namun sayangnya pembelajaran akan budaya Islam yang menyeluruh belum berhasil meresap sehingga efeknya sekarang masih ada kekeliruan tafsir dan pemahaman dalam pelaksanaan budaya-budaya yang sesungguhnya menyimpang dari ajaran agama Islam seperti upacara dan ritual ritual yang sebenarnya adaptasi dari agama lain seperti Hindu-Buddha maupun produk budaya daerah. Seperti layaknya agama lain, dalam Agama Islam telah disebutkan di AlQuran dan hadits memiliki larangan dan anjuran atau yang kita bilang halal dan haram. Halal dan haram tersebut memiliki dua sumber yang pertama adalah yang

sudah tidak bisa dibantah yaitu dari sumber kitab suci sedangkan yang kedua adalah dari maslahat yang diciptakan manusia. Adapun maslahat ini diciptakan dengan maksud dan dalil, sebagaimana Rasullulah pernah bersabda bahwa apa yang kaum muslimin anggap baik maka dianggap baik pula di sisi Allah sebaliknya dengan apa yang dianggap buruk, hal ini secara dinamis menciptakan budaya yang terus berkembang dalam kehidupan umat Islam yang pada akhirnya menimbang halal dan haramnya dari analisa positif negatif. Kaum muslimin secara cermat meneliti asal usulnya, apakah budaya itu mengandung unsur yang dilarang dalam agama atau tidak sebab kita harus menjadikan syariat Islam sebagai barometernya, bukan sebaliknya. Seperti contohnya sikap hedonisme yang akhir-akhir ini bila kita amati dengan seksama melanda di hampir semua lapisan masyarakat. Dari para anggota DPR yang menganggarkan mobil dinas yang mewah, wanita-wanita yang lebih memilih pakaian bermerk terkenal yang harganya selangit, hingga para pemuda, khususnya pelajar dan mahasiswa, yang lebih hobi untuk menghabiskan waktunya di mall dibanding membaca buku-buku pengetahuan yang jauh lebih bermanfaat. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme

merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Pada awalnya hedonism merupakan hasil pemikiran para filsuf Yunani. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. Namun yang terjadi justru mencari kesenangan yang berlebih-lebihan. Jika kita telusuri, sebenarnya baik kebudayaan Indonesia maupun budaya Islam itu sendiri mengajarkan para pemeluknya untuk bersikap sederhana, tidak berlebih-lebihan. Hal ini telah jelas diterangkan dalam firman Allah Q.S Al Araaf ayat 31:

Yang artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) lebihan. Maka dari itu kita sebagai umat Islam sudah seharusnya menghindari sikap hedonism ini. Sebagai pemuda lebih baik kita manfaatkan waktu dan harta kita untuk hal-hal yang berguna, karena kita-lah yang nantinya akan menjadi pemimpin di negeri ini. Wallahu alamu bish shawaab. masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-

lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-

Daftar Pustaka:
- Hakim, Nurul. Konsep Keluarga Sakinah: Prespektif UU No.1 Thn 1974 dan PP No.10 Thn 1983. - Suryanto, SKM. Gemari hal 86-76: Optimalisasi Peran dan Fungsi Keluarga. April 2008 - Zubair, Achmad Charris. Kebudayaan dan Kesenian dalam Prespektif Islam. http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/kebudayaan.pdf, diakses pada tangal 20 April 2012 - Franz Magnis-Suseno.1987, Etika Dasar; Masalah-masalah pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. - http://tazhimussunnah.com/buletin/74-larangan-dari-sikap-berlebih-lebihan.html diakses pada tanggal 22 April 2012

Você também pode gostar