Você está na página 1de 15

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.

6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK CASE KECIL ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Angellina Wiyanda Nim : 11-2011-091

Tandatangan

............................................

Dr Pembimbing : Dr Rosa, Sp.M

.............................................

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama Umur Alamat

: Sdri A : 17 tahun : Tanjung karang No 45, RT 05, RW 06, Kecamatan Jati, Kudus

Jenis kelamin Agama Pekerjaan Tanggal masuk RS Tanggal pemeriksaan Pemeriksa Moderator

: Perempuan : Islam : swasta : 11 Februari 2013 : 11 Februari 2013 : Angellina : Dr Rosa, Sp.M

II.

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Auto anamnesis tanggal : 11 Februari 2013, jam 12.00

Keluhan utama Benjolan pada kelopak atas mata sebelah kanan

Riwayat penyakit sekarang 2 minggu smrs, pasien mengeluh adanya benjolan pada kelopak atas mata sebelah kanan.awal berupa bengkak pada kelopak mata atas kemudian diberi salep dan obat minum oleh pasien sehingga bengkak berkurang. Kemudian timbul benjolan yang membulat pada kelopak atas mata kanan. Benjolan dirasakan nyeri, merah sebelumnya, nyeri saat ditekan dan mengganjal. Mata tidak merah dan tidak terdapat sekret yang keluar. Terkadang ada rasa gatal namun tidak dominan. Pasien mengatakan tidak terdapat gangguan pada penglihatannya.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengalami hal serupa selama 2 kali yaitu 1 tahun lalu dan 5 bulan yang lalu. Pasien menyangkal memiliki darah tinggi, kencing manis, asma, dan alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit dengan keluhan yang sama dengan pasien.

III.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis Keadaan Umum Tanda Vital Tekanan darah : 120/80 mmHg : Tampak sakit ringan

Nadi Respiration rate Suhu Kepala Telinga Hidung Tenggorokkan Thoraks, Jantung Paru Abdomen Ekstremitas

: 68x/menit : 20x/menit : 36,5C : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata : Normotia, serumen (-), secret (-) : Deviasi septum (-), secret (-) : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)

: BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-) : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-) : Nyeri tekan (-), bising usus (+) 7x/menit, supel. : Akral hangat, udem -/-.

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD

OS

OD 20/20 Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal. Enopthalmus (-) Exopthalmus (-) Strabismus (-)

PEMERIKSAAN Visus Koreksi 20/20

OS

Tidak dikoreksi Gerak bola mata normal.

Bulbus Oculi

Enopthalmus (-) Exopthalmus (-) Strabismus (-)

Benjolan pada palpebra superior (+) berukuran 1x1 cm, nyeri tekan (+), hiperemis (-), mobile, konsistensi agak keras, letak pada 1/3 medial dari nasal Blefarospasme (-) Lagopthalmus (-) Ektropion (-) Entropion (-) Edem (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Infiltrat (-) Kemosis (-) Sekret serous (-) Normal, warna putih Bulat, jernih Edem (-) Infiltrat (-) Sikatrik (-) Jernih Kedalaman cukup Hipopion (-) Hifema (-) Kripta (+) Warna coklat Edema (-) Sinekia (-) Atrofi (-) Reguler Iris Camera Oculi Anterior Kornea Sclera Conjuctiva Palpebra

Nyeri tekan (-) Edema(-) Nyeri tekan(-) Blefarospasme (-) Lagopthalmus (-) Ektropion (-) Entropion (-)

Edem (-) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Infiltrat (-) Kemosis (-) Sekret serous (-) Normal, warna putih Bulat, jernih Edem (-) Infiltrat (-) Sikatrik (-) Jernih Kedalaman cukup Hipopion (-) Hifema (-) Kripta (+) Warna coklat Edema (-) Sinekia (-) Atrofi (-) Reguler

Letak sentral, tampak jernih Diameter 3 mm Refleks pupil L/TL : (+/+) Jernih Jernih Positif, cermelang C/D ratio 0,3. Eksudasi , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - , eksudasi Normal Normal Dalam Batas Normal Tekanan Intra Okuler Sistem Lakrimasi Tes Konfrontasi Lensa Vitreus Fundus Refleks Retina Pupil

Letak sentral, tampak jernih Diameter 3 mm Refleks pupil L/TL : (+/+) Jernih Jernih Positif, cermelang C/D ratio 0,3. Eksudasi , arteri : vena = 2:3, perdarahan - , neovaskularisasi - , eksudasi Normal Normal Dalam Batas Normal

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak ada

V.

RESUME Wanita, 17 tahun datang dengan keluhan benjolan pada kelopak atas mata kanan sejak 2 minggu smrs, benjolan diawali dengan pembengkakan nyeri(+), merah(+) sebelumnya, mengganjal (+), gatal(+), sekret(-), riwayat serupa sebelumnya(+), riwayat keluarga(-). Pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan Ophthalmologis Okuli dextra : visus 20/20, Benjolan pada palpebra superior (+) berukuran 1x1 cm, nyeri tekan (+), hiperemis (-), mobile, konsistensi agak keras, letak pada 1/3 medial dari nasal, konjungtiva, Kornea, iris, pupil, retina dalam batas normal. Okuli dextra : visus 20/20, palpebra, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan retina dalam batas normal.

VI.

DIAGNOSIS BANDING 1. OD hordeolum externum 2. OD chalazion 3. OD squamous cell karsinoma

VII.

DIAGNOSIS KERJA OS Hordeolum externum Dasar Diagnosis: Anamnesis: o Adanya benjolan pada kelopak atas pada mata sebelah kanan sejak 2 minggu smrs o Benjolan dirasakan nyeri, merah dan bengkak sebelumnya, dan nyeri saat ditekan o Tidak ada gangguan pada pandangannya Pemeriksaan status generalis: Tidak ada

Pemeriksaan status ophtalmikus OS Visus: 20/20 Palpebra : Benjolan pada palpebra superior berukuran 1x1 cm, nyeri tekan (+), hiperemis (-), mobile, konsistensi agak keras, letak pada 1/3 medial dari nasal

VIII. PENATALAKSANAAN Non-medika mentosa Kompres air hangat selama 10 15 menit, 3 kali sehari Insisi isi hordeolum

Medika mentosa 1. Tablet eritromisin 4 x 250 mg 2. Asam mefenamat 4 x 250 mg 3. Salep kloramfenikol 1% 3-4 kali sehari

IX.

PROGNOSIS OD Ad visam Ad Sanam Ad Cosmetikum Ad Vitam Ad bonam dubia ad malam Ad bonam Ad bonam OS Ad bonam ad bonam Ad bonam Ad bonam

X.

USUL Dilakukan pemeriksaan histopatologi

XI.

SARAN Menggunakan obat yang benar dan teratur Menjaga kebersihan mata Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampoyang tidak menimbulkan iritasi Jangan menekan atau menusuk hordeolum Hindari pemakaian makeup pada mata Jangan memakai lensa kontak

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI PALPEBRA
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.1,2 Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata . Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.2 Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1 Pada kelopak terdapat bagian-bagian :1 - Kelenjar kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. - Otot M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. Orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar d i dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. - Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima

orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).- Pembuluh darah memperdarahinya adalah a. palpebra. - Persarafan Persarafn sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin. yang

II. DEFINISI
Merupakan peradangan supuratif kelenjar zeis atau kelenjar moll(hordeolum externum) atau kelenjar meibom(hordeolum internum)3

III. ETIOLOGI
Hordeolum yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea. Hordeolum internum dapat terjadi dari kalazion yang mengalami infeksi.3 Faktor resiko terjadinya hordeolum adalah: 1. Penyakit kronik. 2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk. 3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis. 4. Diabetes 5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia. 6. Riwayat hordeolum sebelumnya 7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih 8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.4

IV. EPIDEMIOLOGI
Umumnya terdapat pada dewasa muda namun dapat mengenai semua umur terutama orangorang dengan taraf kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun5

V. PATOFISIOLOGI
Satu dari tiga glandula secara tipikal diinfeksi oleh spesies staphylococcal pada hordeolum. Glandula meibom mensekresikan sebum yang membantu mencegah evaporasi dari film air mata pada mata. Ketika infeksi akut, hordeolum dibentuk internal dan secara umum sedikit dibatasi disebabkan lebih dalamnya posisi dengan tarsal. Glandula Moll dan zeis secara umum lebih kecil dan lebih superficial dan ketika terinfeksi akan memberikan rasa sakit dan pembengkakan pada akar bulu mata. Hordeola ini dibentuk external.6

VI. MANIFESTASI KLINIK


Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan menganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Permukaan bengkak dalam beberapa hari bengkak terlokalisir.Hordeolum eksternum atau radang kelenjar zeis atau moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum externum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum atau radang kelenjar meibom memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum externum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. benjolan pada bagian atas atau bawah kelopak mata1

VII. PENATALAKSANAAN
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkat bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar preurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg, diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus dibagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada hordeolum internum dan hordeolum externum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Insisi hordeolum Pada insisi hordeolum terlebih dulu diberikan anestesia topikal dengan patokain tetes mata. Dilakukan anestesia filtrasi dengan prokain atau lidokain didaerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo plapebra Hordeolum externum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretage seluruh isi jaringan meradang didalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.1

VIII. KOMPLIKASI
Penyulit hordeolum adalah selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra didepan septum orbita dan abses palpebra.1

IX. PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik karena hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeolum Internal terkadang berkembang menjadi chalazion, yang mungkin memerlukan steroid topikal atau intralesi atau bahkan insisi dan kuretase.4

PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosa hordeolum externum karena adanya riwayat merah dan bengkak 2 minggu smrs, selain itu ada rasa nyeri dan penonjolan kearah luar bukan kearah dalam. Selain itu didapatkan benjolan pada kelopak yang nyeri bila ditekan. Merah dan bengkak timbul karena adanya proses inflamasi oleh sel-sel radang yang terjadi pada glandula zeiss dan moll sehingga timbul tanda-tanda peradangan. Selain itu rasa nyeri timbul karena glandula zeiss dan moll berukuran lebih kecil sehingga ketika timbul proses peradangan akan memberikan gejala yang lebih nyeri. Diagnosa banding pada pasien ini adalah kalazion karena pada kalazion juga terdapat benjolan akibat proses lipogranulomatosa, hanya saja perbedaannya terletak pada rasa nyeri yang pada kalazion tidak ada. Sedangkan pada pasien didapatkan rasa nyeri. Selain itu pasien juga mengeluh bengkak dan kemerahan pada kelopak sebelumnya yang pada kalazion seharusnya tidak ada. Sehingga diagnosa banding kalazion dapat disingkirkan. Diagnosa banding berikutnya adalah sebasea cell karsinoma karena pada karsinoma ini dapat menyerupai bentuk hordeolum, selain itu karsinoma ini sering berada pada kelopak mata atas dan pasien ini terdapat benjolan pada kelopak mata atas, selain itu pasien ini mengalami hordeolum rekuren sebanyak 3 kali, jadi diagnosa banding ini dapat dipikirkan. Namun diagnosa ini masih dapat disingkirkan mengingat bahwa pada karsinoma dapat ditemukan rontoknya bulu mata. Sedangkan pada pasien ini tidak ada kerontokan bulu mata. Pengobatan pasien ini diberikan kompres air hangat untuk memberikan efek vasodilatasi, mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri ,menghilangkan sensasi rasa nyeri, pengeluaran getah radang. Antibiotik sistemik eritromisin karena pasien ini sudah mengalami rekurensi 3 kali dan menurut kepustakaan bila terjadi rekurensi maka diberikan antibiotik sistemik. Pemilihan eritromisin karena pada hordeolum yang menjadi penyebab adalah kokus gram positif dan eritromisin Pasien juga diberikan asam mefenamat sebagai analgetik karena pasien mengeluh nyeri, merah dan bengkak. Pasien juga dilakukan insisi hordeolum dengan cara insisi sejajar dengan margo palpebra karena pasien sudah 2 minggu minum obat dan salep dari dokter sebelumnya namun tidak ada perbaikan. Prognosis pasien ini adalah ad bonam pada visam karena pada pemeriksaan visus didapatkan visus 20/20 dan tidak terbentuknya komplikasi membuat prognosis pada penglihatan menjadi baik. Prognosis sanam pada mata kanan adalah dubia ad malam karena

pasien ini cenderung rekuren pada mata yang sama walaupun tidak selalu pada tempat yang sama,sehingga kemungkinan rekurensi lagi tinggi. Prognosis cosmeticum adalah ad bonam karena ketika di insisi maka benjolan akan hilang. Prognosis vitam adalah ad bonam karena penyakit ini tidak mengganggu fungsi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI. 2009. h:1-12. 2. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Surabaya: Airlangga. 1984. h 1-8. 3. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi ke-1. Yogyakarta : FKUGM. 2007.h 31-2 4. Hordeolum . Diunduh dari www.scribd.com pada tanggal 18 juni 2012 5. Ilyas S, Muzakkir T, Salamun, Zainal A. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI.2008. h 16-7 6. Stye and hordeolum in emergency medicine diunduh dari www.emedicine.com pada tanggal 4 april 2012

Você também pode gostar