Você está na página 1de 0

29

Bab III Metode Penelitian



Penelitian ini terdiri atas sintesis dan karakterisasi. Keseluruhan kegiatan sintesis
dan karakterisasi digambarkan dalam bentuk bagan alir pada Gambar III.1.

SINTESIS
Tahap 1
FeCl
2
.4H
2
O
C
14
H
10
N
2
(pq)
K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O
Tahap 2
[Fe(pq)
3
]Cl
2
.H
2
O
[Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
[Fe(pq)
3
](BF
4
)
2
[Fe(pq)
2
(dmf)
2
](BPh
4
)
2
Kompleks besi(II)
[Fe(NH
2
trz)
3
]Cl
2
.3H
2
O
[Fe(NH
2
trz)
3
](ClO
4
)
2
[Fe(NH
2
trz)
3
](BF
4
)
2
.H
2
O
Kompleks oksalat
[TBA][MnCr(C
2
O
4
)
3
]
Tahap 3
Senyawa baru :
[Fe(NH
2
trz)
3
][Cl][MnCr(C
2
O
4
)
3
].6H
2
O
[Fe(NH
2
trz)
3
][ClO
4
][MnCr(C
2
O
4
)
3
].4H
2
O
[Fe(pq)
2
(H
2
O)
2
][Cl][MnCr(C
2
O
4
)
3
].4H
2
O
[Fe(pq)
2
(H
2
O)
2
][ClO
4
][MnCr(C
2
O
4
)
3
].4H
2
O
KARAKTERISASI
Penentuan Rumus Kimia
Spektroskopi serapan atom
Analisis unsur C, H, N
Termogravimetri
Konduktometri
Penetapan Struktur
Spektroskopi inframerah
Difraksi sinar-X serbuk
Pengukuran Sifat Magnetik
Suseptibilitas magnetik
dengan variasi temperatur


Gambar III.1 Bagan alir penelitian
30
III.1 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah H
2
C
2
O
4
.2H
2
O (asam
oksalat dihidrat), K
2
C
2
O
4
.H
2
O (kalium oksalat monohidrat), K
2
Cr
2
O
7
(kalium
dikromat), FeCl
3
.6H
2
O (besi(III) klorida heksahidrat), serbuk Fe,
Fe(SO
4
)
2
.7H
2
O (besi(II) sulfat heptahidrat), C
6
H
4
NO
2
CHO (2-nitrobenzaldehida),
C
5
H
4
NCOCH
3
(2-asetilpiridin), [N(C
4
H
9
)
4
]Br (tetrabutilamonium bromida),
K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O (kalium tris(oksalato)kromat(III) trihidrat), FeCl
2
.4H
2
O
(besi(II) klorida tetrahidrat), Fe(ClO
4
)
2
.6H
2
O (besi(II) perklorat heksahidrat),
Fe(BF
4
)
2
.6H
2
O (besi(II) tetrafluoroborat heksahidrat), Na[B(C
6
H
5
)
4
] (natrium
tetrafenilborat), C
2
H
2
N
3
NH
2
(4-amino-1,2,4-triazol = NH
2
trz), C
14
H
10
N
2
(2-(2-
piridil)kuinolin = pq), [Fe(NH
2
trz)
3
]Cl
2
.3H
2
O (tris(4-amino-1,2,4-triazol)besi(II)
klorida trihidrat), [Fe(NH
2
trz)
3
](ClO
4
)
2
(tris(4-amino-1,2,4-triazol)besi(II)
perklorat), [Fe(pq)
3
]Cl
2
.H
2
O (tris(2,(2-piridil)kuinolin)besi(II) klorida
monohidrat), [Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
(tris(4-amino-1,2,4-triazol)besi(II) perklorat),
Mn(NO
3
)
2
.4H
2
O (mangan(II) nitrat tetrahidrat), MnSO
4
.H
2
O (mangan(II) sulfat
monohidrat), Fe(NH
4
)
2
(SO
4
)
2
.6H
2
O (amonium besi(II) sulfat heksahidrat), KCl
(kalium klorida), CH
3
OH (metil alkohol), C
2
H
5
OH (etil alkohol), CH
3
COCH
3

(aseton), (C
2
H
5
)
2
O (dietil eter), HCON(CH
3
)
2
(N,N-dimetilformamida = dmf),
(CH
3
)
2
SO (dimetil sulfoksida = dmso), H
2
O (akuades), HCl (asam klorida) 10
M, HNO
3
(asam nitrat) 14 M dan H
2
SO
4
(asam sulfat) 18 M. Semua bahan yang
digunakan memiliki kualitas pro analisis (p.a) dan diperoleh secara komersial,
kecuali senyawa-senyawa K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O, FeCl
2
.4H
2
O, C
14
H
10
N
2
,
[Fe(NH
2
trz)
3
]Cl
2
.3H
2
O, [Fe(NH
2
trz)
3
](ClO
4
)
2
, [Fe(pq)
3
]Cl
2
.H
2
O dan
[Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
merupakan hasil sintesis sendiri.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat untuk keperluan sintesis
dan karakterisasi. Alat untuk keperluan sintesis meliputi seperangkat alat dari
gelas, alat suntik (syringe), corong buchner, batangan magnetik, tabung berisi
gas nitrogen, pompa vakum, neraca analitis dan pemanas berpengaduk magnetik
(hot plate magnetic stirrer).

31
Instrumen karakterisasi meliputi:
Neraca kerentanan magnet (MSB = Magnetic Susceptibility Balance)
merek Sherwood Scientific Ltd., dan konduktometer merek Hanna
Instruments HI8819N di Laboratorium Kimia Anorganik ITB.
Spektrofotometer serapan atom (AAS = Atomic Absorpsion Spectroscopy)
merek Shimadzu AA8801S di Laboratorium Kimia Universitas
Padjadjaran (UNPAD).
Spektrometer CHNS model Fison EA 1108 di Laboratorium Kimia,
Fakulti Sains dan Teknologi Pangan, Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM).
Termogravimetri analiser (TGA = Termogravimetric Analysis) model
Pyris 1 merek Perkin Elmer di Departemen of Chemical Engineering,
University of Technology of PETRONAS, Malaysia.
Magnetometer MPMS-7 di Stratingh Institute of Chemistry and Chemical
Engineering, University of Groningen, The Netherlands dan Universidad
de Valencia, Instituto de Ciencia Molecular Edificio de Institutos.
Spektrofotometer inframerah merek Shimadzu FTIR-8400 di
Laboratorium Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung.
Difraktometer model Bruker D8 di Solid State Chemistry Department,
University of Groningen The Netherlands, Difraktometer Shimadzu
S6000 di Australian National Beamline Facility (ANBF), Jepang dan
Difraktometer Bruker APEX di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

III.2 Prosedur Kerja

III.2.1 Sintesis

Sebagaimana disajikan pada Gambar III.1, sintesis meliputi senyawa garam
besi(II) klorida, ligan pq, kompleks kalium tris(oksalato)kromium(III),
kompleks besi(II) dengan ligan NH
2
trz dan pq, kompleks mangan(II)-
kromium(III) oksalat dan senyawa baru hasil penggabungan kompleks besi(II)
dengan kompleks mangan(II)-kromium(III) oksalat.

32
III.2.1.1 Kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O

Sintesis kompleks K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O dilakukan dengan mengikuti metode yang
telah dipublikasikan (http://238 ab.Ch.iup.edu/wool cock/CH 116 Lec/expf4.htm)
dengan prosedur sebagai berikut:
Ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi 5,51 gram H
2
C
2
O
4
.2H
2
O ditambahkan
10 mL akuades sambil diaduk selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 1,81 gram
K
2
Cr
2
O
7
sambil diaduk secara kuat hingga terbentuk gelembung-gelembung gas
seperti mendidih. Setelah reaksi mereda, ke dalam larutan ditambahkan 2,12
gram K
2
C
2
O
4
.H
2
O sambil diaduk dan dipanaskan hingga semua padatan larut dan
volume larutan tersisa setengahnya. Selanjutnya gelas kimia berisi larutan
tersebut didinginkan dalam wadah berisi es dan ke dalamnya ditambahkan 10 mL
etanol absolut sambil diaduk hingga terbentuk endapan. Setelah didiamkan
selama 30 menit, endapan yang terbentuk disaring degnan menggunakan corong
buchner dan dicuci dengan 3 X 5 mL etanol 50% diikuti 10 mL etanol absolut.
Selanjutnya endapan dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang.

Untuk mendapatkan senyawa K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O dengan tingkat kemurnian
yang tinggi, maka endapan hasil sintesis selanjutnya direkristalisasi dengan
prosedur sebagai berikut: Kira-kira 5,235,34 gram K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O hasil
sintesis dilarutkan dalam 20 mL akuades di dalam gelas kimia 50 mL. Kemudian
ke dalam larutan ditambahkan 15 mL etanol absolut tetes demi tetes melalui
dinding gelas kimia dan didiamkan selama kurang lebih 2 jam. Kristal yang
terbentuk disaring dan dicuci dengan 5 mL etanol 50% diikuti 5 mL etanol
absolut. Selanjutnya kristal dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang.

III.2.1.2 Garam FeCl
2
.4H
2
O

Ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi 10 mL etanol absolut ditambahkan 5,25
gram FeCl
3
.6H
2
O sambil diaduk hingga larut. Kemudian ditambahkan 2,51 gram
serbuk Fe dan 3 mL HCl pekat sambil dipanaskan dan diaduk hingga larutan yang
semula berwarna kuning kecoklatan menjadi bening. Selanjutnya dalam keadaan
panas larutan disaring, filtratnya ditampung dalam labu berisi eter yang disimpan
dalam pendingin es. Serbuk yang terbentuk dalam labu berisi eter disaring
33
menggunakan corong buchner dibawah aliran gas N
2
hingga kering kemudian
ditimbang. Serbuk FeCl
2
.4H
2
O yang telah kering disimpan di dalam botol dan
ditimbang kemudian ditempatkan dalam desikator vakum berisi desikan P
2
O
5
.

III.2.1.3 Ligan 2,(2-piridil)kuinolin (pq = C
14
H
10
N
2
)

Sintesis ligan pq dilakukan dengan mengikuti metode yang digunakan oleh Harris
dan rekan kerjanya (Harris dkk., 1972). Prosedur sintesis ligan pq ini didahului
oleh sintesis salah satu reaktannya yaitu senyawa C
6
H
4
NH
2
CHO (2-
aminobenzaldehida) dengan prosedur sebagai berikut: Ke dalam labu dasar bulat
volume 500 mL dimasukkan 52,51 gram FeSO
4
.7H
2
O, 87,50 mL H
2
O dan 0,25
mL HCl 10 M sambil diaduk hingga semua padatan larut. Kemudian
ditambahkan 3,05 gram C
6
H
5
NO
2
CHO

(2-nitrobenzaldehida). Campuran
direfluks sambil tetap diaduk. Pada saat temperatur campuran mencapai 90 C ke
dalamnya ditambahkan 12,50 mL NH
4
OH 10 M diikuti 5 mL setiap selang waktu
2 menit hingga 3 kali penambahan (3 X 5 mL). Sepuluh menit setelah
penambahan bagian terakhir NH
4
OH, susunan alat refluks (a) dihubungkan
dengan susunan alat destilasi (b) seperti ditunjukkan pada Gambar III.2.



Gambar III.2 Susunan alat refluks dan destilasi uap pada proses sintesis senyawa
C
7
H
7
NO (2-aminobenzaldehida)
a
b b

Keterangan: (a) susunan alat refluks, (b) susunan alat destilasi uap
34
Destilat ditampung dalam 2 fraksi, destilat fraksi-1 ditampung mulai tetesan
pertama hingga menit ke-15. Selanjutnya destilat ke-2 ditampung hingga proses
destilasi tidak menghasilkan lagi destilat. Destilat fraksi-1 dijenuhkan dengan
kira-kira 1,52,5 gram NaCl padat kemudian diaduk pada suhu 5 C hingga
terbentuk kristal 2-aminobenzaldehida berwarna kuning muda. Kristal yang
terbentuk disaring dan dikeringkan, filtratnya ditampung dan ditambahkan ke
dalam destilat fraksi-2. Campuran destilat fraksi-2 dan filtrat dari fraksi-1
dijenuhkan dengan kira-kira 2,55,0 gram NaCl padat. Kemudian diekstraksi
degnan 50 mL eter. Ekstraksi degnan eter dilakukan 2 kali, lalu ekstraknya
dikeringkan dengan kira-kira 2,53,5 gram Na
2
SO
4
anhidrat. Selanjutnya ekstrak
didestilasi vakum hingga semua eter habis dan yang tersisa padatan berwarna
kuning 2-aminobenzaldehida. Semua padatan 2-aminobenzaldehida digunakan
untuk sintesis ligan 2,(2-piridil)kuinolin.

Sintesis ligan 2-(2-piridil)quinolin dilakukan melalui proses berikut ini: Di dalam
gelas kimia 100 mL dilarutkan sebanyak 0,981,21 gram 2-aminobenzaldehida
dalam pelarut etanol dan di dalam gelas kimia 100 mL yang lainnya dilarutkan
senyawa 2-asetilpiridin dengan jumlah dan pelarut yang sama. Kemudian kedua
larutan dicampurkan dalam labu dasar bulat 100 mL disertai penambahan larutan
NaOH 1M sebanyak 2 mL. Selanjutnya campuran direfluks sambil diaduk hingga
mendidih selama 1 jam. Dalam keadaan panas ke dalam campuran ditambahkan
karbon aktif kira-kira 1 gram sambil diaduk kemudian didiamkan selama kurang
lebih 5 menit. Selanjutnya campuran disaring, filtratnya ditampung di dalam
gelas kimia 1 liter. Kemudian ke dalam filtrat tersebut ditambahkan kira-kira
1 liter air panas bertemperatur sekitar 7080 C dan dibiarkan selama semalam.
Kristal berbentuk jarum dan berwarna putih mengkilap yang terbentuk pada
dinding dan dasar gelas kimia disaring dengan menggunakan corong buchner,
dikeringkan dan ditimbang.




35
III.2.1.4 Kompleks Besi(II) dengan Ligan NH
2
trz

Di dalam labu 50 mL berisi batangan magnetik ditimbang 0,21 gram
FeCl
2
.4H
2
O kemudian secepat mungkin labu tersebut ditutup dengan rubber
septum dan ke dalamnya dialirkan gas N
2
dan 3 mL metanol yang telah
dideoksigenasi. Di dalam labu yang lainnya ditimbang 0,28 gram ligan NH
2
trz
dan dilarutkan dalam 7 mL metanol. Selanjutnya larutan ligan ditambahkan ke
dalam labu berisi larutan FeCl
2
.4H
2
O dengan menggunakan alat suntik.
Campuran diaduk di atas pemanas berpengaduk magnetik, endapan yang
terbentuk disaring dengan menggunakan kaca masir dan dikeringkan dalam
desikator vakum yang berisi desikan P
2
O
5
kemudian ditimbang. Prosedur sintesis
yang sama dilakukan tetapi dengan menggunakan senyawa 0,36 gram
Fe(ClO
4
)
2
.6H
2
O dan 0,34 gram Fe(BF
4
)
2
.6H
2
O sebagai sumber besi(II).

III.2.1.5 Kompleks Besi (II) dengan Ligan pq

Di dalam labu 50 mL ditimbang 0,21 gram FeCl
2
.4H
2
O kemudian labu tersebut
ditutup dengan rubber septum dan ke dalamnya dialirkan gas N
2
. Selanjutnya ke
dalam labu tersebut ditambahkan 3 mL metanol yang telah dideoksigenasi
menggunakan jarum suntik. Di dalam labu lainnya ditimbang 1,02 gram ligan pq
dan dilarutkan dalam 10 mL metanol yang telah dideoksigenasi. Selanjutnya
larutan ligan ditambahkan ke dalam labu yang berisi larutan FeCl
2
.4H
2
O dengan
menggunakan jarum suntik. Campuran diaduk di atas pemanas berpengaduk
magnetik dan endapan yang terbentuk disaring menggunakan kaca masir, lalu
dikeringkan dalam desikator vakum yang berisi desikan P
2
O
5
kemudian
ditimbang. Prosedur sintesis yang sama dilakukan, tetapi dengan menggunakan
senyawa 0,36 gram Fe(ClO
4
)
2
.6H
2
O dan 0,34 gram Fe(BF
4
)
2
.6H
2
O sebagai
sumber besi(II).

Sintesis kompleks besi(II) dengan ligan pq juga dilakukan dengan menggunakan
anion [BPh
4
]
-
. Prosedurnya sebagai berikut: 0,21 gram FeCl
2
.4H
2
O dilarutkan
dengan 5 mL metanol di dalam labu tertutup di bawah atmosfir gas N
2
.
Kemudian ke dalam labu tersebut ditambahkan larutan 1,02 gram ligan pq dalam
36
10 mL metanol diikuti larutan 0,75 gram Na(BPh
4
) dalam 10 mL dmf. Reaksi
dibiarkan berlangsung pada temperatur ruang selama 24 jam. Kristal yang
terbentuk disaring, dicuci dengan metanol dan dmf kemudian dikeringkan di
dalam desikator yang berisi desikan P
2
O
5
, selanjutnya ditimbang.

III.2.1.6 Senyawa [TBA][MnCr(ox)
3
]

Sintesis senyawa [TBA][MnCr(ox)
3
] dilakukan menurut metode yang yang telah
dipublikasikan (Pellaux, et al., 1997) dengan prosedur sebagai berikut: Sebanyak
2,44 gram K
3
[Cr(ox)
3
].3H
2
O dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 mL kemudian
dilarutkan dengan 10 mL air. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 1,26 gram
Mn(NO
3
)
2
.4H
2
O yang telah dilarutkan dengan 4 mL air sambil diaduk. Setelah
itu pada larutan tersebut ditambahkan larutan 1,61 gram [N(C
4
H
9
)
4
]Br dalam
6 mL air sambil diaduk. Endapan yang terbentuk disaring dengan corong buchner
kemudian dikeringkan dalam udara terbuka dan ditimbang.

III.2.1.7 Senyawa [Fe(NH
2
trz)
3
][Cl][MnCr(ox)
3
].6H
2
O

Sebanyak 0,49 gram K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O dilarutkan dalam 6 mL air-metanol 2:1.
Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan 0,26 gram
Mn(NO
3
)
2
.4H
2
O dalam 3 mL air-metanol 2:1 sambil diaduk. Kemudian ke
dalam campuran larutan tersebut ditambahkan larutan 0,44 gram
[Fe(NH
2
trz)
3
]Cl
2
.3H
2
O dalam 15 mL air-metanol 1:2 sambil tetap diaduk. Reaksi
ketiga larutan dibiarkan berlangsung selama 2 jam pada temperatur ruang.
Endapan berwarna ungu-keabu-abuan yang terbentuk disaring dengan
menggunakan kaca masir, lalu dikeringkan dalam desikator vakum yang berisi
desikan P
2
O
5
kemudian ditimbang.

III.2.1.8 Senyawa [Fe(NH
2
trz)
3
][ClO
4
][MnCr(ox)
3
].4H
2
O

Sintesis senyawa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti sintesis kompleks
[Fe(NH
2
trz)
3
][Cl][MnCr(C
2
O
4
)
3
].6H
2
O (III.2.1.7)

tetapi dengan menggunakan
0,51 gram [Fe(NH
2
trz)
3
](ClO
4
)
2
menggantikan [Fe(NH
2
trz)
3
]Cl
2
.3H
2
O.
37
III.2.1.9 Senyawa [Fe(pq)
2
][Cl][MnCr(ox)
3
].6H
2
O

Sintesis senyawa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti sintesis kompleks
[Fe(NH
2
trz)
3
][Cl][MnCr(C
2
O
4
)
3
].6H
2
O (III.2.1.7)

tetapi dengan menggunakan
0,77 gram [Fe(pq)
3
]Cl
2
.H
2
O.

III.2.1.10 Senyawa [Fe(pq)
2
][ClO
4
][MnCr(ox)
3
].6H
2
O

Sintesis senyawa ini dilakukan dengan cara yang sama seperti sintesis kompleks
[Fe(NH
2
trz)
3
][Cl][MnCr(C
2
O
4
)
3
].6H
2
O (III.2.1.7)

tetapi dengan menggunakan
0,87 gram [Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
.

III.2.2 Karakterisasi

Karakterisasi meliputi penentuan kadar ion logam kalium(I), kromium(III),
mangan(II), besi(II), unsur C, H, N, pengukuran suseptibilitas magnetik, uji
spektroskopi inframerah dan difraksi sinar-X serbuk.

III.2.2.1 Penentuan Kadar Ion Logam

Penyiapan Larutan Standar
Larutan standar kalium 100 ppm dibuat dengan cara sebagai berikut: Sebanyak
0,19 gram KCl dilarutkan dalam akuades dan 7 mL HNO
3
14 M di dalam labu
takar 1000 mL hingga tanda batas. Kemudian dibuat larutan standar kalium 1, 2,
3, 4 dan 5 ppm, dengan cara pengenceran berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 mL
larutan standar 100 ppm di dalam masing-masing labu takar 100 mL hingga tanda
batas.

Larutan standar kromium 100 ppm dibuat dari senyawa K
2
Cr
2
O
7
sebanyak 0,29
gram dengan cara yang sama seperti pembuatan larutan standar kalium 100 ppm.
Kemudian dibuat larutan standar kromium 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 ppm.

38
Cara yang sama juga dilakukan pada pembuatan larutan standar mangan 100 ppm
dari senyawa MnSO
4
.4H
2
O sebanyak 0,41 gram. Kemudian dibuat larutan
standar mangan 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm.

Pada pembuatan larutan standar besi 100 ppm dari senyawa Fe(NH
4
)
2
(SO
4
)
2
.6H
2
O
sebanyak 0,72 gram, 7 mL asam HNO
3
14 M diganti dengan 10 tetes HCl 10 M.
Kemudian dibuat larutan standar besi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm.

Penyiapan Larutan Sampel

Sebanyak 0,10 gram sampel senyawa K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O dilarutkan dalam
akuades dan 1 mL HNO
3
14 M di dalam labu takar 100 mL, kemudian 1 dan 5
mL larutan sampel tersebut diencerkan dalam labu takar 100 mL hingga tanda
batas. Larutan hasil pengenceran dari 1 mL larutan sampel digunakan untuk
analisis kadar kalium sedangkan larutan hasil pengenceran dari 5 mL larutan
sampel dianalisis kadar kromiumnya.

Larutan sampel senyawa [TBA][MnCr(ox)
3
] dibuat dengan cara yang sama
seperti pembuatan larutan sampel K
3
[Cr(C
2
O
4
)
3
].3H
2
O tetapi sampel yang
dilarutkan sebanyak 0,12 gram. Cara yang sama juga digunakan untuk pembuatan
larutan sampel 0,1 gram [Fe(NH
2
trz)
3
]Cl
2
.3H
2
O, 0,1 gram [Fe(NH
2
trz)
3
](ClO
4
)
2
,
0,1 gram [Fe(NH
2
trz)
3
](ClO
4
)
2
, 0,14 gram [Fe(pq)
3
]Cl
2
.H
2
O, 0,16 gram
[Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
, 0,15 gram [Fe(pq)
3
](BF
4
)
2
, 0,16 gram [Fe(NH
2
trz)
3
][Cl]
[MnCr(ox)
3
].6H
2
O, 0,17 gram [Fe(NH
2
trz)
3
][ClO
4
][MnCr(ox)
3
].4H
2
O, 0,19
gram [Fe(pq)
2
][Cl][MnCr(ox)
3
].6H
2
O dan 0,21 gram [Fe(pq)
2
][ClO
4
]
[MnCr(ox)
3
].6H
2
O. Sebanyak 5 mL masing-masing larutan sampel diencerkan
di dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas. Larutan sampel hasil
pengenceran kemudian dianalisis kadar ion logamnya.
Larutan standar kalium 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm serta larutan sampel hasil
pengenceran yang mengandung ion kalium diukur absorbansnya dengan alat
spektrofotometer serapan atom pada = 766,5 nm.

39
Larutan standar kromium 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 ppm serta larutan sampel
hasil pengenceran yang mengandung ion kromium diukur absorbansnya pada =
357,9 nm.

Larutan standar mangan 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ppm serta larutan sampel hasil
pengenceran yang mengandung ion mangan diukur absorbansnya pada =
279,5 nm.

Larutan standar besi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm serta larutan sampel hasil pengenceran
yang mengandung ion besi diukur absorbansnya pada = 248,3 nm.

III.2.2.2 Penentuan Kadar Hidrat dengan Analisis Termogravimetri

Penentuan jumlah air kristal (hidrat) dilakukan menurut metode analisis
termogravimetri berupa pengurangan berat dengan variasi temperatur. Sebanyak
25 mg sampel ditempatkan dalam wadah platina yang terdapat dalam instrumen
TGA. Selanjutnya sampel dipanaskan dari temperatur 30 sampai dengan 500 C
dengan kecepatan kenaikan temperatur 5 C/menit. Selama proses berlangsung
dialirkan gas N
2
dengan kecepatan 260 mL/menit.

III.2.2.3 Pengukuran Momen Magnetik (
ef
) pada Temperatur Ruang

Pengukuran momen magnetik pada temperatur ruang dilakukan dengan
menggunakan alat MSB. Alat MSB ditempatkan di atas permukaan datar dan
diatur sedemikian rupa sehingga penunjuk permukaan (water-pass) berada tepat
ditengah lingkaran penunjuk. Kemudian alat dihidupkan dan dibiarkan selama 10
menit. Selanjutnya alat dikondisikan sedemikian rupa sehingga penunjuk nilai R
menampilkan nilai 0. Tabung MSB kosong ditimbang, beratnya dinyatakan
sebagai m
0
dalam satuan gram. Kemudian tabung tersebut dimasukkan ke dalam
tempat khusus dalam alat MSB dan harga pada penunjuk nilai R dicatat sebagai
R
0
. Selanjutnya tabung MSB diisi kira-kira 0,100,15 gram sampel dan ditimbang
kembali, beratnya dinyatakan sebagai m
1
. Ketinggian sampel dalam tabung
40
diukur dan dicatat sebagai l biasanya kira-kira 1,53,5 cm. Tabung berisi sampel
dimasukkan ke dalam alat MSB dan harga pembacaannya dicatat sebagai R
1
.
Temperatur saat pengukuran dicatat dan dikonversi kedalam satuan Kelvin.

Berdasarkan data hasil pengukuran kemudian dihitung nilai suseptibilitas
magnetik masa (
g
) menurut persamaan:
C. l. (R
1
R
0
)

g
= (III.1)
(m
1
m
0
)

C adalah konstanta kalibrasi sebesar 1,11/10
9
.
Nilai suseptibilitas masa dikonversi menjadi suseptibilitas molar (
M
) menurut
persamaan:

M
=
g
x Mr.Senyawa (III.2)
Nilai suseptibilitas molar dikoreksi dengan faktor koreksi diamagnetic ()
sehingga diperoleh nilai suseptibilitas molar terkoreksi (
M
,
) sebagai berikut:

M
,
=
M
- (III.3)
Kemudian nilai momen magnetik efektif (
eff
) dihitung dengan persamaan:

ef
= [8 x
M
,

T]
1/2
BM (III.4)

Besarnya fraksi mol spin tinggi dapat ditentukan berdasarkan nilai
M
,

T maupun

ef
menggunakan persamaan:
()
T
= X
HS
.
HS
+ (1 - X
HS
)
LS
(Gtlich dan Goodwin, 2004) (III.5)
Berdasarkan hubungan terhadap
ef
yang ditunjukkan pada persamaan (III.4),
persamaan (III.5) dapat ditulis ulang sebagai:
(
2
)
T
= X
HS
(
2
HS
)

+ (1 - X
HS
)

(
2
LS
) (III.6)
dengan X
HS
adalah fraksi mol spin tinggi,
HS
adalah nilai limit momen
magnetik spin tinggi ditentukan sebesar 5,4 BM dan
LS
nilai limit momen
magnetik spin rendah ditentukan sebesar 0,7 BM (Onggo dan Sugiyarto, 2001).




41
III.2.2.4 Pengukuran Sifat Magnetik dengan Variasi Temperatur

Pengukuran sifat magnetik dengan perubahan kontinu temperatur dilakukan
dengan menggunakan MPMS-7 (Magnetic Properties Measurement System).
Kira-kira 530 mg sampel dimasukkan ke dalam kapsul gelatin. Kemudian
kapsul berisi sampel dimasukkan ke dalam sedotan transparan dengan kedalaman
kira-kira 2/3 panjang sedotan. Selanjutnya sedotan tersebut ditempatkan pada stik
yang terdapat pada MPMS-7. Proses pengukuran dilakukan dengan metode ZFC
(Zero Field Cool) yakni sampel di turunkan temperaturnya dari temperatur ruang
ke 5 K tanpa medan magnetik. Pada saat temperatur telah mencapai 5 K, medan
magnetik mulai digunakan sebesar 1000 Oe dan proses pengukuran mulai
dijalankan dari temperatur 5 K sampai dengan kira-kira 330 K dengan kenaikan
temperatur 110 K/step.

III.2.2.5 Uji Spektroskopi Inframerah

Pengukuran spektroskopi inframerah dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer inframerah merek Shimadzu FTIR-8400. Pengukuran diawali
dengan pembuatan pelet sampel ditambah senyawa KBr, yakni kira-kira 1 mg
sampel digabungkan dengan sekitar 10 mg KBr digerus sedemikian rupa hingga
kedua padatan bercampur secara sempurna. Kemudian dimasukkan ke dalam
press holder, divakumkan dan ditekan beberapa saat hingga terbentuk pelet.
Selanjutnya pelet tersebut diukur spektranya pada daerah bilangan gelombang
4004000 cm
-1
.

III.2.2.6 Uji Difraksi Sinar-X Serbuk

Kira-kira 525 mg sampel ditempatkan dengan merata dan termampatkan secara
baik pada tempat sampel kemudian diletakkan pada sel (sample holder) dalam alat
difraktometer sinar-X. Sampel disinari dengan sinar-X yang dihasilkan dari
logam Cu K ( = 1,54 ). Selama penyinaran sampel dirotasi dengan kecepatan
60 rpm. Data difraksi sinar-X sampel diambil pada rentang sudut difraksi (2)
42
1060 dengan interval 0,02/step dan waktu tiap step kira-kira 2 detik.
Difraktogram yang diperoleh berupa grafik intensitas (counts) versus sudut
difraksi (2).

Puncak-puncak difraksi pada difraktogram setiap senyawa diindeks dalam
program CELL-A untuk mendapatkan sistem kristal yang paling sesuai untuk
senyawa yang bersangkutan. Tingkat kesesuain sistem kristal ditetapkan
berdasarkan nilai R dan R
10
dalam satuan persen (%). Nilai R menunjukkan
tingkat kesesuaian berdasarkan keseluruhan puncak difraksi yang diindeks
sedangkan nilai R
10
menunjukkan tingkat kesesuain berdasarkan 10 puncak
difraksi pertama yang diindeks. Untuk membuktikan atau menguji tingkat
kesesuain sistem kristal yang diperoleh dari program CELL-A, selanjutnnya
dilakukan penghalusan dengan metode Le Bail dalam program Rietica.

III.2.2.7 Uji Difraksi Sinar-X Kristal Tunggal

Sebuah kristal dengan ukuran 0,08 x 0,05 x 0,03 mm
3
untuk [Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
dan
0,44 x 0,16 x 0,13 mm
3
untuk [Fe(pq)
2
(dmf)
2
](BPh
4
)
2
dipilih untuk pengukuran
difraksi sinar-X. Data difraksi sinar-X dikoleksi pada sebuah difraktometer
Bruker SMART APEX pada temperatur 295(2) K menggunakan teknik -scan
dengan radiasi Mo K ( = 0,71073 ). Data intensitas dikumpulkan pada
rentang sudut difraksi kira-kira 1,6227,49 untuk 14990 refleksi kristal
[Fe(pq)
3
](ClO
4
)
2
.

Untuk kristal [Fe(pq)
2
(dmf)
2
](BPh
4
)
2
, data intensitas
dikumpulkan pada sudut difraksi kira-kira 1,6225,24 untuk 17469 refleksi.
Koreksi absorpsi dan polarisasi-Lorentz (Lorentz-polarization) digunakan untuk
mereduksi data refleksi. Struktur molekul masing-masing kompleks diselesaikan
dan dihaluskan menggunakan program SHELXTL (Sheldrick, 1997). Adapun
gambar molekulnya diperoleh menggunakan ORTEP (Sheldrick, 1991).

Você também pode gostar