Você está na página 1de 42

AGAMA DAN PENDIDIKAN NASIONAL

Jamridafrizal,S.Ag.S.S.,M.Hum
Setiap agama memposisikan dirinya sebagai sebuah tatanan nilai mulia yang menjiwai apapun yang terdapat di dunia ini.Termasuk di dalamnya pendidikan para penganut agama islam,Kristen dan Katolik misalnya,akhirnya memaksakan integrasi agama pendidikan hingga kepada simbol keagamaan lembaga-lambaga pendidikan yang mereka kelola.Awal sejarah pendidikan di negeri ini pun sebenarnya sudah di awali dengan fenomena itu.jauh sebelum Indonesia merdeka,mereka telah menyebarkan agama melalui penyelenggaraan pendidikan. Agama akhirnya diakomodasi oleh kontitusi Indonesia sebagai bagian tak terpiaskan dari sektor pendidikan.konsekuensinya,semua lembaga pendidikan,termasuk sekolahsekolah yang di kelola oleh Negara pun yang sering kali lebih di tuntut untuk menjadi netral tidak bisa di lepaskan dari kela iman ini. Tak haya itu pemenuhan kebutuhan dasar integrasi agama pendidikan ini akhirnya di sebut-sebut turut melatar belakangi kelahiran manajemen pendidikan Indonesia ke dalam dua pilar pelayanan peendidikan,yakni pelayanan yang di lakukan oleh departemen pendidikan nasional dan !epartemen Agama."eski manajemen pelayanan pendidikan ini se#ara umum menjadi tanggungjawab "entri $endidikan,sebagaimana di tuangkan dalam %% Sisdiknas,namun dualisme pelaksanaannya yang relatif terpisah sering menimbulkan persoalan. Sebenarnya,tidaklah berlebihan bagi Negara yang memiliki penduduk beragama memberikan perhatian kepada agama,sama pentingnya dengan perhatian yang di berikan untuk pendidikan.!i banyak Negara,tokoh agama sangat di pandang penting karena peran mereka yang sidnifikan dalam keikut sertaannya mempengaruhi arah dan kebijakan Negara.Ketokohan pemuka agama di &ina,misalnya,di sejajarkan dengan tokoh pendidikaan.!i negeri komunis itu gaji tertinggi di berikan kepada 'iksu dan (uru,yakni setara dengan direktur kelas menengah di sana.!i Saudi Arabia dan Iran,perhatian kepada "ullah dan Ayatullah )ulama*bahkan melebihi perhatian Negara pada sektor apapun,demikian pula di mesir dan Turki,walau gaji imam dan khotib tidak besar,akan tetapi perhatian Negara kepada agama tampak hingga pada persoalan gaji-gaji para ulama. !i Indonesia ini sebagai mana jamak di ketahui nasib pemuka agama mungkin memang tidak sama dengan kondisi di Negara-negara yang telah kita sebutkan.+irarki penggajian $endeta dan $astur di atur sendiri oleh internal organisasi agama yang bersangkutan.'anyak para Kyai dan %stad swasta )selain guru agama negeri*.mengandalkan penerimaan infak dan balas budi masyarakat atas pengajaran agama yang di berikannya hampir se#ar murni.

Sistem Pendidikan Nasional


$engelolaan pendidikan yang baik sebenarnya adalah pendidkan yang dapat memanfaatkan potensi 'udaya yabg tumbuh dan berkembang di Indonesia yang di huni

oleh berma#am suku,agama,dan adapt istiadat yang sangat berbeda satu sama lain,maka seberagam itu pula pola pendidikan yang mereka kembangkan.Atas dasar ini konstitusi %%! ,-./ dan %% Sisdiknas mengemanatkan perlunya penyelenggaraan pendidikan dengan melestarikan keaneka ragaman penyelenggaraan pendidikan di masyarakat,akan tetapi berada dalam satu payung pengelolaan,bernama 0Sistem pendidikan Nasional1. %ndang 2undang !asar 3epublik Indonesia tahun ,-./ $asal 4, ayat )4*mengemanatkan bahwa 0$emerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional yang meningkatkan ke imanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka men#erdaskan kehidupan 'angsa yang diatur dengan undangundang1.Tangungjawab pengelolaan satu sistem pendidikan ini menjadi tugas "entri $endidikan. !i dalam ssatu sistem itu,di harapkan keragaman penyelenggaraan pendidikan bisa melahirkan ke kuatan pendidikan yang dahsyat. Keragaman penyelenggaraan penndidikan di Indonesia dapat di telusuri dalam dua kategori5pertama,keragaman yang di lakukan oleh masyarakat dengan tingkat keratifitas yang rendah."asyarakat sema#am ini sebenarnya #enderung memilih keseragaman ena di anggap memudahkan.keseragaman tersebut antara lain dalam bentuk nomenklatur satuan pendidikan,seragam sekolah,hari masuk dan libur sekolah,sistem penilaian,dsb."isalnya masalah masalah keseragaman kurikulum.walau %% sudah menyuruh agar masingmasing sekolah menyusun sendiri kurikulumnya,banyak para guru dan sekolah angkat tangan melakukannya."ereka lebih suka menggunakan kurikulum yang di keluarkan oleh pemerintah.'ahkan pada tingkat silabuspun )3en#ana $elaksanaan $embelajaran*,mereka lebih suka menggunakan paket yang sudah jadi pemerintah. Kategori kedua terdapat pada masyarakat yang memiliki tingkat kreatif #ukup tinggi )yang ini minoritas*."ereka #enderung menyebut pemerintah sampai saat ini terlalu banyak mengatur pendidikan hingga hal-hal yang tidak seharusnya diatur.Terutama sekolah-sekolah swasta,banyak sekali sekolah yang jika tingkat kemandiriannya sudah #ukup tinggi,menginginkan pemerintah #ukup mengukur hasil pendidikannya saja.$roses penyelenggaraan pendidikannya tidak usah diatur."au menggunakan kurikulum atau sistem penilaian apapun silahkan saja."au pakai nama S!,"I,Salafiah,6idia laya,terserah saja.Apalagi hanya masalah lama waktu belajar,kalender pendidikan,janjang pendidikan,seragam,dan hal lain yang sebenarnya tidak perlu diatur.7ang terpenting adalah mutu keluaran setiap lembaga pendidikan bisa di pertanggungjawabkan,dalam arti kalau,dites memenuhi kompetensi sesuai jenjangnya. !alam menanggapi ke#enderungan masyarakat yang sangat kreatif ini,pemerintah sering mengaku bersikap realistis.$emerintah memandang mudarat pelepasan begitu saja proses pendidikan di masyarakat,dengan kondisi majemuk seperti sekarang,bisa justru bisa membahayakan hasil )out #ome*pendidikan itu sendiri.!ikontrol se#ara seragam saja kenyataannya hasil pendidikan kita jauh dari setandar,apatah lagi di lepaskan.Atas dasar ini maka penyeragaman,terutama pada hal-hal tertentu harus di jalankan.!engan paradigma ini lalu pemerintah mengatur kerangka dasar kurikulum,melakukan ujian Nasional,menetapkan kalender,jam pembelajaran dll. %% Sisdiknas nomor 89 tahun 8994 mengistilahan penyeragaman terhadap hal tertentu tersebut sebagai setandarisasi Nasional pendidikan )SN$*.Tujuannya untuk

menghasilkan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing.SN$ dapat di gunakan untuk mempertemukan tradisi pendidikan yang berkembang di masyarakat 0se#ara liar1dengan kebijakan Negara melalui deal-deal yang bisa ddisepakati.SN$ dengan demikian di perlukan agar Negara dapat melestarikan keragaman yang menjamin satu lembaga pendidikan dengan lainnya agar saling bersinergi dan saling melengkapi. $endidikan yang ideal seharusnya di bina hingga kualitasnya jauh melebihi standar minimal yang di tetapkan dalam SN$.karennya melalui SN$ ini,Negara perlu memberi ruang bagi elastisitas pendidikan yang berkembang di masyarakat miaslnya melalui sebuah prinsip Multy entry dan multi e:sit )terbuka dan multi makna*.$rinsip ini memungkinkan lulusan seluruh pendidikan yang terstandar-dengan keragaman-akan memiliki akses yang sama bagi peserta didik untuk dapat pindah,melanjutkan,atau memasuki suatu istansi pekerjaan publik. $ada jalur pendidikan formal standarisasi pendidikan di jalankan dengan 4 proses pengendalian dan peningkatan mutu pendidikan )a* e;aluasi )b* akreditsi dan )#* sertifikasi. $ada jalur pendidikan non formal dan in formal juga di lakukan standarisasi pendidikan dengan orientasi mutu yang menjamin pengukuran kompetensi masing 2 masing bidang dalam memenuhi kebutuhan.!i samping itu ,pendidikan jenis ini juga bisa di setarakan dengan kualitas pendidikan formal,jika di perlukan,setelah melalui uji kesetaaraan. Standar nasional $endidikan )SN$* yang di amanatkan %% Sisdiknas nomor 89<8994 bahkan akhirnya melahirkan sebuah badan baru yang relati;e independent bernama 'SN$ )'adan Standar Nasional $endidikan*.Aturan standarisasi pendidikan kemuddian di tuangkan se#ara lebih rin#i dalam $$ Nomor ,- Tahun 899..!engan aturan baru ini ,semua jenis pendidikan yang selama ini tidak di akui persamaannya dengan pendidikan umum formal,dapat diakui sepanjang persyaratan standar minimal dipenuhi.Satu persatu pendidikan tradisionalpun kini mulai gembira karena akan memiliki hak yang tidak jauh beda dari sekolah yang biasa dianakemaskan Negara. $engalaman pendidikan Islam berbasis masyarakat-menunjukan bahwa proses akulturasi budaya pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional ternyata tidak terjadi dalam satu tahap se#ara mudah.Akan tetapi berjalan se#ara bertahap dan sering kali tidak mudah. Sejarah pendidikan Islam di Indonesia mula-mula hanyalah pendidikan keagamaan untuk penyebarann agama.Ketika aman $enjajahan datang,terjadi politik pendidikan diskriminatif karena pemerintah penjajahan memandang rendah pendidikan pribumi.Konisi itu berubah setelah umat Islam mengembangkan sekolah umum.Termasuk ketika dalam tradisi pendidikan Islam tumbuh tradisi "adrasah yang akhirnya berubah menjadi sekolah umum ber#iri agamma islam.dari #atatan proses akulturasi pendidikan Islam,dengan manajemen pendidikan nasional,terdapat beberapa #atatan yang perlu digaris bawahi5 'ahwa dengan satu sistem pendidikan,sebenarnya isu dualisme 0dua atap1pengelolaan pendidikan tidaklah ada,dan sebenarnya merupakan ungkapan yang tidak benar.7ang dimaksud denga dualisme pengelolaan pendidikan biasnya

adalah dualisme antara !epartemen $endidikan Nasional yang mengatur sekolah dan perguruan tinggi umum,dengan !epartemen Agama yang mengelola madrasah dan pendidikan keagamaan.Ini tidak beenar karena masih banyak departemen lain selain departemen agama yang juga menyelenggarakan pendidikan,yaitu yang disebut dengan pendidikan kedinasan.$endidikan kedinasan diselenggarakan oleh departemen )selain !epartemen $endidikan Nasional=atau >embaga $endidikan Non !epartemen untuk mendidik pegawai atau #alon pegawai sesuai kebutuhan penyelenggara pendidikan yang bersangkutan.Isu dualisme men#uat karena jumlah sekolah dan madrasah merupakan yang terbanyak di Indonesia. Karena dalan satu sistem pendidikan,pemerintah,mempunyai daya untuk mengawasi dan membina pendidikan yang diselenggarakan oleh siapapun di negeri ini,maka pemerintah bertanggungjawab untuk membinanya agar sesuai tijuan pendidikan nasional.!alam pengertian ini,sebenarnya semua hal yang dapat dikategorikan sebagai mengandung unsure pendidikan,maka "endiknas mempunyai hak dan kewenaangan mengontrol,membina,mengawasi,dan menjatuhkan sanksi jika terbukti ada hal menyeleweng dari tujuan pendidikan nasional.Termasuk tayangan T6 atau tabloid yang mengandung unsur pendidikan.Atas dasar ini maka %% Sisdiknas yang mengelurkan regulasi terhadap pendidikan keagamaan menemukan alasannya.

Organisasi Sosial Keagamaan dan Manajemen Pendidikan Nasional


Selama ini,setiap kali kursi "entri pendidikan akan mengalami pergantian,beredarlah kasak-kusuk seperti ini5kursi "entri pendidikan biasanya diproyeksikan untuk diisi,kalau tidak ada orang nasionalis,ya orang dari ormas "uhammadiyah.Apa makna di balik kasak-kusuk yang kita dengar ini?"engapa bukan diperuntukan bagi orang N% yang mayoritas,atau orang Kristiani yang terkenal memiliki banyak lembaga pendidikan maju? Semua kekuatan orpol maupun ormas di Indonesia wajar saja mengin#ar kursi nomor satu,dua,tiga di !epdiknas.Selain karena pendidikan punya nilai strategi luar biasa dalam men#iptakan geneerasi bangsa,perebutan kursi di sana juga merupakan pembangunan imej bagi suatu perwakilan komunitas,serta konon kabarnya,bermanfaat juga bagi perkembangan internal lembaga pendidikan yang punya emosi kedekatan dengan kekuasaan. Se#ara kebetulan kita bisa menyaksikan "entri $endidikan se#ara berturut-turut dijabat oleh orang-orang penting di pengurusan "uhamadiyah dan $artai Amanat Nasional)$AN*."ulai dari 7ahya "uhaimin,"alik @adjar,dan kini 'ambang Sudibyo.Aika direnungkan,"uhammadiyah dekat dengan departemen pendidikan memang ada betulnya,atas alasan berikut ini ),*jabatan mentri pendisikan akan selalu diperebutkan oleh mayoritas orang muslim,mengingat urgensi jabatan ini selalu bersentuhan langsung dengan hajat rakyat banyak. )8* di upayakan harus dari kalangan "uhammadiyah,karena ormas islam paling menonjol bidang pendidikannya adalah "uhammadiyah .

Aika perebutan kursi !epartemen pendidikan di proyeksikan untukkelompok masyarakat yang terlatih mengelola pendidikan dengan baik,maka "uhammadiyah agaknya pantas berada ddi peringkat teeratas,kelompok berikutna mungkin Katolik<Kristen,mungkin N%. @enomena yang sama juga melanda !epartemen lain,misalnya !epartemen Agama yang dekat dengan kegiatan keagamaan maka auranya pun di tangkap masyarakat lebih dekat ke N%."entri agama pertama adalah K.+.Bahid +asyim.'elakangan ini kita melihat warga N% berturut-turut menjadi "entri Agama.yaitu Talhah +asan,Sayyid Agil Al "unawwar,dan kemudian "aftuh 'asyuni. "eski setiap kali menjelang penyusunan #abinet,N% terdengar mengin#ar jabatan "entri $endidikan,tetapi kenyatannya harapan harapan itu belum terkabul.jika kita bisa melongokke dalam lagi,bahkan pejabat setingkat di bawah menteri atau ke bawahnya lagi,juga banyak di borong oleh orang-orang yang 0sebendera1dengan sang "entri.Kalaulah tidak sebendera,maka miimal orang naionalis akan menempati berikutnya.Nasionalis disini bisa bermakna orang netral,yakni orang nasionalis beneran )bukan dari ormas agama*atau orang yang tidak punya ikatan kuat dengan salah satu ormas islam,atau ada orang N% yang karena "entrinya seorang "uhammadiyah maka dengan serta merta ia seperti menjadi "uhammadiyah. @enomena kultural yang melatar belakangi warna dua !epartemen tersebut di atas hampir merupakan hukum tak tertulis yang mudah saja berubah sewaktu-waktu.dari fenomena tadi yang terpenting untuk diambil hikmah adalah bahwa siapapun yang ingin merebut kekuasaan pendidian,#itra manajemen pendidikannya perlu bagus terlebih dahulu.misalnya jika N% ingin di per#aya menjadi 0pengatur $endidikan1mak kemampuannya mengelola pendidikan harus di buktikan terlebih dahulu di lapangan di "aarif-maarifnya.ternyata masyarakat Indonesia memang mendasarkan dukungan itu melalui keyakinan bahwa sebuah wakil masyarakat bisa di per#aya karena memang popular ahli mengelola di bidang itu. Sebenarnya #irri pendidikan apa yang selama ini identik pada "uhammadiyah mengelola berbagai pendidikan umum )utamanya sekolah*.sementara N% mengelola pesantren-pesantren.kendati pada akhirnya kedua ormas tersebut terkadang samasama mengelola pendidikan yang sama,mislnya "uhammadiyah juga kini turut serta mengelola pesantren,dan N% melalui maarif dan inddi;idu-indi;idunya mengelola pendiddikan umum,namun "uhammadiyah masih tetap bisa diidentikan deengan sekolah umum,sedangkan N% tetap bisa di identikkan dengan pesantren. Se#ara kebetulan,pendidikan umum di negeri ini leading dalam berbagai forum pendidikan di banding pesantren.bahkan pesantren sering di lansir sebagai kelompok termarginalkan.maka sampailah kita kepada kenyataan bahwa komunitas pesantren yang se#ara nyata menyelnggarakan berbagai pendidikan keagamaan tradisional,dengan jumlah santri dann lembaga yang demikian banyak,memang belum masa dan tempatnya untuk mewakili bentuk popular pendidikan nasional.

Peran Departemen Agama


Kalau men#ermati dua %ndang 2%ndang terkait dengan pendidikan yang baru terbit saat ini,yakni %% Sisdiknas No 89 tahun 8994 dan %% no.,. tahun 899/tentang guru

dan dosen, ungkapan 0departemen Agama1tidaklah kita temukan se#a ra eksplisit di dalamnya,khususnya berkaitan dengan manajemen pengelolaan pendidikan.kita segera bisa menarik kesimpulan dari sana,bahwa pendidikan kita sesungguhnya memang hanya 0satu atap1di bawah "entri $endidikan.penddidikan se#aa umum merupakan wilayah se#ara umum merupakan wilayah kewenangan !epdiknas.adapun jika kemudian !epartemen agama ikut serta mengella se#ara aktif,terutama atas penyelanggaraan madrasah,maka makna peranan !epartemen Agama tersebut bisa bersifat pembantu,sebagai pelaksana tanggung jawab,atau sebagai !epartemen yang mendapat pelimpahan kewenangan mengelola pendidikan tertentu. Kendati kemudian,akhi r-akhir ini kita pernah menyaksikan timbulnya isu manajemenpendidikan Csatu Atap1."aksudnya ,semua kewenangan pengelolaan pendidikan se#ara proporsional akan di lakukan oleh !epdiknas.!itingkat %ndangundang,semua itu sangat memungkinkan.apalagi %% Sisdiknas No.89 tahun 8994 kini meembatasi pendidikan kedinasan )yang di kelola oleh!eepartemen selain !epdiknas atau >embaga pendidikan non !epartemen *hanya untuk pendidikan profesi setelah jenjang sarjana,serta khusus untuk alon pegawai )pre ser;i#e training* atau untuk peningkatan kualitas pegawai )in-ser;i#e Training*.sebelumnya,pendidikan kedinasan sangat ramai dengan "ahasiswa yang umum sifatnya ,tetapi karena satu sistem pendidikan memandang ini tidak proporsional maka semua pengelolaan pendidikan kini terpusat kembali dalam pengelolaan !epdiknas. $ertanyaannya,kenapa madrasah tidak di kelola juga oleh !epdiknas,sehingga !epag akan lebih berkonsentrasi kepada soal agama?bangsa Indonesia bahkan sejak beberapa waktu telah melakukan berbagai kkalkulasi,mana yang lebih efektif antara sistem pendidikan dua atap ,ataukah satu atap. !i tingkat Grass Root ke#enderungan pendidikan satu atap tampaknya menguat..+al itu di pi#u oleh persoalan internal madrasah yang relatif mengalami berbagai kelemahan teknis pengelolaan dibanding sekolah.!epartemen Agama dalam berbagai diskusi mengaku tidak keberatan kalau madrasah dikelola !epartemen Agama,sesuai %%.Namun dengan harapan yang sangat besar agar identitas keislaman yang selama ini dikelolanya bisa dijaga. +arapan yang dikemukakkan !epag ini seolah suatu jawaban tak langsung tentang tidak perlunya pendidikan harus dikelola satu atap.Tambahan lagi,pengelolaan pendidikan satu atap memun#ulkan kekhawatiran madrasah akan disamakan atau dilebur dengan sekolah,sehingga sejarah madrasah tamat,akan terjadi. Seperti jelas dalam berbbagai argumentasi yang mengemuka,persoalan satu atau duaa atap menejemen pendidikan nasional bukanlah agenda konstitusional,akan tetapi hanya problem kondisional belaka.>ebih tepatnya tergantung pada kemauan politik )politi#al will* pemerintah.para biroktrat di lingkungan !epdiknas mengaku tahu betul persoalan ini tetapi mereka tidak tahu siapa yang bisa memulai perubahan yang lebih baik dari kondisi yang ada.!emikian pula komentar birokrat !epag tentang hal ini.Drang-orang di lingkungan !$3 3I lebih sering menilai ini semua hanya persoalan 0ego1sektoral di lingkungan !epdiknas dan !epag.Sehingga ada fenomena ewuh -pikewuh membi#arakannya se#ara ;ulgar.

Keadaan ini tentu anomaly dalam dunia pendidikan nasional.Aangan-jangan #arut marut manajemen pendidikan ini benar berpengaruh besar dari inefisiensi manajemen pendidikan nasional.Aika memang ternyata dualisme pengelolaan pendidikan ini dirasa tidak efektif,misalnya tumbuhnya berbagai perlakuan diskriminatif,atau semakin panjangnya birokrasi pendidikan,atau seperti keka#auan muktahir tentang sentralisasi sektor agama dan desentralisasi sektor pendidikan,mengapa kerumitan manajemen satu-dua atap manajemen pendidikan ini dibiarkan berlarut hingga harus mengorbankan nasib murid madrasah yang jumlahnya men#apai ,/E sekolah formal? Solusi pemerintah saat ini biasanya adalah peningkatan kualitas masing-masing sektor terhadap pendidikan yang dibinanya.!an ini terasa tak terlalu bersentuhan denganisu satu-dua atap tadi,sebenarnya.!engan kata lain,isu itupun dibiarkan mati dengan sendirinya. Dleh karena alasan menghindari timbulnya ketidak adilan dan ketidak #o#okan bidang penanganan,!epag sering juga 0membuat sendiri1lembaga-lembaga yang sudah dibuat sebelumnya oleh !epdiknas."isalnya komite sekolah yang digalakkan pembentukannya oleh !epdiknas.!epartemen Agama membuat sendiri "ajlis "adrasah.Kelak pada masalah 'AN)'adan Akreditasi Nasional*kemungkinan besar akan mengalami hal sama.!an masih banyak lagi kemiripan-kemiripan masalah lainnya dengan kejadian-kejadian ini."isalnya apakah 'SN$ akan merekrut 0orang1!epag,ataukah melimpahkan wewenang kepada !epag,atatu #ukup berkonsultasi saja? Sesungguhnya,ini semua bisa dinilai betapa kurang efektifnya manajemen pendidikan nasional di negeri kita.Kekurang efektifan itu antara lain karena seringkali lembaga bentukan !epdiknas juga diminta atau mempunyai tugas dan wewenang yang merambah wilayah pendidikan binaan !epag.Terjadilah di sana berbagai kemungkinan5misalnya o;erlapping kewenangan.Keterlambatan penerapan kebijakan,terutama yang sering dirasakan oleh madrasah di bawah binaan !epag. Seharusnya semua ini tidak boleh terjadi karena dampaknya langsung menyentuh nasib generasi bangsa Indonesia.Alangkah buruknya kalau hari depan generasi bangsa yang #emerlang hanya dikorbankan untuk kepentingan tetek bengek birokrasi.!an ini bisa ditempuh melalui satu atau beberapa alternatif berikut ini5 ,.!i tingkat %%,kewenangan antara !epdiknas dan !epag seharusnya sudah diatur se#ara jelas,sehingga tidak ada keterlambatan yang dampak langsuung pada kerugian waktu yang ditanggung oleh peserta didik. 8.$endidikan keagamaan diwujudkan dalam direktorat tersendiri di lingkungan !epdiknas sehingga optimalisasi pelayanan yang menyangkut pendidikan keagamaan kelak benar-benar berasal dari satu atap. 4.Kondisi seperti sekarang ini,di mana kewenangan !epag menunggu apapun tentang kebijakan !epdiknas,kemudian !epag menyesuaikannya di lingkungannya berdasarkan pelimpahan wewenang yang diberikan oleh !epdiknas.!engan kondisi ini memang madrasah dan pendidikan keagamaan akan banyak dirugikan akan tetapi

kalau kewenangan !epag diperkuat dan diper#epat dengan koordinasi yang baik,maka kerugian yang ada mungkin bisa sangat diminimalisir.

Agama dalam Peraturan Perundangan


!i tengah miliu timbul tenggelamnya isu satu-dua atap tadi,orang pperlu mengenali tingkat ;aliditas pengelolaan agama melalui dektor pendidikan di Indonesia. Konstitusi Indonesia memandang bahwa agama merupakan elemen penting dalam pendidikan.Komitmen ini diwakili oleh berbagai kata kun#i dalam berbagai peraturan perundang-undangan,misalnya kata5ketuhanan,keimanan,ketakwaan,dan akhlak mulia. Kata ketuhanan dalam sila pertama pan#asila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa pada mulanya menjadi falsafah bangsa.Ini diartikan bahwa bangsa Indonesia mewajibkan bangsanya harus beragama.Stetmen ini juga pernah di artikan bahwa keberadaan orang Athaise di larang hidup di Negara Indinesia.!alam ketetapan "$3 No.,,< "$3<,-FG tentang $.)ekaprasetya pan#a karya* disebutkan bahwa dengan sila Ketuhanan 7ang "aha Hsa,bangsa Indonesia menyatakan keper#ayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan 7ang "aha Hsa dan oleh karenanya manusia Indonesia per#aya dan takwa terhadap Tuhan 7ang "aha Hsa sesuai dengan agama dan keper#ayaann masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. %%! ,-./ meletakan landasan komitmen keberagamaan bangsa Indonesia ini dalam bab I,pasal 8- ayat ),*5Negara berdasarkan atas Ketuhanan 7ang "aha Hsa ,dan ayat )8* yakni bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu Selanjutnya Tap "$3 No.,6 < "$3 < ,-F4 yang kemudian dikokohkan kembali pada Tap "$3 No.,6 < "$3 <,-FG tentang (aris-garis 'esar +aluan Negara ) ('+N*,semakin memperkuat komitmen keragamaan bangsa ini dengan kewajiban pembelajaran pendidikan agama.Inti TA$ "$3 tersebut menandaskan bahwa pelaksanaan pendidikan agama perlu se#ara langsung dimasukan kedalam kurikulum di sekolah-sekolah,mulai dari sekolah dasar sampai dengan uni;ersitas-uni;ersitas negeri. Kelahiran %% Sisdiknas No 89<8994 kembali mengukuhkannya.pasal 4 %% Sisdiknas No.89< 8994 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional berbunyi51pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men#erdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 7ang "aha Hsa berakhlak mulia, sehat,berilmu,#akap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab1.selanjutnya,dalam penjelasan umum %% Sisdiknaas di tegaskan bahwa sertategi pertama dalam melaksanakan pembaharuan sistem pendidikan nasional adalah 0pelaksanaan pendidikan agama dan akhlak mulia1 Kedudukan 2kedudukan agama dalam %% Sisdiknas sekarang ini bahkan memperoleh tempat #ukup istimewa karena merupakan satu-satunya bahan ajar yang wajib di pelajarkan se#ara kumularif diseluruh jalur jenjang,dan jenis pendidikan

)pasal 4F dan 4G*.7akni mulai dari $A%!)pendidikan anak usia dini*hingga perguruan tinggi.%rutan berikutnya yang memperoleh kedudukan istimewa barulah dengan bahan ajar kewarganegaraan dan bahasa apapun. Komitmen keberagamaan yang demikian besar ini juga telah mendorong dibentuknya kementrian agama yang resmi berdiri pada 4 januari ,-.J.Ini sekaligus men#irikan Indonesia dari Negara lain.!i Timur Tengah pada umumnya,tidak kita dapati departemen dengan nama ini.Ada yang mirip misalnya wira atul!u"o# ) kementrian wakaf *tetapi kewenangannya tidak sama dengan !epartemen Agama di sini$%i aratul !u"o# adalah kementrian di Negara-negara islam di Timur Tengah yang kewenangannya mirip dengan !epartemen Agama di Indonesia dengan menge#ualikan masalah pendidikan. Sebagaimana jamak diketahui,kewenangan !epartemen Agama di Indonesia kini memang tidak saja hanya asysyuun addiniyah )masalah-masalah agama *,tetapi juga mengurusi )sebagian*masalah pendidikan.'anyak juga orang bertanya,mengapa !epartemen Agama kini berkewenangan dan bahkan lebih sibuk dalam urusan pendidikan? 'arangkali,yang mula-mula tepat untuk diurusi oleh !epartemen Agama berkenaan dengan masalah pendidikan hanyalah 0pendidikan Agama1Tap."$3 No.,6 < "$3 < ,-F4 yang kemudian dikokohkan kembali pada Tap "$3 No.,6 < "$3 <,-FG tentang (aris-garis 'esar +aluan Negara)('+N*,yang se#ara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia tidaklah mendelegasikan kewenanganpengelolaannya kepada !epartemen Agama.Tetapi andaikata kemudian diurus oleh !epartemen Agama,maka maknanyapun karena !epartemen Agama mengurusi substansi agamanya,bukan pendidikannya.Atau manajemen pendidikannya. Tetapi kewenangan !epartemen Agama itu ternyata,tidak saja substansi pendidikan agama,akan tetapi juga meluas pada manajemen pengelolaannya..'ahkan tidak hanya itu,sekolah umum yang bernama madrasah juga kini berada di bawah binaan !epartemen Agama. Sejarah madrasah,yang semula merupakan fenomena pendidikan keagamaan )"adrasah diniyah ataupun majlis taklim*memang berangkat dari ranah pendidikan.Aspek histories inilah barangkali alasan paling kuat mengapa kemudian madrasah,walau sudah dikategorikan menjadi sekolah umum,tetap berada di bawah pengelolaan !epartemen Agama,hingga saat ini. >ingkup kewenangan !epartemen Agama yang luas ini kalau mau dibandingkann dengan Negara Islam Timur Tengah maka kurang lebih sepadan dengan %i aratul !u"o# plus wi aratul ta&lim di sana. $enyebutan kementrian agama sendiri )wi aratuddiniyah*sebenarnya bahkan tidak ditemukan di sana. Kesimpulan bahwa jarang sekali di dunia yang memiliki kementrian agama sema#am ini seringkali melahirkan tanda Tanya."isalnya,apakah kewenangannya tidak sebatas mengatur kehidupan keberagamaan,ataukah juga melayani kebutuhan orang beragama,termasuk umpamanya kebutuhan sekte-sekte dan aliran yang biasanya lahir dari setiap agama?

Aturan umum di Negara sekuler biasanya hanya berisi pengaturan sebatas iklim keberagamaannya saja."isalnya kebebasan keberagamaannya,atau masalah toleransi antar umat beragama.'ahkan masalah moral bangsa pun tidak perlu menjadi persoalan agama.Ini karena agama sudah dianggap sebagai persoalan pribadi masingmasing orang dan masyarakat. "ungkin karena Indonesia bukanlah Negara sekuler maka yang diurus oleh !epartemen Agama tidak sekedar persoalan moralitas beragama layaknya di Negara sekuler,tetapi juga termasuk substansinya,misalnya persoalan akat,wakaf,pernikahan,haji,dll.'ahkan oleh karena kemajuan !epartemen Agama juga,hal lain yang berbau agama,sungguhpun sebenarnya sudah merupakan agenda persoalan di departemen lain,!epartemen agama mempunyai keperdulian dan kewenangan untuk ikut serta mengurusnya.&ontohnya,masalah pendidikan madrasah itu. $asal-pasal agama dalam peraturan perundangan yang melegitimasi kewenangan pemerintah dalam mengurusi agama sekaligus membantah sementara kalangan yang beranggapan bahwa Negara tidak ada hak mengatur agama.Inilah di Indonesia yang tidak meletakan masalah agama hanya terbatas pada persoalan indi;idu,akan tetapi memiliki segi-segi publi# di mana pemerintah bila perlu malah dituntut mengaturnya. Sampai di sini,batasan wilayah kewenangan pengurusan agama ini sebenarnya masih bisa dikatakan kurang jelas.Ini dapat dilihat misalnya dari beberapa polemi# yang pada intinya bermuara pada batas wewenang !epartemen Agams."isalnya,!epartemen Agama digugat kewenangannya dalam menentukan suatu aliran agama sesat atau tidak.Tren kehidupan beragama di Indonesia sekarang ini sedang gen#ar melakukan kampanye sulit dan ganjil dan mustahilnya penjatuhan ;onis sesat yang dilakukan oleh Negara atas sebuah keyakinan yang diyakini dan dianut oleh indi;idu bangsa. $ada isi penddidikan yang di kelola !epartemen agama juga tidak luput dari masalah,selain masalah klasik,mengapa pendidikan yang sudah memiliki "entri tersendiri ,ikut di tangani !epartemen Agama adalah masalah perubahan manajemen penddidikan dari !esentralistrik.Timbulnya masalah manajemen pendidikan ini di pengaruhi utamanya oleh implikasi yang di timbulknnya.misalnya nasib "adrassah yang menjadi aneh di tengah kawan-kawannya yang sudah desentralistrik.lalu adanya kebijakan pengelolaan atas "adrasah yang sering kali tertinggal dan selalu di pihak yang kurang beruntung di banding nasib sekolah,oleh karena anggaran dan kebijakan selalu lahir di lingkungan sekolah terlebih dahulu,baru kemudian merambah madrasah.itupun besarannya selalu lebih menguntungkan sekolah. $erlu di mengerti juga,sebenarnya tidak semua agama di Indonesia merasa happydi atur oleh Negara .%mat "uslim sendiri tidak berarti tidak ada rasa khawatir terhadap kewenangan pemerintah mengatur masalah-masalah keagamaan."isalnya pesantren,diam-diam mereka menyimpan tingkat kekhawatiran paling tinggi selepas %% Sisdiknas diundangkan.Alasannyaa karena ),*khawatir identiasnya akan memudar oleh #ampur tangan Negara dan )8* kultur pesantren yang umumnya berupa Ckerajaan 2kerajaan ke#il1di mana para kiyai dan keluarganya sangat berkuasa mungkin akan terganggu.

>ebih-lebih Agama katolik.rasa khawatir sangat tampak dari protes-protes mereka menjelang pengundangan %% Sisdiknas.%mat Kristiani bisa di bilang lebih tertutup.Kenapa?karena kewenangan peraturan pendidikan dan agama,pada agama katolik di serahkan kepada kekuasaan gereja."engapa umat kristiani tampak paling menolak %% Sisdiknas telah memasuki wilayah agama,yang dalam tradisi Kristiani menjadi wilayah gereja. Tradisi umat kristiani ini sangat berbeda dari islam yang sifat kedekatannya dengan Negara relati;e lebih terbuka.urusan pendidikan maupun agama juga tidak terstruktur hirarkis di tangan masjid atau kiyai sebagaimana dalam agama kristiani.karena tambah lagi ,hirarki kepengurusan agama katolik terstruktur hingga ;atikan,edangkan islam dimana pun tidaak memiliki hirarki sema#am itu. Itulah rahasianya,mengapa kemudian umat islam berdiri membela %% Sisdiknas ,'is a 'is umat kristiani.karena keterbukaan atau bahkan ketergaantungan umat islam pada Negara memang lebih merupakan alasan situasional disbanding kaum nasrni.

Pendidika agama dan Keagamaan


!alam peraturan perundaang-undangan 3I yang lama seperti pada %% 3I No.8 tahun ,-/J,agama-agama tertentu memaang pernah di sebut se#ara ksplisit,yakni agama islam,Kristen,katolik,hindu,dan budha.penyebutaan kelima agama ini sering menimbulkan penafsiran begini51agama resmi yang di akui Negara1terebut sesungguhnya tidak pernah ada.dan maknanyapun tidak benar demikian. $enafsiran yang benar adalah kenyataan dewasa ini,terutama di departemen agama yang hanyaa memiliki lima !irektorat yang menangani urusan agama,bahwa seolah-olah yang mendapatkan pelayanan agama hanyalah ke lima agama itu,benar adanya.sedang yang lainnya1tidak mendapatkan pelayanan1dari Negara mereka yang tidak menikmati fasilitas pelayanan ini ,memaknai sikap Negara seolah-olah 0tidak mengakui1legalitas keberadaan mereka. 7ang di makssud pelayanan agama misalnya adanya subsidi Negara yang di alamatkan se#ara rutin kepada / Agama pernikahan se#ara agama hanya di layani jika para mempelai adalah penganut salah satu / Agama.pelayanan agama ini tidak termasuk pelayanan hak-hak sipil oleh Negara.misalny pemberian jaminan keamanan,memperolehan hak-hak seperti biasa yang bisa di nikmati oleh waarga Negara lainnya.kalaau pelayanan yang terakhir ini mereka memperolehnya. Aikalau kalimat1agama resmiyang diakui Negara 0tidak pernah ada dan tidak pernah benar,semestinya semua pemeluk agama berhak atas perlakuan yang sama.Aika pelayanan ini diberikan untuk semua agama,yang diakui atau tidak diakui,yang legal atau tidak legal )karena tidak ada kategori sema#am ini*,maka kekhawatiran atas !epartemen Agama dipastikan akan semakin menggelembung."isalnya semua agama yang hidup di Indonesia akan meminta pelayanan agama dengan ukuran pembukaan direktorat urusan tiap-tiap agama.Tetapi itulah konsekuensinya. $enggelembungan masalah tadi belum termasuk kelompok-kelompok sempalan agama,atau yang menyatakan dirinya murni agama baru,yang keduanya akhirnya mengaku sebagai agama tersendiri dan berhak memperoleh pelayanan serupa.

Kasus pro- kontra pasal-pasal agama dalam %% Sisdiknas Nomor 89 Tahun 8994bisa diambil sebagai #ontoh.%% tersebut menyebut1pendidikan Agama dan pendidikan keagamaan1sebagai model baru bentuk pelayanan Negara dalam memenuhi kebutuhan umat beragama di Indonesia.$endidikan agama adalah persoalan salah satu mata pelajaran di sekolah < madrasah umum,atau mata kuliah di perguruan tinggi.Sedangkan pendidikan keagamaan adalah lembaga-lembaga keagamaan yang selama ini berkembang di masyarakat seperti pesantren,diniyah,sekolah minggi 'uddhis,$abbajja samanera,dll. $ertanyaannya,agama apakah yang dimaksud sesungguhnya oleh %% Sisdiknas tersebut?/ negara tertentu,taukah semua agama?'agaimana pula dengan aliran atau sekte di setiap agama,apakah akaan memperoleh hak pengajaran agama sehingga benar-benar sesuai dengan keyakinan yang dipeluk? !alam hal ini agama Konghu#u berulangkali datang mempersoalkan masalah tersebut.$asalnya,penganut Konghu#u seharusnya juga memperoleh layanan pendidikan agama seperti yang tertera dalam %%.Agama Konghu#u jelas menolak kalau pelajaran agama yang digunakan untuk mengajari putra-putri mereka bukanlah agama Konghu#u seperti yang mereka anut. Kasus yang sama juga terjadi pada sekte 7ehowah dalam agama Kristen ,mereka pernah mempersoalkan hal ini dan menuntut agar dalam %% ada jaminan murid bersekte 7ehuweh akan di beri keper#ayaan7ehuweh."eski 7ehuwa adalah sekte Kristen akan tetapi mereka tidak mau di ajari oleh orang Kristen oleh karena perbedaan 2perbedaan keyakinan yang sangat prinsipil. Aika pelayana terbatas pada agama tertentu dan menafikan pelayanan kepada agama lainnya tanpa alasan yang jelas,maka maknanya Negara sesungguhnya telah melakukan tindakan diskriminatif atas para pemeluk agama.tetapi misalnya apakah agama seperti Konghu#u dan Sekte yohewah tadi masuk dalam kategori agama. Ini juga akan berbuntut lagi,jika ukuran agama adalah keyakinan maka kelak orang muhammadiyah juga tidak "ustahil menuntut guru dari "uhammadiyah juga,sebab banyak orang "%hammadiyah tidak mau di ajar islam dengan #aara N% dan 'ice 'ersa .seperti orang syiah juga tidak akan mau di ajar oleh orang sunni. Sesungguhnya pasal ,8 ayat )8*a %% Sisdiknas tentang hak peserta didik memperoleh agama yang sesuai dengan peserta didik dan diajarkan oleh pendidik yang seagama,sudah se#ara otomatis menjamin hak semua agama,termasuk Konghu#u atau sekte-sekte dalam agama.Namun ternyata dengan ini saja banyak agama )atau yang belum resmi disebut agama*tidak merasa puas dengan kesimpulan inplisit pasal ,8.Ketidak puasan seperti ini bagi pemerintah memang #ukup rumit juga,karena di khawatirkan akan semakin melebar."isalnya kelak akan datang lagi agama-agama yang baru dan menuntut hak serupa. Sebabnya,selain meminta jaminandari pasal ,8 tentang pendidikan agama,Konghu#u juga sah-sah saja menuntut agar pelayanan terhadap pendidikan keagamaan yang berkembang dalam agama Konghu#u juga mendapatkan pelayanan yang sama.

Antara Desentralisasi dan Sentralisasi


Isu demokratisasi yang paling mengemuka dalam %% Sisdiknas No.89 tahun 8994 dapat ditelusuri melalui dua hal yang akan berjalan se#ara simultan,yaitu pemerdayaan masyarakat dan pemerdayaan pemerintah daerah )otonomi daerah*.$roses demokratisasi pendidikan ini mempunyai arti peranan pemerintah yang selama ini amat besar akan dikurangi,sementara partisipasi masyarakat dan diperbesar.peranan pemerintah pusat yang bersifat sentralistik yang berlangsung selama /9 tahun lebih akan diperke#il dengan memberikan perannan yang lebih besar kepada pemerintah daerah. %% Sisdiknas membagi kewenangan pemerintah pusat kini terbatas pada penentuan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan saja untuk menjamin mutu pendidikan nasional )pasal /9 ayat 8*.pemerintah propinsi diberi kewenangan melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan,pengembangan tenaga pendidikan,dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabuten < kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah,sementara pemerintah kabupaten < kota diberikan tugas mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah,serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lo#al.Selain itu,pemeerintah pusat atau pemerintah daerah memiliki kewenangan mengeluarkan i indan men#abut i in bagi semua satuan pendidikan formal maupun pendidikan non formal )pasal J8 ayat ,*,sesuai dengan tugas kewenangan masing-masing. Aika kewenangan !epartemen Agama dalam pengelolaan pendidikan tidak pernah di sebut 2sebut ekplisit,lalu bagaimana memahami kedudukan penddidikan di bawah binaan !epartemen Agama dewasa ini? "enurut %% No.88 Tahun ,--- tentang pemerintahan daerah dan %% No.8/ Tahun ,--- tentang perimbangan ke uangan antara pemerintah pusat dan daerah,urusan departemen agama adalah sentralistik. $asal F ayat ),* dalam %% No.88 tersebut menyatakan bahwa kewenangan daerah men#aakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,ke#uali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,pertahanan keamanan ,peradilan,dan #iscal,agama seta kewenangan bidang lain. $ertanyaan lain yang sering mengemuka5apakah "adrasah dan pendidikan keagamaan termassuk dalam bidang pendidikan ataukah bidang Agama? Se#ara dangkal kita dapat memahami baahwa !epartemen Agama dalam menangani Agama tentu se#ara sentralistik sedangkan perannya dalam pengelolaan masalah pndidikan,seharisnya tetap mengikuti peraturan ekonomi di bidang pendidikan,sesuai asas le( spesialis dalam aturan perundang-undangan. +usni 3ahim )899/*,dalam makalahnya tentang kedudukan "adrasah di era otonomi mengutip dua pendapat yang pernah mun#ul 5 $ertama5 yang mengaatakan bahwa pendidikan agama dan penddidikan lain yang di asuh !epatemen agama tidak di otonomikan sebagaimana maaksud asl F ayat satu dari %nang-undang No.88 tahun ,---.Ini berarti pendidikan di !epartemen Agama di kategorikan sebagai bagian dari siistem Agama,bukan bagian dari sistem pendidikan nasional.

Kedua5 yang mengatakan bahwa pendidikan Agama dan pendidikan yang di kelola !epartemen Agama adalah bagian dari sistem pendidikan nasional. Karena pendidikan di otonomikan,maka pendidikan di lingkungan !epartemen Agama juga harus di otonomikan. >etak kesulitan penerapan pendidikan di bawah binaan !epartemen Agama yang akan di !esentralisasikan,akan berbenturan dengan %% No.8/ Tahun ,--- tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,di mana fo#us pelaksanaan ekonomi daerah adalah di !aerah Kabupaten Kota.%ntuk itu,sebagian besar sumber pembiayaan nasional akan dilimpahkan oleh banyak ke daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan perekonomian daerah yang berbeda beda.Sementara masalah pembiayaan di lingkungan departemen agama tetap menganut manajemen sentralistik. Sampai saat ini,!epartemen agama masih se#ara langsung menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian madrasah di seluruh Tanah Air.$ilihan ini mengandung makna bahwa !epartemen Agama memandang madrasah berada dalam kategori sektor agama sebagaimana telah disinggung di atas sumber dana yang diberikan untuk melakukan pembinaan dapat se#ara langsung dikelola oleh !epartemen Agama.Sementara daerah menjadi pelaksana dari kebijakan pusat seperti selama ini berjalan.'ahkan pemerintah pusat dalam hal ini !epertemen Agama berhak menentukan jenis-jenis program dan target yang semestinya di #apai oleh masingmasing madrasah di berbagai tingkatannya.Sekilas,kelihatannya pilihan ini sangat menguntungkan.Namun bila di kaji lebih jauh,ternyata,menurut +usni 3ahim)899.*pilihan ini bisa menimbulkan empat kerugian yang mungkin timbul. $ertama,sesuai dengan %% No. 88 Tahun ,--- dan %% No. 8/ Tahun ,--- yang memberikan sentralisasi pada lima,bidang di atas,maka dapat di pastikan bahwa sumber dana pembinaan madrasah hanya berasal dari sektor agama dan boleh jadi di tambah dari sektor pendidikan yang porsinya sudah banyak di daerahkan. Kedua boleh jadi madrasah tidak menjadi bagian dari sistem pendidikan,tetapi manjadi bagian dari sisstem agama sedangkan undang-undang di atas jusru menyerahkan pengelolaan pendidikan,sepenuhnya kepada pemerintah daerah tingkat ,,.Konsekuensinya,madrasah tidak akan pernah mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sama dari pemerintah daerah di mana madrasah itu berada. Ketiga,boleh jadi budaya otonomi pendidikan kepada madrasah akan terganggu oleh keputusan politik dari pisat,sehingga para guru dan kepala madrasah tidak menjadi kreatif dalam pengelolaan madrasah karena segala program dan kebijakan madrasah diputuskan dan didisrtibusikan dari pusat. Keempat,birokrasi tetap tidak efisien,berbelit-belit sehingga ada persolan dari bawah tidak segera teratasi Aika alternatif kedua menjadi pilihan,maka !epartemen Agama menyerahkan pengelolaan madrasah dan sejenisnya ke tangan pemerintah daerah tingkat ,,.Itu berarti !epartemen Agama )pusat*akan 0kehilanganK sasaran pengelolaan madrasah.

Agama dalam %ndang-undang (uru dan !osen

!ua tahun setelah pengesahan %% No.89 Tahun 8994,lahirlah %% No.,. tentang (ura dan !osen.$ertanyaannya apakah dalam %% Sisdiknas tidak di atur pendidikan,dalam hal ini termasuk (uru dan !osen? Aawabannya,pendidik termasuk di atur dalam 'ab tersendiri.Tetapi desakan dari bawah mnyatakan bahwa %% Sisdiknas kuraang memadai dalam pengaturan pendidik,terutama pada sisi peningkatan mutu pendidik menjadi tenaga professional dan kesejahteraannya.%% Sisidiknas hanya mengatur hanya mengatur kualifikasi pendidik dan pembinaan kariernya yang kurang lebih ssama dengan %% sebelumnya sehingga di anggap tidak ada kemajuan apa-apa di dalamnya.$adahal pendidik lah pelaku 3eformasi penndidikan yang sesungguhnya. %% guru dan !osen sebenarnya dalah lanjutan proses 3eformasi setelah %% Sisdiknas di tengah penerapan %% Sisdiknas,kondisi di lapangan menunjukan bahwa Indonesia sesungguhnya mengalami situasi )rain drain tenaga pendidik.orang-orang pandai banyak eksodus meniggalkan profesi pendidik untuk menari kehidupan dengan penghasilan yang lebih layak.jadilah tenaga pendidik di isi oleh orang-orang yang se#ara berkualifikasi akademik berada si lapis setelahnya )bukan *he )est+ ,ke#uli sebagian yang memilihnya dengan 0panggilan nurani.untuk mendidik bangsa.mereka mengaku lalu berpenghasilan sedikit tetapi hati mereka puas dan merasa kayak arena bisa menunaikan tugas mulia,yakni mendidik angsa. 'anyak sur;ey membuktikan bangsa Indonesia ternyata emilih profesi guru sebagai pilihan buntut )akhir*,misalnya ada yang menjatuhkan pilihannya menjadi guru rata 2rata di urutan ke enam setelah pilihaan menjadi $NS."erekaa realistis saja,bahwa tuas mulia sebagai pendidik tidak bisa berjalan baik dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Akhirnya banyak para peenggemar hati penidikan,terutama rganisasi-organisasi guru )$(3I,misalnya* menilaai bahwa %% (uru adalah hal yang sangat strategis sebaaik apapun sebuah Negara mampu mengeluarkan produk perturan perundang-undangan mengenai pendidikan,akan tetapi apabila tidak di sertai dengan perbaikan mutu dan kualittas ppendidik,ternyata ddi rasakan sangatlah kurang efektif untuk bisa segera menyelesaikan masalah-masalah fundmental. %% (uru dan !osen kemudian menjadi 3formassi Indonesia di bidang penddidik.%% ini bertujuan untuk meningkatkan martabat penddidik dengan menjadikan mereka tenaga professional penghasilan mereka di jamin ddi atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok tunjangan yang meleekat pada gaji,serta penghasilan lain berupa tunjangan lain,tunjangan fungsional,tunjangan khusus,dan maslahat tambahan yang terkait.penghasilan tersebut berlaku untuk peendidik di sekolah negeri maupun swasta.untuk menjadi pendidik pofesional,seorang pendidik di haruskan meemenuhi beberapa persyaratan,antara lain memenuhi kualifikasi akademik minmal,dan memperoleh 0sertifikat $rofesi* terlebih dahulu. %% baru ini kalau di kaitkan dengan nasib enddidikan islam,terutama yang berada,di bawah binaan !epartemen Agama ukup bnyak menunjang pertanyaan."isalnya siapa yang akan engelola sertifikasi profesi pendidik di lingkungan depag.apakah juga !epdiknas? >agi-lagi persoalannya berporos ke masalah pendidikan Indonesia yang menga#u pada satu sistem dengan pimpinan !epdiknnas,sehingga !epag dalam hal itu akan menjadi makmum dengan sederet agenda ang selalu akan tertinggal.

Apa lagi kaalau ini kita analogikan ke %% Sisdiknas,ketentuan pendidikan ke agamaan adaanya sangat umum,sedikit,singkat,dan sesungguhnya kurang jelas itu akan di arahkan ke mana? Apakah %% sisdiknas dan %% (uu dan !osen ini akan benar-benar ppunya pengaruh signifikan terhadap penddidikan keagamaan,misalnya?seharusnya ya.dalam %% Sisdiknas sudah di peroleh pengakuan penyederatannya dengan pendidikan formal lain melalui pemenuhan persyaratan yang di perlukan ini mempunyai makna guru dan !osen di lingkungan pendidikan keagamaan juga harus memperoleh pelayanan yang sama. Siapakah pndidik di lingkungan pendidikan keaagaamaan? "ereka bukan hanya (uru dan dosen,akan tetaapi juga ustad dan terkadang para kiyai.maka ada baiknya jika ke depan juga di pikirkan oleh bangsa ini apakah penghargaan kepada kaum agamawan aakan menjadi kebijakan baru masa depan? Sebagai mana yang terjadi di negaara lain,khotib dan imam di "asjid-"asjid mendapat gaji dan tunjangan dari pemerintah. $enggaajian atas khotib dan imam di "ajid-"asjid tersebut,sedikitnya ada dua ke untungan akan di peroleh dari sana5 $ertama 5sistem penggajian imam dan khotib di "asjid 2"asjid akan memberi ruangan lebih lebar bagi pendidikan keagamaan dan lulusannya,sselebar lapangan kerja yang selama ini emang menjadi lahan merekaL Kedua Lisstem penggajian imam dan khotib di "asjid 2"asjid akan lambat laun menjadi trigger bagi peningkatkan stanndar kualitas imam<hoib se#ara umum,setelah selama ini ke mampuan mereka sangat bergam dan tidak ada standar yang di pakai. !i Turki,sistem khottib dan imam di persiapkan dalam bentuk sekolah tersendiri penggajian atas mereka di jaamin dalam %%.selain untuk menyediakan lapangan kerja dan peningkatan standar mutu khotib dan imam,kebijakan %% Turki ini juga ddi manfaatkan untuk meredam gejolak buruk yang sering kali timbul dari kalangan komunitas muslim garis keras. 'eberapa kemungkinan dan harapan sema#am ini jangan di biarkan tidak kelihatan,selain karena pendidikan keagamaan masih baru di akui %%,pengatuannya juga maih sangat umum.!etailnya belum ada #ontoh sebelumnya.

BAB 111 PENDIDKKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLH


Kelahiran pendidikan agama yang sekarang ini kita kenal menjadi mata pelajaran <mata kuliah tersenddiri ataupun integralistrik berakar pada persoalan pendidikan sekuler minus agama yang di kembangkan pemerintah penjajahan.penddidikan yang demikian ini dulu di nilai massyarakat sebagai bentuk penyelanggaraan pendidikan yang ter#erabut dari akar budaya bangsa.ibarat bangunan ,pendidikan telah di bangun di atas ruang hampa. Akhirnya "asyarakat Indonesia menuntut pembelajaran agama kembali di ajarkan.usaha menghidupkan kembali eksisitensi pembelajaran agama ini menemukan momentumnya setelah terbit %% No. Tahun ,-/9 dan peraturan bersama "entri $eendidikan dan "entri Kebudayaan dengan "entri agama tanggal ,/ juli ,-/, yang mnjamin adanya pendidikan agama di sekolah negeri.hingga kini ,model pembelajaran sema#am ini terus bberlangsung di seluruh jenis pendidikan.ke#uali di "adrasah yang muatannya di tambah dengan materi keagamaan khas "adrasah,dan ke#uali penddidikan keagamaan karena

kandungan ilmu keagamaanya yang lebih luas telah menggantikan mata pelajaran pendidikan agama.

Sejarah Pendidikan Agama


Sejarah mun#ul tenggelamnya pendidikan agama di sekolah-sekolah setiap binaan 'elanda menurut #atatan Muherimi dkk,),-G4* dapat di rin#i dua fase5 ,. periode sebelum Indonesia "erdeka 8. periode sesudah Indonesia "erdeka ,ada periode aman penjajahan )elanda,di sekolah 2sekolah umum se#ara resmi belum di berikan pendidiksn agama.hanya pada fakultas-fakultas +ukum telah ada "ata Kuliah Islamologi,yang di maksudkan agar "ahaiswa dapat mengetahui +ukum-hukum dalam islam dosen-dosen yang memberikn kuliah Islamologi tersebut pada umumnya bukan orang 2orang Islam.buku 2buku atau >iteraturnya di karang sendiri oleeh para orientalis. $ada masa penjajahan 'elanda itu sebenarnya sudah ada usaha-usaha dari para "uballigh baik se#ara perserangan ataupun tergabung dalam organisasi 2 organisasi islam,dengan #ara bertabligh di muka para siswa dari sekolah 2sekolah umum seperti,"%>D )"eer %itgebreid >ager Dnderwijs,sekarang sama dengan S"$ *,A"S )Algemene "idllebare S#hool,sekarang sama dengan S"A* dan juga di Kweekshool )sama dengan sekolah guru*.biasanya mereka memberi pendidikan agama tersebut pada hari minggu atau pada hari jumNat,setelah berakhirnya jam-jam pelajaran atau waktu-waktu sore.pendidikan Agama se#ara tidak resmi tersebut,kadang-kadang mendapatkan reaksi dari guru-guru yang tidak senang dengan Islam tetapi walaupun begitu dalam kenyataanya perhatian "uridmurid sangat besar karena mereka sangat membutuhkan santapan rohani. $ada periode berikutnya yakni pada aman penjajahan -epang keadaaan agak berbah,karena telah mulai ada kemajuan dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.hal ini di seebabkan karena mereka mengetahui bahwa sebagian besar bangsa inddonesia adalah memeluk Agama Islam,maka untuk menarik hati <simpati dari umat islam,penddidiakn Agama Islam mendapat perhatian . !i Sumatera,Drganisasi-organisasi Islam mnggbungkan diri dalam "ajelis Isslam tinggi .Kemudian "ajelis tersebut mengajukan usul kepada pemerintah Aepang,agar supaya di sekolah-sekolah pemerintah di berikan pendidikan Agama,sejak sekolah rakyat 4 Tahun.dan ternyata usul ini di setujui tetapi dengan syarat tidak di sediakan anggaran biaya untuk guru-guru agama.milai saat itu se#ara resmi pendidikan agama boleh di berikan di sekolah-sekolah pemerintah, tetapi hal ini baru berlaku untuk sekolah-sekolah ddi Sumatera saja.Sedangkan di daerah-daerah lain masih belum ada pendidikan Agama disekolah-sekolah pemerintah ,yang ada hanyalah penddidikan budi pekerti. "asyarakat Indonesia sudah sejak dulu mempunyai ke inginan agar agama di belajarkan di sekolh-sekolah. +al itu karena mereka khawatir Agama tidak sempat atau tidak mampu oleh karena satu atau beberapa sebab di bebankan pembelajarannya di pundak setiap keluarga.

Sebenarnya,pendidikan Agama sejak Indonesia merdeka Tahun ,-./ telah mulai di berikan di sekolah-sekolah negeri.pada masa kabinet 3I pertama,Tahun ,-./ oleh "entri $.$ O K )$endidikan $engajaran dan Kebudayaan *yang pertama,yakni almarhum Ki +ajar !ewantara telah mengirim surat edaaran ke daerah-daerah yang isinya menyatakan,bahwa pelajaran budi ppekerti yang telah ada pada masa penjajahan Aepang,di perkenankan diganti dengan pelajaran agama.Tetapi berhubung surat edaran itu belum mempunyai dasar yang kuat,maka pelaksanaannya hanya bersifat suka rela saja. Kemudian pada Tahun ,-.J atas perjuangan umat islam yang duduk dalaam '.$.K.N.I.$)'adan $ekerja Komite Nasional Indonesia $usat*.maka pendidikan agama dapat diberikan di sekolah-sekolah negeri dengan syarat,bila diminta oleh sekurang9kurangnya ,9 orang murid. $elaksanaan pendidikan agama tersebut,diserahkan kepada "entri agama dengan persetujuan "entri $.$.O K untuk meralisir hal tersebut,di keluarakan penetapan bersama antara "entri agama dengan "entri $$OK No.,8/G/<K.F tanggal ,8 desember ,-.J ) agama* dan No.,,.8 <'+(.A tanggal ,8 !esember ,-.J ) $$ OK *.karena isi penetapan 2penetapan bersama ini masih banyak ke pin#angan ya,maka di keluarkan peraturan bersama yang berupa tahun ,-/, dengan No.,FJFG, kab.tanggal ,J juli ,-/, )$$ O K * dan No.K<,<-,G9 tanggal ,J juli ,-/, )Agama * yang memuat ,9 pasal tentang pelaksanaan tentang pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri. !engan di keluarkannya peraturan bersama tersebut,se#ara resmi pendidikan agama telah di masukan di sekolah-sekolah Negeri maupun swasta mulai dari S3 sampai S"A ddan juga sekolah-sekolah kejuruan. $ada tahun ,-J9 pendidikan agama di sekolah 2sekolah di Indonesia mulai mendapatkan status yang agak kuat,dalam ketetapan "$3S No.II <"$3<,-J9 bab II pasal 8 ayat )4* yang berbunyi5 0menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari sekolah rakyat sampai %ni;ersitas-%ni;ersitas Negeri,dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tiddak ikut serta,apabila murid <murid dewasa menyatakan keberatan1 adnya tambahan kalimat5murid berhak tidak ikut serta dan seterusnya,adalah hasil perjuangan $KI )$artai Komunis Indonesia* yang pada saat itu mulai berkuasa di Indonesia sedangkan merekaadalah penganut paham athies,yang dengan sendirinya mereka enolak adanya pendidikan agama. !engan adanya tambahan kata-kata tersebut,maka status pendidikan agama di inddonesia masih bersifat fakultatif,yang berarti tidak mempeengaruhi kenaikaan kelas. $enddidikan agama di perguruan Tinggi baru ddi mulai sejak tahun ,-J9 dengan adanya ketetapan "$3S no.II <"$3S<,-J9 yang berarti sebelum itu

se#ara formalnya pendidikan agam baru di berikan di sekolah rakyat sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas saja. Adapun dasar operasionalnya,pelaksanaan pendidikan agama ,di perguruan Tinggi tersebut di tetapkan dalam %% No.88 tahun ,-J, tentang perguruan tinggi dalam bab III pasal - ayat 8 sub ',terdapat ketentuan sebagai berikut51pada perguruan Tinggi Negeri di berikan $endidikan Agama sebagai mata pelajaran dengan pengertian,bahwa "ahasiswa berhak tidak ikut serta apabila menyatakan ke beratan. Setelah meletusnya ( 49 S$KI pada tahun s,-J/,kemudian di adakan siding umum "$3S pada tahun ,-JJ, maka mulai saat itu status andidikan agama di sekolah-sekolah berunah dan bertambah kuat.!engan adanya ketetapan "$3S No.II6II <"$3S <,-JJ 'ab , pasal , yang berbunyi51menetapkan pendidikan agama mmenjadi mata pelajaran di sekolah 2sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan %ni;ersitas-%ni;ersitas Negeri1 !engan adanya ketetapan tersebut,maka berarti embel-embel <kata-kata tambahan yang merupakan hasil perjuangan $KI di hapuskan bersamaan dengan di larangannya partai komunis ddi Indonesia . Sejak saat itu pendidikan agama merupakan mata pelajaran pokok di sekolahsekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi,dengan pengertian bahwa mata pelajaran pendidkan agama ikut menentukan naik < tidaknya seorang murid. "enurut Tap "$3 No.P6 <"$3 <,-F4 jo.TA$."$3 No.,6< "$3< ,-FG,dan Tap "$3 No.II <"$3< ,-G4 tentang ('+N,pendidikan agama semakin dikokohkan kedudukannya dengan dimasukannya !alam(aris-garis 'esar +aluan Negara sebagai berikut51diuasahakan supaya terus bertambah sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan keper#ayaan terhadap Tuhan 7ang "aha Hsa,termasuk pendidikan agama yang dimasukan kedalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah !Asar sampai dengan %ni;ersitas-uni;ersitas Negeri1. $embelajaran agama di sekolah umum tersebut semakin kokoh oleh berbagai terbitan perundang-undangan hingga lahirnya %% Sisdiknas No.89<8994.

Permasalahan Pendidikan Agama


$endidikan agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan ketakwaan sebagai mana diamanatkan dalam undang-undang.$endidikan agama ini didefisinikan menjadi usaha-usaha se#ara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.ini dibedakan dari ajaran agama yang dianggap hanya pemberian pengetahuan agama kepada anak,agar supaya mempunyai ilmu pengetahuan agama.

Sejak peraturan perundangan Indonesia mewajibkan materi 0pendidikan Agama1dibelajarkan ,selama itu pula tidak diatur disana meengenai agama apa dan untuk siapa.Seringkali pendidikan agama tersebut diberikan se#ara mismatch )salah taruh*."isalnya siswa Katolik di sekolah negeri diberi pellajaran agama islam.!emikian pula siswa muslim di sekolah Kristen atau +indu diberikan materi pembelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama yang ddianutnya.$raktek pendidikan agama sema#am ini belakangan ini dinilai tidak proposional,juga telah menimbulkan kekhawatiran menjadi ajang apostesi )bahasa islamnya pemurtadan siswa-siswa* Selain itu,tujuan pendidikan agama juga dipertanyakan."asyarakat mengharapkan agarpendidikan agama selain membelajarkan ibadah,juga diharapkan dapat membangun moral siswa.'elakangan ini banyak orang beranggapan bahwa agama telah diberikan se#ara salah arah5yakni lebih mementingkan daripada moral.!engan melihat #ontoh pendidikan agama < moraldi negeri lain,justru pelajaran morallah yang jauh lebih pentung dan perlu ditekankan,karena tujuan keberagamaan itu memang adalah soal moralitas.Sampai-sampai banyak yang menyarankan agar pendidikan agama didekatkan pada masalah moralitan saja."asalah ibadah,karena fa#tor kemajemukan tadi,lebih baik diserahkan ke pada keluarga.'eberapa yang lain menganggap masalah moralitas ini bermuara pada masalah pendidikan agama yang tidak diberikan se#ara optimal,yang disebabkan oleh karena pendidikan agama tidak pernah diberikan se#ara serius melalui ke#o#okan antara agama guru dan siswa.Aika agama sudah diberikan se#ara proposional,artinya serius,kejadiannya mungkin akan berbeda. Sebenarnya kalau di#ermati lebih teliti,alibi kelemahan pendidikan agama yang gagal membangun nuansa ibadah .obedience+ dan moralitas,yang disebabkan oleh karena agama diajarkan se#ara mismatch )tidak #o#ok antara agama guru dan siswa* habyalah salah satu sebab kelemahan pendidikan agama.7ang benar adalah,adanya fa#tor-faktor lain yang turut serta menjadi penyebabnya.!i beberapa sekolah yang agama sudah diberikan se#ara #o#ok antara agama guru dan siswa,kelemahan-kelemahan pendidikan agama yang sama tetap sajaa menghantui.@aktor-faktor pelemah utama lainnya misalnya5soal keterbatasan waktu dan metode pembelajaran. 'agaimanakah membelajarkan agama dengan durasi waktu 8 jam perminggu,sementara lingkungan sekolah dan setelah pulang ke rumah < masyarakat,seorang siswa menghadapi suasana yang berbeda,bahkan #enderung berlawanan dengan nasehat-nasehat aagama yang diterimanya sewaktu berada di sekolahnya.Apalagi jika guru pendidikan agama tidak menjelaskan mengapa disparitas suasana dan ajaran demikian berbeda )dan kebanyakan guru agama memang tidak mampu menjelaskannya*. !alam kondisi demikian,sikap yang akan diambil oleh siswa akan beraneka ragam misalnya5

),*Siswa akan menjadi manusia agamis yang terkungkung karena seluruh ajaran agama berlawanan dengan lingkungannya5 )8*Siswa akan menjalankan ajaran agama tetapi sa#ara ber#ampur baur,ya beragama ya menjalankan #orak kehidupan yang berlawanan dengannya."isalnya ia melakukan shalat tetapi juga mau ber ina dengan pa#arnya. )4*Siswa akann mengabaikan ajaran agama yang diterimanya sama sekali,karena ia kalah dengan lingkungannya.7ang terakhir ini mengikuti pembelajaran peendidikan agama hanya sekedar memenuhi kewajiban akademis belaka dan tidak untuk memperbaiki #orak kehidupannya sama sekali. Siswa yang memperoleh pendidikan agama hanya dari bangku sekolah,rawan terhadap tiga kemungkinan fenomena seperti telah dijelaskan di atas.Sampai di sini,nasehat agar keluarga harus mendukung,membantu dan melengkapi pendidikan agama yang diperoleh di sekolah,akan senantiasa tepat dan perlu diperhatikan.Apalagi jika pendidikan agama diberikan se#ara berbeda dari sisi keyakinan antara siswa dan guru.'agi sekolah dengan identitas agama sekolah yang berbeda dengan agama yang dianut siswa,peranan pembelajaran agama oleh keluarga lebih dibutuhkan lagi.Apabila #orak pendidikan agama diberikan se#ara pluralisti# )misalnya pendekatan moralitas belaka minus ajaran teknis agamaagama*,persoalan perbenturan keyakinan antara siswa dan guru mungkin tidak begitu mengkhawatirkan.Tetapi bagi guru yang membelajarkan agama lain kepada siswa yang tidak sesuai dengan akidahnya,problem benturan keyakinan bisa membahayakan siswa yang bersangkutan5tidak saja pada tataran akademis administratif,tetapi juga sampai pada masalah yang sifatnya psikologis dan so#ial."asalah akademis administratif berkaitan dengan nasib siswa dengan nilai ujian dan kesiswaannya di sekolah tersebut.Sedang masalah yang sifatnya psikolgis dan sosial karena dakwah agama di negeri ini dianggap keliru bila diajarkan kepada warga yang sudah memeluk agama lain.Kalaulah ketentuan ini banyak dilanggar oleh para pendakwah agama,tetapi #aranya tidak boleh terjadi di sekolahan dimana posisi guru berkuasa,sedangkan siswa adalah pihak yang tidak berdaya dan mudah dikuasai.Artinya,penyebaran agama dengan mengatasnamakan pendidikan bisa dituduh pemaksaan terselubung atas siswa yang tidak berdaya untuk memeluk agama yang semula bukan menjadi keyakinannya.!an pemi#u mun#ulnya ketentuan pasal pendidikan agama yang harus dibelajarkan oleh guru yang seagama antara lain adalah soal kekhawatiran masyarakat akan hal ini. >epas dari berbagai kelemahan pendidikan agama di sekolah umum,banyak penyelenggara sekolah umum akhirnya melekatkan suasana sekolah menjadi wahana terpadu pembelajaran agama.Kemun#ulan sistem 0madrasah1,sekolah berlambang agama,misalnya S! Islam,S"$ Nurul +idayah,atau S"A Islam terpadu,beberapa lengkap dengan boarding school,pondok pesantren dan sema#amnya,merupakan terapi pengembangan pendidikan agama agar kelemahan yang biasa terjadi bisa diatasi.Slogan yang dipampang beragam,ada yang 49E,agama F9Eumum,atau sebaliknya,Ada yang masing-masing /9Eatau

,99E.!engan kemun#ulan ke#enderungan baru pendidikan islam sema#am ini,masalah pendidikan agama di sekolah umum relatif sudah bisa diselesaikan sebagian. Tetapi siapapun bisa menerka,dengan mengandalkan 8 jam pembelajaran,kiranya masalah pendidikan agama mungkin kondisinya tiddak akan jauh berbeda.!ari sini guru-guru agama harus mulai men#ari terapi untuk prospek pendidikan agama di masa depan.!i antaranya dengan merangkul orang tua melakukan terapi penyempurnaan melalui),* belajar lagi di rumah,baiik oleh orang tua atau memanggil guru ngajiL)8* sekolah madrasah diniyah soreLdan )4*sekolah negeri sambil menjaadi santri di pondok pesanttren.akan tetapi,terapi penyempurnaan ini bersifat bebas.Sehingga tidak semua orang tua menyadari kepentingan melakukannya.'anyak sekali yang tidak melakukannya,baik karena tidak menyadari,tidak peduli,ataupun karena tidak mampu dari segi finan#ial.$ersoalan yang hampir sama dihadapi oleh siswa di sekolah negeri adalah yang bersekolah di yayasan dengan lambing agama lain.Nasib mereka sedikit tertolong oleh pasal ,8 ayat ),* huruf a %% Sisdiknas,dimana mereka akan mendapatkan pengajaran agama sesuai dengan agama yang diyakininya dan diajarkan oleh guru yang seagama.

Masalah Peserta Didik


Status pembelajaran agama tertentu kepada orang lain yang tidak memeluknya kini menurut %% Sisdiknas dianggap sebagai pelanggaran.Drang banyak kini menganggap hal ini bisa dimanfaatkan untuk mewujudkan misi penyebaran agama se#ara terselubung karena dilakukan dengan tutup jubah bernama pendidikan.Selama ini,fasilitas yang diberikan oleh sekolah,selain mengajarkan pendidikan agama yang menjadi agama pilihan sekolah,adalah pemberian kesempatan kepada yang tidak memeluk agama tersebut keluar ruangan.'eberapa yang lain menyediakan surat kesepakatan bagi #alon peserta didik-jauh sebelum kegiatan sekolah dimulai-untuk bersedia atau tidak bersedia mengikuti pelajaran agama yang menjadi #irri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.$ratikpraktik ini dinilai belum menyelesaikan persoalan peendidikan agama yang sebenarnya. %% Sisdiknas memberikan solusi tengah bagi peserta didik atau orang tua yang ingin bersekolah di satuan pendidikan yang menggunakan laambang agama bukan agama yang dianutnya,dengan keputusan yang ditetapkan oleh sekolah tersebut.Solusinya adalah pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama)pasal ,8 ayat ),*huruf a %% Sisdiknas*. !engan ketentuan penjelasan atas pasal ,8 tersebut mengharuskan setiap satuan pendidikan pada semua jallur,jenjang dan jenis pendidikan menyelenggarakan pendidikan agama,yang pendidiknya bisa disediakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan atau disediakan oleh pemerintah < pemerintah !aerah sesuai kebutuhan."isalnya pemerintah menyediakan ruangan

besar yang dikhususkan bagi seluruh agama untuk menampung murid sekolah 2 sekolah yang tidak mampu menyelenggarakan pendidikan agama untuk masingmasing agama se#ara tersendiri.pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan,pendidikan agama sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama.Adapun di pendidikan nonformal,sekurang-kurangnya hanya berkewajiban memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk se#ara bebas menjalankan ibadahnya Ketentuan pasal ,8 juga mengharuskan setiap satuan pendidkan menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama,serta tempat dan kesempatan yang bisa digunakan untuk beribadah,baik hanya berupa ruangan kosong ataupun rumah ibadah.Satuan pendidikan yang tidak dapat menyediakannya dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan yang setingkat atau penyelenggara pendidikan agama di masyarakat.Ini tidak berarti,bahwa setiap satuan pendidikan wajib menyediakan rumah ibadah di lingkungannya.Apalagi kalau rumah ibadah tersebut tidak sesuai dengan #irri khas sekolah yang bersangkutan.'agi satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan agama tidak sesuai dengan ketentuan tersebut,maka akan dikenakan sanksi administratif. +arapan yang besar yang dialamatkan kepada model baru pendidikan agama ini merupakan kontruksi ran#ang bangun pendidikan agama yang mempunyai tiga tujuan,yaitu5 Tujuan pertama,untuk menjaga penyimpangan atau kesalahtafsiran norma agama yang bisa terjadi jika diajarkan oleh pendidik yang tidak seagama. Tujuan kedua,dengan adanya guru agama yang seagama dan memenuhi syarat kelayakan mengajar,hal ini dapat menjaga keerukunan hidup beragama bagi peserta didik yang berbeda agama tapi belajar pada satuan pendidikan yang sama. Tujuan ketiga,pendidikan agama yang diajarkan oleh pendidik yang seagama menunjukan profesionalitas dalam penyelenggaraan proses pembelajaran pendidikan agama. Tujuan-tujuan ini diinginkan untuk men#iptakan pendidikan agama yang seharusnya menumbuhkan sikap kritis,kreatif,ino;atif,dinamis,menjadi pendorong peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan,teknologi,dan seni,dan bukan sebaliknya.Karakter pendidikan agama ini dipertegas kembali untuk rambu-rambu dan pemurniaan pendidikan agama itu sendiri,setelah agama tersebut menjadi pihak 0tertuduh1memberikan moti;asi sesempit ibadah,tidak mampu membangun moralitas bangsa,tidak anti kekerasan dan karakter lain yang justru tidak sejalan dengan ajaran asli agama serta tuntutan perubahan aman.

Masalah G r

Apakah guru yang seagama akan menjamin kepahaman peserta didik terhadap agamanya menjaadi lebih baik,sehingga sedemikian dituntut?jika saja pertanyaan ini diperuntukan bagi perguruan tinggi,jawabannya mungkin tidak menjamin.Tetapi apabila diterapkan di tingkat dasar dan menengah,maka kelompok muslim di polemi# media memandangnya sebagai preseden yang buruk dan tidak menguntungkan."ahmudin menulis di 3epublika5"ana mungkin hukum-hukum puasa 3amadan akan diajarkan oleh seorang Katolik? Kenyataannya tidak semua sekolah ber#iri agama menggunakan pola pengajaran pendidikan agama se#ara uni;ersal,plural,dan tanpa membedakan agama peserta didik.Tetapi di situlah titik letup polemi# dimulai.!alam hal ini,umat nasrani bersikukuh menolak pasal agama karena fenomena ini.Siapa yang suruh masuk ke sekolah Katolik lalu minta mata pelajaran agama islam? ibarat masuk ke warung padang,kok minta gudeg,atau memakai logika pendeta 'S."ardiatmadja5Seseorang masuk toko buku sinar &emerlang tapi meminta buku (ranedia.Apakah sinar &emerlang wajib menyediakan buku (ramedia?.Inilah makna penghormatan terhadap #irri dan kekhasan sekolah swasta yang telah diganggu undang-undang.!an ini pula,makna hak asasi peserta didik yang telah menjatuhkan pilihannya masuk di sekolah non-muslim dan mengikuti apapun kurikulum yang ditetapkan oleeh sekolah itu,namun tidak dihargai oleh undang-undang. $asal ,8 ayat),*huruf a memang kebaanyakan diperjuangkan oleh umat islam,karena warga muslimlah yang banyak masuk ke sekolah nasrani.Drang islam tampa menyangsikan ketulusan penyetuju perjanjian di sekolah Kristiani dan pemilihan sekolah berikut persoalan pilihan agamanya.!an lebih jauh,mereka telah #uriga ada pembelajaran terselubung praktik-praktik agama Kristiani kepada murid tanpa membedakan agama apapun mereka karena posisi sekolah yang dominant dan murid berada dipihak yang lemah,maka fenomena pengajaran agama kepada bukan pemeluknya sewaktu-waktu dapat merupakan bentuk pemaksaan tidak kentara yang berarti pelanggaran +A" Aadi,solusi yang ditawarkan undang-undang bisa diterjemahkan sebagai alternatif lain untuk menghindari siswa yang keluar meninggalkan ruangan tanpa fasilitas pendidikan agama,yang menandatangani perjanjian dengan terpaksa,ataupun yang mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama yang dianutnya.'ahkan,undang-undang ini dapat dipahami sebagai tidak menghalangi siswa yang dengan sukarela memilih kurikulumpendidikan agama yang tidak dianutnya.Namun demikian,umat Katolik dan Kristen tetapmemandang pasal ini diskriminatif karena menghantam kekhasan sekolahsekolah )swasta* yang selama ini kukuh dengan identitasnya. Sebenarnya,pasal ini pernah ditentang oleh sebagian orang islam,persisnya beberapa utsan dari IAIN dann %IN."ereka menilai pasal ini hanyalah kemunduran belaka dalam sejarah pendidikann agama di Indonesia."ereka menyebutkan fakta bahwa hingga hari ini di banyak IAIN dan %INmasih terdapat materi islamologi,atau bahkan substansi ilmu islamm yang menghadirkan dosen

dari luar negeri yang non-muslim."ereka juga menunjuk beberapa tokoh #endikiawan muslim seperti Nur Kholis "ajid,Amin 3ais,dll.yang sudah tidak diragukan lagi keislamannya itu ternyata adalah hasil didikan uni;ersitasdi barat yang dosen-dosennya banyak bukan muslim. Tetapi,setelah melalui berbagai perdebatan panjang,dengan aspek-aspek keuntungan dan kerugiannya se#ara menyeluruh,akhirnya diperoleh kesimpulan,bahwa pendidikan lintas agama untuk kondisi Indonesia yang menbutuhkan pelajaran substansi agama,terutama di tingkat dasar dan menengah,ternyata memang memiliki bahaya yang lebih besar.kebutuhan akan pendidikan agama yang utamanya di butuhkan siswa pwndidikan dasar dan menengah tentang substansi agama dan pengamalannya,tidaklah bisa di penuhi oleh materi islamologi yang biasa di belajarkan di perguruan Tinggi.

P!lemik Per m san "" Ssisdiknas


$erbedaan paradigma piker antara yang pro dan kontra pasal ,8 telah menguak polarisasi sudut pandang masing-masing yang selama ini mungkin banyak orang tidak mengetahui.di antarnya menyangkut jargon pendidikan.yang di pakai oleh Katolik dan Kristen adalah pendidikan yang1membebaskan dan memerdekakan manusia1)akan menjadi sebuah agama* termasuk di dalamnya memerdekakan peserta didik dalam memandang dan memilih keyakinan.sementara paradigma pikir umat islam adalah kategori siswa telah memeluk sebuah agama )sudah menjadi*.+aknya ini harus di lindungi sesuai amanat %%! ,-./.Karena itu ,memberinya pelajaran agama memang keinginan menyelamatkan misi agama atau mengamankan umat dari keresahan pindah agama. "unkin karena kebanyakan sekolah katolik ataupun Kristen memiliki murid yang agamanya paling beragam,sehingga umat dari kedua agama inilah yang paling getol menolak ketentuan baru mengenai pendidikan agama.kelompok masyarakat )minoritas* ini menolak pasal ketentuan guru agama yang seagama dengan ragam alasan,antara lain )a* %ndang-%ndang $endidikan tidak menghargai ke khasan sekolah swasta L)b* negara telah jauh melakukan #ampur tangan atas persoalan teknis agama,dengan ddemikian kini merupakan pelanggaran terhadap nilai 2nilai +A" Ldan )#* berlawanan dengan asas plurralisme karena telah mengkotak-kotak siswa berdasarkan agama. $rotes atas pasal ketentuan pendidikan agama ini di sampaikan melalui lobi,seminar,surat,media massa hingga demonstrasi.gagal dalam berbagai tahap usulan untuk menghapus pasal pendidikan agama,ke#enderungan menolak kehadiran %ndang 2undang meletus di kantong-kantong umat kristiani seperti di nusa Tenggara timur dan "anado.kalau di #ermati,protes atas pasal pendidikan agama terkesan berlebihan karena tidak saja murni di lingkup masalah pendidikan,namun bahkan #enderung berubah bentuk menjadi masalah politik.salah satu indikatornya adalah,alasan an#aman disintegrasi bangsa.Indikator lain adalah tuduhan politisasi %% Sisdiknas yang di lontarkan untuk memojokn kelompok tertentu karena telah di anggap meemasukan

kepentingan tertentu pula melalui pasal penddidikan agama.selain berlebihan,polemi# ini juga menyertakan prasangka serta berbagai ke#urigaan."ialnya .%mat "uslim di tuduh menghidupkan kembali1$iagam Aakarta1,sedangkan umat kristiani di tuduh selama ini telah melakukan kegiatan kristeenisassi diam-diam melalui penidikan.jadilah polemi# ini juga berbau sectarian,karena ujung-ujungnya umat islam menjadi pendukung %ndang-undang di satu pihak,sedangkan umat kristiani menjadi penentangnya di pihak lain. 'agaimana dengan umat lain?menjelang pengesahan %%,%mat 'udha,hindu,tidak mempermasalahkan pasal tentang pendidikan agama tersebut.bahkan penganut konghu#u dan sebagian yang tak terdengar dari kaum Nasrani sesungguhnya meenjadi pendukung.kondisi ini se#ara mengejutkan menambah ke#urigaan kaum muslim tentang alibi 0udang di balik batu1kaum Nasrani,kalaulah ketentuan pasal agama dianggap menguntungkan kelompok tertentu,mengapa agama lain yang dirugikan tidak menolaknya?!an apa sebenarnya kerugian mendidik agama siswa sesuai agamanya dengan guru yang seagama? $raktik pengajaran agama oleh guru yang seagama sebenarnya bukan perkara yang sama sekali baru.!i beberapa sekolah-termasuk yang ber#irikan "uhammadiyah ataupun Kristiani 2sudah men#iptakan suasana sema#am itu sejak lama.Itu karena undang-undang No.8 tahun ,-G- tentang sistem pendidikan Nasionall sebenarnya sudah mengaturnya dalam penjelasan pasal 8G jika kelahiran undang-undang yang baru ini tiba-tiba memi#u kontro;ersi besar,saya kira itu karena kini dieksplisitkan dalam butir pasal.$adahal,toh dilihat dari segi implementasinya sebenarnya pasal tersebut masih memiliki kelemahan."isalnya ketentuan materi dan guru yang sesuai agama peserta didik bukan berupa kewajiban melainkan hak.Artinya,status hukumnya dapat dipersoalkan pelanggaran yang terjadi berupa proses delik aduan. "engikuti polemi# yang berkembang mengenai pasal pendidikan Agama meluaskan wawasan kita tentang lorong-lorong kepentingan banyak kelompok pemerhati keberlangsungan pendidikan agama dalam sistem pendidikan Nasional."ungkin inilah #itra lain mengenaai Indonesia yang dikenal religius itu.Akan tetapi,kita benar-benar sejenak terlena mengenai untuk apa pendidikan agama itu harus ada?Kemana arahnya dan untuk apa tujuannya dalam keseluruhan tata pendidikan di negeri ini?kita lupa bahwa kita mempunyai agenda yang lebih mendesak untuk ditangani,yaitu memperbaiki moral dan mutu pendidikan.Ironisnya,polemi# mengenai agama sampai nyaris menenggelamkan isu-isu penting lainnya dalam %% Sisdiknas.

Men#!al $ j an Pendidikan Agama


$endidikan agama di Indonesia ibarat 0anak jadah1bagi pembangunan.Ayah-ibu yang ber ina,tetapi rasa malu ditimpakan ke anaknya.Kita semua sependapat bahwa kegagalan pembangunan nasionalutamanya pembangunan moral-disebabkan oleh banyak fa#tor,misalnya fa#tor

ekonomi,hukum atau politik.Namun pendidikan agama sering dijadikan kembang hitam.!ituduh tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai ujung tombak pendidikann moral bangsa.!i artas kertas-kertas hukum yang mengikat 'angsa Indonesia dalam menjalankan sistem pendidikan Nasional,sebenarnya tidak ada persoalan dengan dilemma antara ilmu pengetahuan,teknologi dan moralitas< akhlak mulia.Ketiganya selalu di#anangkan se#ara eksplisit ataupun implisit menjadi spirit kesatuan substansi pendidikan Nasional.Namun pemerintah dalam berbagai kebijakan pendidikan sering dinilai salah penekanan pendidikan hanya ppada ranah ipteknya saja,alias menelantarkan sisi akhlak dan budi pekerti bangsa.Kemanakah pendidikan nasional hendak dibawa?!alam islam,tujuan thalabul ilmi adalah menuju terbentuknya akhlak indi;idu yang karimah)mulia*.Seorang penyandang ilmu yang banyak,namun tidak berbuah amal kebaikannya maka ilmu itu menjadi tidak ada artinya. "en#ermati fakta yang ada,wujud pendidikan agama di sekolah umum saat ini #enderung dipahami hanya sebagai 0pengetahuan1layaknya mata pelajaran lain.!an kritik atas pemahaman sema#am ini sering kita dengar.!emikian pula dengan tujuan pendidikan agama yang di tingkat praktis #enderung menegakan ibadah ketimbang moralitas pendidikan agama,benar-benar menuai kritik tajam.Kita sering mendengarr gerutu mengenai banyak orang taat beragama tetapi moralitasnya amburadul.Sebaliknya,banyak orang bermoral meski keberagamaannya dangkal-dangkal saja.Seberapa perlu eksistensi pendidikan agama yang ada dipertahankan?Apakah pendidikan agama di situ bersifat religiusitas ataupun moralitas.Apa pula urgensinya sehingga guru agama harus seagama? 3ealita kehidupan di Indonesia memang membutuhkan situasi religius sekaligis juga moralis.Sayangnya,fenomena religiusitas mun#ul lebih menonjol ketimbang moralitas.Inilah mengapa sebagian orang lalu berpandangan pendidikan moral lebih tepat untuk indanesia.!i tengah hiruk-pikuk perbin#angan mengenai agama atau moral,pendidikan agama semakin memiliki kedudukan yang kuat.%tamanya karena %% Sisdiknas mengukuhkannya,bahkan diperlengkapi dengan persoalan guru agama yang seagama.Artinya,pendidikan moral hampir dipastikan surut untuk dipromosikan menggantikan pendidikan agama.!an persoalannya bergeser kepada bagaimanakah memformulasikan pendidikan agama itu ke dalam pembangunan moral bangsa sebagaimana diharapkan.

Pendidikan Agama %ers s Sek larisasi


$endidikan agama mata pelajaran sering dinilai kontra produktif karena telah men#ipta kondisi QsekularisasiQdi otak dan pikiran peserta didik.Anak didik dengan pendidikan agama yang ada,#enderung mendefinisikan agama sebagai mata pelajaran agama dengan pengertian yang sempit.'ahkan moralitas dan perilaku sehari-hari,seperti tidak terkait langsung dengan apa yang seharusnya disadari sebagai agama.Itu semua,karena pendidikan agama kalaupun tidak berfungsi sebagai pengetahuan,umumnya telah direduksi menjadi ritus-ritus

formalisti#)dan karenanya terpisah dari kehidupan nyata*.'agi yang tidak setuju terhadap adanya pendidikan agama dalam bentuk mata pelajaran tersendiri,mereka menghendaki dihapuskannya mata pelajaran agama karena sifatnya yang dilematis. Sebagai solusi,agama selanjutnya dianjurkan bisa menjadi roh pada setiap kegiatan ajar 2mengajar di sekolah.Artinya,pendidikan agama diajarkan terintegrasi ke dalam seluruh mata pelajaran lain.Ini sekaligus untuk menghindari pandangan sekularis.Sebut saja ini alternatif kedua bentuk pendidikan agama.Kondisi pendidikan agama dalam bentuk terintegrasi ini adalah kondisi dimana nama pendidikan agama 0dihapus1,namun se#ara roh1tidak hilang1 7ang perlu diingat,mengajarkan pendidikan agama se#ara terintegrasi ternyata bukanlah perkara mudah.'ahkann mungkin ada yang memandangnya mustahil.Selain sumber daya guru maupun situasi di Indonesia masih memerlukan waktu dan upaya ekstra keras untuk menuju ke situ,penghapusan agama dengan dalih agama telah dibelajarkan se#ara terintegrasi justru bisa berakibat hilangnya pendidikan agama itu dalam makna yang sesungguhnya.Ini lebih mengkhawatirkan akan terjadi di sekolah-sekolah negeri ataupun swasta yang tidak ber#iri agama tertentu. Aika menjadi mata pelajaran begitu dilematis,dan dalam bentuk terintegrasi jugademikian sulit,sebagian ahli menawarkan alternatif ke tiga yang ke dengaran betul-betul gila.7akni menghapuskan sama sekali pendidikan agama.Alasannya,pendidikan agama seharusnya menjadi urusan pribadi atau diajarkan oleh keluarga,karena sifatnya yang pri;at,dan sebagai gantinya adalah 0pendidikan moral1yang merupakan persoalan publi#.$endidikan moral dengan pola ini banyak dipraktekkan di Negara-negara sekuler.Sebenarnya,untuk Negara sema#a Indonesia,pola sema#am ini sering hanya mengundang protes keras di masyarakat."ereka khawatir akan nasib agama di kemudian hari.Negara-negara muslim di timur tengah pada umumnya memang tidak menghapuskan pendidikan agama. Ada alternatif ke empat berikut ini yang mirip dengan alternatif ke tiga.kemiripannya terletak pada penitikberatan kepada norma-moral,termasuk moralitas beragama dan bukan ajaran agama itu sendiri.Namun masih bisa menggunakan istilah pendidikan agama.$ara ahli sudah sering mengenukakan hal ini.!iantaranya seperti pernyataan tokoh N%,"asdar @ "asQudi5Tanggung jawab mengajjarkan agama ada pada umat masing-masing.'ukan pada Negara.'ila Negara mengatur pendidikan,yang dilakukan adalah mengatur moralitas,etika,bukan mengajarkan doktrin.$endidikan agama memang harus diberi tempat,dan itu adalah tanggung jawab umat maasing-masing.Senada dengan ini,adalah pernyataan pendeta Binata Sairin bahwa pendidikan agama yang diatur oleh Negara adalah yang bersifat umum.Adapun yang bersifat teknis,Negara tidak bisa #ampur tangan terlalu jauh.

Akibat lain sistem pendidikan di Indonesia yang mewajibkan pendidikan agama adalah terjadunya fenomena keagamaan 'is-a/-'is umum.sekolah ;is-R-;is madrasah.!iperkuat pula dengan berdirinya departemen agama yang mengurusi segala persoalan agama.Tidak jarang tuntutan penghapusan pendidikan agama di sekolah juga dilanjutkann dengan pandangan pembubaran departeman agama dengan alasan menghindarkan Indonesia dari sekularisasi sebagaimana telah disinggung.!i tingkat wa#ana,pandangan pembubaran sering terlontar dan sahsah belaka,namun di tingkat implementasi selalu menghadapi kesulitan kalau bukan mustahil. Hksistensi pendidikan agama akhirnya lolos dari gempuran kelompok yang tidak menyetujui.+al itu setidaknya dilatarbelakangi oleh tiga hal berikut),*terpenuhinya kebutuhan pendidikan agama bagi masyarakat yang di keluarga masing-masing belum tentu memperolehnyaL)8*identifikasi Indonesia sebagai bukan Negara sekuLerLdan )4*untuk alasan pembangunan moral. "en#ermati tiga hal di atas,latar belakang pembangunan moral hanya merupakan salah satu alasan saja mengapa pendidikan agama dituntut ada.Karena agama bukan semata persoalan moral,namun juga ritual < ibadah,keyakinan,dan lain sema#amnya."aka agama sangat berbeda dengan moral,bahkan moral di anggap sebagai bagian dari agama.Inilah mengapapermintaan terhadap penghapusan pendidikan agama dan digantikan pendidikan moral mungkin tidak )akaan*pernah berhasil.!iajarkan keduanyapun masih dikhawatirkan akan terjadi dikotomi agama-moral,dan karenanya juga ditolak.Sebab lain misalnya karena dengan pendidikan moral sekalipun,belum tentu moralitas bangsa ini dijamin akan membaik.Terke#uali jikalau paradigma agama-moral terbalik.7akni adanya kesepakatan bahwa moral menjadi permasalahan global,sedangkan agama menjadi hanya bagian dari padanya,atau bahkan menjadi persoalan pribadi serta bukan sejenis ilmu pengetahuan yang wajib diajarkan di bangku pendidikan.$raktik ini tidak selalu menjadi identitas Negara-negara sekuler,bahkan di Negara non-sekuler juga banyak ditemukan.Titik positif sistem sema#am ini adalah terbinanya kehidupan keberagamaan yang lebih mengutamakan pluralitas,moral kemanusiaan,toleransi,bahkan perbandingan agama untuk mengikis ketidakmengertian kepada penganut agama lain.Namun negatifnya,pendalaman terhadap agamanya sendiri,termasuk ihwal pendidikan ritual)#ara ibadah misalnya*menjadi dikesampingkan karena diserahkan kepada pribadi masing-masing. Titik negatif inilah yang ditolak masyarakat Indonesia.Artinya,pendidikan agama dipandang lebih #o#ok untuk Indonesia karenaa mengajarkan keberagamaan se#ara lebih menyeluruh)men#akup ritual dan moral*.Ini membberi pengertian bahwa pendidikan agama dianggap memiliki kekhasan yang tidak terdapat di pendidikan moral.!an ini sekaligus sebagai identitas Indonesia yang merupakan Negara bukan sekuler.$erkara moralitas bangsa Indonesia kemudian merosot,muara persoalannya bukan kepada perlu tidaknya pendidikan agama,akan tetapi subtansi apa dan bagaimana #ara pengajaran agama itu dilaksanakan.

"" Sisdiknas dan M!del Pendidikan Agama


"engapa perbin#angan mengenai moral selalu membahana manakala seseorang berbi#ara tentang agama?padahal sejujurnya,membebankan masalah moral hanya kepada pendidikan agama merupakaan pandangan yang kurang adil.Sebut saja fa#tor lain,misalnya masalah krisis ekonomi.@aktor ini juga sangat berpengaruh dalam merusak moral bangsa.'ukankah kemiskinan dan kelaparan telah begitu nyata membutakan hati dan nurani banyak orang untuk berbuat tidak jujur serta berperilaku jahat?karenanya,tidak bersangkut terlalu jauh sebenarnya mengenai pendidikan agama dengan masalah kerusakan moral ini.Kalaupun terkait,yang dapat dilakukan oleh pendidikan agama sebenarnya hanyalah1turut serta1dalam memoerbaiki moralitas bangsa melalui proses ajar-mengajar.!an itu harus didukung oleh sarana ataupun elemen bangsa lain yang bahu-membahu memperbaiki moral.Kita semua merasakan betapa agenda pendidikan agama serta kaitannya dengan moral terpisah dan bertingkat.Tingkat pertama5perlukah pendidikan agama?Tingkat kedua5mengapa agama gagal membangun moral?!an pada tingkat berikutnya5formula pendidikan agama ma#am apa yang #o#ok untuk kehidupan di Indonesia?Sesuatu yang baru dan mengundang polemi# berskala luas berkenaan dengan 0hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan agama yang sesuai dengan agamanya dan diajarkan oleh guru yang seagama1.$asal ini menggugah perasaan dan pikiran banyak pihak untuk meraba wujud baru pendidikan agama di masa datang.$oin terpenting dalam ketentuan pendidikan agama tersebut adalah5),*agama diajarkan sesuai dengan keyakinan yang dianut peserta didikLdan )8*guru agama akan sama agamanya dengan peserta didik. Kedua poin ini mengisyaratkan formula baru pendidikan agama yang sekurangnya memiliki dampak-dampak ini5pertama,pendidikan agama kelak bukan lagi sebagai pengetahuan kognitif,tetapi bernuansa moral yang bersifat hidup serta praktis.Selama ini pendidikan agama diajarkan seperti pengetahuan yang bersifat kognitif sehingga sulit mempengaruhi perilaku.Karena sebagai pengetahuan sehingga bisa diajarkan oleh siapa saja,dan tidak selalu harus sesuai dengan agama yang dianutnya.!i tingkat perguruan tinggi,praktek pendidikan agama sema#am ini sudah lama berjalan dan tidak pernah dipersoalkan.Tetapi ketika hal ini dibahas untuk tingkat dasar dan menengah,lalu aturannya dituangkan di undang-undang,masyarakat ramai menjadikannya polemi# pro dan kontraLkedua,pengajaran pendidikan agama oleh guru yang seagama akan lebih menjamin kebenaran ajaran agama,hal ini terutama untuk agama ranah ibadah dan akidahLdan ketiga,untuk mempersempit peluang pengajaran agama oleh guru yang tidak membidanginya,termasuk didalamnya guru agama yang tidak seagama yang akhirnya hanya menimbulkan ke#urigaan dakwah terselubung dan mengganggu kerukunan umat beragama. "erubah paradigma praktik pendidikan agama dari yang semula memiliki karateristik pengetahuan menjadi praktis,memang dituntut oleh banyak pihak.!an selama ini,karena bersifat kognitif,pendidikann agama nenjadi terpuruk sedemikian rupa,tetapi meribahnya begitu saja menjadi pengetahuan yang diamalkan dan dibiasakan tentu bukan perkara mudah.>ebih lagi tidak semua

peserta didik diajarkan oleh guru yang sama agamanya,misalnya karena seorang peserta didik adalah muslim sedangkan ia bersekolah di sekolah ber#irikan Katolik dan Kristen. Karakter pendidikan agama sebagaimana dalam ketentuan %% Sisdiknas diharapkan dapat menjadikan agama yang dipeluk peserta didik sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi,berkeluarga,bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.!engan demikian maka se#ara makro,agama yang dipelajarinya dapat mewujudkan keharmonisan,kerukunan,dan rasa hormat diantara sesama pemeluk agama dan terhadap pemeluk agama lain Idealnya,semua warga Negara Indonesia sejak usia dini dipersiapkan pembangunan karakter dasarnya dengan pendidikan agama sema#am ini.Negara kemudian mewajibkan setiap satuan pendidikan pada semua jalur,jenjang,dan jenis pendidikan untukmenyelenggarakan pendidikan agama.!alam hal ini,Negara perlu menentukan rambu-rambu baik berupa kerangka dasar dan struktur kurikulum yang bisa dia#u oleh satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya,maupun berupa edaran terhadap pengakuan Negara atas kurikulum pendidikann yang digunakan se#ara mandiri oleh masyarakat.+al ini penting untuk menghindari pengajaran agama yang #enderung 0liar1 $ada mulanya,banyak orang terkaget-kaget dengan ketentuan baru %% Sisdiknas karena dianggap akan memberangus sekolah-sekolah ber#iri khas agama di negeri ini sudah tidak dihormati lagi oleh Negara,"ereka beranggapan bahwa setiap satuan pendidikan yang memiliki #irri khas agama apapun akan dipaksa membangun rumah ibadah)seperti masjid,gereja,;ihara,dll*yang jelasjelas tidak sesuai dilingkungan mereka.'ayangkan,kalau misalnya sekolah Katolik harus menyediakan masjid.Atau uni;ersitas islam harus menyediakan gereja.Ketersinggungan,ke#urigaan,dan keternodaan beberapa sekolah umumber#iri khas agama ini seperti ini barangkali yang sempat menyulut amarah menolak kehadiran %% Sisdiknas waktu itu pada awal mulanya.$ersoalan lain yang mun#ul,karena kebutuhan agamasetiap peserta didik diharuskan dipenuhi,kategorisasi1agama1tidak mustahil juga akan mun#ul.Apakah kalau ada siswa Konghu#u,atau orang beragama Tao menuntut hak yang sama,juga harus dikabulkan? Se#ara logika,harusnya dikabulkan,karena pada dasarnya tak ada pihak yang bisa membatasi soal keyakinan,sebagaimana telah disinggung di depan.Aika pelayanan terbatas pada agama tertentu dan menafikan pelayanan kepada agama lainnya tanpa alasan yang jelas,maknanya Negara sesungguhnya telah melakukan tindakan diskrimintaif atas para pemeluk agama. Sesungguhnya pasal ,8 ayat),*a tentang hak peserta didik memperoleh agama yang sesuai dengan peserta didik dan diajarkan oleh pendidik yang seagama,sudah se#ara otomatis menjamin hak semua agama.Namun kalau kita

angkat kasus umat Konghu#u,kejadiannya menjadi sedikit berbeda.!uduk perkaranya adalah sebagai berikut5 a.Konghu#u dikategorikan sebagai bukan agama. b.Konsekwensinya,karena bukan dianggap sebagai agama,maka konghu#u tidak akan mendapatkan pelayanan sebagaimana ketentuan pasal ,8 ayat ),*a.Ini berarti lebih hidup di Indonesia tanpa pengakuan berakhir sudah."elalui pembahasan yang a lot di !epag,konghu#u akhirnya diakui sebagai agama .'elajar dari kasus konghu#u ini setidaknya hal-hal yang perlu dipikirkan oleh semua pihakL,*redefinisi agama dalam pasal ,8 ayat),**aLdan)8*perlunya antisipasi atas kasus konghu#u barangkali merupakan awal gunung es yang akibatnya akan bermuara pada masalah yang lebih besar.Artinya begitu konghu#u diberikan layanan yang memadai layaknya agama lain yang besar,maka kemungkinan agama-agama yang baru tidak mustahil akan menuntut hal serupa.$ersoalan baru bahkan mun#ul,bila paham-paham yang kita sebut sebagai sekte atau aliran tidak menutup kemungkinan akan bisa mengaku sebagai agama )meskipun hanya karena tujuan memperoleh pelayanan dan bantuan dari pemerintah*. Sebenarnya,pemahaman atas pasal ,8 %% Sisdiknas ayat),*a memang tidak seharusnya dibatasi pada / agama.'ahkan bisa pula menyangkut tuntutan penganut ma hab,sekte,aliran atau apapun friksi yang ada dalam setiap agama,apabila mereka memintanya."engapa demikian?karena se#ara logika semua keyakinan )yang bisa saja orang mengklaim itu agama*harusnya mendapat perlakuan yang sama.Ini makna hak kebebasan tiap orang untuk memilih keyakinan.!i tingkat lapangan,kenyataan mengukuhkan fenomena ini5orang syiah tidak akan mau diajar oleh orang sunni jika guru syiah bersedia. Kasus yang sama terjadi pada sekte 7ehowah dalam agama Kristen,mereka umumnya menuntut guru bersekte yehowa karena tidak mau diajar oleh orang Kristen.'ahkan orang muhammadiyah juga tidak mustahil menuntut guru dari muhammadiyah juga,sebab banyak orang muhammadiyah tidak mau diajar islam dengan #ara N%,dan 'ice 'ersa

BAB 1% MAD&ASAH DAN SEKOLAH ISLAM


"enurut #atatan sejarah,kebijakan politik penjajahan yang sangat tidak menguntungkan umat islam dulu sempat memi#u beberapa lembaga keagamaan islam mengisolir diri dari inter;ensi 0dunia luar 0dengan tetap mengajarkan hanya pelajaran agama. Namun sekelompok yang lain melihat banyak hal yang menarik dari sistem 0sekolah belanda 0 sehingga menimbulkan gagasan membuka sekolah

dengan mengadopsi sistem sekolah serta tambahan beberapa mata pelajaran umum. $ada saat itu, perguruan keagamaan dalam bentuk persekolahan ada yang menggunakan nama madrasah di banyak daerah jawa dan luar jawa, maktab di "edan kuliah mualimin di Sumatera 'arat,dll 'eberapa perguruan keagamaan tersebut dimotori juga oleh kaum pesantren. Tidak seluruhnya berisi ilmu agama. "uhammadiyah misalnya, pola pendidikannya menggunakan /9 E agama /9E umum %paya 2 upaya inilah yang oleh banyak kalangan disebut sebagai upaya modernisasi pendidikan islam. (agasan awalnya, menurut +usni 3ahim ) 899/ * Setidaknya ditandai oleh dua ke#enderungan organisasi islam dalam mewujudkan yaitu 5 ,ertama, mengadopsi sistem dan lembaga pendidikan modern ) 'elanda * se#ara hampir menyeluruh. %saha ini melahirkan sekolah-sekolah umum model 'elanda tetapi diberi muatan tambahan pengajaran islam. Kedua, mun#ulnya madrasah madrasah modern, yang se#ara terbatas mengadopsi substansi dan metodologi pendidikan modern 'elanda, namun tetap menggunakan madrasah dan lembaga tradisional pendidikan islam sebagai basis utamanya. Kedua bentuk usaha ini pada dasarnya terus berlanjut. Satu sisi terdapat sistem dan kelembagaan 0$endidikan Islam 0 yang sebenarnya pendidikan umum dengan memasukkan pengajaran agama. Kelompok ini biasanya menamakan sekolahnya dengan S!I, S"$I dan S"AI.!i sisi lain, ada sistem dan kelembagaan 0 madrasah 0 yang menitik beratkan pengajaran agama baru kemudian memasukkan pelajaran umum dengan #orak dan orientasinya.

Kelahiran Madrasah dan Perhatian Negara


'ersamaan dengan perkembangan pendidkan agama di sekolah umum,perhatian terhadap madrasah atau pendidikan Islam umumnya terjadi sejak 'adan $ekerja Komite Nasional Indonesia $usat)'$KI$*di masa setelah kemerdekaan mengeluarkan maklumatnya tertanggal 88 !esember ,-./.Isinya menganjurkan,bahwa dalam memajukan pendidikan dan pengajaran agar pengajaran di langgar,surau,masjid,dan madrasah berjalan terus dan ditingkatkan1."adrasah dalam bentuknya yang kita kenal saat ini se#ara harfiyah berasal dari 'ahasa Arab yang artinya sama atau setara dengan kata Indonesia 0sekolah1)s#hool*."adrasah di sini kemudian memiliki konotasi spesifik,di mana anak memperoleh pembelajaran agama."adrasah inilah yang tadinya disebut pendidikan keagamaan dalam bentuk belajar mengaji Al-SurQan,kemudian ditambah dengan pelajaran ibadah praktis,terus ke pengajaran

tauhid,hadis,tafsir,tarikh islam dan bahasa arab.kemudian masuk pula pelajaran umum dan keeterampilan.!ari segi jenjang pendidikan mulanya madrasah identik dengan belajar mengaji Suran,jenjang pengajian kitab tingkat dasar dan pengajian kitab tingkat lanjut,kemudian berubah ke jenjang madrasah ibtidaiyah,"adrasah Tsanawiyah,dan "adrasah Aliyah. $erhatian pemerintah 3Iterhadap madrasah terbukti sejak Kementrian Agama dalam srtuktur organisasinya,memperuntukan 'agian & bagian pendidikan dengan tugas pokoknya mengurusi masalah-masalah pendidikan agama di sekolah umum dann pendidikan agama di sekolah agama )madrasah dan pesantren* Namun perhatian pemerintah yang begitu besar di awal kemerdekaan yang ditandai dengan tugas !epartemen agama dan beberapa keputusan '$ KNI$ ini tampaknya tidak berlanjut.+al ini tampak ketika %ndang-undang $endidikan Nasional pertama)%% No.. Tahun ,-/9 %% No.,8 Tahun ,-/.*diundangkan,masalah madrasah dan pesantren tidak dimasukan sama sekali,yang ada hanya masalah pendidikan agama di sekolah )umum*dan pengakuan belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari "entri agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.!ampaknya,madrasah dan pesantren dianggap berada diluar sistem.Dleh karena itu mulai mun#ul sikap diskriminatif pemerintah terhadap madrasah dan pesantren.$ada tahap ini madrasah belum dipandang sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,tetapi merupakan lembaga pendidikan dibawah."entri agama.3eaksi terhadap sikap pemerintah yang diskriminatif ini menjadi lebih keras dengan keluarnya Keputusan $residen No.4. tahun ,-F/,yang kemudian diperkuat dengan Intruksi $residen No.,/ tahun ,-F..Kepres dan Inpres ini isinya dianggap melemahkan dan mengasingkan madrasah dari pendidikaan nasional.'ahkan sebagian umat islam memandang Kepres dan Impres itu sebagai manu;er untuk mengabaiikan peran dan manfaat madrasah yang sejak aman penjajahan telah diselenggarakan umat islam. "un#ulnya reaksi keras umat islam ini disadari oleh pemerintah yang kemudian mengambil kebijakan untuk melakukan pembinaan mutu pendidikan madrasah.!an untuk mengatasi kekhawatiran dan ke#emasan umat islam akan dihaapuskannya sistem pendidikan madrasah sebagai kongkurensi kepres dan inpres di atas,maka pada tanggal 8. maret ,-F/ dikeluarkan Surat Keputusan 'ersama)SK'*tiga mentri)"entri Agama,"entri $endidikan dan kebudayaan,dan "entri !alam Negeri.*.SK' ini merupakan model solusi yang di satu sisi memberikan pengakuan eksistensi madrasah,dan di sisi lain memberikan kepastian akan berlanjutnya usaha yang mengarah pada pembentukan sistempendidikan nasional yang integratif.!alam SK' tersebut diakui ada tiga tingkatan madrasah,yakni Ibtidaiyah,Tsanawiyah,dan Aliyah,yang ija ahnya diakui sama dan setingkat dengan S!,S"$,dan S"A.Kemudian lulusannya dapat melanjutkann ke sekolah umum yang setingkat lebih tinggi,serta siswanya dapat berpindah ke sekolah umum yang ssetingkat.

"akna SK' Tiga "entri ini bagi umat islam adalah pertama,terjadinya mobilitas sosial dan ;ertikalsiswa-siswa madrasah yang selama ini terbatas di lembaga-lembaga pendidikan tradisional)madrasah dan pesantren*,dan kedua,membuka peluang kemungkinan anak-anak santri memasukki wilayah pekerjaan pada sektor modern."eski demikian,bukan berarti SK' tiga mentri ini tanpa masalah."elalui SK' ini memang,status madrasah disamakan dengan sekolah berikut jenjangnya.!engan SK' ini pada alumni "A dapat melanjutkan KH %ni;ersitas umum,dan 'ice 'ersa,alumni S"A dapat melanjutkan studinya ke IAIN.Karena madrasah diakui sejajar dengan sekolah umum,dimana komposisi kurikulum madrasah F9E mata pelajaran umum dan 49E pelajaran agama.Hfek penyamaan kurikulum ini adalah bertambahnya beban yang harus dipikul oleh madrasah.!i satu pihak ia harus memperbaiki mutu pendidikan umumnya setaraf dengan standar yang berlaku di sekolah.!i lain pihak,bagaimanapun juga madrasah sebagai lembaaga pendidikan islam harus menjaga agar mutu pendidikan agamanya tetap baik. Namun,dengan penguasaan ilmu-ilmu agama hanya 49E termasuk 'ahasa Arab,tidak #ukup memadai bagi alumni "A untuk memasuki IAIN,apalagi untuk melanjutkan studi di Timur Tengah dan juga menjadi #alon-#alon ulama.!emikian juga masih sering lulusan madrasah mendapat perlakuan diskriminaatif karena dianggap kemampuan umumnya belum setara dengan sekolah umum.perlakuan diskriminatif tersebut sangat dirasakan ketika mereka akan masuk ke perguruan tingginataupun ke dunia kerja. $erjuangan agar mendapat perlakuan yang sama)integrasi madrasah dalam sisdiknas se#ara penuh*,baru di#apai dalan %%S$N No.8 tahun ,-G-,dimana madrasah dianggap sebagai sekolah umum yang ber#iri khas islam dan kurikulum madrasah sama persis dengan sekolah,plus pelajaran agama islam )F mata pelajaran*.kenyataannya beban kurikulum bagi madrasah yang menerapkan kurikulum sekolah ,99E ditambah dengan kurikulum agama sebagai #irri khas telah berakibat beban belajar siswa madrasah menjadi lebih banyak disbanding dengan beban belajar anaksekolah.padahal kondisi fasilitas dan latar belakang anak #ukup berbeda.Dleh karena itu wajar saja bila kualitas anak madrasah masih kalah dibandingkan dengan anak sekolah.Aadi yang membedakan madrasah dengan sekolah umum sekarang bukan lagi pada bobot pengetahuan umumnya tapi pada kualitas dan #irri khas madrasah itu sendiri Sampai disini persoalan madrasah sebagai sekolah umum yang ber#iri khas islam sudah terselesaikan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang diakui sama dengan sekolah.Namun "adrasah sebagai sekolah agama yang memberikan pengetahuan umum sebagai #irri ke indonesiaan dan kemoderenan belum mendapat tempat dalam sistem pendidikan nasional ;ersi %% No.8 tahun ,-G-.+al ini masih meengundang perasaan yang 0kurang puas1di kalangan umat,karena masih ada perasaan pemerintah masih memojjokan madrasah yang porsi pengajaran agama lebih besar di banding pelajaran umum.juga masih terdengar pendapat yang menyatakan bahwa masdrasah sebagai sekolah umum yang ber#iri khas islam itu sebagai upaya1mendangkalkan agama1,tentu

prasangka ini tidak beralasan,karena memang peminat untuk memasukan anak ke madrasah sebagai sekolah umum yang ber#iri khas islam jauh lebih besar disbanding dengan yang ingin memasukan anaknya ke sekolah agama yang pengetahuan agamanya lebih besar dari pengetahuan umum,seperti ditujukan oleh data bahwa anak-anak yang memilih program pilihan aagama jauh lebih ke#il ).GE*dari yang memilih pilihan I$Satau matematika )/8E*. $erjuangan untuk memasukan madrasah dengan fo#us utama pengajaran agama dalam sistem pendidikan nasional baru berhasil setelah diundangkannya %% Sisdiknas No.89 tahun 8994.!alam undang-undang ini diakui kehadiran pendidikan keagamaan sebaagai salah satu jenis pendidikan disamping pendidikan umum,kejuruan,akademik,profesi,;okasi dan khusus )pasal ,/*.!alam pendidikan keagamaan ini tidak termasuk lagi madrasah sebagai sekolah umum yang ber#iri khas islam."I,"TS,"A dan "A kejuruan sudah dimasukan dalam jenis pendidikan umum dan pendidikan kejuruan.$endidikan keagamaan ini diatur dalam bagian tersendiri )bagian kesembilan*pasal 49.

Pr!'lematika Sek!lah Madrasah


!i tengah harapan masayarakat yang belum sepenuhnya terpenuhi tentang peran madrasah sebagai model pendidikan integralistik yang akan mendidik siswa seimbang sisi ukhrawi dan duniawinya ituLfenomena madrasah justru diganggu lagi se#ara menonjol oleh kesan ganjil yang tersebar di sebagian )agaknya sebagian besar*masyarakat bahwa komposisi agama-umum di madrasah men#iptakan siswa tidak mendalami keduanya.Atau dengan kata lain mutu madrasah rendah disbanding sekolah umum oleh karena beban kurikulum yang sulit diseimbangkan.Sebenarnya,penilaian bahwa madrasah rendah mutunya,untuk aman sekarang ini,khususnya menjelang dan sesudah %% Sisdiknas diundangkan,tidaklah sepenuhnya benar.!epartemen Agama mungkin sudah mengantisipasi kritik tersebut sejak lama.+asilnya,kenyataan hasil ujian madrasah paling mutakhir di lapangan tidaklah seburuk yang diduga,dibandingkan dengan sekolah.Balau se#ara rettorika,sebenarnya wajar kalau beban kurikulum madrasah melebihi kurikulum sekolah sehingga mengakibatkan kualitas madrasah berada di bawah sekolah,namun kenyataannya tidak demikian. !epertemen Agama selalu punya argumentasi,bahwa komposisi kurikulum itu malah sebenarnya bisa menjadi model ideal pendidikan islam di Indonesia,karena bisa menghindari dikotomi ilmu umum dan agama ataupun sekularisasi sebagaimana terjadi di sekolah.!uduk perkaranya sebenarnya hanya terletak pada manajemen pengelolaannya saja."aksudnya apabila pola madrasah itu dapat dikelola dengan baik,benar,dan optimal,maka hasilnya seharusnya akan bisa memaksakan sekolah agar meniru pola madrasah.'eberapa madrasah sudah membuktikan hal tersebut,karena dikelola dengan baik,benar,dan optimal,mutunyapun menjadi baik dan tidak kalah disbanding sekolah,baik segi umumnya,atau apalagi agamanya.Sebut saja misalnya "adrasah Insan &endekia

di Serpong,Aakarta yang dirintis mantan $residen 'A +abibie,kemudian "IN "alang )terbaik di Indonesia*,dan masih bannyak lagi yang lain. !engan melihat hasil ujian Nasional 899/ yang baru lalu,lukisan buruk tentang madrasah sebenarnya sudah tidak sepenuhnya terbukti.$ara pengelola madrasah masih pantas optimistis bahkan berbangga hati.$erbedaan antara hasil ujian siswa madrasah dan sekolah ternyata tidak berbeda se#ara signifikan.Atau dengan kata lain,memang masih lebih rendah se#ara umum,tetapi angka perbedaan itu tipis belaka.Angka kelulusan misalnya,siswa S"$ yang lulus JF.94 sedangkan siswa "TS yang lulus G8.8,.Nilai rata-rata keduanya juga hampir berbanding,jika S"$ ,-,4J,angka "TS adalah ,-.,..!emikian pula di tingkat S"A< "A,nilai rata-rata program studi I$A pada S"A ter#atat 89..F,sedangkan pada "A ter#atat 89.,..$ada program studi I$S,nilai rata-rata siswa S"A ,G...,sedang siswa "A ,G.89.3ata-rata nilai program studi bahasa pada "A yang ,-.-J bahkan lebih baik disbanding S"A yang hanya ,-.F4. $eningkatan mutu madrasah memang tidak serentak,dan mungkin masih belum sebanyak sekolah.Kondisi ini mengakibatkan imej tentang mutu madrasah yang buruk tidak akan serta merta sirna oleh perkembangan terakhir.Selain itu,fa#tor historis kelemahan juga harus dilihat se#ara proporsional,misalnya dilihat dari latar belaakang kultur madrasah juga yang banyak tumbuh dari unsur masyarakat pesantren dan muslim pedesaan yang memang dari segi ekonomi relatif lebih lemah.Sampai saat ini,rata-rata orang tua murid anak madrasah masih para petani pedesaan atau para pekerja kasar yang nota bene golongan ekonomi lemah. Itu masih ditambah fa#tor perbandingan "adrasah Negeri yang jauh lebih ke#il jumlahnya dari sekolah.$opulasi madrasah sampai saat ini didominasi oleh swasta hingga -9E di banding yang negeri.Ini amat kontras dengan kondisi sekolah yang kondisinya terbalik5sekolah kira-kira men#apai -9E dan sekolah swasta hanya ,9E ini maknanya,madrasah memang lebih banyak dibiayai oleh masyarakat yang miskin itu di banding sekolah yang lebih banyak di 'antu Negara.

Madrasah Pas(a "" Sisdiknas


'erbagai kritik mengenai kelemahan madrasah sekonyong-konyang mengundang kembali perenungan kontemporer akan posisi strategis,madrasah sebagaii pendidikan umum yang bir#iri agama islam.Apakah eksistensinya masih rele;an untuk memenuhi kebutuhan umat dalam memajukan bangsa ini? 3enungan pertama,apa perbedaan substansial madrasah dengan sekolah islam sehingga keduanya harus ada,bersaing,dan diperbandingkan?Apakah keduanya sebetulnya sama? Aika benar bahwa sekolah islam-karena total berstatus sekolaah umum-lebih baik mutunya dan lebih diminati,apakah hal ini karena pengaruh fleksibilitas ilmu

agama di dalamnya?Atau adakah fa#tor )rumor*bahwa pengelolaan pendidikan di bawah !epdiknas lebih efektif di banding di bawah !epag? Aika fa#tor fleksibilitas beban ilmu agama dominan,mengapa madrasah tidak diran#ang demikian?Namun jika fa#tor pengelolaan di bawah !epag penyebab kurang efektif lebih dominant,maka kenapa sesama pendidikan umum penanganan madrasah tidak di samakan dengan sekolah,di bawah !epdiknas? Kedua,apakah tepatt sesungguhnya madrasah digolongkan ke dalam kluster pendidikan umum,sehingga bebannya ganda,umum plus agama?!engan kata lain apakah madrasah terlalu berat misinya? Seandainya madrasah sesungguhnya tidak pas kalau digolongkan sebagai pendidikan umum,maka sejak itu madrasah tidak masalah kalah dibandingkan sekolah.Bajarlah karena grand designnya memang berbeda.Tujuannya berbeda."isalnya madrasah dijadikan specis baru,yakni perpaduan pendidikan umum dan agama.Spe#ies yang terakhir ini sesungguhnya belum ada se#ara resmi.7ang ada baru pendidikan umum saja atau keagamaan saja.!engan katagorisasi dan karakter tersendiri mungkin ;isi dan misi madrasah memang berbeda dari yang lain,sehingga hasilnya pun akan memiliki warna lain yang tidak perlu diperbandingkan,tetapi dilihat dari kemanfaatannya.Apalagi kini terdapat pendidikan diniyah)keagamaan*tersendiri yang sudah mendapat pengakuan Negara,sehingga ke depan,madrasah seyogyanya bisa lebih berkonsentrasi dalam keseimbangan ilmu umum dan agama.!itambah lagi madrasah sudah tidak disebut se#ara eksplesit sebagai pendidikan umum lagi seperti dalam %%S$N No 8 < ,-G-. Indonesia sesungguhnya selalu menghendaki keseimbangan ilmu dan iman,dunia dan akhirat,sehingga semestinya tidak perlu ada sekolah umum )S!,S"$,S"A dll*kalau ke#enderungannya hanya men#ipta manusia yang berwatak sekuler.Kata orang !epag,seharusnya sekolaahlah yang perlu melebur ke madrasah,bukan sebaluknya.Artinya jika sekolah sudah bisa mewujudkan pola madrasah ini menggantikan pola sekuler yang ada,maka madrasahh dihapuskan pun tidak ada masalah.Kalau sudah tidak ada perbedaan antara signifikan antara sekolah dan madrasah oleh karena fa#tor-faktor tersebut di atas,maka sekolah islam juga sebenarnya tidak diperlukan,supaya tidak menambah kebingungan.Namun kita semua tahu bahwa mewujudkan pendidikan seideal itu bukanlah hal mudah.!an selama itu tidak bisa diwujudkan maka posisi strategis sekolah,sekolah islam,maupun madrasah kiranya masih rele;an untuk dipertahankan.7ang lebih penting dari itu barangkali adalah pembenahan manajemen madrasah.Toh praktik-praktik ideal yang banyak terdapat pada sekolah islam unggulan dewasa ini sudah dibuktikan baik oleh madrasah maupun sekolah.Aikalau ini dapat segera direalisasikan di madrasah-madrasah,maka wujud madrasah pun sebentar lagi tidak menjadi nama yang dipersoalkan.

Sek!lah Islam dan Manajemen Pendidikan Sat Ata)

Seperti sudah dipaparkan pada awal kelahiran madrasah,terdapat sekelompok masyarakat berlatar belakang agama yang mempunyai gagasan membuka sekolah dengan sistem 0sekolah 'elanda1,dengan tambahan pelajaran agama.%paya ini oleh banyak kalangan disebut sebagai modernisasi pendidikan islam.Ini sedikit berbeda dari 0madrasah1yang menitik-beratkan pengajaran agama baru kemudian memasukan pelajaran umum dengan keragaman #orak dan orentasinya.$emrakarsa pertama dalam modernisasi pendidikan islam adalah organisasi-organisasi 0modernis1islam seperti AamiQat Khair,Al Irsyad,dan "uhammadiyah )mun#ul sejak ,-,8 di yogyakarta*.'ersama $erguruan Taman Siswa tahun ,-88 di yogyakarta,serta pendidikan Indonesis#he National S#hool )INS*Kayutaman tahun ,-8J di Sumatera 'aratLmereka menitikberatkan pendidikan untuk kalangan rakyat jelata yang memiliki karakteristik buta aksara,awam terhadap pengetahuan agama,miskin,dan sangat terbelakang akibat politik penjajahan. !alam perkembangannya,pendirian perguruan islam ini menjadi inspirasi bagi hampir semua organisasi dan gerakan islam,seperti Nahdlatul %lama dengan $endidikan "aarif tahun ,-8Jdi Aawa Timur,$ersatuan Islam,)$ersis*,$ersatuan %mat Islam)$%I*,AlBashliyah,"atlaul Anwar dan $ersatuaan Tarbiyah Islamiyah)$erti*dengan #orak dan #irri khas masing-masing.$erguruan islam yang berkembang menjadi sekolah umum dengan memasukan pengajaran agama ini biasanya menamakan sekolahnya dengan S! islam,S"$ islam,atau S"A islam.Atau dengan menggunakan nama organisasi penyelenggara."isalnya S! "uhammadiyah,S"$ "aarif N%,S"A Al Irsyad.Atau dengan menggunakan perlambang berbahasa Arab,misalnya S! Al hidayah,S"$ @utuhiyah,S"A Assalam.ke#enderungan baru mun#ul nama S!IT,S"$IT,)IT adalah singkatan )Islam Terpadu*,bahkan telah memiliki organisasi persatuan. $erbedaan sekolah-sekolah ini dengan madrasah di masa kita sekarang semakin jelas dari beberapa #iri menonjol5 ,. dilihat dari sejarahnya,perguruan islam yang pendidikan umum mengadopsi sistem dan lembaga pendidikan modern )'elanda*se#ara hampir menyeluruh."odel ini adalah sekolah umum model 'elanda tetapi diberi muatan tambahan pengajaran islam.Sedangkan madrasah adalah model persekolahan yang mengadopsi substansi dan metodologi pendidikan modern 'elanda,namun tetap menggunakan lembaga tradisional pendidikan keagamaan sebagai basis utamanya. 8. perguruann islam yang pendidikan umum kini berada di bawah pengelolaan dan binaan !epartemen pendidikan,sedangkan madrasah berada di bawah pengelolaan dan binaan !epartemen Agama."enurut %%S$N ND.8 Tahun ,-G- madrasah dikategorikan menjadi sekolah umum ber#iri khas agama islam. 4. perguruan islam yang pendidikan umum mengikuti sepenuhnya kurikulum pendidikan umum dengan tambahan pendidikan agama yang sangat ;ariatif

menurut kebutuhan masing-masing.Sedangkan madrasah mengikuti sepenuhnya kurikulum pendidikan umum dengan tambahan pendidikan agama yang sudah diseragamkan oleh !epartemen Agama. %% Sisdiknas 89<8994 mengakui legilitas pendidikan berlatar belakang agama ini pada pasal //.7ang dimaksud tentu saja tidak terbatas pada sekolah islam,katolik atau sekolah yang di beri #irri agama lain pada umumnya,namun sekolah umum lebih banyak menggunakan nomenklatur ini disbanding madrasah.Nomenklatur yang biasa digunakan adalah sekolah ber#iri khas agama islam.Seperti umat lain mengkategorikan sekolah Tarakanita,S! Kanisius,S"$ $angudi >uhur,S"A Iaferius adalah pendidikan umum ber#iri khas agama tertentu,dengan perkataan lain,karena sekolah ber#iri agama men#akup madrasah dan sekolah berlambang agama,lalu %% Sisdiknas No. 89 tahun 8994 sudah mulai tidak mendefinisikan madrasah sebagai satu-satunya yang ber#iri khas agama islam."adrasah dan sekolah islam )sebut saja demikian*kini sebenarnya berjalan bersama keunggulan dan kelebihan masing-masing.Namun akhir-akhir ada fenomena mutakhir yang menggambarkan kegairahan kelahiran sekolah islam dengan semangat baru karena dipi#u oleh berbagai fa#tor tanda Tanya atas madrasah."isalnya alasan identitas madrasah yang dihantui oleh isu pendidikan satu atap,sehingga banyak sekolah baru)sebut5madrasah*memilih bernaung di bawah !epdiknas agar nasibnya lebih jelas. Selain itu,di masyarakat juga beredar imej bahwa madrasah dikesankan rendah mutu dann dikelola se#ara kurang profesinal.+al lain,komposisi ilmu agama dan umum di madrasah tidak men#apai tujuan yang dimaksud,bahkkan men#iptakan siswa tidak mampu menguasai keduanya.7ang lebih seru lagi,masyarakat tahu bahwa anggaran pendidikan di !epag tidak sebesar di !epdiknas.'ahkan tergolong sangat ke#il karena dialokasikan atas nama agama.Sebagian ada yang mengingginkan agar madrasah dikelola saja oleh !iknas,atau minimal dikelola menggunakan sistem satu atap !epag dan !iknas.Ke#enderungan mun#ulnya sekolah-sekolah islam sebenarnya juga perlu dipahami sebagai reaksi karena semangat melihat sukses yang sudah diraih oleh )utamanya*sekolah Katoloik,Kristen,dan "uhammadiyah.Namun sekolah-sekolah islam tidak hanya bermodalkan itu,sisi-sisi keunggulan pesantren,misalnya,terkadang mereka juga gali dan tetapkan se#ara integrated dan terpadu."isalnya sekarang ini kita mengenal sekolah dengan sistem boarding school.Sekolah-sekolah Islam ini ditenggarai membidik pasar muslim yang umumnya kurang puas dengan model sekolah umum,tapi juga kurang puas dengan madasah maaupun pesantren.Kehadiran sekolah Islam umum di daerah perkotaan bahkan terbukti menjadi alternati;e yang menggiurkan,walau di jual dengan biaya pendidikan yang mahal.

Sat an Pendidikan dengan Kekhasan Agama


Sudah di singgung di muka,pada masa reformasi ini,%% Sisdiknas melekatkan fenomena pendidikan-agama-masyarakat dalam konteks penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat )$asal //*."asyarakat dipandang berhak

menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,lingkungan sosial,dan budaya untuk kepentingan masyarakat)ayat ,*. !alam hubungannya dengan agama,pendidikan di Indonesia dapat ditelusuri melalui pemetaan jenis,kategori,dan bentuknya di bawah ini )dengan menge#ualikan pendidikan tinggi*5

Aenis $endidikan

Kategori

'entuk

"odel $embelajaran Agama

!epartemen $embina

$endidikan %mum %mum<kejuruan dll.)Selain "urni $endidikan Keagamaan*@riday, April 89, 899F

S!,S"$,S"A,S"K

"ata $elajaran !epdiknas $end.agama

%mum<Kejuruan "adrasah dengan ke Sekolah yang di Khasan Agama selenggarakan oleh kelompok agama tertentu."isalnya,Sekolah Islam,S"A Al-@alah dll. )"irip Sekolah Katolik,Kristen,dll* $endidikan Keagamaan $endidikan !iniyah dan pesantren Keagamaan $lus $ersyaratan "inimum materi %mum

$lus Kegiatan !epag Keagamaan !epdiknas "ata $elajaran $endidikan Agama,$lus<minus $endidikan Keagamaan @okus $ada "ateri !epag Ilmu Keagamaan dengan amal se#ara Integral

!alam table diatas,pendidikan dengan kekhasan agama sebagian disebut dalam %% Sisdiknas men#akup madrasah dan sekolah yang diselenggarakan oleh kelompok agama tertentu misalnya Sekolah Islam,Sekolah Katolik,Sekolah Kristen,S"A Al falah dll.Sekolah dengan kekhasan atau dengan #irri khas agama tertentu tersebut sering digunakan untuk menyebutkan sekolah berlambang agama selain madrasah.$enggunaan tersebut dalam masa implementasi %% sisdiknas terbilang #ukup sering karena se#ara kebetulan sekolah-sekolah Kristen,Katolik,atau yang menggunakan lambing agama mempersoalkan makna pasal ,8 ayat),*a tentang kewajiban membelajarkan agama sesuai agama peserta didik dan dididik oleh guru yang seagama."enurut

salah satu penafsiran,sekolah dengan #irri khas agama tertentu sema#am ini tidak masuk dalam kategori sekolah yang wajib membelajarkan agama sesuai ketentuan pasal ,8 tersebut.+al itu karena %% Sisdiknas sendiri mengakui keberadaannya.!an se#ara logika untuk apa disebutkan tersendiri kalau bukan untuk tujuan tertentu itu."aknanya sekolah dengan kekhasan agama tertentu tetap akan mengajarkan pendidikan agama yang sesuai dengan kekhasan agama sekolah yang bersangkutan,terlepas pendidikan agama itu #o#ok untuk murid yang ada atau tidak #o#ok.Apabila murid yang agamanya tidak #o#ok maka pilihannya adalah5 Kembali pada perjanjian semula,bahwa adalah pilihan dia untuk menerima pelajaran agama sesuai pendidikan agama yang ditentukan oleh sekolah. Sekolah tidak menjamin pembelajaran agama sesuai agama yang dianut peserta didik.Ini kembali ke fenomena lama,di mana murid yang tidak #o#ok agamanya dengan agama #irri khas sekolah maka ia tidak mengikutinya,atau men#ari guru lain.

Namun penafsiran demikian di anggap berlawanan dengan amanat pasal ,8 ayat ),*a sehingga penafsiran menjadi dikalahkan oleh bunyi pasal ,8 tersebut.!itambah lagi keberatan sekolah ber#iri khas agama tertentu akan diselesaikan dengan adanya jaminan bantuan dari Negara dalam masalah pengadaan guru agama. Selain permasalahan peendidikan agama pada sekolah ber#iri agama tertentu,pendidikan lainnya dengan kekhasan agama hampir tidak ada maasalah.Ke#uali sekolah Islam yang sedang naik pamornya menyaingi pamor madrasah sebagaimana telah dijelaskan di muka

Você também pode gostar