Você está na página 1de 31

ARGENTOMETRI

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.

Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Umumnya untuk halogenida

Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah:

Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+.

Pada titrasi argentometri, zat yang diperiksa dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu : 1. potensiometri 2. Amperometri 3. Indikator kimia Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.

Syarat indikator untuk titrasi pengendapan, analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu : 1. Perubahan warna harus terjadi dengan jelas pada reagen /analit. 2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.

Indikator dan Penetapan Titik Akhir


1.

2.

Kalium Kromat indikator ini dibuat dengan kadar 5% (5 g/100mL), untuk metode Mohr Titik akhir tercapai akan memberikan warna merah dari Ag2CrO4. Feri Amonium Sulfat indikator ini merupakan larutan jenuh(40%) dan ditambahkan beberapa tetes asam nitrat 6N. Untuk metode Volhard. titik akhir akan membentuk warna merah dari Fe(SCN)6

3.

Indikator Absorbsi indikator berupa zat asam atau basa yang berubah warnanya karena absorbsi oleh endapan pada titik akhir. Untuk metode fajans titik akhir : Fluoresin (0,2% dalam alkohol 70%) : hijau kekuningan menjadi kemerah-merahan Diklorofluoresin (0,1% dalam alkohol 70%) : hijau kekuningan menjadi kemerah-merahan Eosin (0,1% dalam alkohol 70%) : kemerahmerahan menjadi ungu kemerahan Rhodamin b (0,05% dalam air) : jingga kemehmerahan menjadi ungu kemerah-merahan.

4.

Larutan Kalium Iodida indikator ini dibuat dari 1gram KI dalam 10 mL air, digunakan untuk penetapan sianida. Untuk Metode Leibig titik akhir terbentuk perak sianida berwarna kuning kenari.

Titrasi pengendapan
Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa ataupun titrasi reduksi-oksidasi (redoks) Kesulitan mencari indikator yang sesuai Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti, terutama jika ada efek kopresipitasi Kelarutan = konsentrasi larutan jenuh zat padat (kristal) di dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.

Tetapan Hasil kali Kelarutan : Ksp = [Ba2+] [SO42-] (dalam keadaan setimbang)

Kurva titrasi pengendapan

a. b.

c.

Jika 50 ml NaCl 0,1M ditirasi dengan AgNO3 0,1 M hitung ion Cl ketika (a) awal titrasi (b) penambahan 10 ml AgNO3 (c) penambahan 49,9ml AgNO3 (d) titik ekivalen (e) 60 ml. Jika Ksp AgCl=1,56 x 10-10 Cl = 0,1M-----pCl=1 Cl= (VrMr) (VtMt) = (50x0,1) (10x0,1) = 0,067 ---pCl= 1,17 Vr+Vt (50+10) Cl = 10-4 ---- pCl= 4

Precipitation Titrations

Precipitation titrations are based on the SOLUBILITY PRODUCT of the salt, KSP. The smaller KSP, the less soluble the silver salt and the easier it is to determine the endpoint

Precipitation Titrations

Endpoint determination is by coloured indicators (usually back titrations) or turbidity methods (metode kekeruhan).

The most accurate is the VOLHARD METHOD.

Precipitation Titrations
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :

MORH METHOD FAJANS METHOD VOLHARD METHOD LEIBIG METHOD

Metode Morh
Pada prinsipnya adalah pembentukan endapan berwarna dari kalium kromat yang ditambahkan sebagai indicator . Pada titik akhir titrasi ion kromat akan terikat oleh ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berwarna merah . Titrasi ini harus dilangsungkan dalam suasana netral atau sedikit alkali lemah ,dengan PH 6,59,karena pada suasana asam akan terjadi reaksi pembentukan senyawa dikromat .

metode ini merupakan metode langsung Reaksi yang terjadi adalah :

Kerugian metode Mohr


1.

2.

3.

4.

Hanya untuk bromida dan klorida, karena iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, hal ini karena perak iodida maupun perak tiosinat mengabsorbsi ion kromat sehingga titik akhir yg kacau. Adanya ion sulfida, fosfat dan arsenat juga akan memberikan endapan Titik akhir kurang sensitif jika larutan yang digunakan encer Adanya ion-ion yang terjebak, sehingga saat titrasi perlu penggojogan yang kuat.

Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator absorbsi. senyawa yang biasa digunakan adalah fluoresein dan eosin . Metode kekeruhan: Pada metode ini digunakan larutan baku natrium klorida dimana larutan tersebut dititrasi dengan larutan perak dengan adanya asam nitrat bebas atau sebaliknya dengan persyaratan tertentu penambahan indikator tak diperlukan karena adanya kekeruhan yang di sebabkan penimbunan beberapa tetes suatu larutan pada larutan yang lain yang menandakan titik akhir belum tercapai. Titrasi dilanjutkan hingga tidak ada kekeruhan lagi.

Metode volhard
Pada prinsipnya adalah penentuan titik akhir dengan ditandai oleh pembentukan senyawa berwarna yang larut . Metode ini dilakukan titrasi secara tidak langsung dimana dilakukan penambahan AgNO3 berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan baku KCNS 0,1 N atau ammonium tiosianat 0,1 N. Indikator yang digunakan adalah besi (III) nitrat atau besi (III)ammonium sulfat Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br , dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3.

Precipitation Titrations
Ag+ + SCNAgSCN

Fe3+ + SCN-

FeSCN2+

Blood Red

Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojogan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut. Cara Leibig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahanlahan.

Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoni-akalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3) 2- yang larut. Hal ini dapat di atasi dengan menambahkan sedikit larutan kalium iodida. Dalam Farmakope Indonesia, titrasi argentometri digunakan untuk penentuan kadar: amonium klorida, fenoterol hidrobromida, kalium klorida, klorbutanol, melfalan, metenamin mandelat dan sediaan tabletnya, natrium klorida, natrium nitroprusida, sistein hidroklorida, dan tiamfenikol.

Pembentukan Endapan Berwarna


Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa.
Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).

Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.

Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CNtercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2 ] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion komplek diamilum.

Indikator Argentometri
KALIUM

KROMAT

LARUTAN 5% DALAM AIR SUASANA NETRAL SUHU 25oC KADAR TIDAK LEBIH DARI 0,058 M

FERI

AMONIUM SULFAT

LARUTAN JENUH SEKITAR 40% DALAM AIR + BEBERAPA TETES ASAM NITRAT 6 N SETIAP TITRASI DIPERLUKAN 1 ml indikator Digunakan pada metoda Volhard

INDIKATOR

ABSORPSI

Zat warna teradsorpsi di permukaan endapan Terbentuk lapisan berwarna tertentu

KALIUM IODIDA Larutan 1 g kalium iodida dalam 10 ml air Warna larutan saat TAT kuning kenari

Metoda-metoda Argentometri

Mohr

Penetapan kadar klorida atau bromida Suasana netral Indikator kromat Penetapan kadar perak Larutan baku tiosianat (Kalium atau Amonium) Indikator besi Suasana asam

Volhard

Metoda-metoda Argentometri

K. Fajans
Titrasi

dengan indikator adsorpsi Suasana netral Kadar harus tinggi agar ada endapan yang jelas

Leibig
Indikator

kekeruhan Perak membentuk ion kompleks dengan sianida yang larut Saat sampel habis kelebihan perak akan membentuk endapan dengan ion kompleks

Pembuatan larutan baku dan pembakuannya


1.

Larutan baku perak nitrat 0,1 N Pembuatan : keringkan serbuk perak nitrat pada 120 0C selama 2 jam, dinginkan dalam desikator. Timbang 16,989 gram cukupkan dengan 1000 mL air dalam labu ukur. Simpan dalam botol coklat. Pembakuan : timbang seksama kurang lebih 2,9 gram NaCl murni, larutkan dalam air ad 250 mL. pipet 25 mL dan tambahkan 1 mL indikator kalium kromat, titrsi hingga terbentuk warna merah.

1.

Larutan baku amonium tosianat 0,1 N Pembuatan : timbang 7,612 g amonium tiosoanat cukupkan dengan 1000 mL air dalam labu ukur. Pembakuan : masukkan 30 mL perak nitat 0,1 N , encerkan dengan menambahkan 50 mL air, kemudian 2 mL asam nitrat, berikan indikator besii(III)amonium sulfat 8% sebanyalk 2 mL, titrsi hingga terbentuk warna coklat merah.

Você também pode gostar