Você está na página 1de 13

Jenis Jenis Audit Agoes (2004) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanakan.

. Ketiga jenis tersebut yaitu : 1. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/Manajemen) Operasional atau management audit merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi , efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasirekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen. 2. Compliance Audit ( Audit Ketaatan ) Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah menetapkan prosedur/ peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen. 3. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan ) Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan criteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.

Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis yaitu: 1. Auditor Ekstern Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit. 2. Auditor Intern Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal

auditor biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit. 3. Auditor Pajak Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang-undang perpajakan yang berlaku. 4. Auditor Pemerintah Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

3. Tujuan dan Manfaat Audit Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit member banyak manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksaanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda, beberapa tujuan audit menurut adalah : 1. Penilaian Pengendalian ( Appraisal of Control ) Pemeriksaan operasional berhubungan dengan pengendalian administratif pada seluruh tahap operasi perusahaan yang bertujuan untuk menentukan apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif serta mencapai tujuan perusahaan.

2. Penilaian Kinerja ( Appraisal of Performance ) Penilaian, Pelaksanaan dan Operasional serta hasilnya. Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasiinformasi kuantitatif lalu melakukan penilaian efektifitas, efisiensi dan ekonomisasi kinerja. Penilaian selanjutnya menjadi informasi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Membantu Manajemen ( Assistance to Manajement ) Dalam pemeriksaan operasional dan ketaatan maka hasil audit lebih diarahkan bagi kepentingan manajemen untuk performansinya. Dan hasilnya merupakan rekomendasirekomendasi atas perbaikan-perbaikan yang diperlukan pihak manajemen.

Manfaat audit dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar yang menikmati manfaat audit, yaitu :

A. Bagi Pihak yang diaudit 1. Menambah Kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan lainlain. 2. Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang diaudit. 3. Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan Surat Pemberitahuan Pajak yang diserahkan kepaada Pemerintah. 4. Membuka pintu bagi masuknya sumber- pembiayaan dari luar. 5. Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan keuangan.

B. Bagi anggota lain dalam dunia usaha 1. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau para rekanan untuk mengambil keputusan pemberian kredit. 2. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang diasuransikan. 3. Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen 4. Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan. 5. Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual untuk menentukan syarat penjualan, pembelian atau penggabungan perusahaan. 6. Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan itu, efisiensi operasionalnya, dan keadaan keuangannya. C. Bagi badan pemerintah dan orang-orang yang bergerak di bidang hukum 1. Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan keandalan laporan keuangan. 2. Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara semestinya. 3. Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan Undang-Undang Keamanan Sosial.

4. Jenis Pendapat Auditor Ada lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Dalam SA 411 par 04 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui beberapa pertimbangan apakah: 1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum. 2. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan. 3. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya dan penafsiran. 4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikalsifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas. 5. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragraph pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit. 2. Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan auditan. Auditor harus tidak menyesatkan penyimpangan yang dilakukan berikut taksiran pengaruh menjelaskan penyimpangan yang dilakukan berikut taksiran pengaruh maupun alasannya penyimpangan dilakukan dalam satu paragraph khusus. 3. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material.

4. Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. 5. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Sesuai dengan SA 508 par 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila: 1. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang diterima umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tersebut diberikan terhadap laporan keuangan. Misalnya, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum seperti perusahaan menggunakan penilaian aktiva berdasar nilai appraisal dan mendepresiasi atas dasar nilai tersebut. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion) Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila: 1. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu. 2. Auditor tidak independen terhadap klien. Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila auditor yakin bahwa terdapat penyimpangan yang material dari prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor tidak diperkenankan mencantumkan paragraf lingkup audit apabila ia menyatakan untuk tidak memberikan pendapat. Ia harus menyatakan alasan mengapa auditnya tidak berdasarkan standar auditing

yang ditetapkan IAI dalam satu paragraf khusus sebelum paragraf pendapat.

6. Pendapat tidak penuh (Piecemeal Opinion) Pendapat ini sebenarnya bukan merupakan suatu jenis pendapat tersendiri. Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsure tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini tidak boleh dinyatakan jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat atau ia menyatakan pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan. Bentuk laporan audit yang pendapatnya menyimpang dari pendapat wajar tanpa pengecualian tentu tidak persis sama dengan laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.

5. Materialitas Merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam audit laporan keuangan karena materialitas mendasari penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya kelalaian atau penyataan yang salah pada informasi akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Auditor melakukan penilaian awal mengenai tingkat materialitas dalam perencanaan audit. Penilaian ini sering disebut sebagai planning materiality. Penilaian ini mungkin berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan nanti pada saat pengevaluasian temuan audit. Dalam perencanaan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat, yaitu: 1. Materialitas tingkat laporan keuangan Auditor menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor tentang kewajaran adalah mengenai laporan keuangan secara keseluruhan dan tidak sepotongpotong. Laporan keuangan mengandung salah saji yang material bila berisi kekeliruan dan ketidakberesan yang secara individu maupun kolektif sangat besar pengaruhnya terhadap kewajaran laporan keuangan. 2. Materialitas tingkat saldo akun Materialitas pada tingkat saldo akun sering disebut juga dengan tolerable misstatement. Tolerable misstatement adalah salah saji maksimum yang boleh ada dalam saldo akun sehingga tidak dianggap sebagai salah saji material. Ada hubungan erat antara tolerable misstatement dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Akun-akun yang secara individual tidak materialitas, bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat laporan keuangan.

6. SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Pengendalian Intern merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Disamping itu, system pengendalian intern dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi. Menurut Committee of Sponsoring Organizations ( COSO) : Internal controls are the tools that managers use (but are often not taught) to help achieve their business objective in the following categories : Effectiveness and efficiency of operations Reliability of financial reporting Complience with external laws and regulations 3 Definisi ini dapat diartikan Pengendalian Intern adalah alat yang digunakan oleh para manajer ( tetapi jarang diajarkan) untuk membantu dalam pencapaian tujuan usaha mereka dalam kategori berikut ini : Efektivitas dan efisiensi operasi Keandalan dari laporan keuangan Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Pengendalian Intern harus memberi keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat otorisasi dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Dibawah ini terdapat 5 tujuan pengendalian Intern atas transaksi, yaitu : 1. Otoritas ( wewenang) Setiap transaksi harus mendapat otoritasi semestinya berdasarkan struktur dan kebijakan perusahaan. Dalam keadaan atau masalah-masalah tertentu sangat mungkin diperlukan otorisasi khusus. 2. Pencatatan Pencatatan atas transaksi harus dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pada waktu yang tepat dengan uraian yang wajar. Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang benar-benar terjadi dan lengkap. 3. Perlindungan Harta fisik berwujud tidak boleh berada di bawah pengawasan/penjagaan dari mereka yang bertanggungjawab. Dalam hal ini Pengendalian Intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan oleh karyawan atau manajemen sekalipun. 4. Rekonsiliasi Rekonsiliasi secara kontinu dan periodik antar pencatatan dengan harta fisik harus dilakukan

misalnya mencocokkan jumlah persediaan barang antara kartu persediaan dengan persediaan fisik di gudang.

5. Penilaian Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar. Tidak boleh terjadi over maupun undervalved atas harta tersebut.

7. Program Audit Atas Fungsi Penjualan Terdapat 4 kriteria alat yang pemeriksaan manajemen terhadap penjualan, piutang usaha serta penagihan yaitu :

1. Tujuan Tujuan penjualan harus ditetapkan oleh bagian penjualan yang didukung oleh bagian pemasaran keberhasilan usaha penjualan dievaluasi dengan membandingkan target penjualan dengan hasil sesungguhnya yang dicapai. Apabila ada perbedaan maka segera dicari penyebab pembeda untuk menjadi rekomendasi langkah selanjutnya bagi manajemen.

2. Perencanaan Perencanaan yang memadai harus disusun dengan strategi tujuan adalah membuat suatu program administrasi yang mendukung keberhasilan penjualan. Selain itu disusun strategi penjualan berikutnya yaitu menciptakan dan mempertahankan jaringan distribusi dan terakhir kebijakan penjualan efektif. Setiap upaya pencapaian strategi harus dibuat rencana yang mendukung.

3. Pengorganisasian Setiap fungsi penjualan harus terorganisir dengan baik karena penjualan adalah tingkat pekerjaan terutama. Bagian penjualan harus memiliki pegawai yang cakap dan komunikatif seta keahlian khusus dalam menjual produk.

4. Pengawasan Pengawasan harus menjamin ramalan penjualan dapat berjalan efektif dan mendukung fungsi bagian lain serta perusahaan secara keseluruhan. Pengawasan harus memberi keyakinan

manajemen mampu mengontrol hasil penjualan dan memastikan adanya suatu studi pasar untuk memenangkan persaingan pasar.

8. Prinsip-prinsip Akuntansi Beberapa prinsip akuntansi yang lazim telah dikemukakan oleh para akuntan, Ahmed Belkaoui mengemukakan akuntansi sebagai berikut: 1. The Cost Principle Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan sebagai dasar penilaian yang tepat untuk mengakui perolehan aktiva, kewajiban, modal dan biaya. Dengan kata lain suatu item dinilai sebesar harga pertukaran pada tanggal perolehan dan ditujukkan dalam laporan keuangan sebesar nilai tersebut atau sebagian darinya diamortisasi. 2. The Revenue Principle Prinsip pendapatan menetapkan sifat dari komponen pendapatan, pengukuran pendapatan, dan saat pengakuan pendapatan. 3. Matching Principle Prinsip ini menghendaki adanya pengakuan biaya dalam periode yang sama dengan pengakuan pendapatan yang bersangkutan. Penggabungan akan tercapai dengan baik apabila dapat mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. 4. The Objective Principle Prinsip objektivitas digunakan dalam membenarkan pemilihan suatu ukuran atau prosedur pengukuran, sehingga informasi keuangan yang disajikan dapat dipercaya. 5. The Consistency Principle Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa ekonomi yang serupa harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Penerapan prinsip konsistensi menjadikan laporan keuangan lebih dapat diperbandingkan dan lebih bermanfaat.

6. Full Disclosure Principle Prinsip ini menghendaki agar laporan keuangan dirancang dan disajikan untuk menggambarkan dengan tepat kejadian-kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan selama periode tertentu dan berisikan informasi yang memadai sehingga membuat laporan keuangan bermanfaat dan tidak menyesatkan pemakainya. 7. The Consevatism Principle Prinsip ini berpendapat bahwa apabila sedang memilih diantara dua atau lebih teknik

akuntansi yang dapat diterima, maka pilihlah jatuh pada yang mempunyai pengaruh memuaskan terkecil terhadap para pemegang saham. 8. The Materiality Principle Prinsip ini berpendapat bahwa transaksi dan kejadian yang mempunyai pengaruh ekonomi tidak berarti dapat ditangani menurut cara yang lebih tepat guna, apakah sesuai atau tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak perlu diungkapkan. 9. The Uniformity and Comparability Principle Prinsip Uniformity berkaitan dengan penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan yang berbeda dengan tujuan untuk mencapai dapat diperbandingkannya laporan keuangan dengan mengurangi perbedaan yang ditimbulkan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

9. Pengertian Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi Pengertian penghasilan menurut Standard Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut : Penghasilan (income) adlah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (IAI, 1992:12) Sedangkan pendapatan menurut Standard Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah semua sumber-sumber ekonomi yang diterima oleh perusahaan baik itu dari transaksi penjualan barang, penyerahan jasa kepada pihak lain atau penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain. (IAI, 1992:12) Menurut PSAK no 34 mengenai Akuntansi Kontrak Konstruksi, pendapatan kontrak terdiri dari: 1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak, dan 2. Penyimpangan pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif: a. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan, b. Dapat diukur secara handal. Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh bermacam-macam ketidakpastian yang tergantung pada hasil dari peristiwa dimasa yang akan datang. Estimasinya seringkali harus direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurundari suatu periode ke periode berikutnya. Berdasarkan PSAK no 34 mengenai Akuntansi Kontrak Konstruksi, istilah biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak

tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak tersebut. Akan tetapi, biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagian dari biaya kontrak apabila biaya-biaya ini dapat diidentifikasikan secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan besar kemungkinan kontrak tersebut dapat diperoleh. Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak apabila kontrak tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrakapabila kontrak tersebut dicapai pada periode berikut.

Jenis Pendapat (Opini) Akuntan atas Audit Laporan Keuangan


Posted on March 7, 2012 by helmy nur indah Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yangn material, posisi keuangan , hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas telah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku ( Unqualified Opinion with Explanatory Language) Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan seorang auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaannya meliputi: - Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. - Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan secara menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI

- Jika terdapat kondisi dan peristiwa semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manejemen tersebut dapat secara efektif dilaksakan dan pengunkapan mengenai hal itu telah memadai. - Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. - Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif - Data keuangan kuartalan tertentu diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal namun tidak disajikan atau tidak di review. - Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan,yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut. - Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat ini dinyatakan bila: - Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. - Auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia yang berdampak material dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat yang tidak wajar. - Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk frasa tergantung atas atau dengan pnejelasan berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup kuata oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata seperti yang

disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, jika dibaca sehubungan dengan catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk disalahtafsirkan dan oleh karena itu pemakaiannya dihindari. 4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion) - Auditor tidak menyatakan pendapat bila ia tidak dapat merumuskan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. - Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Você também pode gostar