Você está na página 1de 14

PERCOBAAN VII ISOLASI NIKOTIN DARI PUNTUNG ROKOK

I.

Tujuan Percobaan Mempelajari cara isolasi nikotin dari puntung rokok.

II.

Landasan Teori Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi). Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Bahan utama rokok adalah daun tembakau (Nicotiana tabacum) kering yang merupakan sumber utama nikotin. Di Indonesia, di samping rokok putih, banyak beredar rokok kretek berfilter maupun tanpa filter Penelitian ini bertujuan menentukan kadar nikotin dalam asap rokok beberapa rokok putih, kretek berfilter dan tanpa filter yang disimulasi menggunakan alat simulasi perokok aktif dan filter rokok yang diambil dari sisa rokok yang dibakar dengan alat simulasi perokok aktif dan filter rokok dari sukarelawan. Filter hanya digunakan pada SKM dan SPM. Filter berfungsi untuk menangkap sebagian partikel yang ada pada asap rokok sehingga mengurangi kadar tar dan nikotin pada rokok yang dihisap. Filter itu sendiri

terbagi dalam tiga bagian antara lain tow (rangkaian selulosa asetat sebagai badan filter), plasticizer (zat pelunak untuk mengikat kertas), dan plug wrap ( kertas pembungkus fiber filter). Nikotin termasuk salah satu kelompok senyawa alkaloid yang terdapat pada tembakau. Rokok yang dilengkapi dengan filter akan menahan sebagian nikotin pada filter, sedangkan yang lainnya lolos masuk ke dalam paru-paru. Nikotin merupakan senyawa alkaloid yang pertama kali digunakan sebagai pestisida, namun dengan adanya senyawa-senyawa sintetik yang memiliki aktivitas pestisida yang lebih tinggi dengan harga yang lebih murah, nikotin tidak lagi digunakan, meskipun diketahui bahwa nikotin lebih aman dalam penggunaannya sebagai pestisida (Mappiratu, 2013). Nikotin adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan, terutama suku terung-terungan (Solanaceae) seperti tembakau dan tomat. Nikotina berkadar 0,3 sampai 5,0% dari berat kering tembakau berasal dari hasil biosintesis di akar dan terakumulasi di daun. Nikotina merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Pada konsentrasi rendah, zat ini dapat menimbulkan kecanduan, khususnya pada rokok. Nikotina memiliki daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, akan tetapi nikotina tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi selsel kanker (Anonim, 2013). Nikotin adalah suatu alkaloid dengan nama kimia 3-(1-metil-2pirolidil) piridin. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tak berwarna, tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin dapat menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan (Anonim, 2013). Struktur molekul dari nikotin yaitu :

Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH tersebut, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melewati membran sel. Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipi hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural di tanaman tembakau. Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil dibanding pada tembakau. Zat alkaloid telah diketahui memiliki sifat farmakologi, seperti efek stimulan dari kafein yang meningkatkan tekanan darahdan detak jantung. Alkaloid nikotin mengalami proses metabolisme, yaitu suatu proses dimana nikotin mengalami perubahan struktur karena adanya senyawasenyawa kimia di sekitarnya. Reaksi metabolisme nikotin dalam tembakau adalah sebagai berikut.

Sebagian besar in vivo metabolit dari nikotin adalah konitin laktam. Transformasi metabolit ini mewakili semua oksidasi 4elektron. Studi in vitro menunjukkan hilangnya nikotin dari campuran inkubasi tidak dihambat, walaupun pembentukan nikotin diblok secara sempurna. Metabolisme oksidatif pada nikotin dengan pembuatan mirkosomal hati kelinci dengan adanya ion sianida ditunjukkan dengan adanya isomer kedua senyawa siano nikotin. Pembentukan struktur N-(sianometil) nornikotin didapatkan dari penyerangan

nukleofilik oleh ion sianida pada senyawa antara jenis metil iminium. Senyawa ini dibentuk dengan ionisasi jenis N hidroksimetilnornikotin. Senyawa antara karbinolamin yang sama terlihat pada N-demetilasi dari nikotin menjadi nornikotin. Nikotin dapat disintesis dari sebuah asam amino yaitu ornitin. Biosintesis nikotin dari asam amino ornitin dapat dibuat skema seperti :

Pada biosintesis nikotin, cincin pirolidin berasal dari asam amino ornitin dan cincin piridin berasal dari asam nikotinat yang ditemukan dalam tumbuhan tembakau. Gugus amino yang terikat pada ornitin digunakan untuk

membentuk cincin pirolidin dari nikotin. Nikotin yang terdapat di tembakau, merupakan salah satu zat aditif yang dikenal. Nikotin adalah penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang mengganggu keseimbangan syaraf. Ketergantungan fisik dan psikologi pada nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin pada SSP dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 35 menit. Efek nikotin tembakau yang dipakai dengan cara menghisap, menguyah atau menghirup tembakau dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, sebagian menghilangkan perasaan cita rasa dan penciuman serta membuat paru- paru menjadi nyeri. Penggunaan tembakau dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paruparu, jantung, dan pembuluh darah . Nikotin membuat ketagihan. Itulah

sebabnya para perokok ingin terus menghisap tembakau secara rutin karena mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut ditandai dengan keinginan yang menggebu untuk selalu mencari dan menggunakan, meskipun mengetahui akan konsekuensi negatif terhadap kesehatan. Dari sifat ketergantungan alami yang muncul ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jaringan otak yang menimbulkan perasaan senang, tenang, dan rileks. Sebuah bahan kimia otak termasuk dalam perantara keinginan untuk terus mengkonsumsi, yakni neurotransmiter dopamine, dalam penelitian menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamine tersebut. Efek akut dari nikotin dalam beberapa menit menyebabkan perokok melanjutkan dosis secara frekuentif per harinya sebagai usaha mempertahankan efek kesenangan yang timbul dan mempertahankan diri dari efek

ketergantungan. Nikotin dapat berlaku sebagai sebuah stimulan dan obat penenang atau penghilang rasa sakit. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin maka timbul rangsangan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan terlepasnya hormon adrenalin. Hormon adrenalin ini merangsang tubuh dan menyebabkan pelepasan glukosa secara mendadak yang akhirnya kadar gula dalam darah menurun, dan tekanan darah juga meningkat. Begitu pula pada pernapasan dan detak jantung. Reaksi ini hampir sama seperti yang terlihat pada kasus penyalahgunaan obat misalnya kokain dan heroin yang diduga dapat menimbulkan sensasi senang. Namun di sisi lain nikotin dapat menimbulkan efek sebagai obat penenang atau penghilang rasa sakit, tergantung dari kadar yang dikonsumsi dalam sistem dan dosis yang digunakan. Nikotin dalam metabolisme dapat menghilang dari tubuh dalam beberapa jam, namun jika perokok terus menerus merokok dan semakin lama bertambah kuat sehingga merokok hanya untuk mendapatkan rangsangan yang diinginkan. Sayangnya jika menghentikan masukan nikotin biasanya diikuti dengan reaksi ketergantungan (withdrawl syndrome) yang mungkin membutuhkan waktu sekitar satu bulan atau lebih. Hal tersebut termasuk gejalanya, yakni muncul sifat lekas marah, terlalu sensitif, kecanduan, pengurangan fungsi kognitif tubuh dan pemusatan perhatian, serta terjadi gangguan tidur. Efek paling berbahaya dari mengkonsumsi tembakau dan

kertergantungan nikotin adalah menyebabkan kanker dan sepertiga dari semua penyakit kanker itu yakni kanker paru-paru. Penyakit ini pembunuh pertama pada pria maupun wanita dan menguasai sekitar 90% dari semua kasus kanker paru- paru pada perokok. Kandungan nikotin dalam tembakau dapat mencapai 0,3% sampai dengan 5% bobot kering yang berasal dari biosintesis di akar dan diakumulasikan di daun.Pada penelitian sebelumnya dilakukan ekstraksi nikotin pada limbah tangkai daun tembakau dengan mendapatkan hasil maksimum nikotin yang diperoleh sebesar 5%. Nikotin dapat menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku insektisida, contoh serangga yang dapat diatasi menggunakan insektisida nikotin adalah Afid. Nikotin murni dianggap beracun bagi mamalia dengan dosis letal 50 mg/Kg. Menurut literatur kandungan nikotin dalam tembakau berkisar antara 2 % sampai 8% sesuai dengan spesies tembakau. Dimana nikotin dalam

pemanfaatannya sebagai insektisida untuk tikus hanya menggunakan 30 mg/kg dalam bentuk garam atau basa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui kadar nikotin yg sebenarnya dalam tembakau puntung rokok yang sangat berpotensial sebagai sumber nikotin untuk bahan insektisida.

III.

Alat dan Bahan 3.1 Alat 1. Erlenmeyer 250 mL 2. Neraca Analitik 3. Spektronik 20 4. Kuvet 5. Rak Tabung 6. Gelas ukur 100 mL 7. Gelas kimia 100 mL 8. Corong kaca 9. Pipet tetes 10. Shaker 3.2 Bahan 1. Puntung rokok 3 buah 2. Etanol 95 % 3. Kertas saring 4. Aluminium foil 5. Tissue

IV.

Prosedur Kerja 1. Memisahkan filter puntung rokok sebanyak 5 puntung, kemudian menimbang dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan etanol 95% sebanyak 50 ml. 2. Mengocok campuran selama 1 jam di atas mesin kocok agitasi 250 rpm, kemudian menyaring dan menampung filtratnya. 3. Mengukur serapan filtrat yang dihasilkan pada panjang gelombang antara 400 nm sampai 540 nm dan menetukan panjang gelombang maksimumnya. 4. Menentukan kadarnya dengan menggunakan persamaan:

Dimana : C = konsentrasi (g/100 ml) A = Absorban pada panjang gelombang maksimum b = tebal kuvet (0,1 mm)

V.

Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan serapan yang diukur pada panjang gelombang antara 400- 540 nm yaitu Panjang Gelombang, (nm) 400 410 420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520 530 540 550 560 570 580 590 600 Absorbansi (A) 0,430 0,672 0,275 0,343 0,427 0,253 0,249 0,159 0,116 0,180 0,111 0,136 0,136 0,086 0,021 0,024 0,234 0,072 0,086 0,093 -0,127

5.2

Analisa Data Hubungan panjang gelombang ( pada grafik berikut.


0.8 0.7 0.6 absorbansi 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 100 200 300 400 500 600 700 panjang gelombang y = -0.0022x + 1.2701 R = 0.6141

dan absorbansi (A) ditunjukkan

Konsentrasi dari nikotin pada puntung rokok ditentukan dengan persamaan :

=
= 1,914 g/100 mL Dimana : C = konsentrasi (g/100 ml) A = Absorban pada panjang gelombang maksimum b = tebal kuvet (0,1 mm)

5.3

Pembahasan Nikotin adalah suatu alkaloid dengan nama kimia 3-(1-metil-2pirolidil) piridin. Nikotin termasuk salah satu kelompok senyawa alkaloid yang terdapat pada tembakau. Rokok yang dilengkapi dengan filter akan menahan sebagian nikotin pada filter, sedangkan yang lainnya lolos masuk ke dalam paru-paru. Pada percobaan ini dilakukan isolasi nikotin pada puntung rokok menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut etanol. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Bahan yang digunakan yaitu 5 buah puntung rokok yang dipisahkan filternya. Filter yang mengandung nikotin yang ditambahkan dengan etanol 95 % untuk mengikat nikotin pada filter rokok. Filter rokok yang digunakan disini adalah filter rokok yang telah dihisap, karena jika tidak dihisap kemungkinan tidak akan ditemukan senyawa nikotin didalamnya. Keberadaan senyawa nikotin ini dalam filter rokok karena filter rokok berfungsi sebagai penahan nikotin yang berada dalam asap rokok yang bersumber dari tembakau pada rokok. Pelarut etanol digunakan karena nikotin sangat larut dalam alkohol, nikotin merupakan salah satu alkaloid. Dimana senyawa ini bersifat semi polar sehingga cocok dengan pelarut etanol yang juga bersifat semi polar. Alkaloid yang terdapat dalam suatu bakal sebagai bentuk garam, alkohol ini berfungsi untuk melarutkan nikotin dan garam-garam yang terdapat pada suatu bakal. Lalu nikotin dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloid yang bebas. Alkaloid bersifat basa, sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.

Kemudian dilakukan pengocokkan selama 1 jam yang bertujuan agar ekstraksi dapat berlangsung secara maksimal dan kadar nikotin yang diperoleh dapat dilebih banyak. Ekstrak nikotin yang diperoleh dari ekstraksi ini adalah berwarna kuning. Untuk mengetahui konsentrasi nikotin, dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang antara 400 nm - 600 nm. Pada grafik hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi, diperoleh absorbansi tertinggi 0,672. pada panjang gelombang maksimum 410 nm. Konsentrasi nikotin pada puntung rokok yang diperoleh yaitu 1,914 g/100 mL dalam 5 filter rokok. Konsentrasi Nikotin biasanya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Menurut Safiyhati (2013), Sebatang rokok yang dihabiskan mengandung zat nikotin berkisar 2-3 mg.

VI.

Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Nikotin adalah suatu alkaloid dengan nama kimia 3-(1-metil-2-pirolidil) piridin. Nikotin termasuk salah satu kelompok senyawa alkaloid yang terdapat pada tembakau. 2. Isolasi nikotin pada puntung rokok dilakukan dengan metode ekstraksi dengan pelarut etanol. 3. Konsentrasi nikotin pada puntung 5 rokok yang diperoleh yaitu 1,914 g/100 mL.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Nikotina. http://id.wikipedia.org/wiki/Nikotina (diakses pada tanggal 13 November 2013). Anonim. 2013. Isolasi Nikotin, http://www.scribd.com/doc/37576718/6/B-IsolasiNikotin (diakses pada tanggal 13 November 2013). Anonim. 2013. Nikotin, http://indowebster.web.id (diakses pada tanggal 14 November 2012). Tim Dosen Kimia Bahan Alam. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. Universitas Tadulako. Palu. Safiyhati. 2013. http://www.safiyhati. com/2013 /05/ kandungan -bahayarokok.html. (diakses pada tanggal 14 November 2013).

Você também pode gostar