Você está na página 1de 6

ANALISA PERHITUNGAN BENDUNG TETAP

Analisa Perencanaan Bendung Tetap a. Analisa hidrolis bendung 1. Peil Mercu Pada saat muka air sungai mencapai peil mercu, yaitu setinggi mercu bendung, maka karena kemungkinan adanya gelombang, sehingga airnya akan melimpah mercu. Dalam hal ini berarti bahwa peil air normal sebenarnya tidak lagi setinggi mercu bendung, tetapi kurang dari itu, dan ditaksir 10 cm di bawahnya. Karena itu dalam eksploitasi dan dalam perhitungan pintu intake dianggap bahwa peil air normal sungai adalah 10 cm di bawah peil mercu. 2. Tinggi Bendung Yang dimaksud dengan tinggi bendung disini adalah jarak antara lantai muka bendung sampai puncak bendung (P). Dalam hal ini belum ada ketentuan yang tegas mengenai harga P. Tetapi dilihat dari segi stabilitas bendung, maka dapatlah dianjurkan agar P 4 m dengan P = 0,5 H1. Dimana H1 adalah tinggi energi air diatas mercu. Mengenai peil lantai muka bendung, agar tidak merubah terlalu banyak sifat pengalirannya diambil peil dasar sungai di tempat rencana bendungan.

3. Lebar Bendung

Yang dimaksud dengan lebar bendung adalah jarak antar tembok pangkal pada suatu sisi dan tembok pangkal di sisi yang lain. Lebar (bentangan) bendungan, harus direncanakan rupa, agar air banjir dapat melintasinya. Untuk itu, dianjurkan agar lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai ada ruas yang stabil. 1. Lebar efektif bendung Lebar bendung yang berfungsi untuk melewatkan debit air disebut lebar efektif, yaitu hasil pengurangan lebar bendung sesungguhnya dengan jumlah seluruh kontraksi yang timbul pada aliran air yang melintasi mercu bendung tersebut. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung lebar efektif bendung (Bef) (Civil Engineering Department US. Army) adalah : Bef Dimana: Bef B Kp Ka H1 n = Lebar efektif bendung (m) = Lebar mercu bendung sebenarnya (m) = Koefisien kontraksi pada pilar = Koefisien kontraksi pada pangkalan bendung = Tinggi energi di atas mercu bendung (m) = Jumlah pilar-pilar Harga-harga koefisien kontraksi pada pilar (Kp) dan pangkalan bendung (Ka) dapat dilihat pada table 1.22 dan 1.23. 2. Tebal Pilar = B 2 (n . Kp + Ka) . H1 .(3.28)

Tebal pilar tergantung dari lebar pintu pembilas serta tingginya pilar itu sendiri dengan tebal minimum 1 (pembilas). 3. Pintu Penguras (pembilas) Pintu penguras bendung befungsi untuk menguras bahan-bahan endapan, maka pintu harus dibuka pada penguras. Dimana ukuran pintu penguras tidak boleh terlalu kecil atau terlalu besar, agar memudahkan dalam pengoperasiannya. Sebagai standar dalam menentukan lebar pintu penguras diambil nilai yang terbesar dari harga di bawah ini. 1/10 lebar bersih bendung 60 % dari lebar total pintu intake Dalam perencanaan ini dihitungkan terhadap dua keadaan air normal dan keadaan air banjir. Dan unutk bendung yang dilengkapi dengan under struier, penguras terjadi dua bagian, yaitu pintu setinggi understruier dan pintu dibuka penuh. Besarnya kapasitas penguras dapat dihitung dengan rumus berikut: Qp Qp K a q h1 = K . . a . Bp . b 2 . q . h1 .. (3.29)

= Debit penguras (m3/det) = Faktor aliran tenggelam (lampiran) = Koefisien bukaan pintu (m) = Tinggi bukaan pintu (m) = Percepatan gravitasi (9,81 m/det3) = Kedalaman air diendapkan pintu diatas ambang (m) Sedangkan besarnya diameter yang dapat dibilas adalah:

Vc

= 1,5 . C

d (3.30)

Vc C d

= Kecepatan kiritis yang diperlukan untuk penguras (m/det) = Koefisien gerak penguras berkisar antara 3,2 sampai 5,5 = Diameter terbesar dari endapan (m)

4. Bentuk Penampang Hidrolis Bendung Penentuan bentuk penampang lintang bendung, disesuaikan dengan lengkung bagian bawah dari suatu berkas aliran yang melintas bendung tipis (bermercu tipis) dan dengan koordinat setiap titik pada permukaan bendung. Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung bentunk penampang lintang bendung dengan metode Civil Engineering Department US. Army; terdiri dari 2 (dua) bagian sebagai beriku: 1. Penampang lintang di sebelah hilir dari titik tertinggi mercu bendung lengkung. Harold dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: X1,85 Dimana: H1 X = = Tinggi tekanan air rencana (m) Jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik = 2 . h10,85 . y . (3.31)

permukaan mercu sebelah hilir (m). Y = mercu sebelah hilirnya (m). Bagian yang lebih ke hilir dari lengkung yang diperoleh dilanjutkan secara kontinu dengan suatu lengkungan yang dapat diperoleh dengan mendeferensialkan rumus (3.31) tersebut, sehingga dihasilkan bentuk rumus sebagai berikut: Y = 0,925/m0,85 . X0,85 .. (3.32) Jarak vertical dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan

Titik permulaan daripada lengkung ini dapat pula dihitung dengan rumus: Y 2. = 1,096 . h1 . Y0,85 . (3.33)

Penampang lintang di sebelah udik dari titik tertinggi mercu bendung dapat diperoleh dengan cara: Jari-jari cekungan (R) dibuat s/d 1/3 tinggi bendung dan bersambung dengan lantai lindungan hilir secara garis singgung. Kapasitas pengaliran diatas bendung dapat dihitung dengan rumus: Q = Dd . 2/3 . 3/3 . q . Bef . H11,5 . (3.34)

Dimana: Q Cd = = Debit (m/det) Koefisien debit (Cd = 2,20 0,0416 . (H1/p)0,9900)

5. Analisa Pintu Pengambilan (Intake) Besar bukaan pintu pengambilan tergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini tergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 2,0 m/det yang merupakan besar perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 dapat masuk. Sehingga dimensi lubang intake dapat dihitung dengan rumus: Qs Dimana: Qs = = Debit (m3/det) Koefisien debit (untuk bukaan dibawah permukaan air dengan = . b . a . 2 . q . Z (3.35)

kehilangan tinggi energi kecil = 0,8) b = Lebar bukaan (m)

a q Z

= = =

Tinggi bukaan (m) Percepatan gravitasi (9,81 m/det2) Kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)

Untuk debit rencana saluran (Qs) dapat dihitung dengan persamaan: Qs C NFR A e = = = = = 0,73. Elevasi mercu bendung direncanakan 0,10 diatas elevasi pengambilan untuk mencegah kehilanganair pada bendung akibat gelombang. Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dari dasar sungai. Ambang direncanakan diatas dasar dengan ketentuan sebagai berikut: 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau 1,00 m jika sungai juga mengangkut pasir dengan kerikil 1,50 m jika sungai mengangkut batu-batu bongkah. C . NFR . A / e ... (3.35) Koefisien (c = 1) Kebutuhan bersih air di sawah (l/det/ha) Luas daerah yang dialiri (ha) Koefisien irigasi secara keseluruhan (e = et . e sep) yaitu antara 0,59

Você também pode gostar