Você está na página 1de 4

Ida ayu agung W (08700061)

KIPI

Definisi KIPI adalah insiden medik yang terjadi setelah imunisasi, diduga dan dipercaya, akibat imunisasi. Dalam KIPI dikenal istilah reaksi simpang dan kejadian simpang. Tidak semua kejadian simpang berhubungan dengan vaksin, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi antara lain penyakit dasar, genetik, obat lain, pelaksanaan, lingkungan, pola makan, kesalahan program, serta faktor-faktor lain. Kejadian simpang merupakan kejadian yang tidak hanya berhubungan dengan vaksin. edangkan reaksi simpang disebabkan oleh vaksin, jadi merupakan bagian dari kejadian simpang.

!"# mengelompokkan KIPI berdasarkan kejadian di lapangan$

%. Kesalahan program&teknik pelaksanaan 'programmic errors( ebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya$

Dosis antigen 'terlalu banyak()okasi dan cara menyuntik terilisasi semprot dan jarum suntik*arum bekas pakaiTindakan aseptik dan antiseptikKontaminasi vaksin dan peralatan suntikPenyimpanan vaksinPemakaian sisa vaksin*enis dan jumlah pelarut vaksinTidak memperhatikan petunjuk produsen

Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

+. ,eaksi suntikan emua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. ,eaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.

-. Induksi vaksin 'reaksi vaksin( .ejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. !alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. ,eaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

/. 0aktor kebetulan 'koinsiden( eperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah di imunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

1. Penyebab tidak diketahui 2ila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan ke dalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. 2iasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

DPT Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan 3at anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk mela4an kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut. DPT merupakan singkatan dari Difteri Pertusis Tetanus.

alah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat 3at anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. *adi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. elain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah $ 5ntuk menimbulkan kekebalan aktif dalam 4aktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis 'batuk rejan(, tetanus.6pabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami. ecara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. 7amun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. 7amun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. 8fek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari %9 penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut$

Demam tinggi 'lebih dari /:,1; <elsius( Kejang demam 'resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat ri4ayat kejang dalam keluarganya( yok 'kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon(.

*ika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. *ika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.%-+ hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. 5ntuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen 'atau ibuprofen(. 5ntuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum memiliki kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar antibody setelah mendapatkan imunisasi - kali. Dimulai sejak bayi berumur dua bulan dengan selang 4aktu antara dua penyuntikan minimal / minggu.Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. *iga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. 2ila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja 'tanpa P(. 'Prof. D,.6.". =arkum, +:::(DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari > minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal

Você também pode gostar