Você está na página 1de 3

2.

1 Antenatal Care Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Pelayanan antenatal merupakan upaya penting untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus merupakan tempat melakukan konseling gizi, pemantauan terhadap kenaikan berat badan semasa hamil ( Depkes RI, 2000). Hal ini meliputi pemeriksaan kehamilan dan tindak lanjut terhadap penyimpangan yang ditemukan, pemberian intervensi dasar seperti pemberian imunisasi Tetanus Toksoid ( TT ) dan tabelt Fe serta mendidik dan memotivasi ibu agar dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya. Penerapan praktis pelayanan antenatal care sering dipakai standard minimal meliputi 5T, yaitu: (1) timbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang dapat dimanfaatkan untuk menilai suatu status gizi ibu; (2) pemeriksaan tekanan darah; (3) pemeriksaan tinggi fundus uteri; (4) pemberian Tetanus Toksoid (TT) dua kali selama hamil; (5) pemberian tabelt zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama hamil, untuk pemeriksaan paripurna meliputi 7 T yaitu ditambah dengan test terhadap penyakit menular seksual dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Antenatal care merupakan kegiatan pemeriksaan ibu dan janin selama kehamilan yang dilakukan secara teratur. Pemeriksaan antenatal pertama kali dilakukan pada bulan pertama kehamilan, selanjutnya periksa ulang 1 kali sebulan dan periksa ulang 1 kali setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan. Adapun jadwal pemeriksaan antenatal adalah : Trimester I dan II : (1) dilakukan setiap bulan; (2) diambil data tentang laboratorium; (3) pemeriksaan Ultrasonografi; (4) nasehat diet : empat sehat lima sempurna, protein gram/kg berat badan ditambah satu telor/hari; (5) observasi : penyakit yang dapat memhubungani kehamilan, komplikasi kehamilan,; (6) rencana : pengobatan penyakit, menghindari terjadinya komplikasi kehamilan, dan imunisasi TT pertama. Trimester III : (1) dilakukan setiap seminggu atau dua minggu sampai ada tanda kelahiran tiba; (2) evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan; (3) diet empat sehat lima sempurna; (4) pemeriksaan Ultrasonografi; (5) imunisasi TT kedua; (6) observasi : penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hasil trimester ketiga, berbagai kelainan kehamilan trimester III; (7) nasehat dan petunjuk tentang tanda inpartus serta kemana harus datang untuk melahirkan.

Frekuensi kunjungan masing-masing ibu hamil berbeda-beda tergantung pada keadaan masing-masing ibu hamil. Frekuensi pelayanan antenatal care pada triwulan pertama minimal 1 kali, triwulan kedua minimal 1 kali dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal care tersebut untuk menjamin mutu pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan (Depkes, RI, 2005). Tujuan pengawasan antenatal adalah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu hamil serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga keadaan ibu pada saat postpartum dalam keadaan sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Adapun tujuan dari pelayanan antenatal care adalah; (1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin; (2) meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial janin; (3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan; (4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; (5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif; (6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Depkes, RI, 2002). Penelitian di Brazil yang dikutip oleh Mutiara (1994) melaporkan bahwa jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan Angka Kematian Perinatal (AKP) diantara wanita yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan adalah 56,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara untuk wanita yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali atau lebih mempunyai AKP 26,2 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terjamin sebagai persalinan yang bersih dan aman karena selain pertolongan persalinan dilakukan dengan bersih, bila terjadi gangguan dalam persalinan akan segera diketahui dan ditangani atau dirujuk. Pada prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan sterilisasi/ pencegahan penyakit, metode pertolongan persalinan yang sesuai standar pelayanan serta merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi (Depkes RI, 2005). Dalam progran Kesehatan Ibu dan anak (KIA) dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat (Depkes, RI, 2005). Penolong

persalinan

dalam

memberikan

pertolongan

persalinan

harus

memperhatikan;

(1)

Sterilitas/pencegahan infeksi, (2) Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar pelayanan dan (3) Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Dengan program penempatan bidan di desa diharapkan secara bertahap jangkauan persalinan oleh tenaga kesehatan terus meningkat dan masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.

Você também pode gostar