Você está na página 1de 6

TUGAS BAHASA INGGRIS

TENTANG

BANJIR JAKARTA 2007

NAMA Indri Febriyanti Kelas : VIII 6

SMP NEGERI 28 BEKASI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BANJIR JAKARTA 2007


JAKARTA FLOODS 2007

Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
Jakarta Flood 2007 floods that hit Jakarta and surrounding areas since February 1 2007night day. In addition to poor drainage system, flooding from heavy rains began, which lasted from the afternoon of February 1 to February 2, the next day, plus the amount of water volume 13sungai across Jakarta from Bogor-Puncak-Cianjur, and sea water was high tide, resulted in nearly 60% of Jakarta flooded areas with depths reaching up to 5 meters in some locations of the flood.

Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lal mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.

Monitoring the 11 rain observation post belongs to the Meteorology and Geophysics Agency (BMG) shows, the rain that occurred on Friday, February 2, last night reached an average of 235 mm, even at the highest reaches Betung cottage observer station 340 mm. Average rainfall in Jakarta which reached 235 mm was comparable to the 100year return period rainfall with a 20 percent probability of occurrence.

Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.
2007 flood broader and more human casualties than the similar disaster that struck in 2002 and 1996. At least 80 people were confirmed killed during the 10 days since swept away, electric shock, or pain. Loss of material due to the demise of the business turnover reaching trillions of dollars, an estimated 4.3 trillion rupiah. Displaced people reached 320,000 people until February 7, 2007

Sebab Banjir Akibat utama banjir ini adalah curah hujan yang tinggi, dan musim hujan di Indonesia mulai bulan Desember dan berakhir bulan Maret. Pada tahun 2007, intensitas hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari, dengan intensitas terbesar pada akhir bulan.
Cause Flooding

The main result of this flooding is heavy rainfall, and the rainy season in Indonesia starting in December and ending in March. In 2007, rainfall intensity reached its peak in February, with the greatest intensity at the end of the month.

Antisipasi: Sistem Pengendali Banjir Jakarta Untuk menangani banjir, Provinsi DKI Jakarta telah membangun serangkaian Sistem Pengendali Banjir Jakarta. Berikut adalah Sistem Kawasan Pengendali Banjir dan Drainase Jakarta sampai 2010:
Jakarta Utara Sunter Timur I Sunter Timur II Kelapa Gading Sunter Barat Sunter Selatan Pademangan Jembatan V Teluk Gong Angka Bawah Jakarta Barat Jelambar Grogol Pinangsia Jati Pulo Kali Sekretaris S.P.Barat Jakarta Pusat Sawah Besar Sumur Batu Cideng Bawah Jakarta Selatan Kali Grogol Atas Duren Tiga Pondok Karya Sangrila Jakarta Timur Duren Sawit Cipinang Sistem Saluran Makro (13 sungai) 1. Kali Mookevart 2. Kali Angke 3. Kali Pesanggrahan 4. Kali Grogol 5. Kali Krukut 6. Kali Baru (Pasar Minggu) 7. Kali Ciliwung 8. Kali Baru Timur 9. Kali Cipinang 10. Kali Sunter 11. Kali Buara 12. Kali Jati Kramat 13. Kali Cakung Banjir Kanal 1. Banjir Kanal Barat 2. Banjir Kanal Timur

Anticipation: Jakarta Flood Control System To deal with the flood, Jakarta has built a series of Jakarta Flood Control System. Here is the Flood Control Zone System and Drainage Jakarta to 2010:
Jakarta Utara Sunter Timur I Sunter Timur II Kelapa Gading Sunter Barat Sunter Selatan Pademangan Jembatan V Teluk Gong Angka Bawah Jakarta Barat Jelambar Grogol Pinangsia Jati Pulo Kali Sekretaris S.P.Barat Jakarta Pusat Sawah Besar Sumur Batu Cideng Bawah Jakarta Selatan Kali Grogol Atas Duren Tiga Pondok Karya Sangrila Jakarta Timur Duren Sawit Cipinang Macro channel system (13 rivers) 1. Mookevart river 2. Angke river 3. Pesanggrahan river 4. Grogol river 5 Krukut river 6. New river (Sunday Market) 7. Ciliwung river 8. New river East 9. Cipinang river 10 Sunter river 11. Buara river 12 Jati Kramat river 13. Cakung river Flood Canal 1. West Flood Canal 2. East Flood Canal

Dampak dan Kerugian Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh. Jaringan telepon dan Internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam.

Gambar : Sebuah taksi yang terbalik dan terendam banjir di Jakarta Selatan pada banjir Jakarta 2007

Impact and loss All activities in the area were flooded paralyzed. Disrupted telephone and Internet networks. Electricity in some areas submerged also extinguished.

Picture: A taxi overturned and submerged in floods in South Jakarta in Jakarta 2007 flood

Penyakit Setelah banjir penyakit infeksi saluran pernapasan, diare, dan penyakit kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk. Ditemui pula beberapa kasus demam berdarah dan leptospirosis. Sebagai akibat genangan air setelah banjir.

Disease After the flood respiratory infections, diarrhea, and skin diseases infecting the citizens of Jakarta, particularly those in refugee camps. This is due to the weather conditions and poor sanitation. Found also some cases of dengue fever and leptospirosis. as a result of standing water after the flood. Pasca Bencana Hingga hampir sepekan pascabanjir, 14 Februari 2007, 20 lampu lalu lintas di seluruh DKI Jakarta masih tidak berfungsi. Matinya lampu lalu lintas menyebabkan arus kendaraan di beberapa kawasan terganggu dan menimbulkan kemacetan. Di Jakarta Pusat lalu lintas di beberapa perempatan tidak dipandu lampu lalu lintas. Di kawasan Roxy, misalnya, lampu lalu lintas tidak berfungsi. Akibatnya, kemacetan terjadi sepanjang pagi hingga menjelang sore. Situasi serupa tampak di kawasan Kramat Bunder. Post-disaster Until nearly a week post-flood, February 14, 2007, 20 traffic lights across Jakarta is still not working. The demise of traffic lights causing the flow of vehicles in a disturbed area and cause congestion. In Central Jakarta traffic on a crossroad traffic lights are not guided. Roxy in the region, for example, traffic lights not working. As a result, congestion occurs throughout the morning until late afternoon. A similar situation appears in Kramat Bunder area.

Penanganan sampah
Setelah banjir surut volume sampah yang harus ditangani meningkat. Sampah-sampah yang terbawa sungai pada sampai tanggal 8 Februari berlipat ganda dari 300 m menjadi 600 m per hari. Sampahsampah tersebut berupa antara lain berupa puing bangunan, kayu dan perabotan hanyut. Selain itu banyaknya sampah yang dikirim ke tempat penampungan akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi, juga bertambah. Sampai 15 Februari kiriman sampah sisa banjir ini diperkirakan mencapai 1.500 ton per hari. Waste Management After the floods receded the volume of waste that must be dealt with increase. The waste stream carried on until February 8 doubled from 300 m to 600 m per day. The waste in the form of, among others, in the form of construction debris, wood and furniture carried away. In addition to the amount of garbage sent to landfills (TPA) Bantargebang, Bekasi, also increased. Until February 15 this consignment trash flooding is estimated at 1,500 tonnes per day. Sistem Pencegahan Banjir Jakarta Sistem penanganan banjir Jakarta adalah sebuah sistem untuk mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Sistem ini telah direncanakan dan dibangun sejak zaman kolonial dan terus disempurnakan hingga sekarang. Namun sistem ini masih belum bisa mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Masalah drainase Tingginya curah hujan di kawasan bisnis MH Thamrin membuat jalanan tergenang pada tanggal 22 Desember, mulai dari Sarinah, Sabang hingga Monumen Nasional. Kepala Dinas PU DKI Jakarta, Ery Basworo, menyatakan tingginya curah hujan sebagai penyebab buruknya genangan dan menyangkal adanya masalah drainase dan sampah. Buruknya genangan disebabkan pompa yang telah disediakan tidak mampu mengimbangi tingginya aliran air yang hendak dipindahkan ke Kanal Banjir Barat. Namun pendapat ini dibantah oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui Menteri Djoko Kirmanto, yang menegaskan masalah sampah yang menyumbat drainase dan menghalangi aliran air menuju pompa yang telah terpasang. Kementerian Pekerjaan Umum juga menjanjikan alokasi dana hingga 18 Triliun rupiah untuk mengatasi masalah

banjir di Jakarta. Hal ini diperkuat lagi oleh fakta bahwa gorong-gorong di sekitar wilayah tersebut yang ternyata hanya berukuran 60 sentimeter, dan belum pernah dibangun lagi semenjak tahun 1970an. Inisiatif Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk memeriksa drainase di Jalan MH Thamrin, membuat hal tersebut terungkap kepada publik dan akhirnya memunculkan ide untuk membangun Smart Tunnel untuk membantu mempercepat mengalirnya air ke laut. Jakarta Flood Prevention System Jakarta flood management system is a system to prevent flooding in Jakarta. The system has been planned and built since the colonial era and continues to be refined until now. But the system still can not prevent flooding in Jakarta. High rainfall drainage problems in the business district streets flooded MH Thamrin made on December 22, starting from Sarinah, Sabang to the National Monument. Head of Jakarta Public Works Department, Ery Basworo, expressed high rainfall as the cause of the poor and deny the existence of a pool of drainage and garbage problems. Inundation due to poor pump that has been provided is not able to offset the high flow of water to be transferred to the West Flood Canal. But this opinion is disputed by the Ministry of Public Works Minister Djoko Kirmanto through, which confirms the garbage that clogs drainage problems and impede the flow of water towards the pump has been installed. Ministry of Public Works also promised allocation of funds to 18 trillion rupiah to tackle the problem of flooding in Jakarta. This is reinforced by the fact that the sewers in the surrounding area which was only measures 60 centimeters, and has not been rebuilt since the 1970s. Initiative of the Governor of Jakarta, Joko Widodo to check drainage in Jalan MH Thamrin, making it revealed to the public and eventually led to the idea to build a Smart Tunnel to help speed up the flow of water into the sea.

Você também pode gostar