Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
IDENTITAS
Nama Usia Jenis Kelamin Agama Alamat Status Pendidikan Pekerjaan No. RM : : : : : : : : : An. A.S. 9 tahun Laki-laki Islam Kalibata Timur Belum menikah SD Pelajar 842349
HISTORY TAKING
Keluhan Utama Mata kanan dan mata kiri pasien merah sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan Mata kanan dan kiri pasien perih, gatal, berair
HYPERTENSION (-)
ASTHMA (-)
Kacamata (-)
Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang menderita gejala seperti pasien. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi, asma dan penyakit lainnya dalam keluarga pasien. Riwayat Kehidupan Pribadi Pasien adalah seorang pelajar kelas 4 SD. Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama dengan kedua orangtua dan kedua adiknya.
FAMILY HISTORY
SAME DISEASE (-) HYPERTENSION (-)
DIABETES (-)
ASTHMA (-)
Status Generalis
BP: 110/70mmHg
:
Temp: 36,8 C
Vital sign
HR: 76times/minute
RR 20 times/minute
STATUS OFTALMOLOGI
OD 6/6 Orthoforia Visus OS 6/6 Orthoforia
Kedudukan Bola
Mata Pergerakan Bola
Mata
Hiperemis (-) Entropion (-) Ektropion (-) Trikiasis (-) Palpebra Superior
Hiperemis (-) Entropion (-) Ektropion (-) Trikiasis (-) Palpebra Inferior
Distikiasis (-)
Distikiasis (-)
Hiperemis
(+)
Hiperemis
(+)
Folikel
Papil Lithiasis Membran
(-)
(-) (-) (-) Konjungtiva Tarsalis Superior
Folikel
Papil Lithiasis Membran
(-)
(-) (-) (-)
Cobble Stone
(+)
Cobble Stone
(+)
Injeksi Konjungtiva (+) Injeksi siliar Kemosis (-) (-) Konjungtiva Bulbi Subkonjungtiva Bleeding (-) Pterigium Pingekuela Hiperemis Folikel (-) (-) (+) (-) Konjungtiva
Subkonjungtiva Bleeding (-) Pterigium Pingekuela Hiperemis Folikel (-) (-) (+) (-)
Papil
Lithiasis Membran
(-)
Tarsalis Inferior (-) (-)
Papil
Lithiasis Membran
(-)
(-) (-)
Jernih Jernih Dalam Warna coklat tua Gambaran kripti baik Bulat Isokor + 3 mm
Jernih Jernih Dalam Warna coklat tua Gambaran kripti baik Bulat Isokor + 3 mm
RESUME
Pasien seorang anak laki-laki berumur 9 tahun datang berobat ke Poliklinik mata RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan keluhan mata kanan dan kiri merah sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mata kanan dan kiri pedih, gatal, berair dan belekan. Pasien sering bermain di luar ruangan dari siang hingga menjelang maghrib, dan sering mengucek mata dengan baju atau tangan yang kotor. Pasien jarang mencuci tangan. Pasien sebelumnya sudah pernah menderita keluhan seperti ini sejak 2 tahun yang lalu, hilang timbul, Pasien sudah berobat ke puskesmas dan rumah sakit, mengkonsumsi obat dan meneteskan obat secara teratur, namun beberapa bulan gelaja seperti ini kambuh kembali.Pasien memiliki riwayat alergi debu dan asma saat masih kecil, namun sejak masuk sekolah dasar sudah tidak pernah kambuh.
OD Hiperemis Folikel Papil Lithiasis Membran Cobble Stone (+) (-) (-) (-) (-) (+) Konjungtiva Tarsalis Superior
OS Hiperemis Folikel Papil Lithiasis Membran Cobble Stone (+) (-) (-) (-) (-) (+)
Injeksi Konjungtiva (+) Injeksi siliar Kemosis (-) (-) Konjungtiva Bulbi Subkonjungtiva Bleeding (-) Pterigium Pingekuela Hiperemis Folikel Papil Lithiasis Membran (-) (-) (+) (-) Konjungtiva Tarsalis (-) Inferior (-) (-)
Subkonjungtiva Bleeding (-) Pterigium Pingekuela Hiperemis Folikel Papil Lithiasis Membran (-) (-) (+) (-) (-) (-) (-)
WORKING DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN ANJURAN
Tes alergi Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi. Pada sediaan kerokan konjungtiva dengan pewarnaan Giemsa didapatkan banyak sel eosinofil dan granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.
Treatments
Medikamentosa : - Convers 4 x 1 tetes ODS - Cendo Xitrol 4 x 1 tetes ODS - Celestamine Syrup 2 x 1 sendok makan
PROGNOSIS OD DAN OS
Ad Vitam ad Bonam Ad Fungsionam
ad
Bonam
KOMPLIKASI
Dapat menimbulkan sentral atau parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan penglihatan menurun. Kadang-kadang didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea.
ANALISA KASUS
Diagnosis Konjungtivitis Vernalis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan auto-anamnesis, allo-anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi. Pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang diantar oleh ibunya dengan keluhan mata kanan dan kiri merah sejak 3 hari yang lalu. Dari segi usia dapat dipikirkan penyakit mata yang berkaitan dengan usia kanak kanak seperti konjuntivitis vernalis, konjuntivitis alergi, trauma tajam atau tumpul. Mata merah disertai dengan keluhan tambahan pada mata kanan dan kiri yaitu berair, pedih, gatal dan belekan. Belekan terutama pada pagi hari saat bangun tidur. Pasien menyangkal mata buram, penghilatan ganda dan silau. Dari gejala tersebut di atas dapat disimpulkan terdapat keadaan mata merah tanpa penurunan visus, baik pada mata kanan dan mata kiri. Sehingga kita dapat memikirkan kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien seperti konjungtivits, skleritis.
Menurut hasil anamnesis, terdapat keluhan mata kanan dan kiri merah, gatal, berair, pedih, dan belekan. Pasien ternyata sudah menderita gejala seperti ini sejak 2 tahun yang lalu dan kambuh kambuhan. Pasien juga memiliki riwayat alergi dan asma saat balita, namun setelah masuk sekolah dasar sudah tidak pernah kambuh. Gejala gejala tersebut sesuai dengan Konjungtivitis Vernalis dimana onset biasanya terdapat pada usia kanak kanak, kambuh kambuhan, dan memiliki riwayat alergi.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan mata OD dan OS ortoforia, OD dan OS gerak bola mata baik ke segala arah, visus OD 6/6 OS 6/6 Lensa OD jernih. Lensa OD dan OS jernih. Refleks fundus OD dan OS positif keduanya. Pada pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp didapatkan konjungtiva tarsalis superior OD dan OS tampak hiperemis dan terdapat Cobblestone. Konjungtiva tarsalis inferior OD dan OS juga tampak hiperemis, sekret OD dan OS positif.Berdasakan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis, maka pasien ini didiagnosa dengan Konjungtivitis Vernalis yaitu konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa medikamentosa dan non-medikamentosa. Pemberian terapi medikamentosa pada pasien ini adalah Convers Eyedrop 4 kali sehari masing masing 1 tetes untuk mata kanan dan kiri, Cendo Xytrol Eyedrop 4 kali sehari masing masing 1 tetes untuk mata kanan dan kiri, dan Celestamine Syrup 2 kali sehari 1 sendok makan. Convers adalah tetes mata yang mengandung Cromolyn sodium 20 mg yang merupakan suatu anti alergi. Cromolyn sodium bekerja dengan cara menghambat terlepasnya histamine dan SRS-A (Slow-Reacting Substance OF Anaphylaxis) dari sel-sel mast. Cromolyn Sodium tidak memiliki intrinsic vasokontriksi , antihistamin, ataupun aktifitas antiinflamasi. Sedangkan Kandungan Cendo Xitrol adalah Dexamethasone, Neomycin Sulfate, dan Polymyxin B Sulfate. Kortikosteroid mempunyai efek antiinflamasi atau menekan peradangan. Sedangkan neomisina dan polimisina mempunyai efek antibakterial. Sedangkan Tiap 5 ml (1 sendok takar) Celestamine sirup mengandung Betamethasone 0,25 mg dan Dexchlorpheniramine maleate 2 mg. Celestamine adalah obat kombinasi yang mengandung kortikosteroid dan antihistamin. Betamethasone mempunyai efek antiinflamasi (anti peradangan) dan antialergi. Sedangkan Dexchlorpheniramine maleate mempunyai efek antihistamin, sebagai obat antialergi dan gatal.Untuk terapi non medikamentosa berupa anjuran menjaga higenitas diri dan lingkungan, tidak mengucek mata, mencuci tangan, memakai pelindung berupa kacamata hitam saat beraktifitas di luar, menghindari hal hal yang menyebabkan alergi.
Prognosis pada pasien ini untuk ad vitam adalah ad bonam karena konjungtivits vernalis tidak mengancam nyawa atau menyebabkan kematian. Untuk ad fungtionam adalah ad bonam karena mata dapat berfungsi baik bila konjungtivitis vernalis tidak kambuh dan memakai obat secara teratur sesuai perintah dokter. Untuk prognosis ad sanationam adalah dubia ad malam karena penyakit ini dasarnya adalah alergi, sehingga bila alergen tidak dihindari dapat terjadi kekambuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ket. Gambar : (1) Limbus, (2) Konjungtiva Bulbi, (3) Konjungtiva Forniks, (4) Konjungtiva Palpebra, (5) Pungtum Lakrimalis, (6) Konjungtiva Marginalis Gambar 2. Anatomi Konjungtiva 12
arteri Lakrimalis
arteri karotis interna Arteri oftalmika
FUNGSI
Sel goblet konjungtiva sebagai sumber sekresi musin Sistem pertahanan konjungtiva terhadap infeksi Sel epitel konjungtiva sebagai sumber sekresi elektrolit dan air
Mata Tenang
Visus Normal Visus Turun Visus Normal Visus Turun Merah Sebagian Merah Seluruh
Mata Merah
KONJUNGTIVITIS
Peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata
Gejala Sensasi benda asing Sensasi penuh di sekeliling mata Gatal Fotofobia
Injeksi
Injeksi Konjungtiva Asal
Memperdari Lokalisasi Warna Arah aliran/lebar Konjungtiva digerakkan Dengan epinefrin Penyakit
A. Konjungtiva posterior
Konjungtiva Bulbi Konjungtiva Merah Ke perifer Ikut Menciut Konjungtiva
Sekret
Visus
+
Normal
Menurun
Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat: Infeksi virus Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh: - Kelainan saluran air mata - Kepekaan terhadap bahan kimia - Pemaparan oleh iritan - Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.
VIRUS
EKSUDAT (SEKRET)
ADENOPATI SEL-SEL
Eosinofil
Klasifikasi
Berdasarkan onset Akut Kronis Berdasarkan Etiologi Agen Infeksi (Bakteri,Virus) Imunologi Penyakit Autoimun Kimia/iritatif Berhubungan dengan penyakit sistemik Berhubungan dengan penyakita mata lain ( dakriosistitis, kanalikulitis)
Konjungtivitis Bacterial
Jaringan sekitar mata terdapat flora normal seperti streptococci, staphylococci, dan Corynebacterium. Infeksi bisa terjadi dari kontaminasi eksternal dari sisi yang berdekatan atau melalui darah. Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk
terjadinya infeksi.
Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.
Infeksi
Kontaminasi Eksternal
Konjungtivitis Viral
Adenovirusmerupakan penyebab terbanyak konjungtivitis. Subtypenya dapat sebabkan keratokonjungtivitis (pink eye), dan pharingoconjunctival fever.Transmisi melalui droplet,muntahan dan air kolam renang yang sudah terkontaminasi
HSV biasanya pada anak dan berhubungan dengan folikular konjungtivitis. Penyebabnya adalah HSV type 1 walaupun HSV type II bisa juga menjadi penyebab terutama pada neonatus. Infeksi rekuren biasanya pada orang dewasa dan biasanya berhubungan dengan kornea.
HIV Pasien dengan AIDS secara umum berkembang menjadi konjungtivitis non spesifik ditandai dengan hiperemia iritasi dan berair. Microsporidia diisolasi dari kornea dan konjungtiva pada beberapa pasien AIDS dan keratokonjuntiva. Gejalanya adalah penglihatan yang kabur dan fotofobia.
VZVefek terhadap konjungtiva dari infeksi primer atau sekunder. Infeksi primer berasal dari cacar air dan sekunder berasal dari zoster. Infeksi dapat disebabkan karena kontak langsung dengan VZV atau zoster skin lesions atau bisa juga dari sekret saluran nafas yang terinfeksi yang tidak sengaja terhirup
Molluscum contagiosum Saat konjungtivitis folikurar kronik. Melepaskan partikel virus kedalam saccus konjungtiva
Konjungtivitis Allergi
Seasonal dan Perineal Alergic Atopic keratoconjunctivitis Vernal keratoconjunctivitis Giant papillary conjunctivitis
SAC (seasonal allergic conjunctivitis) gejalanya mirip dengan konjungtivitis akut. Saat musim semiserbuk sari pohon Saat musim gugur serbuk sari rumput liar PAC,alergennya adl:
Debu rumah Kecoa Bulu binatang peliharaan
Atopic keratoconjunctivitis
Inflamasi pada konjungtiva dan kelopak mata (bilateral) dan berhubungan kuat dengan dermatitis atopic Merupakan reaksi hypersensitivitas type I.
Konjungtivitis Vernal
Termasuk reaksi hipersensitif musiman
inflamasi kronis pada konjungtiva (unilateral) dan berhubungan dengan gen/herediter. >90% penderita dgn penyakit ini mempunyai riwayat atopi lain spt asma,eczema atau rhinitis alergi seasonal.
Gejala Klinis
gatal
kadang-kadang panas lakrimasi menjadi buruk pd cuaca panas dan berkurang pd cuaca dingin Coble stone di konjungtiva tarsalis superior Sekret mukopurulen Terapi Kortikosteroid lokal tetes mata Ulkus kornea antibiotik dan steroid oral
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang kuat alergi. Mengenai pasien usia muda 3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia dibawah 10 tahun. Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan gejalagejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan.1 Tipe I : Reaksi Anafilaksi Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat.
Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal.
Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.(1)
Konjungtivitis folikularis
Konjungitvitis vernal
(kasus dini) papula kecil atau bercak merah Penonjolan bertaburan dengan bintik putih-kuning (folikel pucat
merah-muda Nodul lebar datar dalam susunan teratur cobble stone pada konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan susu
tersusun
trakoma). Pada konjungtiva tarsal (kasus lanjut) seperti deretan beads granula (menyerupai butir sagu) dan parut, terutama konjungtivatarsal atas Ukuran lesi Lokasi lesi
Penonjolan besar lesi konjungtiva tarsal atas dan Penonjolan kecil terutama Penonjolan besar tipe tarsus atau teristimewa lipatan retrotarsal kornea-panus, konjungtiva tarsal bawah palpebra; konjungtiva forniks atau bebas. tarsus Tipe limbus
bawah infiltrasi abu-abu dan pembuluh tarsus dan forniks bawah tarsus terlibat, terlibat. tidak terlibat. limbus
bulbus;
terlibat forniks bebas, konjungtiva tarsus Kotoran air berbusa atau frothy pada stadium Mukoid atau purulen bebas (tipe campuran
lazim) tarsus tidak terlibat Tipe sekresi Bergetah, bertali, seperti susu
lanjut.
Pulasan Kerokan epitel dari konjungtiva dan kornea Kerokokan memperlihatkan seluler. ekfoliasi, proliferasi, tidak Eosinofil karakteristik dan
inklusi karakteristik (Koch-Weeks, konstan pada sekresi Morax-Axenfeld, mikrokokus stafilokokkus, pneumokokkus) kataralis
Penyulit atau sekuela Kornea: panus, kekeruhan kornea, xerosis, kornea Kornea: ulkus kornea Konjungtiva: simblefaron Palpebra: ektropion atau entropion trikiasis Palpebra: ektropion
cell
Konjungtivitis Kataral
hiperemia tarsal tanpa cobble-stone,tanpa folikel dan tanpa filikten. Berbentuk sekret serous (mukopurulen atau mukus trgntung causa). Dapat menyertai blefaritis atau obstruksi duktus nasolakrimal
Konjungtivitis Purulen-Mukopurulen
Gambaran: Konjungtiva tarsal hiperemia. Adanya pus terkadang disertai dengan pseudomembran
Konjungtivitis Membran
Adanya membran berupa massa putih di konjungtiva tarsal dan terkadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Dapat disebabkan oleh Streptococcus dan infeksi difteria.
Konjungtivitis Filikten
Biasanya berhubungan dengan TB Paru. Gejalanya ialah: Adanya filikten pada limbus. Filikten dapat juga dijumpai pada konjungtiva tarsal,bulbi dan kornea. Bila filikten mengenai kornea dan sering kambuh gangguan penglihatan. Bila peradangannya berat lakrimasi hingga berakibat eksema kulit Terapi : Obati penyebab primer Antibiotik + kortikosteroid