Você está na página 1de 3

Tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan umum diatur melalui Undang-Undang No mor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Kepentingan Umum dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden yang hingga saat ini belum terbit. Sebelum terbi tnya UU 2 Tahun 2012, telah berlaku Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor: 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaks anaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari Perpres tersebut, telah diterbitkan Perat uran Kepala BPN No.3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perpres No. 36 Tah un 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan U mum sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Perpres No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangu nan Untuk Kepentingan Umum. Sedangkan mekanisme pembayaran biaya panitia pengadaan tanah diatur melalui Perd irjen Perbendaharaan Nomor PER-31/PB/2008 tentang Mekanisme Pembayaran Biaya Pan itia Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Da nanya Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan Pasal 2 Perpres No.36 Tahun 2005 jo. Perpres No. 65 Tahun 2006, peng adaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan den gan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, sedangkan pengadaan tanah sel ain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan dengan cara ju al beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh piha k-pihak yang bersangkutan dengan contoh sebagaimana Peraturan Kepala BPN No.3 Ta hun 2007. Pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana diatur dalam UU 2 Tahun 2012 meli puti : Pertahanan dan keamanan nasional. Jalan umum ,jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api. Waduk, bendungan, bendungan irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan a ir dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya; Pelabuhan, bandar udara, dan terminal; Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi. Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik. Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah. Tempat pembuangan dan pengolahan sampah. Rumah sakit pemerintah pusat/pemerintah daerah. Fasilitas keselamatan umum. Tempat pemakaman umum. Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik. Cagar alam dan cagar budaya; Kantor pemerintah pusat/pemerintah daerah/desa. Penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta peruma han untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa. Prasarana pendidikan atau sekolah pemerintah. Prasarana olahraga pemerintah Pasar umum dan lapangan parkir umum. Pengadaan tanah berbeda dengan pengadaan barang/jasa Pemerintah lainnya, yakni t idak perlu melalui pelelangan umum. Pengadaan tanah dilakukan melalui kepanitiaa n tersendiri diluar Panitia Pengadaan Barang/Jasa yang telah ditetapkan oleh KPA yaitu dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang ditetapkan oleh Bupati/Wal ikota atau Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta dalam hal pengadaan tanah yang lua snya lebih dari 1 (satu hektar) atau dilaksanakan secara langsung melalui jual b

eli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati para pihak. Pengadaan tanah tersebut pada prinsipnya dilakukan dengan cara musyawarah dan mu fakat antara pemilik tanah dengan Panitia/KPA berpedoman pada NJOP atau nilai ny ata/sebenarnya dan apabila nilai jual diatas NJOP harus disertakan surat keteran gan dari Lurah. Sesuai pasal 6 Perpres No.36 Tahun 2005 jo. Perpres No. 65 Tahun 2006, pengadaan tanah untuk kepentingan umum di wilayah Kabupaten/Kota dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota, Khusus untuk Daerah Khusus Ibukota dibe ntuk oleh Gubernur DKI, sedangkan untuk pengadaan tanah yang terletak di dua wil ayah Kabupaten/Kota atau lebih, dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Provinsi yang dibentuk oleh Gubernur dan jika terletak di dua willayah Provinsi dengan bantuan Panitia Pengadaan tanah yang dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri. Susunan keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah pada masing-masing tingkat Kab/Kota/ Provinsi/Nasional paling banyak 9 (sembilan) orang dengan susunan : Sekretaris Daerah Kab/Kota unituk panitia Kab/Kota; Sekretaris Daerah Provin si unituk panitia Provinsi; Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri untuk panitia pusat masing-masing sebagai ketua merangkap anggota; Pejabat daerah dari unsur perangkat daerah/Provinsi yang ditunjuk setingkat eselon II unituk panitia tingkat Kab/kota/Provinsi; pejabat eselon I Kementerian Pekerjaan Umum untuk panitia pusat, masing-masing sebagai wakil ketua merangkap anggota; Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota atau pejabat yang ditunjuk untuk panitia K ab/Kota; Kepala Kanwil BPN Provinsi atau pejabat yang ditunjuk untuk panitia pro vinsi; pejabat eselon I BPN yang ditunjuk untuk panitia pusat; masing-masing seb agai sekretaris merangkap anggota; Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kab/Kota yang terkait dengan pelaksanaan pengad aan tanah atau pejabat yang ditunjuk; Kepala Dinas/Kantor/Badan di provinsi yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk Dirjen/As isten Menteri/Deputi pada instansi yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah; masing-masing sebagai anggota; Gubernur yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk setingkat eselon II un tuk panitia pusat sebagai anggota; Bupati/Walikota yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk setingkat eselo n II untuk panitia pusat sebagai anggota. Susunan keanggotaan panitia tersebut terdiri dari unsur perangkat daerah terkait seperti Dinas Pertanian/Perkebunan, Dinas Sospol, BPN, Instansi yang menanggani PBB (KPP Pratama) dsb atau lebih dikenal dengan Panitia Sembilan. Tugas dari pa nitia pengadaan tanah tersebut antara lain : Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan be nda-benda lain yang ada kaitan nya dengan tanah yang haknya akan dilepas atau di serahkan; Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaska n atau diserahkan, dan dokumen yang mendukungnya; Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dil epaskan atau diserahkan; Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengad aan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak maupun media elektronik agar diketahui oleh seluruh masyarakat yang terke na rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah; Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi Pemer intah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan b

entuk dan/atau besarnya ganti rugi; Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada di atas tanah; Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan dan menyera hkan kepada pihak yang berkompeten. Musyawarah adalah kegiatan yang mengandung proses saling mendengar, saling membe ri dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan meng enai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan kegia tan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mem punyai tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dengan pihak yang memerlukan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan musyawarah dalam rangka memperoleh kesepakatan mengenai (1) pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan um um di lokasi tersebut, (2) bentuk dan/atau besarnya ganti rugi. Musyawarah dilak ukan di tempat yang ditentukan dalam undangan.

Você também pode gostar