Você está na página 1de 126

PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR


NGANJUK

SKRIPSI





Oleh
Addin Arsyadana
06110206














JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2010
PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR
NGANJUK

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I.)


Oleh
Addin Arsyadana
06110206















JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2010

LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR
NGANJUK

SKRIPSI



Oleh :
Addin Arsyadana
06110206


Telah disetujui
Pada Tanggal 8 April 2010
Oleh :


Dosen Pembimbing




Hj. Rahmawati Baharudin, MA.
NIP. 1920715 200112 2001


Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam





Drs. Moh. Padil, M.Ag.
NIP. 19651205 199403 1 003

LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR
NGANJUK

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh
Addin Arsyadana (06110206)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
20 April 2010 dengan nilai .......
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
pada tanggal 20 April 2010


Panitia Ujian Tanda Tangan


Ketua Sidang
Dr. Sugeng Listyo Prabowo , M.Pd. :_____________________________
NIP.19690526 2000003 1 003


Pembimbing,
Hj. Rahmawati Baharudin, MA. :_____________________________
NIP. 1920715 200112 2001

Penguji Utama
Dr. Wahidmurni, M.Pd. :_____________________________
NIP. 19690303 200003 1 002




Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang



Dr. H. M. Zainuddin, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
MOTTO



Ajarkanlah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan
mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara lebih baik.
(Al-Quran Terjemah Q.S. An Nahl: 125)


Dengan Iman Hidup Terarah
Dengan Ilmu Hidup Menjadi Mudah
Dengan Cinta Hidup Bahagia
Dengan Seni Hidup Terasa Indah


Orang Selalu Menyalahkan Keadaan
Aku tak Percaya Akan Keadaan
Orang Yang Berhasil di Dunia
Adalah Orang Yang Bangkit
Dan Mencari Keadaan Yang Mereka Inginkan,
Dan Kalau Mereka Tak
Menemukannya,
Mereka Akan Menciptakannya


By. George Bernard Shaw

HALAMAN PERSEMBAHAN


Skripsi ini saya persembahkan untuk beliau- beliau yang telah memberilakn
ilmu kepada saya selama belajar dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi,
khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

Ayahanda tercinta (Zainul Arifin) dan ibunda tercinta (Nury Yuchana)
Yang telah mendidik dengan kasih sayang yang tak terhingga, dan yang
telah memberikan dukungan moril, materil dan juga spirituil mulai saya ada
dalam kandungan sampai menyelesaikan pendidikan di jenjang perguruan
tinggi. Dan juga tak lupa kakak tercinta Ahmad Faizal Arfi yang telah
mendorong dan memberi semamngat kepada penulis


Guru- Guruku yang mengajar mulai dari buaian sampai sekarang:
khususnya KH. Marzuki Mustamar sekeluarga, KH. Hadi Masyrury Lc.
MA. Yang dengan ikhlas mengajar kami dengan penuh kesabaran dan
memberikan teladan yang baik bagi kami. serta Dosen-Dosen UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang terutama Dosen pembimbing Hj. Rahmawati
Bahrudin, M.Ag. yang telah meluangkan waktunya di tengah-tengah
kesibukan beliau untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini

Sahabat- sahabatku dipesantren Sabilurrasyad Gasek, Malang yang selalu
memberikan semangat sampai skripsi ini dapat terselesaikan. Dan juga
sahabat- sahabatku sejurusan PAI

Sahabat- sahabatku IMAKA dan UNIOR UIN Malang kalian adalah
sahabat yang telah memberikan ilmu dan juga pengalaman baru bagi saya.
Semoga bermanfaat sampai kapanpun.

Bagi Seluruh pencari dan pecinta ilmu, yang tak pernah lelah dalam
belajar dan mengkaji. Semoga Allah mengangkat derajat kita dengan ilmu
yang kita miliki.
AMIN







Hj. Rahmawati Baharudin, MA.
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Addin Arsyadana Malang, 8 April 2010
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang

Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Addin Arsyadana
NIM : 06110206
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Penerapan Sistem Full Day School Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Di Mi Al-Qamar

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb.





Pembimbing,




Hj. Rahmawati Baharudin, MA.
NIP. 1920715 200112 2001





SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.


Malang, 8 April 2010



Addin Arsyadana






KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir
akademik yang berjudul Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang telah
membawa petunjuk kebenaran kepada seluruh umat manusia, yaitu agama islam.
Semoga kita mendapat syafaat beliau diakhirat nanti.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan
karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan karya ilmiah ini
tidak lepas dari bantuan berbagi pihak yang telah membantu secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis inginmengucapkan terima kasih
yang tidak terhingga pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan karya
ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Ayah dan Bunda tercinta yang telah banyak memberikan motivasi
baik berupa materi dan moril dengan penuh keikhlasan dan kasih
sayang. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ketulusan
beliau berdua. Dan juga kakak tercinta Ahmad Faizal Arfi yang telah
mendorong dan member semangat kepada penulis
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA. selaku dekan Fakultas Tarbiyah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Hj. Rahmawati Baharudin, MA. selaku guru pembimbing yang
dengan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
6. Teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
disini, terima kasih atas bantuannya.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan nikmat-Nya pada kita
semua. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak sempurna dan
punya bayak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan
kritikan membangun dari semua pihak sehingga karya ilmiah ini dapat lebih
sempurna.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.


Malang, April 2010

Penulis


DAFTAR TABEL
Tabel I : Data Keadaan Guru dan Karyawan di MI Al-Qamar Bagor
Tabel 2 : Data Sarana dan Prasarana di MI Al-Qamar Bagor
Tabel 3 : Jadwal Pelajaran Semester II Madrasah Ibtidaiyah (MI ) Al
Qamar Bagor Tahun Ajaran 2009/2010

Tabel 4 : Pendapat Siswa Tentang Pentingnya Full Day School Di
Terapkan Di MI Al-Qamar
Tabel 5 : Pendapat Siswa Tentang Tingkat Kebosanan Dalam Mengikuti
Full Day School Di MI Al-Qamar
Tabel 6 : Pendapat Siswa Tentang Sulit Tidaknya Siswa Dalam Menerima
Materi Pada Waktu Mengikuti Full Day School Di MI Al-Qamar
Tabel 7 : Pendapat Guru Tentang Tersampaikan Tidaknya Materi Pada
Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar
Tabel 8 : Jawaban Siswa Tentang Keaktifan Mengikuti Sholat Dzuhur Dan
Ashar Berjamaah Pada Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar
Tabel 9 : Pendapat Guru Tentang Penerapan Full Day School Di MI Al-
Qamar
Tabel 10 : Pendapat Siswa Tentang Ketepatan Guru Dalam Mengajar Pada
Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar
Tabel 11 : Pendapat Guru Tentang Penerapan Sistem Full Day School
Dapat Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di MI Al-Qamar
Tabel 12 : Daftar Perbandingan Nilai Kelas II Semester II Dan Kelas III
Semester I MI Al-Qamar

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PERSETUJUAN.......ii
LEMBAR PENGESAHAN....iii
MOTTO .....................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...................v
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING....vi
SURAT PERNYATAAN..vii
KATA PENGANTAR..viii
DAFTAR TABEL......x
DAFTAR ISI..xi
ABSTRAK...xiv
BAB I. PENDAHULUAN......1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah................5
C. Tujuan Penelitian.........6
D. Manfaat Penelitian...............6
E. Telaah Pustaka..7
F. Batasan Masalah/ istilah......8
G. Sistematika Pembahasan..............9
BAB II. KAJIAN TEORI....11
A. Full Day School....11
1. Pengertian Full Day School.....11
2. Tujuan Full Day School...13
3. Pelaksanaan Full Day School...15
4. Full Day School Dalam Perspektif Islam.19
B. Kualitas Pendidikan.....30
1. Pengertian Kualitas Pendidikan.. ....30
2. Tujuan Peningkatan Kualitas Pendidian......33
3. Ciri-ciri Pendidikan Bermutu...35
BAB III. METODE PENELITIAN ...47
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.47
B. Kehadiran Peneliti......48
C. Lokasi Penelitian...............50
D. Sumber Data......50
E. Teknik Pengumpulan Data.....52
F. Analisis Data......56
G. Pengecekan Keabsahan Temuan............58
H. Tahap-tahap Penelitian.59
BAB IV. HASIL PENELITIAN.........61
A. Latar Belakang Obyek Penelitian......61
1. Sejarah Berdirinya MI Al-Qamar....61
2. Lokasi dan Letak Geografis MI Al-Qamar..........63
3. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Qamar................64
4. Stuktur Organisasi MI Al-Qamar........65
5. Keadaan Guru dan Karyawan......66
6. Keadaan Siswa MI Al-Qamar.....69
7. Sarana dan Prasarana MI Al-Qamar.................69
8. Kegiatan Ekstrakulikuler MI Al-Qamar......70
B. Penyajian dan Analisis Data.......71
1. Penerapan Full Day School Di Madrasah Ibtidaiyah
MI Al-Qamar...............................................................................71
1. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat
Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar..................84
2. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar.........................................92
BAB V. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN.......99
A. Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar.....99
B. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat
Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar ......101
C. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar...105
BAB VI. PENUTUP.................107
D. Kesimpulan........107
E. Saran..................108
Daftar Pustaka
Lampiran- Lampiran

ABSTRAK

Arsyadana, Addin. 2010. `` Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Mi Al-Qamar Nganjuk`` Skripsi
Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Dosen pembimbing Hj. Rahmawati Baharudin, MA.


Kata kunci: Full Day School, Kualitas Pendidikan

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar
mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan
pendidikan, Proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan
dengan penerapan kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk
model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Sehubungan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan, penulis
memilih MI Al-Qamar Bagor sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan visi
misi yang mendasari sekolah ini sangat berharap siswanya menjadi generasi yang
berbudi pekerti yang luhur, dan menjadikan lembaganya menjadi lembaga yang
favorit. Oleh karena itu kepala sekolah ingin mewujudkan visi misi tersebut
dengan menerapkan sistem full day school dan bertujuan untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan siswa sehingga nantinya lembaga tersebut bisa bersaing
dengan lembaga-lembaga yang lain untuk peningkatan kualitas pendidikan
Berdasar pada informasi dan persoalan di atas, maka dalam penulisan
skripsi ini penulis mengangkat judul Penerapan sistem full day school sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan, faktor-faktor
penghambat dan pendukung pelaksanaan sistem full day school serta untuk
mengetahui apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di MI Al-Qamar
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian
dengan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan data penulis
menggunakan metode observasi, wawancara, penyebaran angket dan
dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan
pengamatan ke tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis
berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara
menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mendukung
uraian dari keadaan yang sebenarnya ada dilapangan, disini penulis sertakan
dokumentasi sebagai pelengkap dan penguat data penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan bahwasannya
upaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan sistem full day school di MI Al-
Qamar sudah berjalan dengan baik, artinya apa yang direncanakan dan
pelaksanaanya sudah sesuai dan dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari
penggunaan kurikulum 2004 yang terdiri dari empat komponen, dalam proses
belajar mengajar guru dituntut untuk menerapkan strategi pembelajaran yang
bervariasi, seperti game, setting pembelajaran yang berbeda, moving class, dan
lain-lain, kemudian dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah memacu
terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana, pengaturan penggunaan
sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak
bersifat kaku.












BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan dipandang sebagai industri yang dapat mencetak
jasa, yang dimaksud jasa disini adalah jasa pendidikan, yaitu suatu proses
pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan
manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin
baik (berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itu
pembangunan dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh
sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap
bisa maju berkembang dan dikemudian hari bisa mendapatkan pekerjaan
yang pantas.
Lewat pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat,
kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara
maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya.
Di dalam ajaran islam pendidikan sangatlah diutamakan, hal tersebut
dapat dilihat dengan ayat yang pertama kali turun dalam Al-Quran adalah
memerintahkan untuk membaca, membaca dan membaca. Ini menunjukkan
bahwa belajar atau dalam arti lain pendidikan adalah hal yang pokok bagi
setiap pribadi muslim khususnya dan manusia pada umumnya.
Firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:
_ _> _.`. _ .-, _ .l-, :( 9 )

Artinya: "Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dan
orang orang yang tidak berilmu pengetahuan(QS.Az-Zumar:9)
1

Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
_, < _ `.., >.. _ . l-l .>: : ( 11 )
Artinya: "Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari
golongan-mu semua dan orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan
hingga beberapa derajat (QS.Al-Mujadalah:11).
2

Dalam hadits Nabi yang berbunyi:

Artinya: "keutamaan orang yang berilmu diatas orang yang
beribadah itu seperti keutamaan bulan purnama diatas seluruh bintang-
bintang lainnya (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibn Hibban).
3

Dari keterangan ayat dan hadits diatas jelas bahwa orang yang
berilmu dan orang yang tidak berilmu itu berbeda, ada perbedaan derajat di
sisi Allah antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, bahkan
orang yang berilmu seperti bulan purnama diatas bintang-bintang yang
lainnya. Dan Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat.

1
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemahan, Al-hidayah, Surabaya, hlm. 459
2
Ibid hlm. 543
3
Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin,Diponegoro, Bandung, 1983,hlm:14-15.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa pendidikan merupakan
salah satu pra-syarat (indikator) sebuah peradaban. Yang menunjukkan
sesuatu peradaban itu maju atau tidak bisa dilihat dari seberapakah kualitas
dari pendidikan yang terdapat di peradaban tersebut.
Namun menangani dunia pendidikan tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan, melainkan membutuhkan usaha keras dan sungguh-sungguh
dalam rangka memanusiakan manusia melalui berbagai strategi, kreatifitas
maupun inovasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Di dalam proses pendidikan ada sebuah tujuan mulia, yaitu
penanaman nilai yang di lakukan oleh pendidik terhadap peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu : sebagai mana termuat dalam
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap,
kreatif dan mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. "
Berdasarkan UU tersebut, salah satu ciri manusia yang berkualitas
ialah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia.
Dengan demikian, ciri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah
ketangguhan dalam iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, banyak sekali usaha-usaha yang
dilakukan lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta dengan menerapkan
system atau kurikulum yang dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Salah satu diantaranya adalah sistem full day school.
Banyak bermunculan sekolah sekolah yang mengoptimalkan waktu
pembelajaran di sekolah, hal tersebut di karenakan
1. Kurang baiknya lingkungan masyarakat yang menuntut orang
tua harus selalu megawasi anak anaknya karena di kahawatiran
akan ikut dalam pergaulan yang kurang baik
2. Kurang adanya waktu yang disediakan orang tua untuk
menemani anaknya di karenakan adanya tuntutan pekerjaan,
sosial atau apapun yang menyibukkan orang tua.
3. Kecenderungan anak apabila di rumah, hanya bermain dan
malas untuk belajar.
4

Maka untuk mengatasi hal tersebut, inisiatif yang dilkukan lembaga
pendidikan dengan menerapkan system full day school. Di mana dalam full
day school proses pembelajarannya tidak hanya bersifat formal, tetapi juga
banyak suasana yang bersifat informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa
dan membutuhkan kreativitas dan inovasi bagi guru
Dengan adanya sistem semacam ini, lamanya waktu pembelajaran
tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan
untuk waktu-waktu informal.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lembaga pendidikan yang
walaupun baru menerapkan sistem full day school tetapi terdapat inovasi-

4
Nurani, Untung Rugi Full Day School, edisi 221, 2005, hlm:22
inovasi yang menarik dalam sekolah tersebut. Pertama, sekolah tersebut
terdapat di pedesaan dengan menggunakan sistem full day school, Yang mana
pada umumnya penerapan full day school itu kebanyakan terdapat di daerah
perkotaan. Selain itu sekolahan tersebut juga mengoptimalkan penerapan
system full day school dengan mengkolaborasikan antara kurikulum Depag
dengan kurikulum buatan sendiri yaitu dengan menambah jadwal-jadwal
yang bersifat keagamaan, seperti mengaji, sholat berjamaah, latihan
berpidato dll.
Kedua, menurut peneliti berdasarkan pantauan dan hasil wawancara
dengan guru di MI (Madrasah Ibtidaiyah) tersebut setelah di diterapkannya
sistem full day school di sekolah tersebut dengan berbagai inovasi-inovasi
yang dilakukan, banyak warga masyarakat yang ingin mendaftar di sekolah
tersebut, hal itu dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang masuk dari tahun
ketahun, walaupun ada penurunan pada tahun-tahun tertentu. tahun
2005/2006 berjumlah 7 siswa, tahun 2006/2007 ada penurunan menjadi 6
siswa, tahun 2007/2008 berjumlah 18 siswa, tahun 2008/2009 berjumlah 14
siswa, tahun 2010/2011 berjumlah 24 siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong untuk
melakukan penelitian tentang PENERAPAN SISTEM FULL DAY
SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK


B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana penerapan sistem full day school di Madrasah
Ibtidaiyah ( MI ) Al-Qamar ?
2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar ?
3) Apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan
kualitas pendidikan di MI Al-Qamar?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian
ini diantaranya sebagai berikut:
1) Mengetahui bagaimana penerapan sistem full day school pada MI
Al-Qamar
2) Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar
3) Mengetahui apakah penerapan sistem full day school dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konstruktif
terhadap lembaga pendidikan terutama pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Qamar
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Adapun secara detail,
kegunaan tersebut diantaranya :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini paling tidak dapat menambah pengalaman serta khazanah
pemikiran baru berkaitan dengan sistem full day school
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap
pengembangan kurikulum khususnya di madrasah ibtidaiyah Al-Qamar
dan umumnya kepada marasah-madrasah yang lain. sehingga diharapkan
madrasah mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain (non-
madrasah) baik dari input, proses maupun out put pendidikan madrasah.
3. Bagi Kepala Madrasah
Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam implementasi ataupun model
pengembangan full day school di MI Al- Qamar
E. Telaah Pustaka
Dalam telaah pustaka ini, penulis menemukan literatur yang di ambil
dari skripsi terdahulu, yang dirasa penulis pembahasan skripsi tersebut ada
hubungannya dengan skripsi penulis, yaitu skripsi yang di tulis oleh saudari Ai
Nurhayati pada tahun 2005 dengan judul Penerapan full day school untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTsN Malang I.
5

Berdasarkan telaah yang dilakukan penulis, yang melatar belakangi
penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini adalah kurang semangatnya
belajar siswa
Kalau dilihat dari latar belakang penulisan skripsi saudari Ai
Nurhayati ini sangatlah berbeda dengan apa yang akan penulis teliti saat ini.

5
Nurhayati, Ai, Penerapan full day school untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di MTsN
Malang 1, 2005
Kalau saudara Ai Nurhayati berangkat dari permasalahan upaya untuk
mengatasi siswa yang kurang semangat dalam belajar yang mana dalam
skripsi di atas dapat diatasi dengan penerapan system full day school,
sedangkan penulis berangkat dari latar belakang penyelidikan system full day
school itu sendiri, apakah system full day school dapat meningkatkat kualitas
pendidikan, ataukah sebaliknya.
Oleh sebab itu penelitian ini sangat bertolak belakang dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Dan penulis berniat agar
tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang penulis jelaskan dalam
pembahasan latar belakang di atas, maka penulis mencoba melakukan
penelitian dengan berorientasi pada tema sistem full day school sebagai suatu
tawaran bentuk kurikulum pendidikan yang layak di terapkan di lembaga-
lembaga pendidikan.
F. Batasan Masalah
Karena luasnya masalah yang dapat dijadikan bahan penelitan, maka
penulis membatasi masalah sebagai berukut:
1. Pengertian istilah.
Agar dapat dipahami dengan jelas judul skripsi ini yaitu Penerapan
Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk maka terlebih dahulu perlu dijelaskan
istilah yang terdapat dalam judul tersebut, antara lain:
a. Full Day School adalah Sekolah sepanjang hari,

maksudnya adalah proses
sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan
dari pagi sampai sore hari.
b. Kualitas adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik dari pada
yang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah dari generasi
ke generasi serta bervariasi dengan aspek aktifitas manusia. Kalau di tarik
dalam konteks pendidikan, yang di maksud dengan kualitas di sini adalah
mengacu pada proses pendidikan dan hasil belajar
c. Lapangan (Scope) Penelitian
Penelitian ini obyeknya adalah sebuah lembaga pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor. Yang mana peneliti akan
mengobservasi tentang pelaksanaan sistem full day school yang di
terapkan disana, faktor-faktor penghambat dan pendung, serta apakah
dengan diterapkannya full day school di MI Al-Qamar tersebut dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini penulis menyusun secara sistematis,
disusun secara teratur, mudah dan jelas untuk itulah skripsi ini dibagi menjadi
enam bab yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan yang dibahas adalah latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
pembahasan.
Bab II : Pada bab ini merupakan pembahasan tentang Full Day School
yang meliputi: Pengertian Full Day School, tujuan Full Day
School, Full Day School dalam prespektif Islam, Metode
yang digunakan dalam Full day school, Pelaksanaan full day
school, pengertian kualitas pendidikan, Macsam-macam
upaya dalam meninkatkan kualitas pendidikan, penerapan full
day school dalam meningkatkan kualitas pendidikan, faktor
pendukukng dan penghambat full day school dalam
meningkatkan kualitas pendidikan
Bab III : Pada bab ini merupakan Metode penelitian yang memuat
tentang desain penelitian, lokasi dan subyek penlitian,
instrument penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan data, tahap-
tahap penelitian.
Bab IV : Pada bab ini merupakan Laporan hasil penelitian atau
penyajian serta analisis data yang diambil dari realita-realita
objek berdasarkan penelitian yang dilakukan di MI Al-
Qamar. dari sini penulis dapat mengaplikasikan data-data
dalam rangka mengambil kesimpulan penyajian.
Bab V : Pada bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang
mana merupakan pencocokan antara hasil dari penelitian
dengan teori yang ada

Bab VI : Pada bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi atau
hasil akhir yang mencakup kesimpulan dan saran.










BAB II
KAJIAN TEORI

A. Full Day School
1. Pengertian Full Day School
Full day School berasal dari bahasa inggris, full artinya penuh, day
artinya hari, sedangkan school artinya sekolah. Full day school berarti sekolah
sepanjang hari.
6
Full day school adalah proses sekolah sepanjang hari atau
proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi sampai sore hari.
Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah
lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot
pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya.

Sedang waktunya
digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal,
tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan
inovasi dari guru. Dalam hal ini, Syukur berpatokan dalam hal penelitian yang
mengatakan bahwa waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga
sampai empat jam sehari ( dalam suasana formal ) dan tujuh sampai delapan
jam ( dalam suasana informal )
7

Dalam full day school, pelajaran yang dianggap sulit diletakkan di
awal masuk sekolah dan pelajaran yang cukup mudah diletakkan pada sore
hari. Karena pada saat sore hari, siswa lebih segar dan bersemangat, dengan
demikian pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa akan mudah di cerna

6
Peter Salim, Advanced English-Indonesia Dictonary, Modern Englis Press, Jakarta. 1988, hal:
340.
7
Basuki, Syukur. Fullday School Harus Proporsional Sesuai Jenis Dan Jenjang Sekolah.
(http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id)
karena menerimanya dalam keadaan otak masih segar, namun jika dalam sore
hari, siswa akan merasa lemas dan tidak bersemangat karena sudah
beraktvitas seharian, hal itu akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis
siswa, karena itulah biasanya dalam penerapaan full day school di terapkan
dengan istirahat dua jam sekali.
8

Dengan adanya sistem full day school ini lamanya waktu
pembelajaran tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya
digunakan untuk waktu-waktu informal. Dan pada sistem ini banyak pola dan
metode dalam proses belajar dan mengajarnya, sistem pembelajarannya tidak
top down atau monologis karena dengan metode seperti ini, maka yang terjadi
guru mengajar dan murid diajar, guru mengetahui segalanya dan murid tidak
mengetahui apa-apa, guru membacakan dan murid mendengarkan, atau
konsep seperti itu menurut Paulo Freire adalah banking concept education,
guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek belaka.
9

Disisi lain dalam sistem full day school ini, menggunakan metode
pengajaran dialogis emansipatoris yang mana konsep ini menawarkan
pengajaran yang memposisikan siswa sebagai subyek yang dominan dalam
proses belajar mengajar, guru sebagai fasilitator dan memberikan stimulus
bagi siswa terhadap mata pelajaran untuk dibahas dan diperdalam oleh siswa

8
Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Quantum Teaching (Mempraktekan
Quantum Teaching Di Ruang Kelas-Kelas), Kaifa, Bandung, 2004, hlm: 4.
9
Moch, Ikromi, Pengembangan Manajemen Sistem Pendidikan,. Tesis Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang, 2005, halaman 54
dengan sendirinya akan menumbuhkan budaya diskusi dan dialog, sehingga
dengan lanmanya belajar siswa tidak menjadi jenuh.
10

Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak
keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga
merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset
mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara
akademik dan sosial dengan adanya full day school.
11
Cryan dan Others dalam
risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan
anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu
terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka
juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang
lebih positif, karena tidk ada waktu luang untuk melakukan penyipangan-
penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam
pengawasan guru.
12

2. Tujuan Full Day School
Kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat
dilihat dari berbagai media masa dan koran-koran yang di dalamnya tak
jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang di lakukan oleh
kaum pelajar, seperti adanya seks bebas, minum-minuman keras, konsumsi
obat-obat terlarang dan sebagainya. Hal ini karena tidak adanya kontrol dari
guru terutama dari orang tua, dan hal ini di sebabkan karena banyaknya waktu

10
Ibid
11
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman
168
12
Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07
luang sepulang sekolah, dan waktu luang itu di gunakan untuk hal-hal yang
kurang bermanfaat.
13

Berikut ini, beberapa alasan mengapa sekolahan menerapkan sistem
full day school :
1. Meningkatnya jumlah single parent dan banyaknya aktivitas orang
tua (parent carier) yang kurang memvberikan perhatian pada
anaknya terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak-anak
sepulang dari sekolah.
2. Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat kita, dari
masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan
tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir masyarakat kita.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat, sehingga
apabila tidak di cermati, kita akan menjadi korbannya, terutama
dari teknologi komunikasi. Dengan banyaknya progran televisi
serta menjamurnya play stasion (ps) membuat anak-anak lebih
enjoi untuk duduk di depan televisi ataupun play stasion.
14

Adanya perubahan perubahan di atas merupakan suatu signal
penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya, dari kondisi seperti itu
akhirnya para praktisi pendidikan berfikir keras untuk merumuskan suatu
paradigma baru dalam pendidikan. dalam rangka memaksimalkan waktu
luang anak-anak agar lebih berguna, maka di terapkanlah sistem full day
school

13
Muhaimin, Op Cit, hlm. 168
14
Surtanti Tritonegoro, Anak Super Normal dan Pendidikannya, Bina Aksara, Jakarta, 1989,
hlm:23.
3. Pelaksanaan Full Day School
Semula pelaksanaan full day school dikhawatirkan sulit masuk dalam
masyarakat dalam artian masyarakat sulit menerima model tersebut terutama
siswa. Hal ini dapat di anggap memberatkan mereka karena berada dalam
lingkungan sekolah sehari penuh.
Konsep yang digunakan dalam pelaksanaan full day school adalah
untuk pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran yaitu mengembangkan
kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah, yaitu : kognitif,
psikomotorik dan afektif.
Full day school dilaksanakan di luar kelas dan juga ada permainan
tetapi masih tetap mengandung unsur belajar, permainan yang di berikan
dalam sistem full day school masih mengandung arti pendidikan, yang artinya
bermain sambil belajar. Sebisa mungkin diciptakan suasana yang rekreatif
dalam pembelajarannya, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani meski
seharian berada di dalam sekolah. Menurut Syukur dalam penerapan full day
school menghubungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di
sekolah selama lima hari perminggu.
15

Selain itu penerapan sistem full day school harus memperhatikan juga
jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh
komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita
ketahui bahwa di Indonesia jenjang formal di bagi menjadi :
1. TK di peruntukan bagi anak usia 4-6 tahun

15
Syukur Basuki, loc. cit
2. SD/MI di peruntukan bagi anak usia 7-12 tahun
3. SMP/MTsN di peruntukan bagi anak usia 13-15 tahun
4. SMA/MAN di peruntukan bagi anak usia 15 18 tahun
16

Kemudian jika dilihat dari pengelolaannya maka ada sekolah yang di
kelola oleh Depdiknas dan sekolah yang dikelola oleh Departemen Agama
seperti Salafiyah, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyyah, Madrasah
Aliyah. Sekolah sekolah ini jelas mempunyai ciri ciri yang berbeda
dengan sekolahan yang di kelola oleh Diknas, antara lain pada prosentase
muatan pendidikan agama serta kultur di sekolah.
Selain itu jika dilihat dari jenis sekolah maka dikenal ada sekolah
umum dan sekolah kejuruan (vocaional), seperti MAK (Madrasah Aliyah
Kejuruan) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), yang masing masing
juga memiliki ciri khas, misi, tuntutan dan iklim yang berbeda satu sama lain.
Jika di lihat dari tingkatan life skill maka pada setiap jenjang dan jenis
sekolah tentu berbeda orientasinya. Pada jenjang usia dini sampai taman
kanak-kanak bertujuan membentuk pribadi anak untuk mengenal dirinya
(Who am I) yang selanjutnya di sebut personal skill, kemudian pada tingkatan
sekolah dasar dan menengah pertama bertujuan untuk memvbentuk pribadi
yang mampu mengenal potensi diri dan lingkungannya (Social Skill),
sedangkan pada sekolah menengah atas (SMA) adalah membentuk pribadi
yang mmiliki kecerdasan intelektual, pengetahuan dan lain sebagainya

16
Ibid
(Academic skill), serta un tuk sekolah menengah kejuruan (SMK) tuntutannya
adalah pada keterampilan kejuruan (vicasional skill)
Atas dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan diatas, maka sudah
seharusnya penerapan konsep full day school memperhatikan perbedaan-
perbedaan tersebut. Anak anak usia SD dan SMP adalah usia usia dimana
porsi bermain tentu lebih banyak daripada belajar. Maka bermain sambil
belajar akan sangat cocok bagi mereka. Jang sampai konsep full day school
merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa dimana mereka harus
belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang tua,
berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi dengan
lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Jangan sampai dengan penerapan
sistem full day school menjadikan mereka tidak mengenal anak-anak yang
sebaya dengannya di sekitar rumahnya. Akan sangat salah jika waktu di
sekolah dihabiskan penuh untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya
intrakulikuler, dimana anak harus belajar denagn menerima penjelasan-
penjelasan, mengerjakan tugas-tugas dari dang guru di dalam kelas, di dalam
laboratorium, di perpustakaan dan tempat lain di sekolah yang sebenarnya
sangat tidak kondusif untuk kegiatan anak bermain dan belajar.
Dalam penerapan full day school sebagian waktunya harus digunakan
untuk program program pembelajaran yang suasananya informal, tidak
kaku, menyenagkan bagi siswa, yang tentunya ini memerlukan kreatifitas dan
inovasi dari seorang guru.
Penerapan konsep full day school tentunya berbeda lagi untuk jenjang
menengah atas (SMA) dan tentu akan sangat berbeda lagi untuk yang berjenis
sekolah kejuruan (SMK). Siswa SMA dituntut untuk memiliki academic skill,
maka full day school harus banyak digunakan untuk mengeksplorasi atau
membuktikan teori-teori yang telah mereka pelajari, sehingga mereka akan
memiliki tingkat pengetahuan akademik yang tinggidan siap untuk memasuki
jenjang pendidikan tinggi.
17

Sesuai dengan apa yang dipaparkan di atas, jadi penerapan full day
school di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama lebih baiknya belajar
sambil bermain, karena dengan metode belajar sambil bermain siswa tidak
akan jenuh berada seharian penuh di sekolah, mereka akan meniknikmati
semua pelajaran yang diberikan guru.
Menurut teori belajar Natural unfoldmen/self actualization dari
Maslow, bahwa belajar itu berpusat pada kehendak, kesadaran dan aktifitas
peserta didik serta minat yang cukup darinya. Jadi menurut teori tersebut
belajar tidak lepas dari timbulnya situasi dari dalam diri peserta didik,
keinginan dan hasrat dari dalam merupakan pokok terjadinya apa yang
dinamakan belajar yang membawa keberhasilan. Masalah minat dan
keberhasilan peserta didik merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses
belajar mengajar.
18

Siswa yang sekolah di full day school di harapkan mempunyai minat
yang besar untuk belajar lebih giat dan meningkatkan prestasinya. Karena itu

17
Ibid..
18
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Dan Mengajar, ( Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak
Bangsa, 1996 ), halaman 23
di butuhkan dorongan-dorongan dari dalam diri atau lingkungan siswa agar
memunculkan keinginan dan hasrat siswa untuk belajar.
4. Full Day School Dalam Prespektif Islam
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tentang full day
school dalam pandangan Islam. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
bahwa tujuan full day school adalah pembentukan akhlak dan akidah untuk
meningkatkan nilai-nilai yang positif dan memberikan dasar yang kuat untuk
mengembangkan dan meningkatkan inteligence quotient, emotional quotient
dan lain-lain. Akan tetapi untuk lebih difahami lagi tentang full day school
dalam pandangan Islam. Sebelumnya penulis akan memaparkan terlebih
dahulu tentang pengertian dan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
19
Muhammad Amin sependapat, bahwa
pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang
dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi
anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang
diberikan dengan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani
maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa.
20

Selanjutnya definisi pendidikan Islam, menurut Muhaimin, pendidikan
islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-

19
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT . Al-Maarif, Bandung, 1989,
hlm: 19.
20
ibid
nilai pada anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi
fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala
aspeknya. Kemudian menurut Miqdad yang dikutif oleh Ismail mengatakan
bahwa pendidikan Islam adalah sebagai proses seorang muslim secara
sempurna dalam semua aspek kepribadiannya pada semua fase
pertumbuhannya untuk menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat sesuai
dengan prinsip dan nilai-nilai Islam.
21

Kemudian dalam seminar pendidikan islam se-dunia pada tahun 1980
di Islamabad merumuskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut:
pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari
pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal,
pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indra. Oleh karena itu pendidikan
Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik
sepiritualnya, intelektualnya, imajinasinya (fantasi), jasmaniahnya,
keilmiahannya, maupun bahasanya, baik secara individual maupun kelompok,
serta mendorong aspek-aspek tersebut kearah kebaikan dan kearah pencapaian
kesempurnaan hidup.
22

Selanjutnya menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy sebagaimana
yang dikutif oleh Ramayulis bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air,
tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya,
manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan tulisan.

21
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Dan Mengajar, ( Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak
Bangsa, 1996 ), halaman 23
22
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1987, hlm: 2.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah merupakan salah satu proses pembentukkan dan menumbuh
kembangkan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia menuju
kesempurnaan hidup di dunia dan bekal untuk di akhirat.
Dengan demikian pendidikan Islam telah memberikan gambaran yang
jelas akan tujuan yang ingin di capai atau sesuatu yang diharapkan oleh
pendidikan Islam sebagai usaha yang disengaja dan sistematis yakni
terbentuknya kepribadian yang utama yang dilaksanakan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani maupun rohani anak didik sehingga
dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya di muka bumi sebagai khalifah
fil ardhi.
Secara umum tujuan pendidikan Islam terbagi kedalam 4 (empat) hal
diantaranya: pertama, tujuan umum, tujuan umum adalah tujuan yang akan
dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran maupun
dengan cara lain. Kedua, tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan
yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu
yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Ketiga, tujuan akhir. Tujuan
akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusi yang
sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya, keempat, tujuan
oprasional. Tujuan oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
Untuk dapat lebih dipahami tentang tujuan-tujuan tersebut, maka para
ulama muslim akan menjelaskan lebih mendalam, menurut persinya masing-
masing. Diantara ulama-ulama muslim tersebut diantaranya yaitu:
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah untuk membentuk kepribadian sebagai khallifah Allah SWT atau
sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan
akhir. Kemudian tujuan pendidikan Islam menurutnya dibagi kedalam tiga
kelompok sifat manusia yaitu: Tubuh, ruh, dan akal yang masing-masing
harus dijaga. Berdasarkan hal tersebut tujuan pendidikan Islam dapat
dikelasifikasikan kepada empat hal diantaranya:
a. Tujuan Pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyah)
Sebagaimana dalam sabda Nabi SAW yang berbunyi:
: )(
Artinya: orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah
ketimbang orang mukmin yang lemah (HR. Imam Muslim).
23

Kemudian Imam Nawawi menafsirkan hadis di atas sebagai kekuatan
iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian
pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan
kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya
ke perkasaan tubuh yang sehat. Jadi pendidikan Islam dalam hal ini harus
mengacu kepada fakta-fakta yang relevan bagi para pelajar mengenai
pendidikan jasmani.

23
Al-Basyuni, Syarah Hadits, Trigenda Karya, Bandung, 1994, hlm:326.
b. Tujuan Pendidikan Rohani (al-ahdaf al-ruhaniyyah)
Menurut Said Hawa, asal usul ruh pada dasarnya mengakui adanya
Allah SWT dan menerima kesaksian dan pengabdian kepada-Nya. Namun
faktor-faktor lingkungan dapat mengubah sifat yang asli tersebut. Ini berarti
ada kemungkinan ruh bisa menyimpang dari kebenaran. Dengan demikian
tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh
tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka pendidikan Islam menurut
Muhammad Qutb ialah meletakkan dasar-dasar yang harus memberi petunjuk
agar manusia memelihara kontaknya yang terus menerus dengan Allah SWT.
c. Tujuan Pendidikan Akal (al-ahdaf al-aqliyah)
Tujuan ini mengarah kepada perkembangan inteligensi yang
mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan
kebenaran yang sebenar-benarnya. Untuk itu pendidikan yang dapat
membantu tercapainya tujuan akal harus didukung dengan bukti-bukti yang
memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Dengan demikian
tujuan pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi daya dorong
menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi
kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada
dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan
saja, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan. Akan
tetapi pendidikan Islam menitik beratkan kepada proses intelektualitas dan
pemahaman serta pengaplikasian terhadap ilmu yang telah diperolehnya juga.

d. Tujuan Sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah)
Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitik
beratkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar
manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-
sama dengan cita-cita yang ada padanya. Dengan demikian keharmonisan
menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan
Islam. Dengan demikian tujuan akhir pendidikan Islam versi Abdurrahman
adalah mewujudkan manusia ideal sebagai abid Allah atau ibad Allah, yang
tunduk secara total kepada Allah SWT.
Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana yang dikutif oleh Fatiyah Hasan
Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan
kedalam dua hal diantaranya:
a. Membentuk insan sempurna yang pada akhirnya dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Membentuk insan sempurna untuk memperoleh kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kedua tujuan tersebut dapat difahami bahwa tujuan pendidikan
versi al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah
SWT) sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat
duniawi. Karena itu al-Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam sistem
pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Namun dunia hanya
dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat yang
lebih utama dan kekal. Adapun kutipan pemikiran al-Ghazali tentang dunia ini
yaitu: Dunia adalah alat perkembangan untuk kehidupan akhirat, sebagai alat
untuk mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentunya bagi yang
menganggap sebagai alat dan tempat tinggal sementara, bukan bagi orang
yang menganggap sebagai tempat untuk selamanya.
Dalam Al-Quran banyak ayat yang menyatakan agar manusia tidak
terlena dengan kehidupan dunia, sementara akhirat adalah tempat kembali
yang kekal. Firman Allah SWT yang berbunyi:
_, `.. :,>l !,..l _ :> ,> _., _
Artinya: Tetapi kamu (orangorang kafir) memilih kehidupan duniawi.
Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al-
Ala:16-17)
24

Namun demikian akhirat oriented juga bukanlah sikap yang sejalan
dengan ajaran Al-Quran. Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah
sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu al-Ghazali
menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan
kebahagiaan anak didik baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana yang
tercantum dalam firman Allah SW yang berbunyi:
_., !., ., < :> .. ,,,.. _. !,..l _.>
!. _.> < ,l| _,. :!.l _ _ | < > _...l __
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

24
Departemen Agama, Op Cit, hlm: 1052.
kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash: 77)
25

Kemudian dari ayat di atas Ibn Khaldun terinspiransi untuk
merumuskan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana yang dikutip oleh
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, kedalam dua hal diantaranya yaitu:
a. Tujuan yang berorientasi akhirat, yaitu membentuk hamba-hamba
Allah yang dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada
Allah.
b. Tujuan yang berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia-manusia
yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak
dan bermanfaat bagi orang lain.
Menurut M. Djunaidi Ghany tujuan pendidikan Islam sebagaimana
yang dikutip oleh Zainuddin dkk adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna. Diantaranya:
1. Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan
badan serta pikiran anak didik.
2. Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin.
3. Sebagai anggota masyarakat, anak harus dapat memiliki
tanggung jawab sebagai warga Negara.

25
Ibid, hlm: 623.
4. Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif serta
cinta akan kerja.
b. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa
kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.
c. Mengembangkan inteligensi anak secara efektif agar mereka siap
untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang.
Menutur Hasan Langgulung menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan
pendidikan adalah untuk menjawab persoalan untuk apa kita hidup?
Dalam hal ini Islam telah memberikan jawaban yang tegas, seperti dalam
firman Allah SWT yang berbunyi:
!. 1l> _>' _. | .,-,l __
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku (QS. Az-Zariyat: 56)
26

Dalam hal ini Hasan Langgulung mengutif dari pendapat Al-Attas.
Beliau menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim sama artinya
dengan doa yang selalu dibaca dalam sholat yang berbunyi:
| _.. _>. _!,>: .!.. < , _,..-l __
Artinya : (Wahai Tuhanku), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku semuanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam
(QS. Al-Anam: 162)
27


26
Ibid, hlm: 862.
27
Ibid, hlm: 216
Jadi tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan
Islam sepanjang sejarah; semenjak zaman Nabi SAW, hingga akhir zaman.
28

Ahmad Tafsir mengklasifikasikan tujuan pendidikan Islam kedalam
tiga kategori diantaranya: pertama, tujuan yang berkaitan dengan individu,
mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani, dan
rohani serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di
dunia dan akhirat. kedua, tujuan yang berkaitan dengan masyarakat
mencangkup tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat dan pengkayaan pengalaman masyarakat. ketiga, tujuan
professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,
seni, profesi dan aktivitas diantara aktivitas-aktivitas masyarakat.
29

Sebagaimana yang telah dijelaskankan di atas tentang tujuan
pendidikan Islam, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan
Islam tersebut terfokus kepada dua hal yaitu: pertama, terbentuknya
kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang
diwajibkan menyembah kepada-Nya. Melalui kesadaran inilah pada akhirnya
ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat
tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga ia hidup dalam
keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman. Kedua,
terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di
muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-

28
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Ciputat Peres, Jakarta, 2002, hlm:18-
26.
29
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001,
hlm: 49.
hari. Melalui kesadaran inilah seseorang akan termotivasi untuk
mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia,
mengelola lingkungannya dengan baik dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya
ia akan mampu memimpin diri dan keluarganya
Dari keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa full day
school sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Karena tujuan full day
school sendiri, tidak jauh beda dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri, yaitu
untuk pendidikan akhlak dan akidah peserta didik, agar mereka dapat
merealisasikan ilmu yang mereka dapatkan dari bangku sekolahnya kedalam
kehidupan sehari-hari.
Adapun contoh pendidikan Islam yang menggunakan sistem full day
school yaitu pondok pesantren. Salah satunya adalah pondok pesantren
Amanatul Ummah yang berlokasi di Siwalankerto Wonocolo Surabaya.
Dipondok ini seluru siswanya ditempatkan diasrama, dengan maksud agar
seluruh Aktivitas yang dilakukan oleh siswa/anak didik dapat terpantau
dengan seksama. Aktivitas di Pondok pesantren ini dimulai pada pukul 03.00-
21.30 WIB. Pada pukul 03.00. peserta didik melakukan shalat tahajud dan
shalat hajat, diteruskan dengan shalat subuh. Kemudian tahfizul Quran
efektif, pelajaran kitab-kitab muadalah diteruskan dengan sarapan dan
persiapan sekolah. Selanjutnya Pada pukul 07.15-12.45 WIB aktivitas belajar
mengajar berlangsung, akan tetapi sebelumnya mereka mengadakan upacara,
olah raga dan lain-lain. Pada pukul 13.45-15.30 WIB, peserta didik istirahat,
begitu masuk waktu shalat ashar tiba mereka diwajibkan untuk melaksanakan
sholat ashar berjamaah, setelah itu mereka kembali melakukan aktivitas
belajar mengajar. Dilanjutkan dengan shalat maghrib sampai shalat isya,
setelah shalat isya selesai, santri makan malam dilanjutkan dengan belajar
bersama untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para asatidz.
Tepat pukul 21.30. santri diwajibkan istirahat sampai pukul 03.00.
30

B. Kualitas Pendidikan
1. Pengertian Kualitas Pendidikan
Dalam kerangka umum kualitas mengandung makna derajat
(tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa
barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam
konteks pendidikan, pengertian kualitas dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan.
Kualitas adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik
dari pada yang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah
dari generasi ke generasi serta berfariasi dengan aspek aktifitas manusia.
31

Dalam proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input,
seperti bahan ajar (kognitif, afektif, psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan

30
Nurani, Baity Jannati Duni Santri, edisi 245, 2005, hlm: 23.
31
James, Stoner, Edward Freman, Daniel R Gilbert. Manajemen Jilid I, Jakarta: PT.
Prenhallindo, 1996, hal. 210

berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam
interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung dikelas maupun diluar kelas, baik konteks kurikuler mapun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun
yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses
pembelajaran.
Kualitas dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada hasil
atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu
(apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10
tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement)
dapat berupa hasil test kemampuan akademis misalnya ulangan umum,
Ebta atau Ebtanas. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti prestasi
disuatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu
misalnya: komputer, beragam jenis tekhnik, jasa. Bahkan prestasi
sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible)
seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan lain
sebagainya.
32

Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga dengan sekolah
yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah
yang efektif dan sekolah unggul.
Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem

32
Umaedi. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan Menengah
dan Umum, April 1999, hal. 4


pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi
proses pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan
nilai tumbuh dan faktor-faktor input agar menghasilkan output yang
setinggi-tingginya.
Jadi pendi di kan yang berkual i t as i tu adal ah pendi dikan
yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar
untuk belajar sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor
dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-
sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan
kondusif.
Sekolah yang unggul dan berkualitas itu adalah sekolah yang mampu
menghantarkan siswa-siswinya yang berkemampuan biasa bahkan
rendah menjadi siswa yang mampu bersaing dengan siswa sekolah lain.
Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik
dan kuat.
33
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi
sekarang dan masa yang akan datang.
Kemampuan lembaga pendidikan dalam membudayakan sumber-
sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal
mungkin, sehingga output-nya memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan adalah

33
Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No 142 / Juli 1998,
hal.39

kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam
memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan
kualitas lulusannya sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui
proses pendidikan yang efektif.
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang bermutu yaitu lulusan yang memiliki
prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor
pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab, berbagai
tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik dimasa sekarang
ataupun dimasa yang akan datang
2. Tujuan Peningkatan Kualitas Pendidikan
Apa yang disebut dengan pendidikan yang berkualitas?
pertanyaan yang cukup sederhana tetapi sulit untuk dijawab: Suatu
pendidikan berkualitas tergantung pada tujuan yang akan dilakukan dengan
pendidikan. Misalnya sebuah pendidikan berkualitas akan berbeda
tergantung pada apakah kita ingin mendapatkan posisi manajemen dalam
bisnis kecil atau gelar Ph.D. dalam filosofi.
Menetapkan tujuan pendidikan bermutu tergantung pada kepentingan
yang anda miliki dalam institusi yang memberikan pendidikan, di samping
itu definisi untuk pendidikan berkualitas harus mengakui bahwa pendidikan
apapun termasuk dalam suatu sistem. Mutu dalam beberapa bagian dari
sistem mungkin baik, tetapi mutu lebih jelek yang ada dibagian lain dari
sistem mungkin masih menyebabkan kurangnya kualitas pendidikan secara
keseluruhan dari pendidikan.
34

Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis
dengan tujuan:
1. Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
2 . Me mpe r ol e h ma s u ka n a ga r kons e p ma na j e me n
i ni da pa t diimplementasikan dengan mudah dan sesuai
dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memilki
keragaman cultural, sosio-ekonomi masyarakat dan
kompelksitas geografisnya.
3. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya
masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap
pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
4. Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berfikir
mengenai peningkatan mutu pendidikan atau pada sekolah
masing-masing.
5. Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta
secara aktif dan dinamis dalam inensukseskan mutu pendidikan
6. Memotifasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam
mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan
masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam

34
James Stoner, Edward Frernan, Daniel R. Gilbert, Manajemen Jilid I, Jakarta: PT.
Prenhallindo, 1996, hal. 209

proses pembangunan tersebut.
7. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan
merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat,
dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus
menerus) pada tataran sekolah.
8. Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap
sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu
yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun dst, sehingga tercapai
misi sekolah kedepan.
35

Peningkatan mutu atau kuaitas bertujuan untuk mendirikan
atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan
dan sumber daya untuk meningkatkan mutu pendidikan atau sekolah.
36

3. Ciri-Ciri Pendidikan Bermutu
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan
alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada
kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori
effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses
pendidikan. Beberapa indikator yang menunjuk karakter dari konsep
manalemen ini adalah
1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib

35
Umaedi, Perkembangan Sekolah, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan, April
1999, hal. 3
36
Umaedi, Manajemen Peniingkatan Mutu Pendidikan, Malang: Jurnal
Administrasi Pendidikan, FKIP UM 2000

2. Sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai.
3. Sekolah memilki kepemimpinan yang kuat
4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala seklah,
guru dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi
5. Adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai
tuntutan IPTEK
6. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap
berbagai aspek akadmi k dan admi ni st rat i ve, dan
pemanfaat an hasi l nya unt uk penyempurnaan / perbaikan
mutu.
7. Adanya komuni kas i dan dukungan i nt ens i f dar i
or ang t ua murid/masyarakat.
37

Pengembangan konsep manaj emen i ni di des ai n unt uk
meni ngkat kan kemampuan sekolah dan masyarakat dal am
mngelol a perubahan pendi dikan kaitanya dengan tujuan
keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif
k u r i k u l u m ya n g t e l a h d i t e n t u k a n o l e h p e me r i n t a h d a n
o t o r i t a s pendidikan. pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan
tingkah laku seluruh komponen sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga/staf
administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang,
memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan
monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan system informasi yang presentif

37
Ibid. hal 3

dan valid. Akhir dari sernua itu di t uj ukan kepada keberhasi l an
sekol ah unt uk menyi apkan pendi di kan yang berkualitas/bermutu
bagi masyarakat.
Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah memi liki
tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan
permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah
di dalam kerangka arah kebajikan yang telah dirumuskan oleh pemerintah.
Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus membuat
keputusan, mengatur Skala prioritas disamping harus menyedi akan
l i ngkungan ker j a yang l ebi h pr of es s i onal bagi gur u, dan
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat
tentang sekolah/pendidikan
Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang
yang mewakili berbagai kelompok yang bebeda di dalam masyarakat sekolah
dan secara professional harus t erl ibat dal am set iap proses
perubahan di sekolah mel alui penerapan prinsip-prinsip
pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan
penghargaan disekolah itu sendiri maupun sekolah lain.
Ada empat hal yang terkait dengan prin sip-prinsip pengelolaan
kualitas total yaitu:
1. Perhat ian harus di tekankan kepada proses dengan
terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu.
2. Kualitas atau mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah
3. Prest asi harus di perol eh mel al ui pemahaman vi si bukan
dengan pemaksaan aturan
4. Sekolah harus menghasilkan siswa yang memilki ilmu
Pengetahuan, keterampilan sikap arief bijaksana, karakter
dan memiliki kematangan emosional.
38

Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk terus
meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motifasi
dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah, khususnya
siswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua sumber daya termasuk
sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan,
secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat
bagi peningkatan mutu pada khususnya. Sementara itu, kebijakan makro
yang dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya
masih diperlukan dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat
nasional dan akuntabilitas yang berlingkup nasional.
4. Kerangka Kerja Dalam Manajemen Peningkatan Mutu
Dalam manajemen peningkatan mutu ini diharapkan sekolah dapat
bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain sebagai berikut:
1. Sumber Daya; Sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam
mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain
pembiayaan operasional atau administrasi, pengelolaan keuangan harus
daujukan untuk:

38
Ibid. hal 5
a. Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalokasikan
dana sesuai dengan Skala prioritas yang telah ditetapkan
untuk proses peningkatan mutu.
b. Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses
pengadaannya.
c. Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
2. Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut
untuk memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun
pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitmen terhadap
standart keberhasilan dan harapan atau tuntutan orang tua atau
masyarakat.
Pertanggung jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan
bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika
mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan.
Tanggung jawab dalam Islam bersifat perseorangan dan sosial.
Tanggung jawab berlaku atas pribadi, seorang guru, golongan, lembaga-
lembaga pendidikan dan pemerintah.
Semua perbuatan manusia tidak akan luput dari pengawasan Allah.
Dan semua perbuatan manusia dimuka bumi akan mendapatkan balasan
sesuai dengan pekerjaannya selama didunia.
Pengawasan terhadap tindakan ini mengharuskan pertanggung
jawaban. Yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang jelek akan
dibalas dengan hukuman dan siksaan yang sangat menyakitkan.
3. Kurikulum; berdasarkan kurikulum standart yang telah
ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum baik dari standart materi (content) dan proses
penyampainnya.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum yaitu:
a. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan
siswa
b. Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk
menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin
secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya
yang ada.
c. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengtur
perubahan sebagai fenomena alamiah disekolah.
4. Personil Sekolah; Sekolah bertanggung jawab dan terlibat
dalam, proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang
diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil
kepala sekolah guru dan staf lainnya) sementara itu pembinaan professional
dalam rangka pembinaan kapasitas atau kemampuan kepal a sekol ah dan
pembinaan ket erampi l an guru dal am pengimplementasian kurikulum
termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan inisiatif terns menerus atas
inisiatif sekolah.
39


39
Umaedi, Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Mutu Pendidikan
a. Faktor Pendukung
1. Faktor Anak Didik
Anak didik atau siswa merupakan obyek dari pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan yang akan dicapai tidak akan lepas dari
ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah laku dan minat serta bakat
dari anak didik, pendapat Ibnu Kholdun sejalan dengan filosol-filosof
pendidkan modern yang menyerukan supaya: "Pembawaan anak
diperhatikan dan dijadikan sebagai dasar dalam mengajar, dan mereka
menyatakan bahwa suksesnya seorang anak dalam suatu pekerjaan akan
membantu dalam pekerjaan lain.
40

Dari pendapat tersebut menegaskan bahwa dalam proses
penerimaan bahan ajar materi pendidikan perlu memperhatikan kesanggupan
anak didik untuk menerima dan memahami bahan yang diajarkan,
dengan demikian proses pendidikan akan dapat berjalan secara efektif dan
efisien.
2. Faktor Pendidik (Guru)
Guru sebagi pendidik dalam pendidikan formal sekolah, yang
secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk
memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dari
lembaga pendidikan formal sekolah.

Mutu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, April 1999, hal, 7
40
M.Athiyah AI-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1970, hal. 190

Dan guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan
kepribadian yang tinggi, kualitas guru sedemikian itu hanya akan diperoleh
jika guru disiapkan dengan matang agar ia mampu dalam pelaksanaan
pembelajaran .
41

Menurut para ahli, ada 5 faktor yang sangat mempengaruhi
kualitas perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya:
1. Jenis kewenangan (authority) yang benar-benar diserahkan kepada
guru
2. Kualitas atasan yang mengawasi dan mengontrol perilaku guru
3. Kebebasan yang diberikan kepada guru, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas
4. Hubungan guru dengan murid-muridnya
5. Pengetahuan guru tentang dirinya sendiri dan kepercayaan
terhadap diri sendiri.
42

Pengalaman guru dalam bidang pengajaran memiliki andil yang cukup
besar di dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Dengan modal
pengalaman belajar seorang pendidik akan semakin banyak memiliki
pengetahuan baik dalam bentuk teknik maupun strategi mengajarnya.
Melalui belajar dan latihan yang diperoleh guru akan mempengaruhi
kemampuan dirinya dalam menjalankan tugas sebagai tenaga professional.

41
Sugiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, IKIP
PGRI Bojonegoro 1993, hal. 15-17
42
Muchtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan,
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1994, hal 36


3. Faktor Lingkungan
Adapun faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar adalah:
a. Lingkungan keluarga
Unsur l i ngkungan kel uarga merupakan sal ah sat u fakt or
yang i kut mempengaruhi kualitas peserta didik yang dilakukan oleh
pendidik, l i ngkungan kel uarga yang mampu berperan dal am
mengembangkan pendidikan maka anak didik akan dapat meraih
kualitas pendidikan yang memadai.
b. Lingkungan Bergaul
Yang di maksud l ingkungan bergaul adal ah li ngkungan
di mana anak melakukan aktifitas bermain dengan teman-temannya
dan disitu terdapat beberapa macam latar belakang anak yang berbeda
disitulah pergaulan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak didiknya.
4. Sarana dan Prasarana
Faktor fasilitas (penyediaan bahan ajar) merupakan salah satu
unsur yang sangat menentukan tercapainya mutu pendidikan,
apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian akan mengakibatkan
merosotnya mutu pendidikan. Khususnya sarana dan prasarana
yang berupa alat Bantu pembelajaran. Diperlukan keahlian
mengggunakan pembinaan alat-alat dalam proses belajar mengajar
bertujuan mempertinggi prestasi belajar pada umumnya.
Jenis peralatan dan perlengakapan yang disediakan disekolah dan cara
administrasi mempunyai pengaruh besar terhadap program belajar mengajar.
Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat proses
belajar mengajar. Demikian pula administrasi yang jelek akan
mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun
peralatan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa.
43

Titik berat dalam hal ini adalah belajar yang dikaitkan dengan
masalah-masalah dan kebutuhan serta kegunaan hasil belajar nanti.
Karena penyediaan sarana pendidikan disuatu sekolah haruslah
disesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya dimasa
yang akan datang.
b. Faktor Penghambat
1. Strategi Pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented.
Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan
buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana
pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara
otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan
yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi output-
input yang dikenalkan oleh teori education production function tidak
berfungsi sepenuhnya dilembaga pendidikan (sekolah) melainkan hanya
terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.

43
Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional,
1982, hal. 96-98


2. Pengelolaan Pendidikan selama ini bersifat macro-oriented,
diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat.
Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro
(pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimaana mestinya ditingkat
mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa
kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat
terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat .
44

Disamping itu mengingat sekolah sebagi unit pelaksana pendidikan
formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang
memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang
berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif
dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas
atau mutu pendidikan
3. Partisipasi Masyarakat
Tidaklah dapat dipungkiri bahwa peradaban semakin maju tetapi
kehidupan semakin rumit tuntutan ekonomi semakin tinggi, maka bertambah
pula keresahan individu karena tidak mampu menncukupi tuntutan tersebut.
Disamping itu peradaban dimasyarakat yang kurang baik, situasi
sosial, moral kehidupan beragam juga akan berpengruh terhadap proses
pendidikan yang sedang berjalan, padahal bantuan masyarakat
mendukung pendidikan dalam upaya pengembangan pendidikan tanpa

44
Umaedi, Manajemen Peningkalan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan
Menengah Umum, April 1999, hal. 2


partisipasi masyarakat yang sangat sulit untuk kelangsungan pendidikan yang
akan berjalan terus.





BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah penerapan full
day school dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar. untuk
mencapai tujuan tersebut dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dengan penelitian semacam ini
diharapkan peneliti memperoleh deskripsi yang mendalam mengenai subjek
penelitian, memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan
mencoba memperoleh pemahaman yang mendalam serta memahami makna
dari perilaku subjek penelitian .
Mengenai penelitian kualitatif Bogdan dan Taylor, mendefinisikan
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan pelaku
yang dapat diamati.
45

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia
baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
46

Sedang menurut Denzin dan Lincoln mengatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

45
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2004,hlm:24
46
Ibid:
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada.
47

Dari definisi-definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan dengan suatu konteks yang
khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
48

Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif
ini sebagaimana yang di jelaskan di atas, bahwa metode ini menafsirkan
fenomena- fenomena yang terjadi baik perilaku, tindakan, persepsi, motivasi
dan lain-lain, peneliti ingin mengetahui fenomena-fenomena secara
menyeluruh baik dari hasil pengamatan, wawancara atau sumber apapun
mengenai penerapan system full day school apakah dapat meningkatkan
kualitas pendidikan di MI Al-Qamar
B. Kehadiran Peneliti
Salah satu ciri atau karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti
bertindak sebagai instrument utama dalam penelitiannya. Hal tersebut
dikarenakan:
1. Peneliti memeiliki daya respon yang tinggi, yaitu mampu
merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada
gejala yang dihadapi

47
Ibid, hlm:5.
48
Ibid, hlm:6.
2. Peneliti memiliki sifat adaptasi, yaitu mampu menyesuaikan
diri, mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan
yang dihadapi
3. Peneliti memiliki kemampuan untuk memandang objek
penelitiannya secara holistic, mengaitkan gejala dengan
konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu, dan dengan kondisi
lain yang relevan
4. Peneliti sanggup terus-menerus menambah pengetahuan untuk
bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala yang muncul
5. Peneliti memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi agar
dengan cepat menginterpretasikan. Selanjutnya peneliti juga
diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan
mengarah pada perolehan hasil.
6. Peneliti memiliki kemampuan untuk mengeksplor dan
merumuskan informasi sehingga menjadi bahan masukan bagi
pengayaan konsep ilmu.
49

Jadi, dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai
instrument sekaligus bertidak sebagai pengumpul data. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Lexi J. Moeleong, bahwa hanya manusialah yang
dapat berhubungan dengan responden atau objek lain dan mampu memahami
kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.
50


49
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka Cipta,
JAKARTA, 1997, HLM: 15-16.
50
Lexi J Moleong, Op Cit, hlm:4-5.
Selain itu dalam penelitian ini, status peneliti di ketahui oleh obyek
atau informan, sehingga diharapkan dalam proses penelitian dapat berjalan
dengan baik tanpa ada hambatan-hambatan karena adanya keterbukaan antara
peneliti dengan obyek atau informan.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini obyeknya adalah sebuah lembaga pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar. merupakan suatu lembagapendidikan yang berada
dibawah naungan Depag, lokasi di JL. Kediri No. 03 Desa Petak, Kec. Bagor,
Kab. Nganjuk, Jawa Timur
Lokasi ini dirasa sangat strategis karena terletak di tengah-tengah
pusat kecamatan selain itu juga hanya beberapa meter dari sekolahan tersebut
terdapat jalur utama jalan raya provinsi yang menghubungkan kota madiun
dengan Surabaya
D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
responden, yaitu orang yang merespon atau mejawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan
tehnik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses
sesuatu. Dan apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka sumber
datanya berupa dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data.
51


51
Suharsini Arikunto Op Cit, hlm:107.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama yang dicatat melalui sumber data tertulis atau
melalui rekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Pencatatan
sumber data melalui wawancara atau pengamatan berperan serta dalam
mendapatkan hasil merupakan usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya. Manakah diantara kegiatan yang dominan, jelas
akan bervariasi dari waktu yang lain dari satu situasi yang lainnya.
Selanjutnya adalah sumber data tambahan yaitu sebuah data yang berupa
buku-buku, majalah, arsip-arsip, dokumen-dokumen baik pribadi maupun
resmi yang sangat mendukung validitas data utama.
52

Peneliti dalam melakukan penelitian ini ingin menggali sumber data
baik melalui observasi, wawancara, dokumentasi, penyebaran angket ataupun
dari sumber data tambahan yang tentunya menunjang peneliti dalam
menemukan permasalahan-permasalahan yang sedang peneliti kaji. Terutama
melalui wawancara yang rencananya akan peneliti lakukan kepada kepala
sekolah, waka-waka terutama waka kurikulum, para dewan guru mengenai
materi yang berkaitan dengan sistem penerapan full day school
Selain itu peneliti juga ingin mewawancarai murid dan orang tua
murid yang bertidak sebagai pelanggan, tentang bagaimana asumsi mengenai
system penerapan full day school yang telah di jalankan di Madrasah
Ibtidaiyah tersebut.


52
Op Cit, hlm: 157.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha mengumpulkan data, peneliti berusaha mencari
informasi-informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian
ini, baik berupa pendapat, fakta-fakta maupun dokumentasi. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ada tiga metode, yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati
aktivitas individu lain. Alat utama peneliti adalah pancaindera,
sedangkan kesengajaan dan sistematis merupakan sifat-sifat tindakan
yang secara eksplisit dicantumkan di sini. Faktor kesengajaan itu
bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah yang melakukan
obeservasi, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah.
53

Peneliti dalam hal ini berencana mengamati terhadap seluruh
aktifitas yang dilakukan di sekolahan tersebut, mulai dari kegiatan
belajar mengajarnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa
maupun guru pada waktu jam-jam efektif maupun pada waktu
istirahat serta keunikan-keunikan apa yang ada di dalam sekolah
tersebut dan hal-hal lain yang menunjang peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini, sehingga diharapkan dengan observasi
yang menyeluruh dapat mendapatkan data-data yang valid dan
reliable yang tentunya mempengaruhi hasil dari penelitian ini

53
Sumadi Suryabarata, Pembimbing Ke Psikodiagnostik, Raksa Sersain, Yogyakarta, 1990, hlm:7.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang mendasarkan diri pada
laporan verbal (verbal reports) di mana terdapat hubungan langsung
antara peneliti dengan subyek yang diteliti.
54
Jadi dalam metode ini
ada face to face relation antara peneliti dan subyek yang diteliti.


Dalam penelitian metode wawancara yang digunakan adalah
metode tak berstruktur atau bebas. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan kepastian apakah data yang dihasilkan dengan cara
observasi yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai atau tidak dengan
keadaan subyek penelitian. Selain itu, metode ini juga digunakan
peneliti untuk mengetahui apakah penerapan sistem full day school
benar-benar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah tersebut.
Dalam pengumpulan data berupa wawancara ini, penulis ingin
menggali informasi yang terkait dengan pelaksanaan full day school
yang diterapkan di MI Al-Qamar, faktor-faktor penghambat dan
pendukung full day school dan juga penulis ingin mengetahui apakah
sistem full day school yang di terapkan di MI AL-Qamar bisa
meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut dengan cara
melakukan wawancara yang rencananya akan peneliti lakukan kepada
kepala sekolah, waka-waka terutama waka kurikulum, para dewan
guru

54
ibid, hal. 18
Selain itu peneliti juga mewawancarai murid dan orang tua
murid yang bertidak sebagai pelanggan, tentang bagaimana asumsi
mengenai system penerapan full day school yang telah di jalankan di
Madrasah Ibtidaiyah tersebut.
3. Dokumentasi
Metode ini tidak kalah pentingnya dengan metode yang lain,
selain itu dalam melaksanakan metode ini pun tidak terlalu sulit.
Artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum
berubah. Dalam metode dokumentasi yang diamati adalah benda mati
bukan benda hidup.
Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya.
55

Sedangkan Guba dan Lincoln mengatakan bahwa dokumentasi
adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi ini
sangat perlu sekali bagi peneliti untuk menguatkan data-data yang
telah diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara.
Dengan metode ini, keadaan data yang diperoleh dengan cara
observasi dan wawancara akan semakin kuat keadaannya.
56


55
Suharsini Arikunto, Op cit. hal.. 236
56
Lexy J. Moleong, Op cit, hal. 161
Dalam pendokumentasian ini, penulis ingin mengtahui tentang
dokumen-dokumen apa saja yang ada hubungannya dengan yang
dikaji oleh peneliti, mulai dari jadwal pelajaran, baik jadwal pelajaran
pokok maupun tambahan, daftar jumlah guru dan siswa, hasil belajar
siswa (raport), dan lain sebagainya yang mendukung terhadap
terselesaikannya skripsi penulis
3. Angket
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket langsung
bersifat tertutup. Adapun yang dimaksud dengan angket langsung
adalah jika menjawab atau mengisi angket itu adalah subyek yang
diselidiki dan bukan orang lain.
Dalam hal ini peneliti membagi angket menjadi dua yaitu,
angket untuk guru dan angket untuk murid, angket untuk murid
bersifat tertutup sedangkan angket untuk guru bersifat campuran
(tertutup dan terbuka)
Untuk murid peneliti memberikan angket kepada 29 anak yang
kesemuanya adalah obyek yang dalam artian siswa-siswi yang
mengikuti kegiatan full day school. Sedangkan angket untuk guru
diberikan kepada 15 guru



F. Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses yang dilakukan melalui pencatatan,
penyusunan, pengolahan dan penafsiran serta menghubungkan makna data
yang ada dalam kaitannya dengan masalah penelitian.
57

Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka data yang
muncul berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah
dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari
dokumentasi, dan pita rekaman) dan yang biasnya diproses kira-kira sebelum
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis),
tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun
dalam teks yang diperluas.
58

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses analisis sebagaimana
yang digunakan oleh Meles dan Huberman, yaitu: reduksi data, penyajian dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
59
Jadi dalam penelitian ini tahap analisa
data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a. Reduksi data.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian, roda penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan.
60

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia
merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian

57
Nana Sudjana & Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, PT Sinar Baru
Algensindo, Bandung, 2000, hal. 89
58
Mathews B. Milles & A. Micael Huberman, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta,
1992, hlm:15-16
59
Ibid, hlm: 17.
60
Ibid, hlm:16.
dari mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang
meringkas sejumlah bagian yang tersebar. Cerita-cerita apa yang
berkembang, semua itu merupakan pilihan analisis yang
menunjukkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tak
perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan dan
diverfikasi.
b. Penyajian Data.
Alur penting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian
data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
61

Penyajian yang paling penting sering digunakan pada data
kualitatif dimasa lalu adalah bentuk teks normative. Teks normative
dalam hal ini bisa melebihi beban kemampuan manusia dalam
memproses informasi dan menggerogoti kecenderungan-
kecenderungan mereka untuk menemukan pola-pola yang sederhana.
c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi.
Peneliti mencoba dan berusaha mencari makna data yang
tergali atau terkumpul kemudian membentuk pola, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Dari data
yang diproleh, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan

61
Ibid, hlm: 15.
yang diperoleh dituangkan menjadi laporan penlitian yang tercakup
dalam riwayat kasus (dokumen terkait), hasil wawancara dan
observasi.
G. Pegecekan Keabsahan Temuan
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tehnik
pemeriksaan. Pelaksanaaan tehnik pemerikasaan di dasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu:
a. Kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas). kriteria ini berfungsi:
pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua,
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan
dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda
yang sedang diteliti.
b. Kriteria keteralihan (transferibilitas), yaitu kriteria untuk
mengetahui apakah ada kesama antara konteks pengiriman dan
penerima.
c. Kriteria kebergantungan (dependebilitas), yaitu kriteria yang
digunakan untuk menilai apakah tehnik penelitian ini bermutu
dari segi prosesnya.
d. Kriteria kepastian (konfirmabilitas), yaitu kriteria ini berasal
dari objektivitas non kualitatif. Di sini pemastian bahwa sesuatu
itu objektif atau tidak tergantung pada pandangan, pendapat, dan
penemuan seseorang. Menurut Scriven (1971), objektif itu berarti
dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.
62

Dalam hal ini peneliti berusaha secara obyektif dalam
membandingkan data-data yang di temukan oleh peneliti, jadi peneliti akan
membandingkan data yang diperoleh dengan cara mendalami dan
menganalisis hasil temuan yang satu dengan yang lain, penulis akan terus
melakukan observasi untuk mendapatkan data yang akurat yang dapat
dipertanggung jawabkan
Selain itu peneliti akan memadukan temuan-temuan dengan teman
sejawat yang tentunya yang berkompeten di bidangnya, yang diharapkan
peneliti mendapatkan masukan-masukan yang membangun dalam diri peneliti
H. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Bogdan (1972). Ada tiga tahapan dalam penelitian, yaitu: (i)
Pra lapangan, (2) Kegiatan Lapangan, (3) Analisis intensif.
1. Tahap Pra Lapangan.
a. Menyusun rancangan atau desain penelitian. Seperti yang
telah dijelaskan di depan.
b. Memilih lapangan penelitian. Penelitian ini berlokasi di
Madrasah Ibidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor, Nganuk
c. Mengurus perizinan. Peneliti menghubungi dan meminta izin
siapa saja yang berwenang memberikan izin. Selain itu
peneliti harus menyiapkan : (1) Surat tugas, (2) surat izin
intansi di atasnya, (3) identitas diri seperti KTP, foto dan
lain-lain, (4) perlengkapan penelitian seperti foto, tape
recorder, video recorder dan lain sebagainya, (5) peneliti

62
Lexi J. Moleong, Op Cit, hlm: 324-326.
memaparkan tujuan penelitian terhadap orang yang
berwenang diwilayah penelitian.
d. Menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti sedah mempunyai
orentasi terhadap lapangan penelitian.
e. Memilih dan memanfaatkan informasi. Informai adalah orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar dan subyek penelitian.
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Seperti yang telah
dijelaskan di atas.
2. Tahap pekerjaan lapangan.
a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri;
b) Memasuki lapangan. Dalam hal ini, hubungan peneliti
dengan subyek penelitian harus benar-benar akrab sehingga
tidak ada lagi dinding pemisah di antara keduanya;
c) Berperanserta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap analisa data.


Tentang tahap ini sudah dijelaskan sebelumnya.







BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MI AL-Qamar
MI Al-Qamar merupakan suatu lembaga pendidikan yang
berada di bawah naungan YPIS Al-Qamar yang mana YPIS Al-Qamar
selain memiliki MI juga memiliki dua lemnaga lain, yaitu TK Al-
Qamar dan Playgroup
TK Al-Qamar berdiri pada tahun 1999 sedangkan Playgroup
berdiri pada tahun 2005, khusus untuk MI, jauh sebelum MI pagi
berdiri sudah di awali dengan adanya MI sore. MI masuk sore berdiri
kurang lebih tahun 1980, pada umumnya murid MI sore itu juga
belajar pada waktu pagi hari di Sekolah Dasar (SD). Sehingga
kegiatan belajar mengajar tidak bisa optimal, bahkan belajar di SD
inilah yang menjadi prioritas murid sedangkan MI sore hanya sebagai
sampingan, oleh karena itu perkembangan MI mengalami pasang
surut sesuai dengan situasi dan kodisi yang ada di masyarakat,
begitupun kondisi pengajar juga mengalami pasang surut sesuai
dengan situasi dan kondisi juga karena tidak diuatkan SK dari DEPAG
mengajar hanya dorongan niat dan keikhlasan para guru.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1990 kepala MI
mendirikan Taman Pendidikan AL-Quran (TPQ) sehingga pada waktu
itu kelas 1, 2 dan tiga (umur 7 s/d 10) kesemuanya di alihkan ke TPQ
dengan menunakan system Iqra (system AMM dari Jogja)
Sedangkan kelas 4, 5 dan 6 (umur 10 s/d 13) diberi tambahan
mata pelajaran fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Aqidah
Akhlak dan Al-Quran Hadits. Hal ini berjalan dengan baik dan cukup
lama, kurang lebih selama 17 tahun (sampai tahun 2007)
Pada tahun 1999 pendiri mendirikan RA (Raudhatul Atfal)
yang dibantu oleh Sdr Dra. Binti Isnaniah dan Doso Sunarto, S.Pd.
yang mana proses kegiatan belajar mengajarnya berada di gedung
TPA (pagi untuk RA dan sore untuk TPQ) dengan sertifikat pendirian
dari Depag No. 114575652000 tahun 2000. TK in berjlan dengan
baik, terbukti 3 tahun sudah mempunyai 70 murid dan TK berjalan 5
tahun mempunya 88 murid, disamping itu TK Al-Qamar menjadi
salah satu TK faforit di Kecamatan Bagor.
Tahun 2005 pendiri telah mendirikan MI pagi, hal ini di
dorong oleh :
1. Keinginan untuk menjadikan anak bisa membaca AL-
Quran dan sholat dengan baik
2. Keinginan mendirikan lembaga yang lebih baik dan lebih
formal
3. Keinginan mendidik anak lebih mendalam tentang agama
di tingkat dasar
4. Masih langkanya Madrasah Ibtidaiyah yang masuk pagi
5. Adanya lahan yang luas yang berada di tengah-tengah kota
kecamatan
6. Selain itu juga untukmenampung murid-murid TK sendiri
Maka tepatnya pda tanggal 1 Juli 2005 berjalanlah proses
kegiatan belajar mengajar MI AL-Qamar dengan tujuh murid dan di
ajar oleh dua orang guru dan seorang kepala sekolah. Dua guru
tersebut adalah :
1. Sdr. Supiatun SE.
2. Abdul Wakhid, A. Ma.
Dan kepala sekolah tersebut adalah pendiri sendiri yaitu Sdr.
Drs. H. Zainul Arifin, M. Ag. Sedangakan tujuh murid MI tersebut
adalah Elna Kurnia C, Iskarohma B.N, Yolita Arga M, Retina Zian M,
Anif Ismiatin, Eka Nurul L, Sinta Andiya G.
Tahun kedua yaitu tahun 2006 baru di daftarkan di Depag
dan memperoleh SK Nomor 111235180006 mengizinkan untuk
menyelenggarakan proses belajar mengajar (MI swasta)
63

2. Lokasi dan Letak Geografis MI AL-Qamar
Lokasi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar ini terletak di
Desa Petak, Kec. Bagor Kab. Nganjuk sekitar 7km ke barat dari
jantung kota nganjuk, lokasi ini terbilang strategis, di karenakan selain
dekat dengan institusi-institusi Negara semisal Polsek, Kantor
Kecamatan, Puskesmas, Bank dll. Juga terletak di sebelah jalur
propinsi, yaitu jalur utama yang menghubungkan kota Madiun dengan

63
Dokumen MI Al-Qamar, Sejarah Berdirinya MI AL-Qamar.
kota Surabaya (jalan Madiun-Surabaya) sehingga memudahkan bagi
lembaga dan pengguna lembaga ini dalam mengakses lokasi ini
64

3. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Qamar
Visi :
Terdepan Dalam Prestasi, Teladan Dalam Akhlaqu al-Kariimah
Misi :
1. Menumbuhkan semangat kehidupan yang Islamy di sekolah,
di rumah dan dilingkungan masyarakat, (sekolah laksana
labolatorium kehidupan beragama).
2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
sehingga seluruh siswa dapat berkembang secara optimal,
sesuai dengan bakat dan potensinya.
3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dan
menumbuhkan potensi dirinya sejak dini, sehingga dapat
dikembangkan secara optimal .
4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan
seluruh warga sekolah dan komite sekolah serta stake holders
TUJUAN
Tujuan penyelenggaraan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar
Bagor adalah untuk meningkatkan keprofesionalan lembaga

64
Dokumen MI Al-Qamar, Lokasi dan Letak Geografis MI AL-Qamar, 2006

pendidikan sebagai tempat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar
nasional dan internasional sehingga menjadi sekolah yang mampu
menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional
sekaligus yaitu Meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut
65

4. Struktur Organisasi MI Al-Qamar
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi
suatu lembaga, baik formal maupun non formal. Dengan adanya
struktur organisasi sekolah dapat membagi tugas diantara pengelola
sekolah agar tidak terjadi perselisihan diantara pengurus. Struktur
organisasi yang baik dapat memperlancar tugas-tugas suatu lembaga
menuju visi, misi dan tujuan sekolah tersebut.
Adapun kita ketahui bahwa lembaga pendidian Madrasah
Ibtidaiyyah (MI) ini adalah suatu lembaga pendidikan yang berada
dalam naungan sebuah yayasan, yaitu Yayasan Pendidikan Islam dan
Sosial (YPIS) Al-Qamar yang yang tidak hanya memiliki MI saja
tetapi juga memiliki lembaga-lembaga pendidikan lain seperti TK
(taman kanak-kanak) dan Play group

65
Dokumen MI Al-Qamar, Visi, Misi, Tujuan MI AL-Qamar, 2006

Adapun struktur yang ada di MI Al-Qamar Bagor dapat dilihat
dibawah ini
STRUKTUR ORGANISASI











Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
5. Keadaan Guru dan Karyawan MI AL-Qamar
Dengan semakin berkembangnya Madrasah Ibtidaiyyah (MI)
AL-Qamar ini, maka lembaga pendidikan ini terus berbenah diri, salah
satunya dengan melalui penggunaan tenaga pendidik sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki oleh pendidik tersebut. Karena guru atau
pendidik sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan yang
bertujuan agar dapat mencapai sasaran dari tujuan pendidikan itu
sendiri. Sedangkan tenaga kependidikan yang lain (karyawan) punya
peranan penting untuk menopang tercapainya tujuan tersebut. Adapun
secara rinci profil Guru MI Al-Qamar Bagor sebagai berikut:
YPIS Al-Qamar
TK AL-Qamar Playgroup
Komite Madrasah
KepalaMI AL-
Qamar
WAKABIDU
M
Ka. Tata Usaha
Waka
Kesiswaan

Waka Litbang

Waka Humas

Waka
Kurikulim
Manajer Usaha
Koor.
Sarpras
Koor BK
Siswa
Wali
Kelas
1) Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan
muslim di mana saja ia berada
2) Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta
profesionalisme dan dedikasi yang tinggi
3) Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan
keilmuan
4) Bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan
dapat menjadi contoh civitas akademika yang lain.
5) Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik guru
6) Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir
ilmiah yang tinggi
7) Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang
didasari oleh niat beribadah dan selalu berupaya
meningkatkan kualitas pribadi
8) Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah
9) Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap
proaktif.
Untuk menuju pada lembaga yang berkualitas maka seluruh
SDM yang ada harus berkualitas pula. Untuk itu harus diantisipasi
sejak dini (sejak menerima calon tenaga kependidikan baik guru
maupun karyawan) dengan menentukan cara perekrutan yang
profesional. Sesuai dengan jumlah yang ada keadaan pegawai di MI
Al-Qamar sudah lebih dari cukup, karena dengan hanya 5 rombongan
belajar tetapi sudah mempunyai 13 guru yang hampir sesuai dengan
bidangnya masing-masing
Dalam perekrutan tenaga dan untuk memperoleh tenaga yang
berkualitas tahap-tahap yang dilalui adalah sebagai berikut:
1. Sepanjang tahun surat lamaran bisa masuk ke Madrasah
2. Lamaran yang masuk di seleksi
3. Bagi yang lolos seleksi akan dilanjutkan test. Test yang
dimaksud adalah
a. TPA
b. TPK
c. Test Psikologi
d. Wawancara
TABEL I
Data Keadaan Guru dan Karyawan di MI Al-Qamar Bagor
No Nama Lengkap L/P Status
Ijasah
terakhir
Jurusan
1 Zainul Arifin. Drs, M Ag L GTY S2 PAI
2 Supiatun, SE P GTY S1
Manajemen
Ekonomi
3 Abdul Wakhid, A.Ma L GTY DII PAI
4 Sriatun, S.PdI P GTY S1 PAI
5 Binti Isnaniyah, Dra, S.PdI P GTY S1 PAI
6 Tri Kusumawati, S.Pd P GTY S1 Bhs. Inggris
7 Hartanto, S.Pd L PNS S1
Pendidikan
Olahraga
8 Nury Yuchana, A.Md P GTY S1 PMP
9 Siti Maghfuroh P PTY D1 Perhotelan
10 Yuli Erkhamni L PTY MTs -
11
Mochammad Romadzon,
A.Ma, SE
L GTY D2 PAI
12
Muhammad Muhsin Anshori,
SEI
L GTY S1 Ekonomi Islam
13 Suyitno L GTY SMA IPS
14 Muslikah, S.Pd P GTY S1 Matematika
15 Musriatun S.Pd P GTY S1 BIN
16 Mamik Hariyani, A.Ma P GTY D2 PGSD
17
Manis Tyas Hananti
A. Ma
p GTY D2 PGSD

Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
5. Keadaan Siswa MI Al-Qamar
Keberadaan MI Al-Qamar kini semakin terkenal dan semakin
diakui keberadaannya oleh masyarakat luas. Hal ini dapat kita llihat
dari data perkembangan siswa dari tahun ke tahun. Diantaranya: mulai
tahun 2005/2006 berjumlah 7 siswa, tahun 2006/2007 ada penurunan
menjadi 6 siswa, tahun 2007/2008 berjumlah 18 siswa, tahun
2008/2009 berjumlah 14 siswa, tahun 2010/2011 berjumlah 24
siswa.
66

6. Sarana dan Prasarana MI Al-Qamar
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, tentunya
tidak lepas dari beberapa faktor pendukung yang berupa sarana dan
prasarana yang memadai. Upaya untuk pencapaian target tersebut baik
sarana dan prasarana secara fisik, lingkungan sekolah maupun
personil yang terkait haruslah bisa memberdayakan secara efektif dan
efisien. Terkait dengan sarana dan prasarana tentunya tidak bisa
dilupakan pula perekrutan personil-personil yang ahli dalam bidang
penggunaan sarana prasarana tersebut. Sarana prasarana yang ada di
MI AL-Qamar sebagaimana yang terdapat daftar tabel di bawah ini:
TABEL II
Data Sarana dan Prasarana di MI Al-Qamar Bagor

66
Dokumen MI Al-Qamar, Keadaan Siswa MI AL-Qamar.

NO Nama Ruang Jumlah Ruang
1.
2.
Belajar
Guru
6
1












Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
7. Kegiatan Ekstra kulikuler
Selain mendapatkan pelajaran berupa pendidikan formal dalam
kelas, siswa juga mendapatkan kegiatan ekstrakulikuler yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik diri kearah terwujudnya siswa yang
berprilaku Islami, cerdas, kreatif, mandiri dan berkepekaan sosial.
Kegiatan ekstrakulikuler di MI AL-Qamar meliputi :
1. Ekstra Pramuka
2. Renang
3. Tari
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Kinerja Guru
UKS
Kebun Percobaan
Tabsi
Kepala Sekolah
Tata Usaha
Aula
Kantin
Masjid
Gudang
Toilet
Dapur
Percetakan
Kamar Penjaga
Tempat Wudhu
Tempat Parkir
Halaman
Kebun Jati
Lapangan
Tempat makan
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
4
1
1
1
2
1
2
1
1
1
4. Sempoa
5. Hadrah
6. Hafalan
B. Penyajian dan Analisis Data
Penyajian data dalam bab ini adalah penyajian dan sekaligus
analisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi
dan penyebaran angket. Sebagaimana rumusan masalah yang sudah
disebutkan dalam bab I, maka peneliti menyajikan data sesuai dengan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Penerapan Sistem Full Day School di Madrasah Ibtidaiyah ( MI )
Al-Qamar
Posisi madrasah dalam konteks desentralisasi pendidikan sampai
saat ini masih tetap merupakan derivasi dari kebijakan otonomi daerah.
Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa
agama merupakan bidang pemerintah yang tidak diotonomikan, karena di
dalam Departemen Agama terdapat sekolah-sekolah keagamaan yang
dalam hal ini MI, MTs, MA. Maka secara legal-formal pengelolaan
madrasah tidak menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Sebagaimana lembaga pendidikan keagamaan, maka MI Al-Qamar
Bagor tentu harus memperhatikan hal tersebut di atas, akan tetapi tentu
saja tetap mengupayakan agar tidak menjadi lembaga pendidikan yang
termarjinalkan, oleh karena itu harus proaktif untuk mencari informasi
tentang perkembangan paradigma baru pendidikan, sepanjang itu tidak
bertentangan dengan kebijakan pusat. Hal itu ternyata sesuai pula dengan
surat Menteri Agama yang dilayangkan kepada Menteri Dalam Negeri dan
Otoda, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan seluruh
gubernur di segenap Wilayah RI yang isinya:
a. Kewenangan penyelenggaraan pendidikan agama pada sekolah umum
dan penyelenggaraan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota yang
meliputi aspek-aspek, oprasional penyelenggaraan, penjabaran
kurikulum, penyediaan tenaga kependidikan, penyediaan sarana dan
prasarana, penyediaan anggaran.
b. Kewenangan lain di bidang pendidikan sebagaimana dimaksudkan
dalam PP. No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi Bab II Pasal 2 ayat (3)
angka 11 sepanjang yang menyangkut pendidikan agama dan
keagamaan masih tetap menjadi wewenang pemerintah pusat
(Departemen Agama).
Ide dasar desentralisasi pendidikan di era otonomi daerah adalah
pengembangan pendidikan berbasis masyarakat hendaknya menjadi
harapan baru bagi masyarakat madrasah. Otonomi pendidikan dengan
pendekatan berbasis masyarakat sungguh merupakan perpaduan sinergik
antara sistem sentralistik dan desentralistik.
Berdasarkan uraian di atas, maka MI Al-Qamar Bagor
melaksanakan MPMBS yang dalam hal ini untuk mengarahkan pada
peningkatan kualitas. Kemudian pada UU Nomer 25 Tahun 2000 tentang
Program Pengembangan Nasional dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dari kedua Undang-undang tersebut telah
mengamanatkan agar pengelolaan satuan pendidikan dilakukan dengan
prinsip Manajemen Berbasis Sekolah. Karena itulah MI AL-Qamar Bagor
yang merupakan satuan pendidikan madrasah di bawah Departemen
Agama, segera pro aktif untuk melaksanakan UU tersebut. sesuai dengan
buku panduan pengembangan Sekolah Setandar Nasional (SSN), bahwa
melalui MBS ada 6 yang di dorong untuk dikembangkan di sekolah,
diantaranya: Kemandirian, Kerjasama, Keterbukaan, Fleksibilitas,
Akuntabilitas, dan Sustanbilitas.
Adapun kurikulim yang digunakan di MI Al-Qamar Bagor ini yaitu
kurikulum 2006 yang terdiri dari empat komponen. Dimana dari keempat
komponen tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Keempat komponen itu diantaranya: kurikulum dan hasil belajar,
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kegiatan belajar mengajar dan
penilaian berbasis kelas. Dengan berbagai keragaman potensi anak didik,
maka memerlukan layanan pendidikan yang beragam. Untuk itu, sekolah
harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan peranannya dalam
mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan.
Hal ini dapat dilaksanakan jika sekolah diberikan kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak
didiknya. Pengaturan diri ini terkait dengan aspek manajemen berbasis
sekolah.
Adapun sistem pembelajaran yang mendukung pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah salah satunya adalah penerapan sistem full
day school. Sistem full day school adalah sekolah sepanjang hari atau
proses belajar mengajar yang dimulai pukul 07.00-15.00 WIB. Adapun
tujuan diberlakukannya sistem full day school ini adalah salah satu
alternative untuk mengatasi masalah yang ada, seperti kenakalan siswa,
siswa yang cenderung bermain-main saja tanpa di imbangi dengan belajar.
Hal tersebut akibat kurang pengawasan baik dari orangtua siswa maupun
dari pihak sekolah yang cenderung kurang memperhatikan siswanya ketika
berada diluar sekolah. Dengan begitu, setelah jam pelajaran selesai
kebanyakan siswa tidak langsung pulang kerumah, melainkan mereka
berjalan-jalan atau main bersama teman-temannya yang mereka anggap
lebih menyenangkan ditimbang pulang kerumah.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala MI
Al-Qamar Bagor pada waktu interview bersama peneliti. Beliau
mengatakan bahwa:
.. Karena anak-anak sukanya tidak segera pulang, memilih
bermain dulu disini (di sekolah). Maka dari pada main tidak ada yang
membina, lebih baik diadakan pembinaan full day atau belajar sehari
penuh. Akan tetapi sehari penuhnya Cuma sampai ashar. Awalnya
pembinaan ini di fokuskan kepada pembinaan agama, belajar mengaji
tetapi pada prakteknya tidak mengena. Kemudian ditambahlah dengan
pembinaan-pembinaan mata pelajaran yang lain yang dibutuhkan oleh
siswa. Untuk kelas lima pembinaannya di fokuskan pada persiapan UAN.
Kemudian untuk kelas tiga dan empat pembinaannya difokuskan pada
pelajaran-pelajaran yang dibutuhkan oleh mereka, seperti pembinaan mata
pelajaran matematika dan lain-lain, dari hasil pembinaan tersebut banyak
anak yang mendapatkan nilai yang baik dalam ujiannya...
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010)
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh waka
kurikulum, Pada waktu interview dengan peneliti. Beliau mengatakan
bahwa:
. Dengan full day school sudah jelas jam pelajaran bertambah.
Pelajaran yang diajarkan dalam full day school adalah siswa diberi
bimbingan tentang pelajaran-pelajaran yang di ajarkan pada waktu pagi.
Untuk pembinaan bahasa inggris, siswa diajarkan cara pengucapannya,
sedangkan pelajaran-pelajaran umum siswa di kasih soal-soal untuk
memperdalam materi. Jadi tugas guru adalah untuk mengajarkan baca tulis
alquran, seperti ngaji dan lain-lain. Di dalam ngaji para guru
menggunakan metode tartil.

(Wawancara dengan waka kurikulum MI Al-Qamar pada tanggal 13
Maret 2010)
Dari petikan hasil interview diatas, maka dapat diinterpretasikan
bahwa suatu lembaga pendidikan atau seorang guru harus pintar-pintar
dalam menggunakan waktu dan dapat menyiasati aktivitas siswanya agar
aktivitasnya bermanfaat dan tetap menyenangkan. Dengan demikian MI
AL-Qamar Bagor menerapkan sistem full day school untuk menggunakan
waktu dengan sebaik-baiknya dan menyiasati aktivitas siswanya agar
bermanfaat bagi siswa itu sendiri.
Selanjutnya dari hasil interview dengan para guru yang mengabdi di
Madrasah tersebut mengatakan bahwa:
Penerapan full day school di MI AL-Qamar ini sudah cukup baik,
karena materi atau aktivitasnya sangat efektif dan anak-anak sudah cukup
terbiasa sehingga mereka menikmati pelaksanaan full day school dengan
hati yang riang gembira, bahkan ada sebagian anak yang mengajak
menginab.
(Wawancara dengan para guru yang mengajar di MI Al-Qamar pada
tanggal 13-April 2006).
Selanjutnya Kepala Madrasah mengatakan pada peneliti bahwa:
Pelaksanaan full day school disini hanya untuk kelas tiga keatas,
untuk kelas satu pulang pukul 11.40 sedangkan kelas dua pulang pukul
12.15 baru kelas tiga keatas pulang pukul 15.00
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010)
Adapun jadwal pelajaran semester II tahun ajaran 2009/2010 yang
ada di MI AL-Qamar adalah sebagaimana terdapat dalam tabel berikut :
TABEL III
JADWAL PELAJARAN SEMESTER II
MADRASAH IBTIDAIYAH AL QAMAR BAGOR
TAHUN AJARAN 2009/2010
Jln. Kediri No.1 Petak, Bagor, Nganjuk Telp (0358) 326212

Kelas I
Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00-07.35 Upacara Al-Quran
Hadits (4)
MTK
(12)
Fiqih
(4)
MTK
(12)
Sempoa
(14) 07.35-08.10 BTA
(4) 08.10-08.45
BIN
(12)
Penjaskes
(6)
Ibadah (4) IPA
(12) 08.45-09.20 Akidah
Akhlak
(4)
IPS (2) B. Jawa (13)
09.20-09.55 Ex. Tari SBK
(7)
09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat

10.30-11.05
Hafalan
(4)
BTA
(4)
BIN
(12)
PKN
(12)
Pramuka
(12)
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar


Kelas II
Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00-07.35 Upacara Penjaskes
(6)
IPS
(2)
BIN
(5)
BIG
(5)
Ibadah
(3) 07.35-08.10 B. Jawa
08.10-08.45 (13) Al Quran
Hadits (4)
BIN
(5)
Fiqih
(9)
Ex. Hadroh
/ MTQ (14) 08.45-09.20
IPA
(6)
Akidah
Akhlak (3) 09.20-09.55 B. Arab (8)
Ex. Tari
(15)
SBK
(7)
I stirahat
09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat
10.30-11.05 BTA (3)
MTK
(10)
B. Arab (8) Hafalan
(3)
Sempoa
(14)
Pramuka
(12)
11.05-11.40 PKN
(2)
MTK
(10)

11.40-12.15 BTA (3)
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
Kelas III
Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00-07.35 Upacara Akidah
Akhlak (3)
Penjaskes
(6)
MTK
(10)
B. Arab (1)
Pramuka
(8 & 12) 07.35-08.10
BIN
(8)
08.10-08.45 MTK
(10)
BIN
(8)
SKI
(7)
Ex.Kompt.
(9) 08.45-09.20
SBK
(7) 09.20-09.55
B.
Jawa(13)
IPA (6) Al Quran(4) Fiqih (9)
Ex. Hadroh
(14)
09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat
10.30-11.05
B.
Jawa(13)
IPA (6) Hadits(4) IPS
(2)
Fiqih (9)
Ex. Renang
(6)
11.05-11.40 Hafalan (3)
PKN
(2)
BIG
(5)
Ibadah (9)
11.40-12.15 BTA (3)
Ex.sempoa(14
)
Sholat
Jumat &
I shoma
12.15-12.50 I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji

12.50-13.25
13.25-14.00
IPS
(9)
IPA
(13)
BIG
(5)
MTK
(12)
BIN
(4)
14.00-14.35
14.35-15.00
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
Kelas IV
Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00-07.35 Upacara BIG
(5)
Al-Quran
Hadits (4)
Hafalan (3) B. Jawa
(13)
Pramuka
(8 & 12) 07.35-08.10 Akidah
Akhlak (3)
SBK
(7) 08.10-08.45 Penjaskes
(6)
MTK
(10)
BIN
(5)

Ex. Hadroh
(8) 08.45-09.20 PKN
(2)
BIN
(5) 09.20-09.55 IPS (2) BTA (3) Ex.komputer
(9) 09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat
10.30-11.05 Fiqih
(9)
IPS (2)
IPA
(13)
MTK
(10)
SKI
(7)
Ex. Renang
(6)
11.05-11.40 B. Arab
(8) 11.40-12.15 Ibadah (9) Sholat
Jumat
& I shoma
12.15-12.50 I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji

12.50-13.25
13.25-14.00
BIN
(11)
IPS
(3)
MTK
(12)
IPA
(13)
BIG
(8)
14.00-14.35
14.35-15.00
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar

Kelas V
Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
07.00-07.35 Upacara MTK
(10)
B. Arab
(8)
IPA
(13)
SBK
(7)
Pramuka
(8 & 12) 07.35-08.10 BIG
(5) 08.10-08.45 Penjaskes
(6)
IPA
(13)
IPS
(2)
PKN
(2)
Ex.Hadroh
(8) 08.45-09.20 Akidah
Akhlak (3) 09.20-09.55
BIG (5) MTK (10)
B.
Jawa(13)
IPS (2) Ex.komputer
(9)
09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat
10.30-11.05
BIN
(8)
BIG (5) MTK (10)
B.
Jawa(13)
IPS (2)
Ex. Renang
(6) 11.05-11.40 Fiqih
(9)
BIN
(8)
SKI
(7)
Al-Quran
Hadits (4) 11.40-12.15
12.15-12.50
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
I shoma&
mengaji
Sholat
Jumat
& I shoma

12.50-13.25
13.25-14.00
BIN
(11)
MTK
(12)
IPA
(6)
MTK
(10)
IPA
(2)
14.00-14.35
14.35-15.00
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
Dari jadwal pelajaran tersebut dapat kita ketahui bahwa penerapan
full day school hanya untuk kelas tiga keatas yaitu pada hari senin sampai
jumat pulang pukul 15.00 sedangkan untuk hari sabtu pulang pukul 11.40.
untuk kelas satu hari senin sampai dengan sabtu pulang pukul 11.05 kecuali
hari jumat pulang pukul 09.55. sedangkan untuk kelas dua pulang pukul
12.15 kecuali hari jumat pulang pukul 11.05
Selanjutnya untuk mengetahui keadaan siswa dalam proses
mengikuti kegiatan full day school, peneliti membagikan angket berupa
pertanyan pertanyaan yang di rasa peneliti perlu mengetahui hasil jawaban
dari pertanyaan pertanyaan tersebut.
Adapun untuk mengetahui apakah anak mengetahui akan penting
tidaknya penerapan full day school, peneliti memberikan angket kepada 29
siswa yang terdiri dari kelas tiga keatas
TABEL IV
PENDAPAT SISWA TENTANG PENTINGNYA FULL DAY SCHOOL
DI TERAPKAN DI MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
1
a. Penting sekali
b. Kurang penting
c. Tidak penting
29 28
1
-
96,5%
3,45%
-
Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat kita ketahui bahwa
anak yang menjawab full day school penting sekali di terapkan di MI Al-
Qamar sebanyak 28 anak atau 96,5 % sedangkan yang menjawab kurang
penting sebanyak satu anak atau 3,45 %. Dari hal tersebut berarti dapat kita
ketahui bahwa ada kesadaran anak untuk mengikuti kegiatan full day school
yang di terapkan di MI Al-Qamar
Selanjutnya penulis juga ingin mengetahui bagaimana kondisi
keadaan mental siswa ketika mengikuti kegiatan full day school, oleh sebab
itu sama seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu dengan
membagikan angket mengenai bosan tidaknya siswa ketika mengikti kegiatan
full day school
TABEL V
PENDAPAT SISWA TENTANG TINGKAT KEBOSANAN DALAM
MENGIKUTI FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
2
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
29 5
17
7
17,24%
58,62%
24,14%
Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat peneliti ketahui bahwa siswa dalam
mengikuti kegiatan full day school mayoritas tidak mengalami kebosanan,
yaitu yang menjawab tidak bosan sebanyak 58,62 % atau 17 siswa, sedangkan
yang menjawab bosan sebanyak 5 siswa atau 17,24 % dan yang kadang-
kadang sebanyak 7 siswa atau 24,14 %
Jadi dapat ketahui bahwa penerapan full day school di MI Al-Qamar
tidaklah memberatkan siswa, siswa mayoritas mengikuti kegiatan full day
school dengan hati gembira hal tersebut sangat cocok sekali dengan yang di
sampaikan dari guru yang mengabdi di MI Al-Qamar sebagaimana kutipan di
atas, bahwa siswa sangat senang menikuti kegiatan full day school, bahkan
sampai-sampai mengajak menginab di sekolahan.
Untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa dalam menerima pelajaran
yang di berikan pada waktu full day school, dapat kita ketahui pada tabel
berikut :


TABEL VI
PENDAPAT SISWA TENTANG SULIT TIDAKNYA SISWA DALAM
MENERIMA MATERI PADA WAKTU MENGIKUTI FULL DAY
SCHOOL DI MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
3
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
29 3
20
6
10,34%
68,96%
20,68%
Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata anak
mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, hal tersebut
sangatlah menunjang terhadap keberhasilan siswa, karena dengan
tersampaikannya materi yang diberikan oleh guru kepada siswa menjadikan
berhasilnya kegiatan belajar mengajar yang mana hal tersebut merupakan
sesuatu yang diharapkan baik oleh guru maupun orang tua hal tersebut dapat
kita ketahui bahwa sebanyak 20 siswa atau 68,96 menjawab tidak mengalami
kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan
hanya tiga anak atau 10,34% yang menjawab ya, atau mengalami kesulitan
dalam menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan 6 siswa atau
20,68% menjawab kadang-kadang atau dalam arian kadang-kadang sulit
menerima dan kadang-kadang bisa menerima materi yang disampaikan oleh
guru.
Hal tersebut di korscekkan oleh peneliti melalui hasil angket yang
diberikan kepada 15 guru yang mengajar di MI AL-Qamar Bagor tentang
apakah materi yang diberikan kepada siswa pada waktu full day school dapat
tersampaikan. Berikut tabel hasil jawaban dari Bapak dan Ibu guru di MI Al-
Qamar Bagor.
TABEL VII
PENDAPAT GURU TENTANG TERSAMPAIKAN TIDAKNYA
MATERI PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
3
a. Tersampaikan
b. Kurang tersampaikan
c. Tidak tersampaikan
15 13
2
-
86,66%
13,33%
-
Jumlah 15 15 100%

Berdasarkan hasil tabel di atas peneliti merasa lebih yakin bahwa
siswa dapat menerima materi yang diberikan oleh Bapak atau Ibu guru pada
waktu full day school di karenakan hampir semua guru atau sebanyak 13
guru/86,66% memilih tersampaikan materi yang telah diberikan kepada siswa
dan hanya dua guru ataiu 13,33 guru yang memilih kurang tersampaikan
tentang materi yang telah di berikan
Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan full day
school di MI AL-Qamar, penulis mengambil salah satu kegiatan yang selalu
di lakukan di MI-Al-Qamar pada waktu full day school yaitu kegiatan sholat
dzuhur dan ashar.
Berdasarkan angket yang di berikan kepada 39 siswa dapat kita
ketahui keaktifan murid dalam mengikuti kegiatan full day school melalui
salah satu kegiatan yang ada di sana, yaitu sholat dzuhur dan sholat asar
berjamaah. Berikut adalah tabel tentang keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan sholat szuhur dan ashar berjamaah

TABEL VIII
JAWABAN SISWA TENTANG KEAKTIFAN MENGIKUTI SHOLAT
DZUHUR DAN ASHAR BERJAMAAH PADA WAKTU FULL DAY
SCHOOL DI MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
4
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak pernah
29 28
1
-
96,5%
3,45%
-
Jumlah 29 29 100%

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat diketahui bahwa
kegiatan full day school yang di terapkan di MI Al-Qamar berjalan dengan
baik, terbukti dengan hampir semua siswa mengikuti kegiatan full day school
di MI Al-Qamar yaitu 28 siswa yang selalu mengikuti kegiatan sholat
berjamaah dzuhur dan ashar atau 96,5% sedangkan hanya satu anak yang
jarang mengikuti sholat dzuhur dan ashar berjamaah atau 3,45%
2. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat
Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar
a. Faktor Pendukung
Dalam melaksanakan sebuah sistem sangat diperlukan faktor
pendukung, karena tanpa faktor pendukung maka sistem tersebut tidak akan
berjalan dengan lancar. Adapun faktor pendukung dalam penerapan full day
school untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI AL-Qamar bagor
menurut hasil wawancara, observasi dan penyebaran angket peneliti terhadap
kepala sekolah waka kurikulum dan guru-guru di MI Al-Qamar diantaranya:
1) Sarana dan prasarana
Berbicara tentang sarana dan prasarana, maka hal ini tidak hanya
menyangkut gedung saja. Akan tetapi, termasuk juga beberapa komponen
yang terdapat di dalamnya. Dengan adanya sarana dan prasarana yang
memadai, maka hal tersebut dapat menunjang berjalannya proses belajar
mengajar, sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.
Sebagaimana dari hasil observasi peneliti, bahwa sarana dan prasarana
untuk ukuran MI di MI Al-Qamar Bagor sudah cukup lengkap, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Seperti adanya ruang belajar/kelas, ruang belajar
yang sangat luas, tempat bermain, Aula dan masjid, ruang kebun percobaan,
sebagaimana yang terdapat dalam tabel II. Dengan terpenuhinya sarana
prasasa di luar kelas maupun di dalam kelas, maka proses belajar mengajar
akan berjalan dengan lancar sehingga mampu meningkatkan kualitas
pendidikan.
Hal tersebut sesuai dengan yang di ungkapkan oleh kepala sekolah MI
Al-Qamar Bagor :
MI sekarang sudah memiliki satu lokal gedung yang terdiri dari
enam kelas, yang di pakai untuk kegiatan belajar mengajar, selain itu di luar
kelaspun siswa-siswa bisa bermain dengan leluasa, karena halaman di sini
sangat luas dan ada wahana-wahana bermain untuk anak, sehingga anak tidak
terlalu bosan mengikuti pelajar.
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Dari hasil observasi di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa sarana
dan fasilitas sangat mempengaruhi dan mendukung dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Karena Siswa tentu dapat belajar dengan baik dan
senang berada di sekolah bila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan
belajarnya. Maka masalah yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar tentu
relatif kecil dan hasil belajarnya tentu akan lebih baik.
2) Adanya dukungan dari orangtua siswa atau masyarakat.
Hubungan keluarga dengan sekolah merupakan suatu dasar bagi
penyelenggaraan sekolah yang baik. Sebagaus apapun sebuah program atau
sistem bila tidak mendapatkan dukungan dari orang tua siswa, maka program
atau sistem tersebut akan sia-sia.
Bukti adanya dukungan atau keikutsertaan masyarakat atau orang tua
siswa di MI Al-Qamar Bagor adalah dengan adanya pelaksanaan parens day
dan dzikir bersama orang tua siswa atau masyarakat. Kegiatan parens day ini
dilakukan oleh orang tua siswa yang memiliki potensi-potensi tertentu atau
memiliki life-skill, orang tua siswa diberikan kesempatan untuk bertukar
pengalaman, diskusi, dialog secara langsung dengan siswa. Murid
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dan bukan sekedar teori.
Misalnya wali murid yang berprofesi sebagai tukang meuble kayu, maka ia
akan bertutur tentang bidangnya secara langsung dengan siswa. Wali murid
yang berprofesi sebagai pengrajin batu bata, beliau dapat membagi ilmunya
kepada murid-murid bagaimana proses dan seluk beluk batu bata dan lain-
lain. Semisal lagi kalu ada orang tua murid rang berprofesi sebagai petani
atau penjual tempe atau tahu, maka orang tua wali tersebut akan menerangkan
kepada pesaerta didik sesuai dengan bidang yang di gelitu masing-masing
orang tua murid.
Berikut hasil petikan wawancara dengan kepala sekolah MI Al-Qamar
. Disini tiap satu dua bulan sekali mengadakan dzikir dan istighosah
bersama para wali murid selain untuk menjalin tali silaturrahmi antara guru
dan wali murid juga untuk mendiskusikan tentang keadaan siswa selama
belajar di sisi (MI Al-Qamar Bagor),.. selain itu di sini juga ada kegiatan
parens day yang pelaksanannya kadang satu bulan sekali kadang dua bulan
sekali, tidak mesti, karena tergantung kesibukan dari orang tua murid ,
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Hal tersebut juga senada degan yang di ungkapkan oleh salah seorang
guru yang mengabdi di MI Al-Qamar tersebut
. Disini juga ada kegiatan parens day, dimana sekolah
memanfaatkan keahlian para wali murid untuk menularkan keahlian yang di
miliki masing-masing wali murid. Sebagai mana contohnya di sini ada orang
tua murid yang berprofesi sebagai pembuat batu bata, maka orang tua wali
tersebut menjelaskan kepada para murid mulai dari alat-alat pencetak batu
bata, bentunya, cara membuatnya sampai kepada proses finishingnya,
(Wawancara dengan guru yang mengabdi di MI Al-Qamar pada
tanggal 12 Maret 2010)
Peneliti ingin melakukan pengkorscekkan dengan wali murid yang
kebetulan pada waktu peneliti mengobservasi beliau sedang menunggui
anaknya di sekolah tersebut, berikut petikan wawancara peneliti dengan salah
satu orang tua murid
Di MI sini tiap satu atau dua bulan kami (orang tua murid ) di
undang untuk beristighosah dan juga kadang dari orang tua murid ada yang di
suruh menyampaikan materi sesuai dengan bidang kami masing-masing
(Wawancara dengan wali murid MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Dari petikan hasil interview di atas, maka dapat diinterpretasikan
bahwa adanya dukungan dari orang tua siswa atau masyarakat itu hal yang
sangat penting dan sangat mendukung berjalannya kegiatan yang
diprogramkan oleh madrasah, karena melakukan pendidikan adalah usaha
bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Antara ketiga lembaga
tersebut berjalan secara terpadu, seiring dan sejalan untuk menuju satu tujuan
yang bersifat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dengan
demikian, maka akan tercapailah kualitas pendidikan sesuai dengan yang
diharapkan bersama.
3) Guru atau tenaga pengajar
Guru atau tenaga pengajar adalah ujung tombak dalam pelaksanaan
pendidikan yang bertujuan agar mencapai tujuan pendidikan dengan
maksimal. Dengan demikian guru sangat dibutuhkan di dalam proses belajar
mengajar. Karena tanpa adanya guru atau tenaga pengajar maka proses
belajar mengajar tidak akan terjadi.
Dari hasil observasi peneliti mengetahui bahwa guru atau tenaga
pengajar di MI Al-Qamar Bagor sangat memadai dan sangat mendukung
diterapkannya full day school. Dengan demikian, hal tersebut sangat
mendukung terhadap penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Karena kegiatan belajar mengajar di madrasah, tergantung pada
ketersediaannya para guru dalam melakukan proses belajar mengajar.
Berikut adalah hasil angket yang di berikan oleh peneliti kepada 15
guru yang mengajar di MI AL-Qamar, untuk mengetahui apakah guru-guru
yang mengajar di MI Al-Qamar mendukung tentang di terapkannya full day
school di MI tersebut
TABEL X
PENDAPAT GURU TENTANG PENERAPAN FULL DAY SCHOOL DI
MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
4
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
15 15
-
-
100%
-
-
Jumlah 15 15 100%

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat kita ketahui bahwa semua guru
yang mengajar di MI AL-Qamar 100% setuju tentang diterapkannya sistem
full day school di MI Al Qamar. Hal ytersebut sangatlah menunjang tentang
pelaksanaan full day school di MI AL-Qamar Bagor
Hal senada juga disampaikan oleh kepala Madrasah ibtidaiyah (MI)
Bagor
Guru di sini sangat antusias dalam melaksanakan tugas, mereka terlihat
bersemangat dalam mengajar, terlihat dari ketepatan waktu dalam mengajar
di kelas
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Hal tersebut sangatlah cocok dengan angket yang peneliti berikan
kepada 29 siswa yang mengikuti full day school di MI AL-Qamar yang
terkait dengan pendapat mereka tentang ketepatan guru dalam mengajar pada
waktu full day school
TABEL XI
PENDAPAT SISWA TENTANG KETEPATAN GURU DALAM
MENGAJAR PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
4
a. Tepat waktu
b. Kurang tepat waktu
c. Tidak tepat waktu
29 23
6
-
79,31%
20,69%
-
Jumlah 29 29 100%

Dari hasil observasi di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa
keberadaan guru sangat di butuhkan di dalam sebuah lembaga pendidikan,
karena guru dalam proses belajar mengajar tidak terbatas pada penyampaian
pengetahuan saja. Akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan
keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan
proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk
belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan dapat
mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian, keberadaan dan kesiapan guru dalam melakukan
proses belajar mengajar di madrasah sangat mendukung berjalannya proses
belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri
b. Faktor Penghambat
Di dalam menjalankan sebuah sistem tidak akan berjalan dengan begitu
saja, pasti ada kendala atau penghambat yang dihadapinya. Adapun faktor
penghambat dalam penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di MI Al-Qamar bagor berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil
wawancara adalah terletak pada siswa/peserta didik
Siswa merupakan subjek pendidikan yang meneruskan cita-cita Bangsa
dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Yang menjadi permasalahan
dari setiap individu adalah perbedaan karakteristik yang berbeda-beda antara
yang satu dengan yang lainnya berdasarkan watak masing-masing, maka
dalam mendidiknyapun harus berbeda-bedapula, ada anak didik yang rajin,
ada juga anak didik yang malas selain itu kemampuan siswa dalam menerima
materi pelajaranpun sangat berbeda-beda. Sehingga hal tersebut sangat
mempengaruhi kualitas lulusan yang di hasilkan oleh lembaga. Dengan
demikian, seorang guru harus benar-benar jeli di dalam menyikapinya dan
guru dituntut bagaimana caranya agar siswa dapat menerima materi pelajaran
dengan baik. Maka tugas guru adalah memberikan motivasi kepada siswa
untuk selalu belajar dan bersemangat.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh kepala
madrasah pada waktu interview dengan peneliti beliau mengatakan bahwa
. Kendala yang ada pada waktu full day school di MI Al-Qamar
Bagor adalah banyak anak yang malas. Akan tetapi untuk menyikapi anak
didik yang malas saya (Kepala Madrasah) mengadakan koordinasi dengan
para guru dan waka-waka yang ada untuk mencari solusi tentang hal tersebut
di atas ..
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Hal senada juga di ungkapkan oleh guru yang mengabdi di MI AL-
Qamar tersebut. Beliau mengatakan
. Anak anak disini kalau siang setelah sholat, makan siang, mengaji
lalu ada istirahat sebentar baru pelajaran. Kebanyakan pada waktu itu anak
masih ingin bermain dulu, sehingga guru harus pintar-pintar menguasi
keadaan sehingga anak menjadi berkonsentrasi mengikuti pelajaran ..
(Wawancara dengan guru yang mengabdi di MI Al-Qamar pada
tanggal 12 Maret 2010)
Dari petikan wawancara bersama kepala madrasah dapat peneliti
ketahui bahwa kendala dalam penerapan full day school yang di terapkan di
MI AL-Qamar terletak pada peserta didik itu sendiri, kebanyakan anak
cenderung ingin bermain sehingga kegiatan proses belajar mengajar agak
sedikit terganggu
3. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pendidikan di Mi Al-Qamar
a. Peningkatan Sarana Dan Prasarana
Dengan diterapkannya full day school untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, yang berimplikasi pada rentan waktu belajar yang lama, maka
mengacu guru untuk berusaha berkreasi menerapkan metode atau strategi
pembelajaran yang bervareasi, seperti menggunakan game dalam
pembelajaran atau setting pembelajaran yang berbeda, yang semula di dalam
kelas menjadi di luar kelas dan bisa juga menggunakan moving class seperti
yang dilakukan di MI Al-Qamar Bagor. Hal tersebut bertujuan agar siswa
tidak merasa bosan atau jenuh pada waktu proses belajar mengajar
berlangsung.
Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh waka
kurikulum, beliau mengatakan bahwa:
Guru mempunyai otoritas untuk melaksanakan pembelajaran, silahkan
mau belajar dimanapun tidak harus diruangan, bahkan yang harus dibawa
kemusiumpun diperbolehkan, yang penting persiapannya sudah jelas dan
seperti apa yang akan dilakukan disana. Karena guru bukan satu-satunya
sumber belajar. Dengan demikian, guru harus kreatif dalam menggunakan
media pembelajaran. Adapun kondisi guru pada waktu mengajar yang
dilakukan di MI Al-Qamar Bagor yaitu guru mengembangkan pendekatan
emosional terhadap peserta didik, karena guru itu seperti teman dalam belajar,
maksudnya untuk membangkitkan keberanian anak. Akan tetapi biasanya
anak tidak berani mengeritik guru. Itu merupakan hal yang biasa yang sering
dilakukan siswa/anak pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.
(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010).
Dari petikan hasil interview di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa
seorang guru harus kreatif dan inovatif serta banyak memiliki ide di dalam
menjalankan proses belajar mengajar. Hal tersebut Bertujuan agar siswa tidak
merasa jenuh dan bosan di dalam mengikuti mata pelajaran yang di ajarkan
oleh guru yang bersangkutan.
Kemudian untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar
Bagor memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana,
pengaturan penggunaan sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan
belajar intensif namun tidak bersifat kaku, peningkatan jumlah guru yang
berkualitas dan keefektifan dalam hal melakukan kegiatan belajar mengajar
Hal tersebut sesuai dengan apa yang di katakana oleh bapak kepala
sekolah MI Al-Qamar. Beliau mengatakan :
. Setelah diterapkannya full day school di sekolah ini, maka sekolah
berusaha dengan segala upaya untuk menjadikan sekolah ini menjadi sekolah
yang teladan, harus ada semangat guru untuk mengajar walaupun harus
pulang sore dan juga dari sekolah menyediakan fasilitas-fasilitas seperti
tempat belajar di halaman dengan mendirikan bangku taman, sehingga siswa
tidak merasa bosan belajar di dalam ruangan saja ,
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah tersebut dapat peneliti
ketahui bahwa setelah di terapkannya program full day school di sana, maka
ada upaya-upaya yang di lakukan oleh sekolah untuk menambah fasilitas-
fasilitas yang menunjang berjalannya program full day school tersebut,
terbukti setelah di terapkan full day school di sekolah tersebut, untuk
mengantisipasi agar siswa tidak merasakan kebosanan dalam melakukan
proses belajar mengajar, karena kita ketahui setalah penerapan full day school
maka siswa menjadi pulang sore maka di bangunlah bangku taman yang
berada di bawah pohon yang rindang, sehingga siswa bisa belajar di sana.
Lebih lanjut lagi waka kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar
menuturkan :
.. Setelah di terapkan pulang sore (full day school) di sini banyak
perubahan yang terjadi, di dirikannya kursi taman untuk area bermain dan
belajar, di bangunkannya ruangan untuk makan, karena setelah de
terapkannya pulang sore di MI ini, maka siswa-siswa makan siang di sekolah,
selain itu untuk menunjang kegiatan full day school sekolah menambahkan
buku-buku bacaan, karena setelah sholat dzuhur, makan anak ada yang capek
dan biasanya membaca-baca buku-buku cerita
(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8-April 2006).
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa dengan di
terapkannya system full day school di sana fasilitas- fasilitas yang ada
menjadi bertambah, seperti di bangunkannya gedung buat makan, di
buatkannya kursi taman untuk area belajar, bertambahnya buku-buku bacaan
untuk menunjang waktu luang siswa.
Hal tersebut sangat cocok dengan hasil angket yang diberikan peneliti
kepada bapak ibu guru
TABEL XII
PENDAPAT GURU TENTANG PENERAPAN SISTEM FULL DAY
SCHOOL DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI
MI AL-QAMAR
No Alternatif jawaban N F P
1
a. Bisa
b. Tidak bisa
15 14
1
96,5%
3,45%
Jumlah 15 15 100%

Berdasarkan tebel yang ada di atas dapat di ketahui bahwa hampir
semua guru atau 96,5% guru memilih bahwa dengan diterapkannya system
full day school di sana bisa meningkatkan kualitas pendidikan, sedangkan
yang menjawab tidak bisa hanya satu orang guru atau 3,45% saja.
b. Peningkatan Kualitas Guru
Selain peniningkatan sarana dan prasarana setelah diterapkan system
full day school sekolahan MI Al-Qamar juga menambah dua orang guru
untuk mengajar di MI, hal tersebut dikarenakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di MI AL-Qamar. Hal tersebut senada dengan yang di ungapkan
oleh kepala sekolah MI Al-Qamar berdasarkan hasil wawancara dengan
peneliti
. Setelah menerapkan full day school, pulangnya menjadi sore. Jadi
sekolahan ini menambah guru di karenakan untuk mengurangi beban guru
yang sudah dulu mengajar disini .
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Hal tersebut senada dengan keterangan yang diberikan oleh waka
kurikulum MI Al-Qamar Bagor
. Guru di sini hampir semua sudah sarjana (S1), dan jumlah guru di sini
sudah lebih dari cukup, karena jumlah rombongan belajar ada lima,
sedangkan jumlah guru yang mengajar ada lima belas. Hal tersebut juga
dikarenakan diterapkannya full day scholl yang mana di tuntut untuk
mempunyai jumlah guru yang banyak .
(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010).
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah MI dan waka kurikulum
di atas dapat penulis ketahui bahwa dengan diterapkannya system full day
school di MI AL-Qamar maka berimbas kepada penambahan jumlah guru,
dalam artian system full day school setelah di terapkan di sana bisa
meningkatkan kualitas pengajar atau guru
c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Kualitas dalam konteks hasil pendidikan menurut Umaedi, dalam
bukunya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah mengacu pada
hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah atau hasil pendidikan
(student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis
misalnya ulangan umum, Ebta atau nilai raport.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala
madrasah, waka kurikulum serta guru yang mengabdi di MI AL-
Qamar Bagor, berikut adalah petikan wawancara dengan kepala
sekolah MI Al-Qamar Bagor terkait masalah prestasi belajar siswa
sebelum dan setelah di terapkannya system full day school di MI
Al-Qamar Bagor
.. Hasil rapot anak-anak setelah menerapkan system full
day school dengan sebelum menerapkan system full day school
menjadi meningkat, hal tersebut di karenakan ada penguatan-
penguatan materi pelajaran yang yang telah di sampaikan pagi hari
di telaah lagi sore harinya (pada waktu full day school) .
(Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret
2010)
Hal tersebut senada dengan yang di ungkapkan oleh waka kurikulum MI Al-
Qamar Bagor
. Setelah ada full day school di sini hasil nilai anak-anak menjadi lebih
bagus mereka menjadi terasa lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan, hal tersebut di karenakan pelajaran pagi di kasih penguatan pada
waktu sore harinya sehingga materi-materi yang di sampaikan dapat di ingat
kembali oleh murid dan materi-materi yang disampaikan tersebut menjadi
lebih melekat kepada murid .
(Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010).
Hal tersebut sesuai dengan nilai raport yang dapat peneliti dapatkan dari
petugas piket, dalam hal ini penulis membandingkan rata-rata nilai raport
anak kelas tiga semester I di bandingkan dengan nilai mereka pada waktu
kelas dua semester II yaitu ketika belum menerpakan sistem full day school,
berikut hasil perbandingan dari data yang peneliti peroleh :
TABEL XIII
DAFTAR PERBANDINGAN NILAI KELAS II SEMESTER II DAN
KELAS III SEMESTER I MI AL-QAMAR







Dari data tabel di atas dapat kita ketahui memang benar bahwa setelah
menerapkan sistem full day school di MI Al-qamar nilai raport siswa menjadi
lebih bagus. Dari delapan belas siswa yang sekarang duduk di kelas tiga
tersebut hanya tiga anak yang mengalami penurunan nilai yaitu A. Hisyam
AF. Yang rata-rata nilai raport pada kelas dua semester duanya adalah 80,05
pada kelas tiga semester satu atau sekarang turun menjadi 79,21. M Fiqi
NO Nama
KELAS II
SEMESTER II
KELAS III
SEMESTER I
Total Nilai Rata-rata Total Nilai Rata-rata
1. A. Hisyam.A.F 3122 80,05 2932 79,21
2. Agustina . S 3163 81,10 3191 86,24
3. Amalya Yoga. S 2879 73,82 3203 86,6
4. Galuh Pramesty 2694 72,8 2910 78,64
5. Hanifah Arum. P 3148 80,72 3203 86,6
6. Lutfi Nur. A 3168 81,23 3248 87,8
7. M. Farrel Elno. D 3120 80 3212 86,8
8. M. Fiqi Hendy. K 2913 74,69 2711 73,27
9. M.M. Romadona 2640 67,69 2666 72
10. M.M Romadani 2617 67.10 2684 72,5
11. Riyasun. A.H 2894 74,21 3001 81
12. Rofiatul. F 2787 71,46 2889 78,1
13. Sandyka R.M 2816 72,20 2593 70,08
14. Sulaiman. M 2586 66,31 2593 70,1
15. Vinka Nur. I 2887 74,02 2957 79,91
16. Zainul Arifin 3020 77,44 3058 82,6
17. M. Z. Amirul. H 2673 68,53 2869 77,54
18. Krisna 2919 74,84 3020 81,62
Hendy K. kelas dua semester dua rata-rata nilainya 74,69 turun menjadi 73,27
dan yang terakhir adalah Sandyka R.M. kelas dua semester dua nilai rata-rata
raportnya 72,20 sekarang turun menjadi 70,08 sedangkan selain tiga siswa
tersebut rata-rata raportnya naik semua yaitu sejumlah 15 anak

BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar
Sebagaimana pemaparan dalam bab empat dapat kita ketahui bahwa
penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar di mulai pukul 07.00 s/d
15.00 dalam artian dalam sehari siswa belajar selama delapan jam dan
istirahat selama 35 menit.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru-guru di MI Al-
Qamar tidak hanya di dalam kelas saja tetapi juga berada di luar kelas, hal
tersebut dikarenakan agar anak tidak merasa bosan dan juga kalau mengajar di
luar kelas suasananya menjadi tidak begitu formal sehingga anak bisa lebih
dekat dengan guru yang pada akhirnya siswa tidak malu bertanya kepada guru
apabila mengalami kesulitan dalam belajar.
Hal ini sesuai dengan yang di tuturkan Syukur Basuki dalam artikel
beliau yang berjudul full day School Harus Proporsional sesuai jenis dan
jenjang sekolah. Yang peneliti ambil dari situs internet
(http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id) Dalam artikel syukur basuki di katakan
bahwa
Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah
lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot
pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya.

Sedang waktunya
digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal,
tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan
inovasi dari guru. Dalam hal ini, berpatokan pada penelitian yang mengatakan
bahwa waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam
sehari (dalam suasana formal) dan tujuh sampai delapan jam (dalam suasana
informal)



Dari sini dapat kita ketahui bahwa teori tentang full day school yang
ada sudah di terapkan di MI AL-Qamar walaupun masih harus ditingkatkan
lagi demi meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar, seperti
bagaimana strategi guru dalam mengajar ketika siswa dalam kondisi
kecapekan, bagaimana sekolah menciptakan susasana yang menyenangkan
baik di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga murid merasa tidak
terbebani tetapi ilmu yang telah di sampaikan dapat masuk ke dalam hati
mereka dan juga upaya-upaya lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
MI Al-Qamar
Pelaksanaan full day school yang ada di MI Al-Qamar menurut
peneliti sudahlah baik dalam hal penyampaian materi yang di berikan oleh
pada waktu full day school berdasarkan angket yang diberikan peneliti kepada
29 siswa yang mengikuti full day school di MI Al-Qamar dapat kita ketahui
bahwa sebanyak 20 siswa atau 68,96 menjawab tidak mengalami kesulitan
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan hanya tiga
anak atau 10,34% yang menjawab ya, atau mengalami kesulitan dalam
menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan 6 siswa atau 20,68%
menjawab kadang-kadang atau dalam artian kadang-kadang sulit menerima
dan kadang-kadang bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru.
Sebagaimana sudah digambarkan dalam bab empat yang telah di
korscekkan oleh peneliti melalui hasil angket yang diberikan kepada 15 guru
yang mengajar di MI AL-Qamar Bagor tentang apakah materi yang diberikan
kepada siswa pada waktu full day school dapat tersampaikan Berdasarkan dari
data di atas (Tabel VII) peneliti merasa lebih yakin bahwa siswa dapat
menerima materi yang diberikan oleh Bapak atau Ibu guru pada waktu full
day school di karenakan hampir semua guru atau sebanyak 13 guru/86,66%
memilih tersampaikan materi yang telah diberikan kepada siswa dan hanya
dua guru atau 13,33 guru yang memilih kurang tersampaikan tentang materi
yang telah di berikan
Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak
keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga
merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset
mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara
akademik dan sosial dengan adanya full day school.
67
Cryan dan Others dalam
risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan
anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu
terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka
juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang
lebih positif, karena tidak ada waktu luang untuk melakukan penyipangan-
penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam
pengawasan guru.
68

B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat Penerapan
Sistem Full Day School di MI Al-Qamar


67
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman
168
68
Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07

1. Faktor Penghambat
Dalam melakukan sebuah perencanaan tentunya pasti ada hambatan-
hambatan yang di alami, akan tetapi kalau hambatan-hambatan tersebut dapat
diatasi dengan cepat dan tepat maka hambatan-hambatan tersebut menjadi
tidaklah berarti
Dalam penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar terdapat
beberapa faktor yang menjadi kendala, faktor yang paling mencolok adalah
faktor peserta didik. Siswa merupakan subjek pendidikan yang meneruskan
cita-cita Bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Yang
menjadi permasalahan dari setiap individu adalah perbedaan karakteristik
yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan watak
masing-masing, maka dalam mendidiknyapun harus berbeda-beda pula, ada
anak didik yang rajin, ada juga anak didik yang malas selain itu kemampuan
siswa dalam menerima materi pelajaranpun sangat berbeda-beda. Sehingga
hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas lulusan yang di hasilkan
Menurut Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul psikologi
belajar dan mengajar di kaatakan bahwa
Pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individu adalah-perbedaan-
perbedaan dalam kesiapan belajar. Anak-anak yang masuk sekolah masing-
masing memiliki tingkat kecerdasan, perhatian, pengetahuan yang berbeda-
beda dengan kesiapan belajar yan berbeda-beda. Mereka berbeda dalam
potensi bahkan dalam karakternya. Masalahnya adalah pendidikan yang
bagaimana yang patut diberikan kepada mereka agar tercapai perkembangan
secara optimal bagi tiap individu sesuai dengan kapasitas dana
kecenderungan-kecenderungan mental mereka
69

Dalam pelaksanaan full day school di MI Al-Qamar, guru-guru
pengajar mengupayakan dengan berbagai cara agar pelaksanaan kegiatn
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, terutama pada jam-jam siang
yan mana pada jam-jam tersebut siswa sudah merasa lelah yaitu dengan cara
mengadakan kegiatan pembelajaran di luar sehingga siswa tidak merasa jenuh
hanya di dalam kelas saja
2. Faktor Pendukung
Sekolah yang unggul dan berkualitas itu adalah sekolah yang mampu
menghantarkan siswa-siswinya yang berkemampuan biasa bahkan
rendah menjadi siswa yang mampu bersaing dengan siswa sekolah lain.
Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik
dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi
sekarang dan masa yang akan datang.
Kemampuan lembaga pendidikan dalam membudayakan sumber-
sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal
mungkin, sehingga output-nya memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya perencanaan-perencanaan
yang sudah di canangkan harus di jalankan dengan baik dan juga memerlukan
adanya dukungan-dukungan baik dari dalam lembaga sendiri ataupun
dukungan dari luar lembaga.

69
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2004
hal. 17
Adapun faktor-faktor yang mendukung sistem full day school yang
ada di MI Al-Qamar adalah sarana prasarana yang memadai adanya dukungan
dari orang tua, masyarakat dan tenaga pendidik.
Di katakan oleh Sugianto dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar
kependidikan mengatakn bahwa
Guru sebagi pendidik dalam pendidikan formal sekolah, yang
secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk
memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dari
lembaga pendidikan formal sekolah. Dan guru harus memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang tinggi, kualitas guru
sedemikian itu hanya akan diperoleh jika guru disiapkan dengan matang agar
ia mampu dalam pelaksanaan pembelajaran .
70


Pengalaman guru dalam bidang pengajaran memiliki andil yang cukup
besar di dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Dengan modal
pengalaman belajar seorang pendidik akan semakin banyak memiliki
pengetahuan baik dalam bentuk teknik maupun strategi mengajarnya.
Selain itu sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas pendidikan peneliti melihat pengaturan
penggunaan alat-alat di MI Al-Qamar cukuplah baik, semisal
penggunaan type recorder yang digunakan oleh guru bahasa inggris dan
arab juga terjadwal dengan baik.
Ali Saifullah mengatakan dalam bukunya yang berjudul
pendidikan pengajaran dan kebudayaan mengatakan bahwa
Jenis peralatan dan perlengakapan yang disediakan disekolah
dan cara administrasi mempunyai pengaruh besar terhadap program belajar
mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan

70
Sugiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, IKIP
PGRI Bojonegoro 1993, hal. 15-17
menghambat proses belajar mengajar. Demikian pula administrasi yang
jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut,
sekalipun peralatan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa.
71


Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa faktor fasilitas
merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam tercapainya
mutu pendidikan, apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian
akan mengakibatkan merosotnya mutu pendidikan. Khususnya
sarana dan prasarana yang berupa al at Bantu pembelajaran.
Diperlukan keahlian mengggunakan pembinaan alat -alat dalam proses
belajar mengajar bertujuan mempertinggi prestasi belajar pada umumnya.
C. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak
sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses
pelaksanaan pendidikan, Proses disini termasuk model kurikulum yang
diterapkan. Berkenaan dengan penerapam kurikulum, sistem full day school
merupakan salah satu bentuk kurikulum yang dirasa mendukung untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
Dapat kita ketahui bersama bahwa pelaksanaan sistem full day school
di MI Al-Qamar telah berjalan selama tiga tahun, dalam jangka waktu tiga
tahun tersebut setelah menerapkan system full day school banyak perubahan
perubahan yang terjadi pada lembaga pendidikan ini di antaranya peningkatan

71
Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional,
1982, hal. 96-98


sarana dan prasarana, bertambahnya jumlah guru serta peningkatan hasil
belajar siswa. Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak
keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga
merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak.
Ada sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak
keuntungan secara akademik dan sosial dengan adanya full day school.
72

Cryan dan Others dalam risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day
school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain,
karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas
anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga
menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidk ada waktu luang untuk
melakukan penyipangan-penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas
dan berada dalam pengawasan guru.
73

Dari pemaparan data tersebut dapak kita ketahui bahwa pelaksanaan
system full day school banyak manfaatnya. Selain bertambahnya jam
pelajaran yang diajarkan juga guru dapat mengontrol keadaan siswa.










72
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman
168
73
Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitaan di Mi Al-Qamar Bagor penulis menyimpulkan
beberapa hal dari hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, diantaranya yaitu:
1. Penerapan full day school di MI Al-Qamar Bagor sudah cukup
baik. Dilihat dari penggunaan kurikulum 2004 yang terdiri dari
empat komponen, dalam proses belajar mengajar guru dituntut
untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bervareasi, seperti
game, setting pembelajaran yang berbeda, muving class, dan lain-
lain, kemudian dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah
memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana,
pengaturan penggunaan sarana prasaraan, pemantauan serta
pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku.
2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan full day school di
MI Al-Qamar Bagor
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam penerapan full day school untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa diantaranya: Sarana dan
prasarana yang memadai; Adanya dukungan dari orang tua siswa
atau masyarakat; adanya guru atau tenaga pengajar.


b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam penerapan full day school di MI
Al-Qamar terletak kepada siswa atau peserta didik. Hal tersebut
dikarenakan siswa pada waktu proses kegiatan belajar mengajar
tidak dapat berkonsentrasi dalam menerima pelajaran
3. Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti bahwa Penerapan full day
school terbukti dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-
Qamar Bagor, hal tersebut dapat diketahui dengan peningkatan
jumlah guru, sarana dan prasarana, dan juga hasil prestasi siswa.
B. Saran
1. Bagi seluruh civitas akademika MI Al-Qamar (Kepala Madrasah, tenaga
pendidik dan pegawai) diharapkan terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang telah di bangun, baik meningkatkan prestasi
belajar siswa maupun kualitas atau mutu madrasah itu sendiri dengan
semaksimal mungkin.
2. Bagi peneliti lanjutan, diharapkan hasil penelitian ini adapat di jadikan
tambahan referensi dan di harapkan pada penelitian lanjutan dapat
melakukan penelitian yang lebih sempurna tentang penerapan full day
school untuk meningkatkan kualitas pendidikan

DAFTAR PUSTAKA
AI-Abrasyi. M.Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,
Jakarta: PT Bulan Bintang.
Al-Basyuni. 1994. Syarah Hadits, Bandung: Trigenda Karya
Al-Ghazali. Imam. 1983. Ihya Ulumuddin, Bandung: Diponegoro.
Arif. Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta:
Prima
Arifin. Muzayyin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Ciputat Peres
Arikunto. Suharsini. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktek), JAKARTA: Rineka Cipta.
Basuki, Syukur. Fullday School Harus Proporsional sesuai jenis dan
jenjang sekolah. (http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id)
B. Milles. Mathews, A. Micael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif,
Jakarta : UI Press.
Buchori. Muchtar. 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam
Renungan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Chafidz. Abdul., 1998. Sekolah Unggul konsepsi dan Problematikanya,
MPA No 142.
Departemen Agama RI. 1999. Al-quran dan Terjemahan, Surabaya: Al-
hidayah.
Departer. Bobbi, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, 2003. Quantum
Teaching (Mempraktekan Quantum teaching di ruang kelas-kelas), Bandung:
Kaifa.
D Marimba. Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: PT . Al-Maarif.
Ikromi. Moch. 2005. Pengembangan Manajemen Sistem Pendidikan,.
Malang : Tesis Universitas Islam Negeri (UIN)
J. Moleong. Lexi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT/ Remaja
Rosda Karya

Muhaimin dkk. 1996. strategi belajar dan mengajar, Surabaya: CV. Catur
Media Karya Anak Bangsa.
Nurani, 2005. Baity Jannati Duni Santri, edisi 245.

Nurani. 2005. Untung Rugi Full Day School, Surabaya: edisi 221,
Saifullah. Ali. 1982. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan,
Surabaya: Usaha Nasional.
Salim. Peter. 1988. Advanced English-Indonesia Dictonary, Jakarta:
Modern English Press.

Stoner. James, Edward Freman, Daniel R Gilbert. 1996. Manajemen Jilid
I, Jakarta: PT. Prenhallindo.

Sudjana. Nana. Awal Kusumah. 2000. Proposal Penelitian di Perguruan
Tinggi, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Suryabarata. Sumadi. 1990. Pembimbing Ke Psikodiagnostik, Yogyakarta:
Raksa Sersain.

Tafsir. Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Tritonegoro. Surtanti. 1989. Anak Super Normal dan Pendidikannya,
Jakarta: Bina Aksara.

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,
Malang: Direktur Pendidikan Menengah dan Umum,

Umaedi. 1999. Perkembangan Sekolah, Departernen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Umaedi. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan,
Malang: Jurnal Administrasi Pendidikan, FKIP UM

Umaedi. 1999. Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan
Sekolah Untuk Peningkatan Mutu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,

Você também pode gostar