PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR
NGANJUK
SKRIPSI
Oleh Addin Arsyadana 06110206
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG April, 2010 PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh Addin Arsyadana 06110206
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG April, 2010
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK
LEMBAR PENGESAHAN PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Addin Arsyadana (06110206) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 April 2010 dengan nilai ....... dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada tanggal 20 April 2010
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang Dr. Sugeng Listyo Prabowo , M.Pd. :_____________________________ NIP.19690526 2000003 1 003
Penguji Utama Dr. Wahidmurni, M.Pd. :_____________________________ NIP. 19690303 200003 1 002
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001 MOTTO
Ajarkanlah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara lebih baik. (Al-Quran Terjemah Q.S. An Nahl: 125)
Dengan Iman Hidup Terarah Dengan Ilmu Hidup Menjadi Mudah Dengan Cinta Hidup Bahagia Dengan Seni Hidup Terasa Indah
Orang Selalu Menyalahkan Keadaan Aku tak Percaya Akan Keadaan Orang Yang Berhasil di Dunia Adalah Orang Yang Bangkit Dan Mencari Keadaan Yang Mereka Inginkan, Dan Kalau Mereka Tak Menemukannya, Mereka Akan Menciptakannya
By. George Bernard Shaw
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk beliau- beliau yang telah memberilakn ilmu kepada saya selama belajar dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.
Ayahanda tercinta (Zainul Arifin) dan ibunda tercinta (Nury Yuchana) Yang telah mendidik dengan kasih sayang yang tak terhingga, dan yang telah memberikan dukungan moril, materil dan juga spirituil mulai saya ada dalam kandungan sampai menyelesaikan pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Dan juga tak lupa kakak tercinta Ahmad Faizal Arfi yang telah mendorong dan memberi semamngat kepada penulis
Guru- Guruku yang mengajar mulai dari buaian sampai sekarang: khususnya KH. Marzuki Mustamar sekeluarga, KH. Hadi Masyrury Lc. MA. Yang dengan ikhlas mengajar kami dengan penuh kesabaran dan memberikan teladan yang baik bagi kami. serta Dosen-Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang terutama Dosen pembimbing Hj. Rahmawati Bahrudin, M.Ag. yang telah meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukan beliau untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini
Sahabat- sahabatku dipesantren Sabilurrasyad Gasek, Malang yang selalu memberikan semangat sampai skripsi ini dapat terselesaikan. Dan juga sahabat- sahabatku sejurusan PAI
Sahabat- sahabatku IMAKA dan UNIOR UIN Malang kalian adalah sahabat yang telah memberikan ilmu dan juga pengalaman baru bagi saya. Semoga bermanfaat sampai kapanpun.
Bagi Seluruh pencari dan pecinta ilmu, yang tak pernah lelah dalam belajar dan mengkaji. Semoga Allah mengangkat derajat kita dengan ilmu yang kita miliki. AMIN
Hj. Rahmawati Baharudin, MA. Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Addin Arsyadana Malang, 8 April 2010 Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang
Assalamu`alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Addin Arsyadana NIM : 06110206 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul Skripsi : Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Mi Al-Qamar
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 8 April 2010
Addin Arsyadana
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir akademik yang berjudul Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang telah membawa petunjuk kebenaran kepada seluruh umat manusia, yaitu agama islam. Semoga kita mendapat syafaat beliau diakhirat nanti. Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagi pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis inginmengucapkan terima kasih yang tidak terhingga pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Ayah dan Bunda tercinta yang telah banyak memberikan motivasi baik berupa materi dan moril dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ketulusan beliau berdua. Dan juga kakak tercinta Ahmad Faizal Arfi yang telah mendorong dan member semangat kepada penulis 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA. selaku dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Hj. Rahmawati Baharudin, MA. selaku guru pembimbing yang dengan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. 6. Teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas bantuannya. Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan nikmat-Nya pada kita semua. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak sempurna dan punya bayak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan kritikan membangun dari semua pihak sehingga karya ilmiah ini dapat lebih sempurna. Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.
Malang, April 2010
Penulis
DAFTAR TABEL Tabel I : Data Keadaan Guru dan Karyawan di MI Al-Qamar Bagor Tabel 2 : Data Sarana dan Prasarana di MI Al-Qamar Bagor Tabel 3 : Jadwal Pelajaran Semester II Madrasah Ibtidaiyah (MI ) Al Qamar Bagor Tahun Ajaran 2009/2010
Tabel 4 : Pendapat Siswa Tentang Pentingnya Full Day School Di Terapkan Di MI Al-Qamar Tabel 5 : Pendapat Siswa Tentang Tingkat Kebosanan Dalam Mengikuti Full Day School Di MI Al-Qamar Tabel 6 : Pendapat Siswa Tentang Sulit Tidaknya Siswa Dalam Menerima Materi Pada Waktu Mengikuti Full Day School Di MI Al-Qamar Tabel 7 : Pendapat Guru Tentang Tersampaikan Tidaknya Materi Pada Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar Tabel 8 : Jawaban Siswa Tentang Keaktifan Mengikuti Sholat Dzuhur Dan Ashar Berjamaah Pada Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar Tabel 9 : Pendapat Guru Tentang Penerapan Full Day School Di MI Al- Qamar Tabel 10 : Pendapat Siswa Tentang Ketepatan Guru Dalam Mengajar Pada Waktu Full Day School Di MI Al-Qamar Tabel 11 : Pendapat Guru Tentang Penerapan Sistem Full Day School Dapat Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di MI Al-Qamar Tabel 12 : Daftar Perbandingan Nilai Kelas II Semester II Dan Kelas III Semester I MI Al-Qamar
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...i LEMBAR PERSETUJUAN.......ii LEMBAR PENGESAHAN....iii MOTTO .....................iv HALAMAN PERSEMBAHAN...................v HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING....vi SURAT PERNYATAAN..vii KATA PENGANTAR..viii DAFTAR TABEL......x DAFTAR ISI..xi ABSTRAK...xiv BAB I. PENDAHULUAN......1 A. Latar Belakang Masalah...1 B. Rumusan Masalah................5 C. Tujuan Penelitian.........6 D. Manfaat Penelitian...............6 E. Telaah Pustaka..7 F. Batasan Masalah/ istilah......8 G. Sistematika Pembahasan..............9 BAB II. KAJIAN TEORI....11 A. Full Day School....11 1. Pengertian Full Day School.....11 2. Tujuan Full Day School...13 3. Pelaksanaan Full Day School...15 4. Full Day School Dalam Perspektif Islam.19 B. Kualitas Pendidikan.....30 1. Pengertian Kualitas Pendidikan.. ....30 2. Tujuan Peningkatan Kualitas Pendidian......33 3. Ciri-ciri Pendidikan Bermutu...35 BAB III. METODE PENELITIAN ...47 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.47 B. Kehadiran Peneliti......48 C. Lokasi Penelitian...............50 D. Sumber Data......50 E. Teknik Pengumpulan Data.....52 F. Analisis Data......56 G. Pengecekan Keabsahan Temuan............58 H. Tahap-tahap Penelitian.59 BAB IV. HASIL PENELITIAN.........61 A. Latar Belakang Obyek Penelitian......61 1. Sejarah Berdirinya MI Al-Qamar....61 2. Lokasi dan Letak Geografis MI Al-Qamar..........63 3. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Qamar................64 4. Stuktur Organisasi MI Al-Qamar........65 5. Keadaan Guru dan Karyawan......66 6. Keadaan Siswa MI Al-Qamar.....69 7. Sarana dan Prasarana MI Al-Qamar.................69 8. Kegiatan Ekstrakulikuler MI Al-Qamar......70 B. Penyajian dan Analisis Data.......71 1. Penerapan Full Day School Di Madrasah Ibtidaiyah MI Al-Qamar...............................................................................71 1. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar..................84 2. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar.........................................92 BAB V. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN.......99 A. Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar.....99 B. Faktor-faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar ......101 C. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar...105 BAB VI. PENUTUP.................107 D. Kesimpulan........107 E. Saran..................108 Daftar Pustaka Lampiran- Lampiran
ABSTRAK
Arsyadana, Addin. 2010. `` Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Mi Al-Qamar Nganjuk`` Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen pembimbing Hj. Rahmawati Baharudin, MA.
Kata kunci: Full Day School, Kualitas Pendidikan
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, Proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapan kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan, penulis memilih MI Al-Qamar Bagor sebagai lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan visi misi yang mendasari sekolah ini sangat berharap siswanya menjadi generasi yang berbudi pekerti yang luhur, dan menjadikan lembaganya menjadi lembaga yang favorit. Oleh karena itu kepala sekolah ingin mewujudkan visi misi tersebut dengan menerapkan sistem full day school dan bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa sehingga nantinya lembaga tersebut bisa bersaing dengan lembaga-lembaga yang lain untuk peningkatan kualitas pendidikan Berdasar pada informasi dan persoalan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat judul Penerapan sistem full day school sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan, faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan sistem full day school serta untuk mengetahui apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi, wawancara, penyebaran angket dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan pengamatan ke tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Selain itu, untuk mendukung uraian dari keadaan yang sebenarnya ada dilapangan, disini penulis sertakan dokumentasi sebagai pelengkap dan penguat data penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan bahwasannya upaya meningkatkan kualitas pendidikan dengan sistem full day school di MI Al- Qamar sudah berjalan dengan baik, artinya apa yang direncanakan dan pelaksanaanya sudah sesuai dan dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari penggunaan kurikulum 2004 yang terdiri dari empat komponen, dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti game, setting pembelajaran yang berbeda, moving class, dan lain-lain, kemudian dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana, pengaturan penggunaan sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan dipandang sebagai industri yang dapat mencetak jasa, yang dimaksud jasa disini adalah jasa pendidikan, yaitu suatu proses pelayanan untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan keterampilan manusia dari keadaan sebelumnya (belum berpendidikan) menjadi semakin baik (berpendidikan) sebagai manusia seutuhnya. Oleh sebab itu pembangunan dimasa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi oleh sektor pendidikan, sebab dengan bantuan pendidikan setiap individu berharap bisa maju berkembang dan dikemudian hari bisa mendapatkan pekerjaan yang pantas. Lewat pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya. Di dalam ajaran islam pendidikan sangatlah diutamakan, hal tersebut dapat dilihat dengan ayat yang pertama kali turun dalam Al-Quran adalah memerintahkan untuk membaca, membaca dan membaca. Ini menunjukkan bahwa belajar atau dalam arti lain pendidikan adalah hal yang pokok bagi setiap pribadi muslim khususnya dan manusia pada umumnya. Firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: _ _> _.`. _ .-, _ .l-, :( 9 )
Artinya: "Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dan orang orang yang tidak berilmu pengetahuan(QS.Az-Zumar:9) 1
Firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi: _, < _ `.., >.. _ . l-l .>: : ( 11 ) Artinya: "Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari golongan-mu semua dan orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat (QS.Al-Mujadalah:11). 2
Dalam hadits Nabi yang berbunyi:
Artinya: "keutamaan orang yang berilmu diatas orang yang beribadah itu seperti keutamaan bulan purnama diatas seluruh bintang- bintang lainnya (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibn Hibban). 3
Dari keterangan ayat dan hadits diatas jelas bahwa orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu itu berbeda, ada perbedaan derajat di sisi Allah antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, bahkan orang yang berilmu seperti bulan purnama diatas bintang-bintang yang lainnya. Dan Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
1 Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemahan, Al-hidayah, Surabaya, hlm. 459 2 Ibid hlm. 543 3 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin,Diponegoro, Bandung, 1983,hlm:14-15. Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu pra-syarat (indikator) sebuah peradaban. Yang menunjukkan sesuatu peradaban itu maju atau tidak bisa dilihat dari seberapakah kualitas dari pendidikan yang terdapat di peradaban tersebut. Namun menangani dunia pendidikan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan membutuhkan usaha keras dan sungguh-sungguh dalam rangka memanusiakan manusia melalui berbagai strategi, kreatifitas maupun inovasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Di dalam proses pendidikan ada sebuah tujuan mulia, yaitu penanaman nilai yang di lakukan oleh pendidik terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu : sebagai mana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap, kreatif dan mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. " Berdasarkan UU tersebut, salah satu ciri manusia yang berkualitas ialah mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian, ciri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, banyak sekali usaha-usaha yang dilakukan lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta dengan menerapkan system atau kurikulum yang dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu diantaranya adalah sistem full day school. Banyak bermunculan sekolah sekolah yang mengoptimalkan waktu pembelajaran di sekolah, hal tersebut di karenakan 1. Kurang baiknya lingkungan masyarakat yang menuntut orang tua harus selalu megawasi anak anaknya karena di kahawatiran akan ikut dalam pergaulan yang kurang baik 2. Kurang adanya waktu yang disediakan orang tua untuk menemani anaknya di karenakan adanya tuntutan pekerjaan, sosial atau apapun yang menyibukkan orang tua. 3. Kecenderungan anak apabila di rumah, hanya bermain dan malas untuk belajar. 4
Maka untuk mengatasi hal tersebut, inisiatif yang dilkukan lembaga pendidikan dengan menerapkan system full day school. Di mana dalam full day school proses pembelajarannya tidak hanya bersifat formal, tetapi juga banyak suasana yang bersifat informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi bagi guru Dengan adanya sistem semacam ini, lamanya waktu pembelajaran tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan untuk waktu-waktu informal. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lembaga pendidikan yang walaupun baru menerapkan sistem full day school tetapi terdapat inovasi-
4 Nurani, Untung Rugi Full Day School, edisi 221, 2005, hlm:22 inovasi yang menarik dalam sekolah tersebut. Pertama, sekolah tersebut terdapat di pedesaan dengan menggunakan sistem full day school, Yang mana pada umumnya penerapan full day school itu kebanyakan terdapat di daerah perkotaan. Selain itu sekolahan tersebut juga mengoptimalkan penerapan system full day school dengan mengkolaborasikan antara kurikulum Depag dengan kurikulum buatan sendiri yaitu dengan menambah jadwal-jadwal yang bersifat keagamaan, seperti mengaji, sholat berjamaah, latihan berpidato dll. Kedua, menurut peneliti berdasarkan pantauan dan hasil wawancara dengan guru di MI (Madrasah Ibtidaiyah) tersebut setelah di diterapkannya sistem full day school di sekolah tersebut dengan berbagai inovasi-inovasi yang dilakukan, banyak warga masyarakat yang ingin mendaftar di sekolah tersebut, hal itu dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang masuk dari tahun ketahun, walaupun ada penurunan pada tahun-tahun tertentu. tahun 2005/2006 berjumlah 7 siswa, tahun 2006/2007 ada penurunan menjadi 6 siswa, tahun 2007/2008 berjumlah 18 siswa, tahun 2008/2009 berjumlah 14 siswa, tahun 2010/2011 berjumlah 24 siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR NGANJUK
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana penerapan sistem full day school di Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) Al-Qamar ? 2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar ? 3) Apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar? C. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1) Mengetahui bagaimana penerapan sistem full day school pada MI Al-Qamar 2) Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar 3) Mengetahui apakah penerapan sistem full day school dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konstruktif terhadap lembaga pendidikan terutama pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Qamar dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Adapun secara detail, kegunaan tersebut diantaranya : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini paling tidak dapat menambah pengalaman serta khazanah pemikiran baru berkaitan dengan sistem full day school 2. Bagi Lembaga Pendidikan Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap pengembangan kurikulum khususnya di madrasah ibtidaiyah Al-Qamar dan umumnya kepada marasah-madrasah yang lain. sehingga diharapkan madrasah mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain (non- madrasah) baik dari input, proses maupun out put pendidikan madrasah. 3. Bagi Kepala Madrasah Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam implementasi ataupun model pengembangan full day school di MI Al- Qamar E. Telaah Pustaka Dalam telaah pustaka ini, penulis menemukan literatur yang di ambil dari skripsi terdahulu, yang dirasa penulis pembahasan skripsi tersebut ada hubungannya dengan skripsi penulis, yaitu skripsi yang di tulis oleh saudari Ai Nurhayati pada tahun 2005 dengan judul Penerapan full day school untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTsN Malang I. 5
Berdasarkan telaah yang dilakukan penulis, yang melatar belakangi penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini adalah kurang semangatnya belajar siswa Kalau dilihat dari latar belakang penulisan skripsi saudari Ai Nurhayati ini sangatlah berbeda dengan apa yang akan penulis teliti saat ini.
5 Nurhayati, Ai, Penerapan full day school untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di MTsN Malang 1, 2005 Kalau saudara Ai Nurhayati berangkat dari permasalahan upaya untuk mengatasi siswa yang kurang semangat dalam belajar yang mana dalam skripsi di atas dapat diatasi dengan penerapan system full day school, sedangkan penulis berangkat dari latar belakang penyelidikan system full day school itu sendiri, apakah system full day school dapat meningkatkat kualitas pendidikan, ataukah sebaliknya. Oleh sebab itu penelitian ini sangat bertolak belakang dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Dan penulis berniat agar tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang penulis jelaskan dalam pembahasan latar belakang di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan berorientasi pada tema sistem full day school sebagai suatu tawaran bentuk kurikulum pendidikan yang layak di terapkan di lembaga- lembaga pendidikan. F. Batasan Masalah Karena luasnya masalah yang dapat dijadikan bahan penelitan, maka penulis membatasi masalah sebagai berukut: 1. Pengertian istilah. Agar dapat dipahami dengan jelas judul skripsi ini yaitu Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Nganjuk maka terlebih dahulu perlu dijelaskan istilah yang terdapat dalam judul tersebut, antara lain: a. Full Day School adalah Sekolah sepanjang hari,
maksudnya adalah proses sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi sampai sore hari. b. Kualitas adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik dari pada yang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah dari generasi ke generasi serta bervariasi dengan aspek aktifitas manusia. Kalau di tarik dalam konteks pendidikan, yang di maksud dengan kualitas di sini adalah mengacu pada proses pendidikan dan hasil belajar c. Lapangan (Scope) Penelitian Penelitian ini obyeknya adalah sebuah lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor. Yang mana peneliti akan mengobservasi tentang pelaksanaan sistem full day school yang di terapkan disana, faktor-faktor penghambat dan pendung, serta apakah dengan diterapkannya full day school di MI Al-Qamar tersebut dapat meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut. G. Sistematika Pembahasan Dalam pembahasan skripsi ini penulis menyusun secara sistematis, disusun secara teratur, mudah dan jelas untuk itulah skripsi ini dibagi menjadi enam bab yang terdiri dari: Bab I : Pendahuluan yang dibahas adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan. Bab II : Pada bab ini merupakan pembahasan tentang Full Day School yang meliputi: Pengertian Full Day School, tujuan Full Day School, Full Day School dalam prespektif Islam, Metode yang digunakan dalam Full day school, Pelaksanaan full day school, pengertian kualitas pendidikan, Macsam-macam upaya dalam meninkatkan kualitas pendidikan, penerapan full day school dalam meningkatkan kualitas pendidikan, faktor pendukukng dan penghambat full day school dalam meningkatkan kualitas pendidikan Bab III : Pada bab ini merupakan Metode penelitian yang memuat tentang desain penelitian, lokasi dan subyek penlitian, instrument penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan data, tahap- tahap penelitian. Bab IV : Pada bab ini merupakan Laporan hasil penelitian atau penyajian serta analisis data yang diambil dari realita-realita objek berdasarkan penelitian yang dilakukan di MI Al- Qamar. dari sini penulis dapat mengaplikasikan data-data dalam rangka mengambil kesimpulan penyajian. Bab V : Pada bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang mana merupakan pencocokan antara hasil dari penelitian dengan teori yang ada
Bab VI : Pada bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi atau hasil akhir yang mencakup kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Full Day School 1. Pengertian Full Day School Full day School berasal dari bahasa inggris, full artinya penuh, day artinya hari, sedangkan school artinya sekolah. Full day school berarti sekolah sepanjang hari. 6 Full day school adalah proses sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi sampai sore hari. Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya.
Sedang waktunya digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini, Syukur berpatokan dalam hal penelitian yang mengatakan bahwa waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam sehari ( dalam suasana formal ) dan tujuh sampai delapan jam ( dalam suasana informal ) 7
Dalam full day school, pelajaran yang dianggap sulit diletakkan di awal masuk sekolah dan pelajaran yang cukup mudah diletakkan pada sore hari. Karena pada saat sore hari, siswa lebih segar dan bersemangat, dengan demikian pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa akan mudah di cerna
6 Peter Salim, Advanced English-Indonesia Dictonary, Modern Englis Press, Jakarta. 1988, hal: 340. 7 Basuki, Syukur. Fullday School Harus Proporsional Sesuai Jenis Dan Jenjang Sekolah. (http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id) karena menerimanya dalam keadaan otak masih segar, namun jika dalam sore hari, siswa akan merasa lemas dan tidak bersemangat karena sudah beraktvitas seharian, hal itu akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikis siswa, karena itulah biasanya dalam penerapaan full day school di terapkan dengan istirahat dua jam sekali. 8
Dengan adanya sistem full day school ini lamanya waktu pembelajaran tersebut tidak akan menjadi beban, karena sebagian waktunya digunakan untuk waktu-waktu informal. Dan pada sistem ini banyak pola dan metode dalam proses belajar dan mengajarnya, sistem pembelajarannya tidak top down atau monologis karena dengan metode seperti ini, maka yang terjadi guru mengajar dan murid diajar, guru mengetahui segalanya dan murid tidak mengetahui apa-apa, guru membacakan dan murid mendengarkan, atau konsep seperti itu menurut Paulo Freire adalah banking concept education, guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek belaka. 9
Disisi lain dalam sistem full day school ini, menggunakan metode pengajaran dialogis emansipatoris yang mana konsep ini menawarkan pengajaran yang memposisikan siswa sebagai subyek yang dominan dalam proses belajar mengajar, guru sebagai fasilitator dan memberikan stimulus bagi siswa terhadap mata pelajaran untuk dibahas dan diperdalam oleh siswa
8 Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Quantum Teaching (Mempraktekan Quantum Teaching Di Ruang Kelas-Kelas), Kaifa, Bandung, 2004, hlm: 4. 9 Moch, Ikromi, Pengembangan Manajemen Sistem Pendidikan,. Tesis Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2005, halaman 54 dengan sendirinya akan menumbuhkan budaya diskusi dan dialog, sehingga dengan lanmanya belajar siswa tidak menjadi jenuh. 10
Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara akademik dan sosial dengan adanya full day school. 11 Cryan dan Others dalam risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidk ada waktu luang untuk melakukan penyipangan- penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam pengawasan guru. 12
2. Tujuan Full Day School Kenakalan remaja semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari berbagai media masa dan koran-koran yang di dalamnya tak jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang di lakukan oleh kaum pelajar, seperti adanya seks bebas, minum-minuman keras, konsumsi obat-obat terlarang dan sebagainya. Hal ini karena tidak adanya kontrol dari guru terutama dari orang tua, dan hal ini di sebabkan karena banyaknya waktu
10 Ibid 11 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman 168 12 Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07 luang sepulang sekolah, dan waktu luang itu di gunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. 13
Berikut ini, beberapa alasan mengapa sekolahan menerapkan sistem full day school : 1. Meningkatnya jumlah single parent dan banyaknya aktivitas orang tua (parent carier) yang kurang memvberikan perhatian pada anaknya terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak-anak sepulang dari sekolah. 2. Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat kita, dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir masyarakat kita. 3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat, sehingga apabila tidak di cermati, kita akan menjadi korbannya, terutama dari teknologi komunikasi. Dengan banyaknya progran televisi serta menjamurnya play stasion (ps) membuat anak-anak lebih enjoi untuk duduk di depan televisi ataupun play stasion. 14
Adanya perubahan perubahan di atas merupakan suatu signal penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya, dari kondisi seperti itu akhirnya para praktisi pendidikan berfikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam pendidikan. dalam rangka memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka di terapkanlah sistem full day school
13 Muhaimin, Op Cit, hlm. 168 14 Surtanti Tritonegoro, Anak Super Normal dan Pendidikannya, Bina Aksara, Jakarta, 1989, hlm:23. 3. Pelaksanaan Full Day School Semula pelaksanaan full day school dikhawatirkan sulit masuk dalam masyarakat dalam artian masyarakat sulit menerima model tersebut terutama siswa. Hal ini dapat di anggap memberatkan mereka karena berada dalam lingkungan sekolah sehari penuh. Konsep yang digunakan dalam pelaksanaan full day school adalah untuk pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran yaitu mengembangkan kreatifitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah, yaitu : kognitif, psikomotorik dan afektif. Full day school dilaksanakan di luar kelas dan juga ada permainan tetapi masih tetap mengandung unsur belajar, permainan yang di berikan dalam sistem full day school masih mengandung arti pendidikan, yang artinya bermain sambil belajar. Sebisa mungkin diciptakan suasana yang rekreatif dalam pembelajarannya, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani meski seharian berada di dalam sekolah. Menurut Syukur dalam penerapan full day school menghubungkan antara waktu belajar dan waktu bermain anak di sekolah selama lima hari perminggu. 15
Selain itu penerapan sistem full day school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah, kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa di Indonesia jenjang formal di bagi menjadi : 1. TK di peruntukan bagi anak usia 4-6 tahun
15 Syukur Basuki, loc. cit 2. SD/MI di peruntukan bagi anak usia 7-12 tahun 3. SMP/MTsN di peruntukan bagi anak usia 13-15 tahun 4. SMA/MAN di peruntukan bagi anak usia 15 18 tahun 16
Kemudian jika dilihat dari pengelolaannya maka ada sekolah yang di kelola oleh Depdiknas dan sekolah yang dikelola oleh Departemen Agama seperti Salafiyah, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyyah, Madrasah Aliyah. Sekolah sekolah ini jelas mempunyai ciri ciri yang berbeda dengan sekolahan yang di kelola oleh Diknas, antara lain pada prosentase muatan pendidikan agama serta kultur di sekolah. Selain itu jika dilihat dari jenis sekolah maka dikenal ada sekolah umum dan sekolah kejuruan (vocaional), seperti MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), yang masing masing juga memiliki ciri khas, misi, tuntutan dan iklim yang berbeda satu sama lain. Jika di lihat dari tingkatan life skill maka pada setiap jenjang dan jenis sekolah tentu berbeda orientasinya. Pada jenjang usia dini sampai taman kanak-kanak bertujuan membentuk pribadi anak untuk mengenal dirinya (Who am I) yang selanjutnya di sebut personal skill, kemudian pada tingkatan sekolah dasar dan menengah pertama bertujuan untuk memvbentuk pribadi yang mampu mengenal potensi diri dan lingkungannya (Social Skill), sedangkan pada sekolah menengah atas (SMA) adalah membentuk pribadi yang mmiliki kecerdasan intelektual, pengetahuan dan lain sebagainya
16 Ibid (Academic skill), serta un tuk sekolah menengah kejuruan (SMK) tuntutannya adalah pada keterampilan kejuruan (vicasional skill) Atas dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan diatas, maka sudah seharusnya penerapan konsep full day school memperhatikan perbedaan- perbedaan tersebut. Anak anak usia SD dan SMP adalah usia usia dimana porsi bermain tentu lebih banyak daripada belajar. Maka bermain sambil belajar akan sangat cocok bagi mereka. Jang sampai konsep full day school merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa dimana mereka harus belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang tua, berinteraksi dengan sanak saudara dan handai tolan, serta berinteraksi dengan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Jangan sampai dengan penerapan sistem full day school menjadikan mereka tidak mengenal anak-anak yang sebaya dengannya di sekitar rumahnya. Akan sangat salah jika waktu di sekolah dihabiskan penuh untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya intrakulikuler, dimana anak harus belajar denagn menerima penjelasan- penjelasan, mengerjakan tugas-tugas dari dang guru di dalam kelas, di dalam laboratorium, di perpustakaan dan tempat lain di sekolah yang sebenarnya sangat tidak kondusif untuk kegiatan anak bermain dan belajar. Dalam penerapan full day school sebagian waktunya harus digunakan untuk program program pembelajaran yang suasananya informal, tidak kaku, menyenagkan bagi siswa, yang tentunya ini memerlukan kreatifitas dan inovasi dari seorang guru. Penerapan konsep full day school tentunya berbeda lagi untuk jenjang menengah atas (SMA) dan tentu akan sangat berbeda lagi untuk yang berjenis sekolah kejuruan (SMK). Siswa SMA dituntut untuk memiliki academic skill, maka full day school harus banyak digunakan untuk mengeksplorasi atau membuktikan teori-teori yang telah mereka pelajari, sehingga mereka akan memiliki tingkat pengetahuan akademik yang tinggidan siap untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi. 17
Sesuai dengan apa yang dipaparkan di atas, jadi penerapan full day school di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama lebih baiknya belajar sambil bermain, karena dengan metode belajar sambil bermain siswa tidak akan jenuh berada seharian penuh di sekolah, mereka akan meniknikmati semua pelajaran yang diberikan guru. Menurut teori belajar Natural unfoldmen/self actualization dari Maslow, bahwa belajar itu berpusat pada kehendak, kesadaran dan aktifitas peserta didik serta minat yang cukup darinya. Jadi menurut teori tersebut belajar tidak lepas dari timbulnya situasi dari dalam diri peserta didik, keinginan dan hasrat dari dalam merupakan pokok terjadinya apa yang dinamakan belajar yang membawa keberhasilan. Masalah minat dan keberhasilan peserta didik merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar. 18
Siswa yang sekolah di full day school di harapkan mempunyai minat yang besar untuk belajar lebih giat dan meningkatkan prestasinya. Karena itu
17 Ibid.. 18 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Dan Mengajar, ( Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak Bangsa, 1996 ), halaman 23 di butuhkan dorongan-dorongan dari dalam diri atau lingkungan siswa agar memunculkan keinginan dan hasrat siswa untuk belajar. 4. Full Day School Dalam Prespektif Islam Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tentang full day school dalam pandangan Islam. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan full day school adalah pembentukan akhlak dan akidah untuk meningkatkan nilai-nilai yang positif dan memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan inteligence quotient, emotional quotient dan lain-lain. Akan tetapi untuk lebih difahami lagi tentang full day school dalam pandangan Islam. Sebelumnya penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang pengertian dan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 19 Muhammad Amin sependapat, bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa. 20
Selanjutnya definisi pendidikan Islam, menurut Muhaimin, pendidikan islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-
19 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT . Al-Maarif, Bandung, 1989, hlm: 19. 20 ibid nilai pada anak didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Kemudian menurut Miqdad yang dikutif oleh Ismail mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah sebagai proses seorang muslim secara sempurna dalam semua aspek kepribadiannya pada semua fase pertumbuhannya untuk menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai Islam. 21
Kemudian dalam seminar pendidikan islam se-dunia pada tahun 1980 di Islamabad merumuskan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut: pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal, pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indra. Oleh karena itu pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik sepiritualnya, intelektualnya, imajinasinya (fantasi), jasmaniahnya, keilmiahannya, maupun bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek tersebut kearah kebaikan dan kearah pencapaian kesempurnaan hidup. 22
Selanjutnya menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy sebagaimana yang dikutif oleh Ramayulis bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan tulisan.
21 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Dan Mengajar, ( Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak Bangsa, 1996 ), halaman 23 22 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1987, hlm: 2. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah merupakan salah satu proses pembentukkan dan menumbuh kembangkan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia menuju kesempurnaan hidup di dunia dan bekal untuk di akhirat. Dengan demikian pendidikan Islam telah memberikan gambaran yang jelas akan tujuan yang ingin di capai atau sesuatu yang diharapkan oleh pendidikan Islam sebagai usaha yang disengaja dan sistematis yakni terbentuknya kepribadian yang utama yang dilaksanakan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani maupun rohani anak didik sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya di muka bumi sebagai khalifah fil ardhi. Secara umum tujuan pendidikan Islam terbagi kedalam 4 (empat) hal diantaranya: pertama, tujuan umum, tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran maupun dengan cara lain. Kedua, tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Ketiga, tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusi yang sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya, keempat, tujuan oprasional. Tujuan oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Untuk dapat lebih dipahami tentang tujuan-tujuan tersebut, maka para ulama muslim akan menjelaskan lebih mendalam, menurut persinya masing- masing. Diantara ulama-ulama muslim tersebut diantaranya yaitu: Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk kepribadian sebagai khallifah Allah SWT atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Kemudian tujuan pendidikan Islam menurutnya dibagi kedalam tiga kelompok sifat manusia yaitu: Tubuh, ruh, dan akal yang masing-masing harus dijaga. Berdasarkan hal tersebut tujuan pendidikan Islam dapat dikelasifikasikan kepada empat hal diantaranya: a. Tujuan Pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyah) Sebagaimana dalam sabda Nabi SAW yang berbunyi: : )( Artinya: orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah (HR. Imam Muslim). 23
Kemudian Imam Nawawi menafsirkan hadis di atas sebagai kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, maka pendidikan harus mempunyai tujuan kearah keterampilan-keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya ke perkasaan tubuh yang sehat. Jadi pendidikan Islam dalam hal ini harus mengacu kepada fakta-fakta yang relevan bagi para pelajar mengenai pendidikan jasmani.
23 Al-Basyuni, Syarah Hadits, Trigenda Karya, Bandung, 1994, hlm:326. b. Tujuan Pendidikan Rohani (al-ahdaf al-ruhaniyyah) Menurut Said Hawa, asal usul ruh pada dasarnya mengakui adanya Allah SWT dan menerima kesaksian dan pengabdian kepada-Nya. Namun faktor-faktor lingkungan dapat mengubah sifat yang asli tersebut. Ini berarti ada kemungkinan ruh bisa menyimpang dari kebenaran. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh tersebut kepada kebenaran dan kesucian. Maka pendidikan Islam menurut Muhammad Qutb ialah meletakkan dasar-dasar yang harus memberi petunjuk agar manusia memelihara kontaknya yang terus menerus dengan Allah SWT. c. Tujuan Pendidikan Akal (al-ahdaf al-aqliyah) Tujuan ini mengarah kepada perkembangan inteligensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Untuk itu pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal harus didukung dengan bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi daya dorong menuju peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan, tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan saja, sementara proses intelektualitas dan pemahaman dikesampingkan. Akan tetapi pendidikan Islam menitik beratkan kepada proses intelektualitas dan pemahaman serta pengaplikasian terhadap ilmu yang telah diperolehnya juga.
d. Tujuan Sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah) Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitik beratkan pada perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama- sama dengan cita-cita yang ada padanya. Dengan demikian keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian tujuan akhir pendidikan Islam versi Abdurrahman adalah mewujudkan manusia ideal sebagai abid Allah atau ibad Allah, yang tunduk secara total kepada Allah SWT. Menurut Imam al-Ghazali sebagaimana yang dikutif oleh Fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kedalam dua hal diantaranya: a. Membentuk insan sempurna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. b. Membentuk insan sempurna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dari kedua tujuan tersebut dapat difahami bahwa tujuan pendidikan versi al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah SWT) sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi. Karena itu al-Ghazali memberi ruang yang cukup luas dalam sistem pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Namun dunia hanya dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat yang lebih utama dan kekal. Adapun kutipan pemikiran al-Ghazali tentang dunia ini yaitu: Dunia adalah alat perkembangan untuk kehidupan akhirat, sebagai alat untuk mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentunya bagi yang menganggap sebagai alat dan tempat tinggal sementara, bukan bagi orang yang menganggap sebagai tempat untuk selamanya. Dalam Al-Quran banyak ayat yang menyatakan agar manusia tidak terlena dengan kehidupan dunia, sementara akhirat adalah tempat kembali yang kekal. Firman Allah SWT yang berbunyi: _, `.. :,>l !,..l _ :> ,> _., _ Artinya: Tetapi kamu (orangorang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al- Ala:16-17) 24
Namun demikian akhirat oriented juga bukanlah sikap yang sejalan dengan ajaran Al-Quran. Keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah sebuah tuntunan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan anak didik baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana yang tercantum dalam firman Allah SW yang berbunyi: _., !., ., < :> .. ,,,.. _. !,..l _.> !. _.> < ,l| _,. :!.l _ _ | < > _...l __ Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
24 Departemen Agama, Op Cit, hlm: 1052. kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash: 77) 25
Kemudian dari ayat di atas Ibn Khaldun terinspiransi untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Athiyah al-Abrasyi, kedalam dua hal diantaranya yaitu: a. Tujuan yang berorientasi akhirat, yaitu membentuk hamba-hamba Allah yang dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah. b. Tujuan yang berorientasi dunia, yaitu membentuk manusia-manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain. Menurut M. Djunaidi Ghany tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin dkk adalah sebagai berikut: a. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna. Diantaranya: 1. Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan badan serta pikiran anak didik. 2. Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin. 3. Sebagai anggota masyarakat, anak harus dapat memiliki tanggung jawab sebagai warga Negara.
25 Ibid, hlm: 623. 4. Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif serta cinta akan kerja. b. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan. c. Mengembangkan inteligensi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang. Menutur Hasan Langgulung menjelaskan bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan pendidikan adalah untuk menjawab persoalan untuk apa kita hidup? Dalam hal ini Islam telah memberikan jawaban yang tegas, seperti dalam firman Allah SWT yang berbunyi: !. 1l> _>' _. | .,-,l __ Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS. Az-Zariyat: 56) 26
Dalam hal ini Hasan Langgulung mengutif dari pendapat Al-Attas. Beliau menggambarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim sama artinya dengan doa yang selalu dibaca dalam sholat yang berbunyi: | _.. _>. _!,>: .!.. < , _,..-l __ Artinya : (Wahai Tuhanku), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semuanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam (QS. Al-Anam: 162) 27
26 Ibid, hlm: 862. 27 Ibid, hlm: 216 Jadi tujuan hidup muslim tersebut adalah sasaran dari tujuan pendidikan Islam sepanjang sejarah; semenjak zaman Nabi SAW, hingga akhir zaman. 28
Ahmad Tafsir mengklasifikasikan tujuan pendidikan Islam kedalam tiga kategori diantaranya: pertama, tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani, dan rohani serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat. kedua, tujuan yang berkaitan dengan masyarakat mencangkup tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat dan pengkayaan pengalaman masyarakat. ketiga, tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni, profesi dan aktivitas diantara aktivitas-aktivitas masyarakat. 29
Sebagaimana yang telah dijelaskankan di atas tentang tujuan pendidikan Islam, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan Islam tersebut terfokus kepada dua hal yaitu: pertama, terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepada-Nya. Melalui kesadaran inilah pada akhirnya ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya. Sehingga ia hidup dalam keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman. Kedua, terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-
28 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Ciputat Peres, Jakarta, 2002, hlm:18- 26. 29 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm: 49. hari. Melalui kesadaran inilah seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya ia akan mampu memimpin diri dan keluarganya Dari keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa full day school sama sekali tidak bertentangan dengan Islam. Karena tujuan full day school sendiri, tidak jauh beda dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri, yaitu untuk pendidikan akhlak dan akidah peserta didik, agar mereka dapat merealisasikan ilmu yang mereka dapatkan dari bangku sekolahnya kedalam kehidupan sehari-hari. Adapun contoh pendidikan Islam yang menggunakan sistem full day school yaitu pondok pesantren. Salah satunya adalah pondok pesantren Amanatul Ummah yang berlokasi di Siwalankerto Wonocolo Surabaya. Dipondok ini seluru siswanya ditempatkan diasrama, dengan maksud agar seluruh Aktivitas yang dilakukan oleh siswa/anak didik dapat terpantau dengan seksama. Aktivitas di Pondok pesantren ini dimulai pada pukul 03.00- 21.30 WIB. Pada pukul 03.00. peserta didik melakukan shalat tahajud dan shalat hajat, diteruskan dengan shalat subuh. Kemudian tahfizul Quran efektif, pelajaran kitab-kitab muadalah diteruskan dengan sarapan dan persiapan sekolah. Selanjutnya Pada pukul 07.15-12.45 WIB aktivitas belajar mengajar berlangsung, akan tetapi sebelumnya mereka mengadakan upacara, olah raga dan lain-lain. Pada pukul 13.45-15.30 WIB, peserta didik istirahat, begitu masuk waktu shalat ashar tiba mereka diwajibkan untuk melaksanakan sholat ashar berjamaah, setelah itu mereka kembali melakukan aktivitas belajar mengajar. Dilanjutkan dengan shalat maghrib sampai shalat isya, setelah shalat isya selesai, santri makan malam dilanjutkan dengan belajar bersama untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh para asatidz. Tepat pukul 21.30. santri diwajibkan istirahat sampai pukul 03.00. 30
B. Kualitas Pendidikan 1. Pengertian Kualitas Pendidikan Dalam kerangka umum kualitas mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Kualitas adalah perasaan menghargai bahwa sesuatu lebih baik dari pada yang lain. Perasaan itu berubah sepanjang waktu dan berubah dari generasi ke generasi serta berfariasi dengan aspek aktifitas manusia. 31
Dalam proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan
30 Nurani, Baity Jannati Duni Santri, edisi 245, 2005, hlm: 23. 31 James, Stoner, Edward Freman, Daniel R Gilbert. Manajemen Jilid I, Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996, hal. 210
berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana pendukung dikelas maupun diluar kelas, baik konteks kurikuler mapun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Kualitas dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis misalnya ulangan umum, Ebta atau Ebtanas. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti prestasi disuatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya: komputer, beragam jenis tekhnik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan lain sebagainya. 32
Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga dengan sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah unggul. Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem
32 Umaedi. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan Menengah dan Umum, April 1999, hal. 4
pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tumbuh dan faktor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya. Jadi pendi di kan yang berkual i t as i tu adal ah pendi dikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber- sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif. Sekolah yang unggul dan berkualitas itu adalah sekolah yang mampu menghantarkan siswa-siswinya yang berkemampuan biasa bahkan rendah menjadi siswa yang mampu bersaing dengan siswa sekolah lain. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat. 33 Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Kemampuan lembaga pendidikan dalam membudayakan sumber- sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin, sehingga output-nya memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan adalah
33 Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Problematikanya, MPA No 142 / Juli 1998, hal.39
kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang bermutu yaitu lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab, berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang 2. Tujuan Peningkatan Kualitas Pendidikan Apa yang disebut dengan pendidikan yang berkualitas? pertanyaan yang cukup sederhana tetapi sulit untuk dijawab: Suatu pendidikan berkualitas tergantung pada tujuan yang akan dilakukan dengan pendidikan. Misalnya sebuah pendidikan berkualitas akan berbeda tergantung pada apakah kita ingin mendapatkan posisi manajemen dalam bisnis kecil atau gelar Ph.D. dalam filosofi. Menetapkan tujuan pendidikan bermutu tergantung pada kepentingan yang anda miliki dalam institusi yang memberikan pendidikan, di samping itu definisi untuk pendidikan berkualitas harus mengakui bahwa pendidikan apapun termasuk dalam suatu sistem. Mutu dalam beberapa bagian dari sistem mungkin baik, tetapi mutu lebih jelek yang ada dibagian lain dari sistem mungkin masih menyebabkan kurangnya kualitas pendidikan secara keseluruhan dari pendidikan. 34
Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis dengan tujuan: 1. Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat. 2 . Me mpe r ol e h ma s u ka n a ga r kons e p ma na j e me n i ni da pa t diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memilki keragaman cultural, sosio-ekonomi masyarakat dan kompelksitas geografisnya. 3. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan. 4. Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berfikir mengenai peningkatan mutu pendidikan atau pada sekolah masing-masing. 5. Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam inensukseskan mutu pendidikan 6. Memotifasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam
34 James Stoner, Edward Frernan, Daniel R. Gilbert, Manajemen Jilid I, Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996, hal. 209
proses pembangunan tersebut. 7. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah. 8. Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun dst, sehingga tercapai misi sekolah kedepan. 35
Peningkatan mutu atau kuaitas bertujuan untuk mendirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan dan sumber daya untuk meningkatkan mutu pendidikan atau sekolah. 36
3. Ciri-Ciri Pendidikan Bermutu Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan. Beberapa indikator yang menunjuk karakter dari konsep manalemen ini adalah 1. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
35 Umaedi, Perkembangan Sekolah, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan, April 1999, hal. 3 36 Umaedi, Manajemen Peniingkatan Mutu Pendidikan, Malang: Jurnal Administrasi Pendidikan, FKIP UM 2000
2. Sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai. 3. Sekolah memilki kepemimpinan yang kuat 4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala seklah, guru dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi 5. Adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK 6. Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akadmi k dan admi ni st rat i ve, dan pemanfaat an hasi l nya unt uk penyempurnaan / perbaikan mutu. 7. Adanya komuni kas i dan dukungan i nt ens i f dar i or ang t ua murid/masyarakat. 37
Pengembangan konsep manaj emen i ni di des ai n unt uk meni ngkat kan kemampuan sekolah dan masyarakat dal am mngelol a perubahan pendi dikan kaitanya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif k u r i k u l u m ya n g t e l a h d i t e n t u k a n o l e h p e me r i n t a h d a n o t o r i t a s pendidikan. pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah, kepala sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan system informasi yang presentif
37 Ibid. hal 3
dan valid. Akhir dari sernua itu di t uj ukan kepada keberhasi l an sekol ah unt uk menyi apkan pendi di kan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat. Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah memi liki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah di dalam kerangka arah kebajikan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus membuat keputusan, mengatur Skala prioritas disamping harus menyedi akan l i ngkungan ker j a yang l ebi h pr of es s i onal bagi gur u, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah/pendidikan Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang bebeda di dalam masyarakat sekolah dan secara professional harus t erl ibat dal am set iap proses perubahan di sekolah mel alui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan disekolah itu sendiri maupun sekolah lain. Ada empat hal yang terkait dengan prin sip-prinsip pengelolaan kualitas total yaitu: 1. Perhat ian harus di tekankan kepada proses dengan terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu. 2. Kualitas atau mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah 3. Prest asi harus di perol eh mel al ui pemahaman vi si bukan dengan pemaksaan aturan 4. Sekolah harus menghasilkan siswa yang memilki ilmu Pengetahuan, keterampilan sikap arief bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional. 38
Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motifasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah, khususnya siswa. Jadi sekolah harus mengontrol semua sumber daya termasuk sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan, secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi peningkatan mutu pada khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas yang berlingkup nasional. 4. Kerangka Kerja Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Dalam manajemen peningkatan mutu ini diharapkan sekolah dapat bekerja dalam koridor-koridor tertentu antara lain sebagai berikut: 1. Sumber Daya; Sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan operasional atau administrasi, pengelolaan keuangan harus daujukan untuk:
38 Ibid. hal 5 a. Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalokasikan dana sesuai dengan Skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu. b. Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya. c. Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat. 2. Pertanggung-jawaban (accountability); sekolah dituntut untuk memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitmen terhadap standart keberhasilan dan harapan atau tuntutan orang tua atau masyarakat. Pertanggung jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Tanggung jawab dalam Islam bersifat perseorangan dan sosial. Tanggung jawab berlaku atas pribadi, seorang guru, golongan, lembaga- lembaga pendidikan dan pemerintah. Semua perbuatan manusia tidak akan luput dari pengawasan Allah. Dan semua perbuatan manusia dimuka bumi akan mendapatkan balasan sesuai dengan pekerjaannya selama didunia. Pengawasan terhadap tindakan ini mengharuskan pertanggung jawaban. Yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang jelek akan dibalas dengan hukuman dan siksaan yang sangat menyakitkan. 3. Kurikulum; berdasarkan kurikulum standart yang telah ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standart materi (content) dan proses penyampainnya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum yaitu: a. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa b. Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya yang ada. c. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengtur perubahan sebagai fenomena alamiah disekolah. 4. Personil Sekolah; Sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam, proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah guru dan staf lainnya) sementara itu pembinaan professional dalam rangka pembinaan kapasitas atau kemampuan kepal a sekol ah dan pembinaan ket erampi l an guru dal am pengimplementasian kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan inisiatif terns menerus atas inisiatif sekolah. 39
39 Umaedi, Sebuah Pendekatan Baru Dalam Pengelolaan Sekolah Untuk Peningkatan 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Mutu Pendidikan a. Faktor Pendukung 1. Faktor Anak Didik Anak didik atau siswa merupakan obyek dari pendidikan, sehingga kualitas pendidikan yang akan dicapai tidak akan lepas dari ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah laku dan minat serta bakat dari anak didik, pendapat Ibnu Kholdun sejalan dengan filosol-filosof pendidkan modern yang menyerukan supaya: "Pembawaan anak diperhatikan dan dijadikan sebagai dasar dalam mengajar, dan mereka menyatakan bahwa suksesnya seorang anak dalam suatu pekerjaan akan membantu dalam pekerjaan lain. 40
Dari pendapat tersebut menegaskan bahwa dalam proses penerimaan bahan ajar materi pendidikan perlu memperhatikan kesanggupan anak didik untuk menerima dan memahami bahan yang diajarkan, dengan demikian proses pendidikan akan dapat berjalan secara efektif dan efisien. 2. Faktor Pendidik (Guru) Guru sebagi pendidik dalam pendidikan formal sekolah, yang secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dari lembaga pendidikan formal sekolah.
Mutu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, April 1999, hal, 7 40 M.Athiyah AI-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1970, hal. 190
Dan guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang tinggi, kualitas guru sedemikian itu hanya akan diperoleh jika guru disiapkan dengan matang agar ia mampu dalam pelaksanaan pembelajaran . 41
Menurut para ahli, ada 5 faktor yang sangat mempengaruhi kualitas perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya: 1. Jenis kewenangan (authority) yang benar-benar diserahkan kepada guru 2. Kualitas atasan yang mengawasi dan mengontrol perilaku guru 3. Kebebasan yang diberikan kepada guru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas 4. Hubungan guru dengan murid-muridnya 5. Pengetahuan guru tentang dirinya sendiri dan kepercayaan terhadap diri sendiri. 42
Pengalaman guru dalam bidang pengajaran memiliki andil yang cukup besar di dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Dengan modal pengalaman belajar seorang pendidik akan semakin banyak memiliki pengetahuan baik dalam bentuk teknik maupun strategi mengajarnya. Melalui belajar dan latihan yang diperoleh guru akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam menjalankan tugas sebagai tenaga professional.
41 Sugiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, IKIP PGRI Bojonegoro 1993, hal. 15-17 42 Muchtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1994, hal 36
3. Faktor Lingkungan Adapun faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah: a. Lingkungan keluarga Unsur l i ngkungan kel uarga merupakan sal ah sat u fakt or yang i kut mempengaruhi kualitas peserta didik yang dilakukan oleh pendidik, l i ngkungan kel uarga yang mampu berperan dal am mengembangkan pendidikan maka anak didik akan dapat meraih kualitas pendidikan yang memadai. b. Lingkungan Bergaul Yang di maksud l ingkungan bergaul adal ah li ngkungan di mana anak melakukan aktifitas bermain dengan teman-temannya dan disitu terdapat beberapa macam latar belakang anak yang berbeda disitulah pergaulan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak didiknya. 4. Sarana dan Prasarana Faktor fasilitas (penyediaan bahan ajar) merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan tercapainya mutu pendidikan, apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian akan mengakibatkan merosotnya mutu pendidikan. Khususnya sarana dan prasarana yang berupa alat Bantu pembelajaran. Diperlukan keahlian mengggunakan pembinaan alat-alat dalam proses belajar mengajar bertujuan mempertinggi prestasi belajar pada umumnya. Jenis peralatan dan perlengakapan yang disediakan disekolah dan cara administrasi mempunyai pengaruh besar terhadap program belajar mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat proses belajar mengajar. Demikian pula administrasi yang jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa. 43
Titik berat dalam hal ini adalah belajar yang dikaitkan dengan masalah-masalah dan kebutuhan serta kegunaan hasil belajar nanti. Karena penyediaan sarana pendidikan disuatu sekolah haruslah disesuaikan dengan kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya dimasa yang akan datang. b. Faktor Penghambat 1. Strategi Pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi output- input yang dikenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya dilembaga pendidikan (sekolah) melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
43 Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, hal. 96-98
2. Pengelolaan Pendidikan selama ini bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimaana mestinya ditingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat . 44
Disamping itu mengingat sekolah sebagi unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas atau mutu pendidikan 3. Partisipasi Masyarakat Tidaklah dapat dipungkiri bahwa peradaban semakin maju tetapi kehidupan semakin rumit tuntutan ekonomi semakin tinggi, maka bertambah pula keresahan individu karena tidak mampu menncukupi tuntutan tersebut. Disamping itu peradaban dimasyarakat yang kurang baik, situasi sosial, moral kehidupan beragam juga akan berpengruh terhadap proses pendidikan yang sedang berjalan, padahal bantuan masyarakat mendukung pendidikan dalam upaya pengembangan pendidikan tanpa
44 Umaedi, Manajemen Peningkalan Mutu Berbasis Sekolah, Direktur Pendidikan Menengah Umum, April 1999, hal. 2
partisipasi masyarakat yang sangat sulit untuk kelangsungan pendidikan yang akan berjalan terus.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah penerapan full day school dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar. untuk mencapai tujuan tersebut dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dengan penelitian semacam ini diharapkan peneliti memperoleh deskripsi yang mendalam mengenai subjek penelitian, memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan mencoba memperoleh pemahaman yang mendalam serta memahami makna dari perilaku subjek penelitian . Mengenai penelitian kualitatif Bogdan dan Taylor, mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. 45
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. 46
Sedang menurut Denzin dan Lincoln mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
45 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2004,hlm:24 46 Ibid: menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 47
Dari definisi-definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan dengan suatu konteks yang khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 48
Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif ini sebagaimana yang di jelaskan di atas, bahwa metode ini menafsirkan fenomena- fenomena yang terjadi baik perilaku, tindakan, persepsi, motivasi dan lain-lain, peneliti ingin mengetahui fenomena-fenomena secara menyeluruh baik dari hasil pengamatan, wawancara atau sumber apapun mengenai penerapan system full day school apakah dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar B. Kehadiran Peneliti Salah satu ciri atau karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai instrument utama dalam penelitiannya. Hal tersebut dikarenakan: 1. Peneliti memeiliki daya respon yang tinggi, yaitu mampu merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi
47 Ibid, hlm:5. 48 Ibid, hlm:6. 2. Peneliti memiliki sifat adaptasi, yaitu mampu menyesuaikan diri, mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang dihadapi 3. Peneliti memiliki kemampuan untuk memandang objek penelitiannya secara holistic, mengaitkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu, dan dengan kondisi lain yang relevan 4. Peneliti sanggup terus-menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala yang muncul 5. Peneliti memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi agar dengan cepat menginterpretasikan. Selanjutnya peneliti juga diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil. 6. Peneliti memiliki kemampuan untuk mengeksplor dan merumuskan informasi sehingga menjadi bahan masukan bagi pengayaan konsep ilmu. 49
Jadi, dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai instrument sekaligus bertidak sebagai pengumpul data. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Lexi J. Moeleong, bahwa hanya manusialah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lain dan mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. 50
49 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Rineka Cipta, JAKARTA, 1997, HLM: 15-16. 50 Lexi J Moleong, Op Cit, hlm:4-5. Selain itu dalam penelitian ini, status peneliti di ketahui oleh obyek atau informan, sehingga diharapkan dalam proses penelitian dapat berjalan dengan baik tanpa ada hambatan-hambatan karena adanya keterbukaan antara peneliti dengan obyek atau informan. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini obyeknya adalah sebuah lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar. merupakan suatu lembagapendidikan yang berada dibawah naungan Depag, lokasi di JL. Kediri No. 03 Desa Petak, Kec. Bagor, Kab. Nganjuk, Jawa Timur Lokasi ini dirasa sangat strategis karena terletak di tengah-tengah pusat kecamatan selain itu juga hanya beberapa meter dari sekolahan tersebut terdapat jalur utama jalan raya provinsi yang menghubungkan kota madiun dengan Surabaya D. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau mejawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan tehnik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Dan apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka sumber datanya berupa dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data. 51
51 Suharsini Arikunto Op Cit, hlm:107. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama yang dicatat melalui sumber data tertulis atau melalui rekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan berperan serta dalam mendapatkan hasil merupakan usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Manakah diantara kegiatan yang dominan, jelas akan bervariasi dari waktu yang lain dari satu situasi yang lainnya. Selanjutnya adalah sumber data tambahan yaitu sebuah data yang berupa buku-buku, majalah, arsip-arsip, dokumen-dokumen baik pribadi maupun resmi yang sangat mendukung validitas data utama. 52
Peneliti dalam melakukan penelitian ini ingin menggali sumber data baik melalui observasi, wawancara, dokumentasi, penyebaran angket ataupun dari sumber data tambahan yang tentunya menunjang peneliti dalam menemukan permasalahan-permasalahan yang sedang peneliti kaji. Terutama melalui wawancara yang rencananya akan peneliti lakukan kepada kepala sekolah, waka-waka terutama waka kurikulum, para dewan guru mengenai materi yang berkaitan dengan sistem penerapan full day school Selain itu peneliti juga ingin mewawancarai murid dan orang tua murid yang bertidak sebagai pelanggan, tentang bagaimana asumsi mengenai system penerapan full day school yang telah di jalankan di Madrasah Ibtidaiyah tersebut.
52 Op Cit, hlm: 157. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam usaha mengumpulkan data, peneliti berusaha mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, baik berupa pendapat, fakta-fakta maupun dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ada tiga metode, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. 1. Observasi Observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati aktivitas individu lain. Alat utama peneliti adalah pancaindera, sedangkan kesengajaan dan sistematis merupakan sifat-sifat tindakan yang secara eksplisit dicantumkan di sini. Faktor kesengajaan itu bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah yang melakukan obeservasi, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah. 53
Peneliti dalam hal ini berencana mengamati terhadap seluruh aktifitas yang dilakukan di sekolahan tersebut, mulai dari kegiatan belajar mengajarnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun guru pada waktu jam-jam efektif maupun pada waktu istirahat serta keunikan-keunikan apa yang ada di dalam sekolah tersebut dan hal-hal lain yang menunjang peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, sehingga diharapkan dengan observasi yang menyeluruh dapat mendapatkan data-data yang valid dan reliable yang tentunya mempengaruhi hasil dari penelitian ini
53 Sumadi Suryabarata, Pembimbing Ke Psikodiagnostik, Raksa Sersain, Yogyakarta, 1990, hlm:7. 2. Wawancara (interview) Wawancara adalah suatu metode yang mendasarkan diri pada laporan verbal (verbal reports) di mana terdapat hubungan langsung antara peneliti dengan subyek yang diteliti. 54 Jadi dalam metode ini ada face to face relation antara peneliti dan subyek yang diteliti.
Dalam penelitian metode wawancara yang digunakan adalah metode tak berstruktur atau bebas. Metode ini digunakan untuk mendapatkan kepastian apakah data yang dihasilkan dengan cara observasi yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai atau tidak dengan keadaan subyek penelitian. Selain itu, metode ini juga digunakan peneliti untuk mengetahui apakah penerapan sistem full day school benar-benar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah tersebut. Dalam pengumpulan data berupa wawancara ini, penulis ingin menggali informasi yang terkait dengan pelaksanaan full day school yang diterapkan di MI Al-Qamar, faktor-faktor penghambat dan pendukung full day school dan juga penulis ingin mengetahui apakah sistem full day school yang di terapkan di MI AL-Qamar bisa meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut dengan cara melakukan wawancara yang rencananya akan peneliti lakukan kepada kepala sekolah, waka-waka terutama waka kurikulum, para dewan guru
54 ibid, hal. 18 Selain itu peneliti juga mewawancarai murid dan orang tua murid yang bertidak sebagai pelanggan, tentang bagaimana asumsi mengenai system penerapan full day school yang telah di jalankan di Madrasah Ibtidaiyah tersebut. 3. Dokumentasi Metode ini tidak kalah pentingnya dengan metode yang lain, selain itu dalam melaksanakan metode ini pun tidak terlalu sulit. Artinya apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum berubah. Dalam metode dokumentasi yang diamati adalah benda mati bukan benda hidup. Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 55
Sedangkan Guba dan Lincoln mengatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Metode dokumentasi ini sangat perlu sekali bagi peneliti untuk menguatkan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan observasi dan wawancara. Dengan metode ini, keadaan data yang diperoleh dengan cara observasi dan wawancara akan semakin kuat keadaannya. 56
55 Suharsini Arikunto, Op cit. hal.. 236 56 Lexy J. Moleong, Op cit, hal. 161 Dalam pendokumentasian ini, penulis ingin mengtahui tentang dokumen-dokumen apa saja yang ada hubungannya dengan yang dikaji oleh peneliti, mulai dari jadwal pelajaran, baik jadwal pelajaran pokok maupun tambahan, daftar jumlah guru dan siswa, hasil belajar siswa (raport), dan lain sebagainya yang mendukung terhadap terselesaikannya skripsi penulis 3. Angket Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket langsung bersifat tertutup. Adapun yang dimaksud dengan angket langsung adalah jika menjawab atau mengisi angket itu adalah subyek yang diselidiki dan bukan orang lain. Dalam hal ini peneliti membagi angket menjadi dua yaitu, angket untuk guru dan angket untuk murid, angket untuk murid bersifat tertutup sedangkan angket untuk guru bersifat campuran (tertutup dan terbuka) Untuk murid peneliti memberikan angket kepada 29 anak yang kesemuanya adalah obyek yang dalam artian siswa-siswi yang mengikuti kegiatan full day school. Sedangkan angket untuk guru diberikan kepada 15 guru
F. Analisis Data Analisis data adalah sebuah proses yang dilakukan melalui pencatatan, penyusunan, pengolahan dan penafsiran serta menghubungkan makna data yang ada dalam kaitannya dengan masalah penelitian. 57
Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka data yang muncul berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumentasi, dan pita rekaman) dan yang biasnya diproses kira-kira sebelum digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. 58
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses analisis sebagaimana yang digunakan oleh Meles dan Huberman, yaitu: reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. 59 Jadi dalam penelitian ini tahap analisa data yang akan digunakan adalah sebagai berikut: a. Reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, roda penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. 60
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian
57 Nana Sudjana & Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, PT Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2000, hal. 89 58 Mathews B. Milles & A. Micael Huberman, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta, 1992, hlm:15-16 59 Ibid, hlm: 17. 60 Ibid, hlm:16. dari mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar. Cerita-cerita apa yang berkembang, semua itu merupakan pilihan analisis yang menunjukkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan dan diverfikasi. b. Penyajian Data. Alur penting kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 61
Penyajian yang paling penting sering digunakan pada data kualitatif dimasa lalu adalah bentuk teks normative. Teks normative dalam hal ini bisa melebihi beban kemampuan manusia dalam memproses informasi dan menggerogoti kecenderungan- kecenderungan mereka untuk menemukan pola-pola yang sederhana. c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi. Peneliti mencoba dan berusaha mencari makna data yang tergali atau terkumpul kemudian membentuk pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Dari data yang diproleh, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan
61 Ibid, hlm: 15. yang diperoleh dituangkan menjadi laporan penlitian yang tercakup dalam riwayat kasus (dokumen terkait), hasil wawancara dan observasi. G. Pegecekan Keabsahan Temuan Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tehnik pemeriksaan. Pelaksanaaan tehnik pemerikasaan di dasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: a. Kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas). kriteria ini berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. b. Kriteria keteralihan (transferibilitas), yaitu kriteria untuk mengetahui apakah ada kesama antara konteks pengiriman dan penerima. c. Kriteria kebergantungan (dependebilitas), yaitu kriteria yang digunakan untuk menilai apakah tehnik penelitian ini bermutu dari segi prosesnya. d. Kriteria kepastian (konfirmabilitas), yaitu kriteria ini berasal dari objektivitas non kualitatif. Di sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak tergantung pada pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Menurut Scriven (1971), objektif itu berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan. 62
Dalam hal ini peneliti berusaha secara obyektif dalam membandingkan data-data yang di temukan oleh peneliti, jadi peneliti akan membandingkan data yang diperoleh dengan cara mendalami dan menganalisis hasil temuan yang satu dengan yang lain, penulis akan terus melakukan observasi untuk mendapatkan data yang akurat yang dapat dipertanggung jawabkan Selain itu peneliti akan memadukan temuan-temuan dengan teman sejawat yang tentunya yang berkompeten di bidangnya, yang diharapkan peneliti mendapatkan masukan-masukan yang membangun dalam diri peneliti H. Tahap-tahap Penelitian Menurut Bogdan (1972). Ada tiga tahapan dalam penelitian, yaitu: (i) Pra lapangan, (2) Kegiatan Lapangan, (3) Analisis intensif. 1. Tahap Pra Lapangan. a. Menyusun rancangan atau desain penelitian. Seperti yang telah dijelaskan di depan. b. Memilih lapangan penelitian. Penelitian ini berlokasi di Madrasah Ibidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor, Nganuk c. Mengurus perizinan. Peneliti menghubungi dan meminta izin siapa saja yang berwenang memberikan izin. Selain itu peneliti harus menyiapkan : (1) Surat tugas, (2) surat izin intansi di atasnya, (3) identitas diri seperti KTP, foto dan lain-lain, (4) perlengkapan penelitian seperti foto, tape recorder, video recorder dan lain sebagainya, (5) peneliti
62 Lexi J. Moleong, Op Cit, hlm: 324-326. memaparkan tujuan penelitian terhadap orang yang berwenang diwilayah penelitian. d. Menjajaki dan menilai lapangan. Peneliti sedah mempunyai orentasi terhadap lapangan penelitian. e. Memilih dan memanfaatkan informasi. Informai adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar dan subyek penelitian. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Seperti yang telah dijelaskan di atas. 2. Tahap pekerjaan lapangan. a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri; b) Memasuki lapangan. Dalam hal ini, hubungan peneliti dengan subyek penelitian harus benar-benar akrab sehingga tidak ada lagi dinding pemisah di antara keduanya; c) Berperanserta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap analisa data.
Tentang tahap ini sudah dijelaskan sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MI AL-Qamar MI Al-Qamar merupakan suatu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan YPIS Al-Qamar yang mana YPIS Al-Qamar selain memiliki MI juga memiliki dua lemnaga lain, yaitu TK Al- Qamar dan Playgroup TK Al-Qamar berdiri pada tahun 1999 sedangkan Playgroup berdiri pada tahun 2005, khusus untuk MI, jauh sebelum MI pagi berdiri sudah di awali dengan adanya MI sore. MI masuk sore berdiri kurang lebih tahun 1980, pada umumnya murid MI sore itu juga belajar pada waktu pagi hari di Sekolah Dasar (SD). Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak bisa optimal, bahkan belajar di SD inilah yang menjadi prioritas murid sedangkan MI sore hanya sebagai sampingan, oleh karena itu perkembangan MI mengalami pasang surut sesuai dengan situasi dan kodisi yang ada di masyarakat, begitupun kondisi pengajar juga mengalami pasang surut sesuai dengan situasi dan kondisi juga karena tidak diuatkan SK dari DEPAG mengajar hanya dorongan niat dan keikhlasan para guru. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1990 kepala MI mendirikan Taman Pendidikan AL-Quran (TPQ) sehingga pada waktu itu kelas 1, 2 dan tiga (umur 7 s/d 10) kesemuanya di alihkan ke TPQ dengan menunakan system Iqra (system AMM dari Jogja) Sedangkan kelas 4, 5 dan 6 (umur 10 s/d 13) diberi tambahan mata pelajaran fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Aqidah Akhlak dan Al-Quran Hadits. Hal ini berjalan dengan baik dan cukup lama, kurang lebih selama 17 tahun (sampai tahun 2007) Pada tahun 1999 pendiri mendirikan RA (Raudhatul Atfal) yang dibantu oleh Sdr Dra. Binti Isnaniah dan Doso Sunarto, S.Pd. yang mana proses kegiatan belajar mengajarnya berada di gedung TPA (pagi untuk RA dan sore untuk TPQ) dengan sertifikat pendirian dari Depag No. 114575652000 tahun 2000. TK in berjlan dengan baik, terbukti 3 tahun sudah mempunyai 70 murid dan TK berjalan 5 tahun mempunya 88 murid, disamping itu TK Al-Qamar menjadi salah satu TK faforit di Kecamatan Bagor. Tahun 2005 pendiri telah mendirikan MI pagi, hal ini di dorong oleh : 1. Keinginan untuk menjadikan anak bisa membaca AL- Quran dan sholat dengan baik 2. Keinginan mendirikan lembaga yang lebih baik dan lebih formal 3. Keinginan mendidik anak lebih mendalam tentang agama di tingkat dasar 4. Masih langkanya Madrasah Ibtidaiyah yang masuk pagi 5. Adanya lahan yang luas yang berada di tengah-tengah kota kecamatan 6. Selain itu juga untukmenampung murid-murid TK sendiri Maka tepatnya pda tanggal 1 Juli 2005 berjalanlah proses kegiatan belajar mengajar MI AL-Qamar dengan tujuh murid dan di ajar oleh dua orang guru dan seorang kepala sekolah. Dua guru tersebut adalah : 1. Sdr. Supiatun SE. 2. Abdul Wakhid, A. Ma. Dan kepala sekolah tersebut adalah pendiri sendiri yaitu Sdr. Drs. H. Zainul Arifin, M. Ag. Sedangakan tujuh murid MI tersebut adalah Elna Kurnia C, Iskarohma B.N, Yolita Arga M, Retina Zian M, Anif Ismiatin, Eka Nurul L, Sinta Andiya G. Tahun kedua yaitu tahun 2006 baru di daftarkan di Depag dan memperoleh SK Nomor 111235180006 mengizinkan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar (MI swasta) 63
2. Lokasi dan Letak Geografis MI AL-Qamar Lokasi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar ini terletak di Desa Petak, Kec. Bagor Kab. Nganjuk sekitar 7km ke barat dari jantung kota nganjuk, lokasi ini terbilang strategis, di karenakan selain dekat dengan institusi-institusi Negara semisal Polsek, Kantor Kecamatan, Puskesmas, Bank dll. Juga terletak di sebelah jalur propinsi, yaitu jalur utama yang menghubungkan kota Madiun dengan
63 Dokumen MI Al-Qamar, Sejarah Berdirinya MI AL-Qamar. kota Surabaya (jalan Madiun-Surabaya) sehingga memudahkan bagi lembaga dan pengguna lembaga ini dalam mengakses lokasi ini 64
3. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Qamar Visi : Terdepan Dalam Prestasi, Teladan Dalam Akhlaqu al-Kariimah Misi : 1. Menumbuhkan semangat kehidupan yang Islamy di sekolah, di rumah dan dilingkungan masyarakat, (sekolah laksana labolatorium kehidupan beragama). 2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga seluruh siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan bakat dan potensinya. 3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dan menumbuhkan potensi dirinya sejak dini, sehingga dapat dikembangkan secara optimal . 4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah serta stake holders TUJUAN Tujuan penyelenggaraan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar Bagor adalah untuk meningkatkan keprofesionalan lembaga
64 Dokumen MI Al-Qamar, Lokasi dan Letak Geografis MI AL-Qamar, 2006
pendidikan sebagai tempat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan internasional sehingga menjadi sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional sekaligus yaitu Meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut 65
4. Struktur Organisasi MI Al-Qamar Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi suatu lembaga, baik formal maupun non formal. Dengan adanya struktur organisasi sekolah dapat membagi tugas diantara pengelola sekolah agar tidak terjadi perselisihan diantara pengurus. Struktur organisasi yang baik dapat memperlancar tugas-tugas suatu lembaga menuju visi, misi dan tujuan sekolah tersebut. Adapun kita ketahui bahwa lembaga pendidian Madrasah Ibtidaiyyah (MI) ini adalah suatu lembaga pendidikan yang berada dalam naungan sebuah yayasan, yaitu Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial (YPIS) Al-Qamar yang yang tidak hanya memiliki MI saja tetapi juga memiliki lembaga-lembaga pendidikan lain seperti TK (taman kanak-kanak) dan Play group
65 Dokumen MI Al-Qamar, Visi, Misi, Tujuan MI AL-Qamar, 2006
Adapun struktur yang ada di MI Al-Qamar Bagor dapat dilihat dibawah ini STRUKTUR ORGANISASI
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar 5. Keadaan Guru dan Karyawan MI AL-Qamar Dengan semakin berkembangnya Madrasah Ibtidaiyyah (MI) AL-Qamar ini, maka lembaga pendidikan ini terus berbenah diri, salah satunya dengan melalui penggunaan tenaga pendidik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh pendidik tersebut. Karena guru atau pendidik sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan yang bertujuan agar dapat mencapai sasaran dari tujuan pendidikan itu sendiri. Sedangkan tenaga kependidikan yang lain (karyawan) punya peranan penting untuk menopang tercapainya tujuan tersebut. Adapun secara rinci profil Guru MI Al-Qamar Bagor sebagai berikut: YPIS Al-Qamar TK AL-Qamar Playgroup Komite Madrasah KepalaMI AL- Qamar WAKABIDU M Ka. Tata Usaha Waka Kesiswaan
Waka Litbang
Waka Humas
Waka Kurikulim Manajer Usaha Koor. Sarpras Koor BK Siswa Wali Kelas 1) Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim di mana saja ia berada 2) Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan dedikasi yang tinggi 3) Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan keilmuan 4) Bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat menjadi contoh civitas akademika yang lain. 5) Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik guru 6) Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang tinggi 7) Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang didasari oleh niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi 8) Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah 9) Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif. Untuk menuju pada lembaga yang berkualitas maka seluruh SDM yang ada harus berkualitas pula. Untuk itu harus diantisipasi sejak dini (sejak menerima calon tenaga kependidikan baik guru maupun karyawan) dengan menentukan cara perekrutan yang profesional. Sesuai dengan jumlah yang ada keadaan pegawai di MI Al-Qamar sudah lebih dari cukup, karena dengan hanya 5 rombongan belajar tetapi sudah mempunyai 13 guru yang hampir sesuai dengan bidangnya masing-masing Dalam perekrutan tenaga dan untuk memperoleh tenaga yang berkualitas tahap-tahap yang dilalui adalah sebagai berikut: 1. Sepanjang tahun surat lamaran bisa masuk ke Madrasah 2. Lamaran yang masuk di seleksi 3. Bagi yang lolos seleksi akan dilanjutkan test. Test yang dimaksud adalah a. TPA b. TPK c. Test Psikologi d. Wawancara TABEL I Data Keadaan Guru dan Karyawan di MI Al-Qamar Bagor No Nama Lengkap L/P Status Ijasah terakhir Jurusan 1 Zainul Arifin. Drs, M Ag L GTY S2 PAI 2 Supiatun, SE P GTY S1 Manajemen Ekonomi 3 Abdul Wakhid, A.Ma L GTY DII PAI 4 Sriatun, S.PdI P GTY S1 PAI 5 Binti Isnaniyah, Dra, S.PdI P GTY S1 PAI 6 Tri Kusumawati, S.Pd P GTY S1 Bhs. Inggris 7 Hartanto, S.Pd L PNS S1 Pendidikan Olahraga 8 Nury Yuchana, A.Md P GTY S1 PMP 9 Siti Maghfuroh P PTY D1 Perhotelan 10 Yuli Erkhamni L PTY MTs - 11 Mochammad Romadzon, A.Ma, SE L GTY D2 PAI 12 Muhammad Muhsin Anshori, SEI L GTY S1 Ekonomi Islam 13 Suyitno L GTY SMA IPS 14 Muslikah, S.Pd P GTY S1 Matematika 15 Musriatun S.Pd P GTY S1 BIN 16 Mamik Hariyani, A.Ma P GTY D2 PGSD 17 Manis Tyas Hananti A. Ma p GTY D2 PGSD
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar 5. Keadaan Siswa MI Al-Qamar Keberadaan MI Al-Qamar kini semakin terkenal dan semakin diakui keberadaannya oleh masyarakat luas. Hal ini dapat kita llihat dari data perkembangan siswa dari tahun ke tahun. Diantaranya: mulai tahun 2005/2006 berjumlah 7 siswa, tahun 2006/2007 ada penurunan menjadi 6 siswa, tahun 2007/2008 berjumlah 18 siswa, tahun 2008/2009 berjumlah 14 siswa, tahun 2010/2011 berjumlah 24 siswa. 66
6. Sarana dan Prasarana MI Al-Qamar Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, tentunya tidak lepas dari beberapa faktor pendukung yang berupa sarana dan prasarana yang memadai. Upaya untuk pencapaian target tersebut baik sarana dan prasarana secara fisik, lingkungan sekolah maupun personil yang terkait haruslah bisa memberdayakan secara efektif dan efisien. Terkait dengan sarana dan prasarana tentunya tidak bisa dilupakan pula perekrutan personil-personil yang ahli dalam bidang penggunaan sarana prasarana tersebut. Sarana prasarana yang ada di MI AL-Qamar sebagaimana yang terdapat daftar tabel di bawah ini: TABEL II Data Sarana dan Prasarana di MI Al-Qamar Bagor
66 Dokumen MI Al-Qamar, Keadaan Siswa MI AL-Qamar.
NO Nama Ruang Jumlah Ruang 1. 2. Belajar Guru 6 1
Sumber : Dokumen MI Al-Qamar 7. Kegiatan Ekstra kulikuler Selain mendapatkan pelajaran berupa pendidikan formal dalam kelas, siswa juga mendapatkan kegiatan ekstrakulikuler yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik diri kearah terwujudnya siswa yang berprilaku Islami, cerdas, kreatif, mandiri dan berkepekaan sosial. Kegiatan ekstrakulikuler di MI AL-Qamar meliputi : 1. Ekstra Pramuka 2. Renang 3. Tari 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Kinerja Guru UKS Kebun Percobaan Tabsi Kepala Sekolah Tata Usaha Aula Kantin Masjid Gudang Toilet Dapur Percetakan Kamar Penjaga Tempat Wudhu Tempat Parkir Halaman Kebun Jati Lapangan Tempat makan 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 4 1 1 1 2 1 2 1 1 1 4. Sempoa 5. Hadrah 6. Hafalan B. Penyajian dan Analisis Data Penyajian data dalam bab ini adalah penyajian dan sekaligus analisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan penyebaran angket. Sebagaimana rumusan masalah yang sudah disebutkan dalam bab I, maka peneliti menyajikan data sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Penerapan Sistem Full Day School di Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) Al-Qamar Posisi madrasah dalam konteks desentralisasi pendidikan sampai saat ini masih tetap merupakan derivasi dari kebijakan otonomi daerah. Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa agama merupakan bidang pemerintah yang tidak diotonomikan, karena di dalam Departemen Agama terdapat sekolah-sekolah keagamaan yang dalam hal ini MI, MTs, MA. Maka secara legal-formal pengelolaan madrasah tidak menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sebagaimana lembaga pendidikan keagamaan, maka MI Al-Qamar Bagor tentu harus memperhatikan hal tersebut di atas, akan tetapi tentu saja tetap mengupayakan agar tidak menjadi lembaga pendidikan yang termarjinalkan, oleh karena itu harus proaktif untuk mencari informasi tentang perkembangan paradigma baru pendidikan, sepanjang itu tidak bertentangan dengan kebijakan pusat. Hal itu ternyata sesuai pula dengan surat Menteri Agama yang dilayangkan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otoda, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan seluruh gubernur di segenap Wilayah RI yang isinya: a. Kewenangan penyelenggaraan pendidikan agama pada sekolah umum dan penyelenggaraan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota yang meliputi aspek-aspek, oprasional penyelenggaraan, penjabaran kurikulum, penyediaan tenaga kependidikan, penyediaan sarana dan prasarana, penyediaan anggaran. b. Kewenangan lain di bidang pendidikan sebagaimana dimaksudkan dalam PP. No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi Bab II Pasal 2 ayat (3) angka 11 sepanjang yang menyangkut pendidikan agama dan keagamaan masih tetap menjadi wewenang pemerintah pusat (Departemen Agama). Ide dasar desentralisasi pendidikan di era otonomi daerah adalah pengembangan pendidikan berbasis masyarakat hendaknya menjadi harapan baru bagi masyarakat madrasah. Otonomi pendidikan dengan pendekatan berbasis masyarakat sungguh merupakan perpaduan sinergik antara sistem sentralistik dan desentralistik. Berdasarkan uraian di atas, maka MI Al-Qamar Bagor melaksanakan MPMBS yang dalam hal ini untuk mengarahkan pada peningkatan kualitas. Kemudian pada UU Nomer 25 Tahun 2000 tentang Program Pengembangan Nasional dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari kedua Undang-undang tersebut telah mengamanatkan agar pengelolaan satuan pendidikan dilakukan dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah. Karena itulah MI AL-Qamar Bagor yang merupakan satuan pendidikan madrasah di bawah Departemen Agama, segera pro aktif untuk melaksanakan UU tersebut. sesuai dengan buku panduan pengembangan Sekolah Setandar Nasional (SSN), bahwa melalui MBS ada 6 yang di dorong untuk dikembangkan di sekolah, diantaranya: Kemandirian, Kerjasama, Keterbukaan, Fleksibilitas, Akuntabilitas, dan Sustanbilitas. Adapun kurikulim yang digunakan di MI Al-Qamar Bagor ini yaitu kurikulum 2006 yang terdiri dari empat komponen. Dimana dari keempat komponen tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Keempat komponen itu diantaranya: kurikulum dan hasil belajar, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kegiatan belajar mengajar dan penilaian berbasis kelas. Dengan berbagai keragaman potensi anak didik, maka memerlukan layanan pendidikan yang beragam. Untuk itu, sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan peranannya dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilaksanakan jika sekolah diberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak didiknya. Pengaturan diri ini terkait dengan aspek manajemen berbasis sekolah. Adapun sistem pembelajaran yang mendukung pelaksanaan manajemen berbasis sekolah salah satunya adalah penerapan sistem full day school. Sistem full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dimulai pukul 07.00-15.00 WIB. Adapun tujuan diberlakukannya sistem full day school ini adalah salah satu alternative untuk mengatasi masalah yang ada, seperti kenakalan siswa, siswa yang cenderung bermain-main saja tanpa di imbangi dengan belajar. Hal tersebut akibat kurang pengawasan baik dari orangtua siswa maupun dari pihak sekolah yang cenderung kurang memperhatikan siswanya ketika berada diluar sekolah. Dengan begitu, setelah jam pelajaran selesai kebanyakan siswa tidak langsung pulang kerumah, melainkan mereka berjalan-jalan atau main bersama teman-temannya yang mereka anggap lebih menyenangkan ditimbang pulang kerumah. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Kepala MI Al-Qamar Bagor pada waktu interview bersama peneliti. Beliau mengatakan bahwa: .. Karena anak-anak sukanya tidak segera pulang, memilih bermain dulu disini (di sekolah). Maka dari pada main tidak ada yang membina, lebih baik diadakan pembinaan full day atau belajar sehari penuh. Akan tetapi sehari penuhnya Cuma sampai ashar. Awalnya pembinaan ini di fokuskan kepada pembinaan agama, belajar mengaji tetapi pada prakteknya tidak mengena. Kemudian ditambahlah dengan pembinaan-pembinaan mata pelajaran yang lain yang dibutuhkan oleh siswa. Untuk kelas lima pembinaannya di fokuskan pada persiapan UAN. Kemudian untuk kelas tiga dan empat pembinaannya difokuskan pada pelajaran-pelajaran yang dibutuhkan oleh mereka, seperti pembinaan mata pelajaran matematika dan lain-lain, dari hasil pembinaan tersebut banyak anak yang mendapatkan nilai yang baik dalam ujiannya... (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010) Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh waka kurikulum, Pada waktu interview dengan peneliti. Beliau mengatakan bahwa: . Dengan full day school sudah jelas jam pelajaran bertambah. Pelajaran yang diajarkan dalam full day school adalah siswa diberi bimbingan tentang pelajaran-pelajaran yang di ajarkan pada waktu pagi. Untuk pembinaan bahasa inggris, siswa diajarkan cara pengucapannya, sedangkan pelajaran-pelajaran umum siswa di kasih soal-soal untuk memperdalam materi. Jadi tugas guru adalah untuk mengajarkan baca tulis alquran, seperti ngaji dan lain-lain. Di dalam ngaji para guru menggunakan metode tartil.
(Wawancara dengan waka kurikulum MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Dari petikan hasil interview diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa suatu lembaga pendidikan atau seorang guru harus pintar-pintar dalam menggunakan waktu dan dapat menyiasati aktivitas siswanya agar aktivitasnya bermanfaat dan tetap menyenangkan. Dengan demikian MI AL-Qamar Bagor menerapkan sistem full day school untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dan menyiasati aktivitas siswanya agar bermanfaat bagi siswa itu sendiri. Selanjutnya dari hasil interview dengan para guru yang mengabdi di Madrasah tersebut mengatakan bahwa: Penerapan full day school di MI AL-Qamar ini sudah cukup baik, karena materi atau aktivitasnya sangat efektif dan anak-anak sudah cukup terbiasa sehingga mereka menikmati pelaksanaan full day school dengan hati yang riang gembira, bahkan ada sebagian anak yang mengajak menginab. (Wawancara dengan para guru yang mengajar di MI Al-Qamar pada tanggal 13-April 2006). Selanjutnya Kepala Madrasah mengatakan pada peneliti bahwa: Pelaksanaan full day school disini hanya untuk kelas tiga keatas, untuk kelas satu pulang pukul 11.40 sedangkan kelas dua pulang pukul 12.15 baru kelas tiga keatas pulang pukul 15.00 (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010) Adapun jadwal pelajaran semester II tahun ajaran 2009/2010 yang ada di MI AL-Qamar adalah sebagaimana terdapat dalam tabel berikut : TABEL III JADWAL PELAJARAN SEMESTER II MADRASAH IBTIDAIYAH AL QAMAR BAGOR TAHUN AJARAN 2009/2010 Jln. Kediri No.1 Petak, Bagor, Nganjuk Telp (0358) 326212
Kelas I Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu 07.00-07.35 Upacara Al-Quran Hadits (4) MTK (12) Fiqih (4) MTK (12) Sempoa (14) 07.35-08.10 BTA (4) 08.10-08.45 BIN (12) Penjaskes (6) Ibadah (4) IPA (12) 08.45-09.20 Akidah Akhlak (4) IPS (2) B. Jawa (13) 09.20-09.55 Ex. Tari SBK (7) 09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat
10.30-11.05 Hafalan (4) BTA (4) BIN (12) PKN (12) Pramuka (12) Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
Kelas II Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu 07.00-07.35 Upacara Penjaskes (6) IPS (2) BIN (5) BIG (5) Ibadah (3) 07.35-08.10 B. Jawa 08.10-08.45 (13) Al Quran Hadits (4) BIN (5) Fiqih (9) Ex. Hadroh / MTQ (14) 08.45-09.20 IPA (6) Akidah Akhlak (3) 09.20-09.55 B. Arab (8) Ex. Tari (15) SBK (7) I stirahat 09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat 10.30-11.05 BTA (3) MTK (10) B. Arab (8) Hafalan (3) Sempoa (14) Pramuka (12) 11.05-11.40 PKN (2) MTK (10)
11.40-12.15 BTA (3) Sumber : Dokumen MI Al-Qamar Kelas III Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu 07.00-07.35 Upacara Akidah Akhlak (3) Penjaskes (6) MTK (10) B. Arab (1) Pramuka (8 & 12) 07.35-08.10 BIN (8) 08.10-08.45 MTK (10) BIN (8) SKI (7) Ex.Kompt. (9) 08.45-09.20 SBK (7) 09.20-09.55 B. Jawa(13) IPA (6) Al Quran(4) Fiqih (9) Ex. Hadroh (14) 09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat 10.30-11.05 B. Jawa(13) IPA (6) Hadits(4) IPS (2) Fiqih (9) Ex. Renang (6) 11.05-11.40 Hafalan (3) PKN (2) BIG (5) Ibadah (9) 11.40-12.15 BTA (3) Ex.sempoa(14 ) Sholat Jumat & I shoma 12.15-12.50 I shoma& mengaji I shoma& mengaji I shoma& mengaji I shoma& mengaji
12.50-13.25 13.25-14.00 IPS (9) IPA (13) BIG (5) MTK (12) BIN (4) 14.00-14.35 14.35-15.00 Sumber : Dokumen MI Al-Qamar Kelas IV Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu 07.00-07.35 Upacara BIG (5) Al-Quran Hadits (4) Hafalan (3) B. Jawa (13) Pramuka (8 & 12) 07.35-08.10 Akidah Akhlak (3) SBK (7) 08.10-08.45 Penjaskes (6) MTK (10) BIN (5)
Ex. Hadroh (8) 08.45-09.20 PKN (2) BIN (5) 09.20-09.55 IPS (2) BTA (3) Ex.komputer (9) 09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat 10.30-11.05 Fiqih (9) IPS (2) IPA (13) MTK (10) SKI (7) Ex. Renang (6) 11.05-11.40 B. Arab (8) 11.40-12.15 Ibadah (9) Sholat Jumat & I shoma 12.15-12.50 I shoma& mengaji I shoma& mengaji I shoma& mengaji I shoma& mengaji
12.50-13.25 13.25-14.00 BIN (11) IPS (3) MTK (12) IPA (13) BIG (8) 14.00-14.35 14.35-15.00 Sumber : Dokumen MI Al-Qamar
Kelas V Jam/ Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu 07.00-07.35 Upacara MTK (10) B. Arab (8) IPA (13) SBK (7) Pramuka (8 & 12) 07.35-08.10 BIG (5) 08.10-08.45 Penjaskes (6) IPA (13) IPS (2) PKN (2) Ex.Hadroh (8) 08.45-09.20 Akidah Akhlak (3) 09.20-09.55 BIG (5) MTK (10) B. Jawa(13) IPS (2) Ex.komputer (9) 09.55-10.30 I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat I stirahat 10.30-11.05 BIN (8) BIG (5) MTK (10) B. Jawa(13) IPS (2) Ex. Renang (6) 11.05-11.40 Fiqih (9) BIN (8) SKI (7) Al-Quran Hadits (4) 11.40-12.15 12.15-12.50 I shoma& mengaji I shoma& mengaji I shoma& mengaji I shoma& mengaji Sholat Jumat & I shoma
12.50-13.25 13.25-14.00 BIN (11) MTK (12) IPA (6) MTK (10) IPA (2) 14.00-14.35 14.35-15.00 Sumber : Dokumen MI Al-Qamar Dari jadwal pelajaran tersebut dapat kita ketahui bahwa penerapan full day school hanya untuk kelas tiga keatas yaitu pada hari senin sampai jumat pulang pukul 15.00 sedangkan untuk hari sabtu pulang pukul 11.40. untuk kelas satu hari senin sampai dengan sabtu pulang pukul 11.05 kecuali hari jumat pulang pukul 09.55. sedangkan untuk kelas dua pulang pukul 12.15 kecuali hari jumat pulang pukul 11.05 Selanjutnya untuk mengetahui keadaan siswa dalam proses mengikuti kegiatan full day school, peneliti membagikan angket berupa pertanyan pertanyaan yang di rasa peneliti perlu mengetahui hasil jawaban dari pertanyaan pertanyaan tersebut. Adapun untuk mengetahui apakah anak mengetahui akan penting tidaknya penerapan full day school, peneliti memberikan angket kepada 29 siswa yang terdiri dari kelas tiga keatas TABEL IV PENDAPAT SISWA TENTANG PENTINGNYA FULL DAY SCHOOL DI TERAPKAN DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 1 a. Penting sekali b. Kurang penting c. Tidak penting 29 28 1 - 96,5% 3,45% - Jumlah 29 29 100%
Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat kita ketahui bahwa anak yang menjawab full day school penting sekali di terapkan di MI Al- Qamar sebanyak 28 anak atau 96,5 % sedangkan yang menjawab kurang penting sebanyak satu anak atau 3,45 %. Dari hal tersebut berarti dapat kita ketahui bahwa ada kesadaran anak untuk mengikuti kegiatan full day school yang di terapkan di MI Al-Qamar Selanjutnya penulis juga ingin mengetahui bagaimana kondisi keadaan mental siswa ketika mengikuti kegiatan full day school, oleh sebab itu sama seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu dengan membagikan angket mengenai bosan tidaknya siswa ketika mengikti kegiatan full day school TABEL V PENDAPAT SISWA TENTANG TINGKAT KEBOSANAN DALAM MENGIKUTI FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 2 a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 29 5 17 7 17,24% 58,62% 24,14% Jumlah 29 29 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat peneliti ketahui bahwa siswa dalam mengikuti kegiatan full day school mayoritas tidak mengalami kebosanan, yaitu yang menjawab tidak bosan sebanyak 58,62 % atau 17 siswa, sedangkan yang menjawab bosan sebanyak 5 siswa atau 17,24 % dan yang kadang- kadang sebanyak 7 siswa atau 24,14 % Jadi dapat ketahui bahwa penerapan full day school di MI Al-Qamar tidaklah memberatkan siswa, siswa mayoritas mengikuti kegiatan full day school dengan hati gembira hal tersebut sangat cocok sekali dengan yang di sampaikan dari guru yang mengabdi di MI Al-Qamar sebagaimana kutipan di atas, bahwa siswa sangat senang menikuti kegiatan full day school, bahkan sampai-sampai mengajak menginab di sekolahan. Untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa dalam menerima pelajaran yang di berikan pada waktu full day school, dapat kita ketahui pada tabel berikut :
TABEL VI PENDAPAT SISWA TENTANG SULIT TIDAKNYA SISWA DALAM MENERIMA MATERI PADA WAKTU MENGIKUTI FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 3 a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang 29 3 20 6 10,34% 68,96% 20,68% Jumlah 29 29 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata anak mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, hal tersebut sangatlah menunjang terhadap keberhasilan siswa, karena dengan tersampaikannya materi yang diberikan oleh guru kepada siswa menjadikan berhasilnya kegiatan belajar mengajar yang mana hal tersebut merupakan sesuatu yang diharapkan baik oleh guru maupun orang tua hal tersebut dapat kita ketahui bahwa sebanyak 20 siswa atau 68,96 menjawab tidak mengalami kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan hanya tiga anak atau 10,34% yang menjawab ya, atau mengalami kesulitan dalam menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan 6 siswa atau 20,68% menjawab kadang-kadang atau dalam arian kadang-kadang sulit menerima dan kadang-kadang bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut di korscekkan oleh peneliti melalui hasil angket yang diberikan kepada 15 guru yang mengajar di MI AL-Qamar Bagor tentang apakah materi yang diberikan kepada siswa pada waktu full day school dapat tersampaikan. Berikut tabel hasil jawaban dari Bapak dan Ibu guru di MI Al- Qamar Bagor. TABEL VII PENDAPAT GURU TENTANG TERSAMPAIKAN TIDAKNYA MATERI PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 3 a. Tersampaikan b. Kurang tersampaikan c. Tidak tersampaikan 15 13 2 - 86,66% 13,33% - Jumlah 15 15 100%
Berdasarkan hasil tabel di atas peneliti merasa lebih yakin bahwa siswa dapat menerima materi yang diberikan oleh Bapak atau Ibu guru pada waktu full day school di karenakan hampir semua guru atau sebanyak 13 guru/86,66% memilih tersampaikan materi yang telah diberikan kepada siswa dan hanya dua guru ataiu 13,33 guru yang memilih kurang tersampaikan tentang materi yang telah di berikan Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan full day school di MI AL-Qamar, penulis mengambil salah satu kegiatan yang selalu di lakukan di MI-Al-Qamar pada waktu full day school yaitu kegiatan sholat dzuhur dan ashar. Berdasarkan angket yang di berikan kepada 39 siswa dapat kita ketahui keaktifan murid dalam mengikuti kegiatan full day school melalui salah satu kegiatan yang ada di sana, yaitu sholat dzuhur dan sholat asar berjamaah. Berikut adalah tabel tentang keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan sholat szuhur dan ashar berjamaah
TABEL VIII JAWABAN SISWA TENTANG KEAKTIFAN MENGIKUTI SHOLAT DZUHUR DAN ASHAR BERJAMAAH PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 4 a. Selalu b. Jarang c. Tidak pernah 29 28 1 - 96,5% 3,45% - Jumlah 29 29 100%
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat diketahui bahwa kegiatan full day school yang di terapkan di MI Al-Qamar berjalan dengan baik, terbukti dengan hampir semua siswa mengikuti kegiatan full day school di MI Al-Qamar yaitu 28 siswa yang selalu mengikuti kegiatan sholat berjamaah dzuhur dan ashar atau 96,5% sedangkan hanya satu anak yang jarang mengikuti sholat dzuhur dan ashar berjamaah atau 3,45% 2. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar a. Faktor Pendukung Dalam melaksanakan sebuah sistem sangat diperlukan faktor pendukung, karena tanpa faktor pendukung maka sistem tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Adapun faktor pendukung dalam penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI AL-Qamar bagor menurut hasil wawancara, observasi dan penyebaran angket peneliti terhadap kepala sekolah waka kurikulum dan guru-guru di MI Al-Qamar diantaranya: 1) Sarana dan prasarana Berbicara tentang sarana dan prasarana, maka hal ini tidak hanya menyangkut gedung saja. Akan tetapi, termasuk juga beberapa komponen yang terdapat di dalamnya. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka hal tersebut dapat menunjang berjalannya proses belajar mengajar, sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Sebagaimana dari hasil observasi peneliti, bahwa sarana dan prasarana untuk ukuran MI di MI Al-Qamar Bagor sudah cukup lengkap, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Seperti adanya ruang belajar/kelas, ruang belajar yang sangat luas, tempat bermain, Aula dan masjid, ruang kebun percobaan, sebagaimana yang terdapat dalam tabel II. Dengan terpenuhinya sarana prasasa di luar kelas maupun di dalam kelas, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang di ungkapkan oleh kepala sekolah MI Al-Qamar Bagor : MI sekarang sudah memiliki satu lokal gedung yang terdiri dari enam kelas, yang di pakai untuk kegiatan belajar mengajar, selain itu di luar kelaspun siswa-siswa bisa bermain dengan leluasa, karena halaman di sini sangat luas dan ada wahana-wahana bermain untuk anak, sehingga anak tidak terlalu bosan mengikuti pelajar. (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Dari hasil observasi di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa sarana dan fasilitas sangat mempengaruhi dan mendukung dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena Siswa tentu dapat belajar dengan baik dan senang berada di sekolah bila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajarnya. Maka masalah yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar tentu relatif kecil dan hasil belajarnya tentu akan lebih baik. 2) Adanya dukungan dari orangtua siswa atau masyarakat. Hubungan keluarga dengan sekolah merupakan suatu dasar bagi penyelenggaraan sekolah yang baik. Sebagaus apapun sebuah program atau sistem bila tidak mendapatkan dukungan dari orang tua siswa, maka program atau sistem tersebut akan sia-sia. Bukti adanya dukungan atau keikutsertaan masyarakat atau orang tua siswa di MI Al-Qamar Bagor adalah dengan adanya pelaksanaan parens day dan dzikir bersama orang tua siswa atau masyarakat. Kegiatan parens day ini dilakukan oleh orang tua siswa yang memiliki potensi-potensi tertentu atau memiliki life-skill, orang tua siswa diberikan kesempatan untuk bertukar pengalaman, diskusi, dialog secara langsung dengan siswa. Murid mendapatkan pengetahuan dan pengalaman nyata dan bukan sekedar teori. Misalnya wali murid yang berprofesi sebagai tukang meuble kayu, maka ia akan bertutur tentang bidangnya secara langsung dengan siswa. Wali murid yang berprofesi sebagai pengrajin batu bata, beliau dapat membagi ilmunya kepada murid-murid bagaimana proses dan seluk beluk batu bata dan lain- lain. Semisal lagi kalu ada orang tua murid rang berprofesi sebagai petani atau penjual tempe atau tahu, maka orang tua wali tersebut akan menerangkan kepada pesaerta didik sesuai dengan bidang yang di gelitu masing-masing orang tua murid. Berikut hasil petikan wawancara dengan kepala sekolah MI Al-Qamar . Disini tiap satu dua bulan sekali mengadakan dzikir dan istighosah bersama para wali murid selain untuk menjalin tali silaturrahmi antara guru dan wali murid juga untuk mendiskusikan tentang keadaan siswa selama belajar di sisi (MI Al-Qamar Bagor),.. selain itu di sini juga ada kegiatan parens day yang pelaksanannya kadang satu bulan sekali kadang dua bulan sekali, tidak mesti, karena tergantung kesibukan dari orang tua murid , (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Hal tersebut juga senada degan yang di ungkapkan oleh salah seorang guru yang mengabdi di MI Al-Qamar tersebut . Disini juga ada kegiatan parens day, dimana sekolah memanfaatkan keahlian para wali murid untuk menularkan keahlian yang di miliki masing-masing wali murid. Sebagai mana contohnya di sini ada orang tua murid yang berprofesi sebagai pembuat batu bata, maka orang tua wali tersebut menjelaskan kepada para murid mulai dari alat-alat pencetak batu bata, bentunya, cara membuatnya sampai kepada proses finishingnya, (Wawancara dengan guru yang mengabdi di MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010) Peneliti ingin melakukan pengkorscekkan dengan wali murid yang kebetulan pada waktu peneliti mengobservasi beliau sedang menunggui anaknya di sekolah tersebut, berikut petikan wawancara peneliti dengan salah satu orang tua murid Di MI sini tiap satu atau dua bulan kami (orang tua murid ) di undang untuk beristighosah dan juga kadang dari orang tua murid ada yang di suruh menyampaikan materi sesuai dengan bidang kami masing-masing (Wawancara dengan wali murid MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Dari petikan hasil interview di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa adanya dukungan dari orang tua siswa atau masyarakat itu hal yang sangat penting dan sangat mendukung berjalannya kegiatan yang diprogramkan oleh madrasah, karena melakukan pendidikan adalah usaha bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Antara ketiga lembaga tersebut berjalan secara terpadu, seiring dan sejalan untuk menuju satu tujuan yang bersifat saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, maka akan tercapailah kualitas pendidikan sesuai dengan yang diharapkan bersama. 3) Guru atau tenaga pengajar Guru atau tenaga pengajar adalah ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan yang bertujuan agar mencapai tujuan pendidikan dengan maksimal. Dengan demikian guru sangat dibutuhkan di dalam proses belajar mengajar. Karena tanpa adanya guru atau tenaga pengajar maka proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Dari hasil observasi peneliti mengetahui bahwa guru atau tenaga pengajar di MI Al-Qamar Bagor sangat memadai dan sangat mendukung diterapkannya full day school. Dengan demikian, hal tersebut sangat mendukung terhadap penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena kegiatan belajar mengajar di madrasah, tergantung pada ketersediaannya para guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Berikut adalah hasil angket yang di berikan oleh peneliti kepada 15 guru yang mengajar di MI AL-Qamar, untuk mengetahui apakah guru-guru yang mengajar di MI Al-Qamar mendukung tentang di terapkannya full day school di MI tersebut TABEL X PENDAPAT GURU TENTANG PENERAPAN FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 4 a. Setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju 15 15 - - 100% - - Jumlah 15 15 100%
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat kita ketahui bahwa semua guru yang mengajar di MI AL-Qamar 100% setuju tentang diterapkannya sistem full day school di MI Al Qamar. Hal ytersebut sangatlah menunjang tentang pelaksanaan full day school di MI AL-Qamar Bagor Hal senada juga disampaikan oleh kepala Madrasah ibtidaiyah (MI) Bagor Guru di sini sangat antusias dalam melaksanakan tugas, mereka terlihat bersemangat dalam mengajar, terlihat dari ketepatan waktu dalam mengajar di kelas (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Hal tersebut sangatlah cocok dengan angket yang peneliti berikan kepada 29 siswa yang mengikuti full day school di MI AL-Qamar yang terkait dengan pendapat mereka tentang ketepatan guru dalam mengajar pada waktu full day school TABEL XI PENDAPAT SISWA TENTANG KETEPATAN GURU DALAM MENGAJAR PADA WAKTU FULL DAY SCHOOL DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 4 a. Tepat waktu b. Kurang tepat waktu c. Tidak tepat waktu 29 23 6 - 79,31% 20,69% - Jumlah 29 29 100%
Dari hasil observasi di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa keberadaan guru sangat di butuhkan di dalam sebuah lembaga pendidikan, karena guru dalam proses belajar mengajar tidak terbatas pada penyampaian pengetahuan saja. Akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan dapat mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian, keberadaan dan kesiapan guru dalam melakukan proses belajar mengajar di madrasah sangat mendukung berjalannya proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri b. Faktor Penghambat Di dalam menjalankan sebuah sistem tidak akan berjalan dengan begitu saja, pasti ada kendala atau penghambat yang dihadapinya. Adapun faktor penghambat dalam penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar bagor berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara adalah terletak pada siswa/peserta didik Siswa merupakan subjek pendidikan yang meneruskan cita-cita Bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Yang menjadi permasalahan dari setiap individu adalah perbedaan karakteristik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan watak masing-masing, maka dalam mendidiknyapun harus berbeda-bedapula, ada anak didik yang rajin, ada juga anak didik yang malas selain itu kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaranpun sangat berbeda-beda. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas lulusan yang di hasilkan oleh lembaga. Dengan demikian, seorang guru harus benar-benar jeli di dalam menyikapinya dan guru dituntut bagaimana caranya agar siswa dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Maka tugas guru adalah memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar dan bersemangat. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh kepala madrasah pada waktu interview dengan peneliti beliau mengatakan bahwa . Kendala yang ada pada waktu full day school di MI Al-Qamar Bagor adalah banyak anak yang malas. Akan tetapi untuk menyikapi anak didik yang malas saya (Kepala Madrasah) mengadakan koordinasi dengan para guru dan waka-waka yang ada untuk mencari solusi tentang hal tersebut di atas .. (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Hal senada juga di ungkapkan oleh guru yang mengabdi di MI AL- Qamar tersebut. Beliau mengatakan . Anak anak disini kalau siang setelah sholat, makan siang, mengaji lalu ada istirahat sebentar baru pelajaran. Kebanyakan pada waktu itu anak masih ingin bermain dulu, sehingga guru harus pintar-pintar menguasi keadaan sehingga anak menjadi berkonsentrasi mengikuti pelajaran .. (Wawancara dengan guru yang mengabdi di MI Al-Qamar pada tanggal 12 Maret 2010) Dari petikan wawancara bersama kepala madrasah dapat peneliti ketahui bahwa kendala dalam penerapan full day school yang di terapkan di MI AL-Qamar terletak pada peserta didik itu sendiri, kebanyakan anak cenderung ingin bermain sehingga kegiatan proses belajar mengajar agak sedikit terganggu 3. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan di Mi Al-Qamar a. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Dengan diterapkannya full day school untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yang berimplikasi pada rentan waktu belajar yang lama, maka mengacu guru untuk berusaha berkreasi menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang bervareasi, seperti menggunakan game dalam pembelajaran atau setting pembelajaran yang berbeda, yang semula di dalam kelas menjadi di luar kelas dan bisa juga menggunakan moving class seperti yang dilakukan di MI Al-Qamar Bagor. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh pada waktu proses belajar mengajar berlangsung. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh waka kurikulum, beliau mengatakan bahwa: Guru mempunyai otoritas untuk melaksanakan pembelajaran, silahkan mau belajar dimanapun tidak harus diruangan, bahkan yang harus dibawa kemusiumpun diperbolehkan, yang penting persiapannya sudah jelas dan seperti apa yang akan dilakukan disana. Karena guru bukan satu-satunya sumber belajar. Dengan demikian, guru harus kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Adapun kondisi guru pada waktu mengajar yang dilakukan di MI Al-Qamar Bagor yaitu guru mengembangkan pendekatan emosional terhadap peserta didik, karena guru itu seperti teman dalam belajar, maksudnya untuk membangkitkan keberanian anak. Akan tetapi biasanya anak tidak berani mengeritik guru. Itu merupakan hal yang biasa yang sering dilakukan siswa/anak pada waktu proses belajar mengajar berlangsung. (Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010). Dari petikan hasil interview di atas maka dapat diinterpretasikan bahwa seorang guru harus kreatif dan inovatif serta banyak memiliki ide di dalam menjalankan proses belajar mengajar. Hal tersebut Bertujuan agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan di dalam mengikuti mata pelajaran yang di ajarkan oleh guru yang bersangkutan. Kemudian untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar Bagor memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana, pengaturan penggunaan sarana prasarana, pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku, peningkatan jumlah guru yang berkualitas dan keefektifan dalam hal melakukan kegiatan belajar mengajar Hal tersebut sesuai dengan apa yang di katakana oleh bapak kepala sekolah MI Al-Qamar. Beliau mengatakan : . Setelah diterapkannya full day school di sekolah ini, maka sekolah berusaha dengan segala upaya untuk menjadikan sekolah ini menjadi sekolah yang teladan, harus ada semangat guru untuk mengajar walaupun harus pulang sore dan juga dari sekolah menyediakan fasilitas-fasilitas seperti tempat belajar di halaman dengan mendirikan bangku taman, sehingga siswa tidak merasa bosan belajar di dalam ruangan saja , (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah tersebut dapat peneliti ketahui bahwa setelah di terapkannya program full day school di sana, maka ada upaya-upaya yang di lakukan oleh sekolah untuk menambah fasilitas- fasilitas yang menunjang berjalannya program full day school tersebut, terbukti setelah di terapkan full day school di sekolah tersebut, untuk mengantisipasi agar siswa tidak merasakan kebosanan dalam melakukan proses belajar mengajar, karena kita ketahui setalah penerapan full day school maka siswa menjadi pulang sore maka di bangunlah bangku taman yang berada di bawah pohon yang rindang, sehingga siswa bisa belajar di sana. Lebih lanjut lagi waka kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Qamar menuturkan : .. Setelah di terapkan pulang sore (full day school) di sini banyak perubahan yang terjadi, di dirikannya kursi taman untuk area bermain dan belajar, di bangunkannya ruangan untuk makan, karena setelah de terapkannya pulang sore di MI ini, maka siswa-siswa makan siang di sekolah, selain itu untuk menunjang kegiatan full day school sekolah menambahkan buku-buku bacaan, karena setelah sholat dzuhur, makan anak ada yang capek dan biasanya membaca-baca buku-buku cerita (Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8-April 2006). Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa dengan di terapkannya system full day school di sana fasilitas- fasilitas yang ada menjadi bertambah, seperti di bangunkannya gedung buat makan, di buatkannya kursi taman untuk area belajar, bertambahnya buku-buku bacaan untuk menunjang waktu luang siswa. Hal tersebut sangat cocok dengan hasil angket yang diberikan peneliti kepada bapak ibu guru TABEL XII PENDAPAT GURU TENTANG PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI MI AL-QAMAR No Alternatif jawaban N F P 1 a. Bisa b. Tidak bisa 15 14 1 96,5% 3,45% Jumlah 15 15 100%
Berdasarkan tebel yang ada di atas dapat di ketahui bahwa hampir semua guru atau 96,5% guru memilih bahwa dengan diterapkannya system full day school di sana bisa meningkatkan kualitas pendidikan, sedangkan yang menjawab tidak bisa hanya satu orang guru atau 3,45% saja. b. Peningkatan Kualitas Guru Selain peniningkatan sarana dan prasarana setelah diterapkan system full day school sekolahan MI Al-Qamar juga menambah dua orang guru untuk mengajar di MI, hal tersebut dikarenakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI AL-Qamar. Hal tersebut senada dengan yang di ungapkan oleh kepala sekolah MI Al-Qamar berdasarkan hasil wawancara dengan peneliti . Setelah menerapkan full day school, pulangnya menjadi sore. Jadi sekolahan ini menambah guru di karenakan untuk mengurangi beban guru yang sudah dulu mengajar disini . (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Hal tersebut senada dengan keterangan yang diberikan oleh waka kurikulum MI Al-Qamar Bagor . Guru di sini hampir semua sudah sarjana (S1), dan jumlah guru di sini sudah lebih dari cukup, karena jumlah rombongan belajar ada lima, sedangkan jumlah guru yang mengajar ada lima belas. Hal tersebut juga dikarenakan diterapkannya full day scholl yang mana di tuntut untuk mempunyai jumlah guru yang banyak . (Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010). Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah MI dan waka kurikulum di atas dapat penulis ketahui bahwa dengan diterapkannya system full day school di MI AL-Qamar maka berimbas kepada penambahan jumlah guru, dalam artian system full day school setelah di terapkan di sana bisa meningkatkan kualitas pengajar atau guru c. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kualitas dalam konteks hasil pendidikan menurut Umaedi, dalam bukunya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis misalnya ulangan umum, Ebta atau nilai raport. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala madrasah, waka kurikulum serta guru yang mengabdi di MI AL- Qamar Bagor, berikut adalah petikan wawancara dengan kepala sekolah MI Al-Qamar Bagor terkait masalah prestasi belajar siswa sebelum dan setelah di terapkannya system full day school di MI Al-Qamar Bagor .. Hasil rapot anak-anak setelah menerapkan system full day school dengan sebelum menerapkan system full day school menjadi meningkat, hal tersebut di karenakan ada penguatan- penguatan materi pelajaran yang yang telah di sampaikan pagi hari di telaah lagi sore harinya (pada waktu full day school) . (Wawancara dengan Kepala MI Al-Qamar pada tanggal 13 Maret 2010) Hal tersebut senada dengan yang di ungkapkan oleh waka kurikulum MI Al- Qamar Bagor . Setelah ada full day school di sini hasil nilai anak-anak menjadi lebih bagus mereka menjadi terasa lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, hal tersebut di karenakan pelajaran pagi di kasih penguatan pada waktu sore harinya sehingga materi-materi yang di sampaikan dapat di ingat kembali oleh murid dan materi-materi yang disampaikan tersebut menjadi lebih melekat kepada murid . (Wawancara dengan waka kurikulum pada tanggal 8 maret 2010). Hal tersebut sesuai dengan nilai raport yang dapat peneliti dapatkan dari petugas piket, dalam hal ini penulis membandingkan rata-rata nilai raport anak kelas tiga semester I di bandingkan dengan nilai mereka pada waktu kelas dua semester II yaitu ketika belum menerpakan sistem full day school, berikut hasil perbandingan dari data yang peneliti peroleh : TABEL XIII DAFTAR PERBANDINGAN NILAI KELAS II SEMESTER II DAN KELAS III SEMESTER I MI AL-QAMAR
Dari data tabel di atas dapat kita ketahui memang benar bahwa setelah menerapkan sistem full day school di MI Al-qamar nilai raport siswa menjadi lebih bagus. Dari delapan belas siswa yang sekarang duduk di kelas tiga tersebut hanya tiga anak yang mengalami penurunan nilai yaitu A. Hisyam AF. Yang rata-rata nilai raport pada kelas dua semester duanya adalah 80,05 pada kelas tiga semester satu atau sekarang turun menjadi 79,21. M Fiqi NO Nama KELAS II SEMESTER II KELAS III SEMESTER I Total Nilai Rata-rata Total Nilai Rata-rata 1. A. Hisyam.A.F 3122 80,05 2932 79,21 2. Agustina . S 3163 81,10 3191 86,24 3. Amalya Yoga. S 2879 73,82 3203 86,6 4. Galuh Pramesty 2694 72,8 2910 78,64 5. Hanifah Arum. P 3148 80,72 3203 86,6 6. Lutfi Nur. A 3168 81,23 3248 87,8 7. M. Farrel Elno. D 3120 80 3212 86,8 8. M. Fiqi Hendy. K 2913 74,69 2711 73,27 9. M.M. Romadona 2640 67,69 2666 72 10. M.M Romadani 2617 67.10 2684 72,5 11. Riyasun. A.H 2894 74,21 3001 81 12. Rofiatul. F 2787 71,46 2889 78,1 13. Sandyka R.M 2816 72,20 2593 70,08 14. Sulaiman. M 2586 66,31 2593 70,1 15. Vinka Nur. I 2887 74,02 2957 79,91 16. Zainul Arifin 3020 77,44 3058 82,6 17. M. Z. Amirul. H 2673 68,53 2869 77,54 18. Krisna 2919 74,84 3020 81,62 Hendy K. kelas dua semester dua rata-rata nilainya 74,69 turun menjadi 73,27 dan yang terakhir adalah Sandyka R.M. kelas dua semester dua nilai rata-rata raportnya 72,20 sekarang turun menjadi 70,08 sedangkan selain tiga siswa tersebut rata-rata raportnya naik semua yaitu sejumlah 15 anak
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar Sebagaimana pemaparan dalam bab empat dapat kita ketahui bahwa penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar di mulai pukul 07.00 s/d 15.00 dalam artian dalam sehari siswa belajar selama delapan jam dan istirahat selama 35 menit. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru-guru di MI Al- Qamar tidak hanya di dalam kelas saja tetapi juga berada di luar kelas, hal tersebut dikarenakan agar anak tidak merasa bosan dan juga kalau mengajar di luar kelas suasananya menjadi tidak begitu formal sehingga anak bisa lebih dekat dengan guru yang pada akhirnya siswa tidak malu bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan yang di tuturkan Syukur Basuki dalam artikel beliau yang berjudul full day School Harus Proporsional sesuai jenis dan jenjang sekolah. Yang peneliti ambil dari situs internet (http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id) Dalam artikel syukur basuki di katakan bahwa Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana disesuaikan dengan bobot pelajaran dan ditambah dengan model pendalamannya.
Sedang waktunya digunakan untuk program-program pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku, menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dalam hal ini, berpatokan pada penelitian yang mengatakan bahwa waktu belajar yang efektif pada anak itu hanya tiga sampai empat jam sehari (dalam suasana formal) dan tujuh sampai delapan jam (dalam suasana informal)
Dari sini dapat kita ketahui bahwa teori tentang full day school yang ada sudah di terapkan di MI AL-Qamar walaupun masih harus ditingkatkan lagi demi meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar, seperti bagaimana strategi guru dalam mengajar ketika siswa dalam kondisi kecapekan, bagaimana sekolah menciptakan susasana yang menyenangkan baik di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga murid merasa tidak terbebani tetapi ilmu yang telah di sampaikan dapat masuk ke dalam hati mereka dan juga upaya-upaya lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al-Qamar Pelaksanaan full day school yang ada di MI Al-Qamar menurut peneliti sudahlah baik dalam hal penyampaian materi yang di berikan oleh pada waktu full day school berdasarkan angket yang diberikan peneliti kepada 29 siswa yang mengikuti full day school di MI Al-Qamar dapat kita ketahui bahwa sebanyak 20 siswa atau 68,96 menjawab tidak mengalami kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan hanya tiga anak atau 10,34% yang menjawab ya, atau mengalami kesulitan dalam menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan 6 siswa atau 20,68% menjawab kadang-kadang atau dalam artian kadang-kadang sulit menerima dan kadang-kadang bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru. Sebagaimana sudah digambarkan dalam bab empat yang telah di korscekkan oleh peneliti melalui hasil angket yang diberikan kepada 15 guru yang mengajar di MI AL-Qamar Bagor tentang apakah materi yang diberikan kepada siswa pada waktu full day school dapat tersampaikan Berdasarkan dari data di atas (Tabel VII) peneliti merasa lebih yakin bahwa siswa dapat menerima materi yang diberikan oleh Bapak atau Ibu guru pada waktu full day school di karenakan hampir semua guru atau sebanyak 13 guru/86,66% memilih tersampaikan materi yang telah diberikan kepada siswa dan hanya dua guru atau 13,33 guru yang memilih kurang tersampaikan tentang materi yang telah di berikan Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara akademik dan sosial dengan adanya full day school. 67 Cryan dan Others dalam risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidak ada waktu luang untuk melakukan penyipangan- penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam pengawasan guru. 68
B. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat Penerapan Sistem Full Day School di MI Al-Qamar
67 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman 168 68 Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07
1. Faktor Penghambat Dalam melakukan sebuah perencanaan tentunya pasti ada hambatan- hambatan yang di alami, akan tetapi kalau hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat maka hambatan-hambatan tersebut menjadi tidaklah berarti Dalam penerapan sistem full day school di MI Al-Qamar terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala, faktor yang paling mencolok adalah faktor peserta didik. Siswa merupakan subjek pendidikan yang meneruskan cita-cita Bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Yang menjadi permasalahan dari setiap individu adalah perbedaan karakteristik yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan watak masing-masing, maka dalam mendidiknyapun harus berbeda-beda pula, ada anak didik yang rajin, ada juga anak didik yang malas selain itu kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaranpun sangat berbeda-beda. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas lulusan yang di hasilkan Menurut Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul psikologi belajar dan mengajar di kaatakan bahwa Pada hakikatnya perbedaan-perbedaan individu adalah-perbedaan- perbedaan dalam kesiapan belajar. Anak-anak yang masuk sekolah masing- masing memiliki tingkat kecerdasan, perhatian, pengetahuan yang berbeda- beda dengan kesiapan belajar yan berbeda-beda. Mereka berbeda dalam potensi bahkan dalam karakternya. Masalahnya adalah pendidikan yang bagaimana yang patut diberikan kepada mereka agar tercapai perkembangan secara optimal bagi tiap individu sesuai dengan kapasitas dana kecenderungan-kecenderungan mental mereka 69
Dalam pelaksanaan full day school di MI Al-Qamar, guru-guru pengajar mengupayakan dengan berbagai cara agar pelaksanaan kegiatn belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, terutama pada jam-jam siang yan mana pada jam-jam tersebut siswa sudah merasa lelah yaitu dengan cara mengadakan kegiatan pembelajaran di luar sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya di dalam kelas saja 2. Faktor Pendukung Sekolah yang unggul dan berkualitas itu adalah sekolah yang mampu menghantarkan siswa-siswinya yang berkemampuan biasa bahkan rendah menjadi siswa yang mampu bersaing dengan siswa sekolah lain. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Kemampuan lembaga pendidikan dalam membudayakan sumber- sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin, sehingga output-nya memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya perencanaan-perencanaan yang sudah di canangkan harus di jalankan dengan baik dan juga memerlukan adanya dukungan-dukungan baik dari dalam lembaga sendiri ataupun dukungan dari luar lembaga.
69 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2004 hal. 17 Adapun faktor-faktor yang mendukung sistem full day school yang ada di MI Al-Qamar adalah sarana prasarana yang memadai adanya dukungan dari orang tua, masyarakat dan tenaga pendidik. Di katakan oleh Sugianto dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar kependidikan mengatakn bahwa Guru sebagi pendidik dalam pendidikan formal sekolah, yang secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggung jawab pendidikan dari anak didik dari lembaga pendidikan formal sekolah. Dan guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang tinggi, kualitas guru sedemikian itu hanya akan diperoleh jika guru disiapkan dengan matang agar ia mampu dalam pelaksanaan pembelajaran . 70
Pengalaman guru dalam bidang pengajaran memiliki andil yang cukup besar di dalam menentukan keberhasilan peserta didik. Dengan modal pengalaman belajar seorang pendidik akan semakin banyak memiliki pengetahuan baik dalam bentuk teknik maupun strategi mengajarnya. Selain itu sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan peneliti melihat pengaturan penggunaan alat-alat di MI Al-Qamar cukuplah baik, semisal penggunaan type recorder yang digunakan oleh guru bahasa inggris dan arab juga terjadwal dengan baik. Ali Saifullah mengatakan dalam bukunya yang berjudul pendidikan pengajaran dan kebudayaan mengatakan bahwa Jenis peralatan dan perlengakapan yang disediakan disekolah dan cara administrasi mempunyai pengaruh besar terhadap program belajar mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan
70 Sugiyanto, Dasar-Dasar Kependidikan, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, IKIP PGRI Bojonegoro 1993, hal. 15-17 menghambat proses belajar mengajar. Demikian pula administrasi yang jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa. 71
Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa faktor fasilitas merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam tercapainya mutu pendidikan, apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian akan mengakibatkan merosotnya mutu pendidikan. Khususnya sarana dan prasarana yang berupa al at Bantu pembelajaran. Diperlukan keahlian mengggunakan pembinaan alat -alat dalam proses belajar mengajar bertujuan mempertinggi prestasi belajar pada umumnya. C. Penerapan Sistem Full Day School Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI Al-Qamar Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, Proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapam kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk kurikulum yang dirasa mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dapat kita ketahui bersama bahwa pelaksanaan sistem full day school di MI Al-Qamar telah berjalan selama tiga tahun, dalam jangka waktu tiga tahun tersebut setelah menerapkan system full day school banyak perubahan perubahan yang terjadi pada lembaga pendidikan ini di antaranya peningkatan
71 Ali Saifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, hal. 96-98
sarana dan prasarana, bertambahnya jumlah guru serta peningkatan hasil belajar siswa. Dalam program full day school ini siswa memperoleh banyak keuntungan secara akademik, tentu saja lamanya waktu belajar juga merupakan salah satu dari dimensi pengalaman anak. Ada sebuah riset mengatakan bahwa siswa akan memporelah banyak keuntungan secara akademik dan sosial dengan adanya full day school. 72
Cryan dan Others dalam risetnya menemukan bahwa dengan adanya full day school menunjukkan anak-anak akan lebih banyak belajar daripada bermain, karena adanya waktu terlibat dalam kelas, hal ini mengakibatkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan guru, siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidk ada waktu luang untuk melakukan penyipangan-penyimpangan karena seharian siswa berada di kelas dan berada dalam pengawasan guru. 73
Dari pemaparan data tersebut dapak kita ketahui bahwa pelaksanaan system full day school banyak manfaatnya. Selain bertambahnya jam pelajaran yang diajarkan juga guru dapat mengontrol keadaan siswa.
72 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya 2004) halaman 168 73 Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, Op Cit, hal. 07 BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitaan di Mi Al-Qamar Bagor penulis menyimpulkan beberapa hal dari hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, diantaranya yaitu: 1. Penerapan full day school di MI Al-Qamar Bagor sudah cukup baik. Dilihat dari penggunaan kurikulum 2004 yang terdiri dari empat komponen, dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk menerapkan strategi pembelajaran yang bervareasi, seperti game, setting pembelajaran yang berbeda, muving class, dan lain- lain, kemudian dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah memacu terus menerus dengan cara melengkapi sarana prasarana, pengaturan penggunaan sarana prasaraan, pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku. 2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan full day school di MI Al-Qamar Bagor a. Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam penerapan full day school untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diantaranya: Sarana dan prasarana yang memadai; Adanya dukungan dari orang tua siswa atau masyarakat; adanya guru atau tenaga pengajar.
b. Faktor Penghambat Faktor penghambat dalam penerapan full day school di MI Al-Qamar terletak kepada siswa atau peserta didik. Hal tersebut dikarenakan siswa pada waktu proses kegiatan belajar mengajar tidak dapat berkonsentrasi dalam menerima pelajaran 3. Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti bahwa Penerapan full day school terbukti dapat meningkatkan kualitas pendidikan di MI Al- Qamar Bagor, hal tersebut dapat diketahui dengan peningkatan jumlah guru, sarana dan prasarana, dan juga hasil prestasi siswa. B. Saran 1. Bagi seluruh civitas akademika MI Al-Qamar (Kepala Madrasah, tenaga pendidik dan pegawai) diharapkan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang telah di bangun, baik meningkatkan prestasi belajar siswa maupun kualitas atau mutu madrasah itu sendiri dengan semaksimal mungkin. 2. Bagi peneliti lanjutan, diharapkan hasil penelitian ini adapat di jadikan tambahan referensi dan di harapkan pada penelitian lanjutan dapat melakukan penelitian yang lebih sempurna tentang penerapan full day school untuk meningkatkan kualitas pendidikan
DAFTAR PUSTAKA AI-Abrasyi. M.Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang. Al-Basyuni. 1994. Syarah Hadits, Bandung: Trigenda Karya Al-Ghazali. Imam. 1983. Ihya Ulumuddin, Bandung: Diponegoro. Arif. Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta: Prima Arifin. Muzayyin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Ciputat Peres Arikunto. Suharsini. 1997. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), JAKARTA: Rineka Cipta. Basuki, Syukur. Fullday School Harus Proporsional sesuai jenis dan jenjang sekolah. (http://wwww.SMKN1lmj. Sch.id) B. Milles. Mathews, A. Micael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI Press. Buchori. Muchtar. 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. Chafidz. Abdul., 1998. Sekolah Unggul konsepsi dan Problematikanya, MPA No 142. Departemen Agama RI. 1999. Al-quran dan Terjemahan, Surabaya: Al- hidayah. Departer. Bobbi, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, 2003. Quantum Teaching (Mempraktekan Quantum teaching di ruang kelas-kelas), Bandung: Kaifa. D Marimba. Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT . Al-Maarif. Ikromi. Moch. 2005. Pengembangan Manajemen Sistem Pendidikan,. Malang : Tesis Universitas Islam Negeri (UIN) J. Moleong. Lexi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT/ Remaja Rosda Karya
Muhaimin dkk. 1996. strategi belajar dan mengajar, Surabaya: CV. Catur Media Karya Anak Bangsa. Nurani, 2005. Baity Jannati Duni Santri, edisi 245.
Nurani. 2005. Untung Rugi Full Day School, Surabaya: edisi 221, Saifullah. Ali. 1982. Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Surabaya: Usaha Nasional. Salim. Peter. 1988. Advanced English-Indonesia Dictonary, Jakarta: Modern English Press.
Stoner. James, Edward Freman, Daniel R Gilbert. 1996. Manajemen Jilid I, Jakarta: PT. Prenhallindo.
Sudjana. Nana. Awal Kusumah. 2000. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.
Suryabarata. Sumadi. 1990. Pembimbing Ke Psikodiagnostik, Yogyakarta: Raksa Sersain.
Tafsir. Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tritonegoro. Surtanti. 1989. Anak Super Normal dan Pendidikannya, Jakarta: Bina Aksara.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Malang: Direktur Pendidikan Menengah dan Umum,
Umaedi. 1999. Perkembangan Sekolah, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan.
Penerapan Cooperative Learning Metode Student Teams Achievement Divisions Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas Viii-B Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa-Laili-Masudah