Você está na página 1de 8

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak awal harus dikatakan bahwa meskipun aborsi kini merupakan topik
yang sangat kontrovensional, tetapi aborsi telah lama dikenal dalam sejarah.
Sebenarnya, selama berabad-abad, telah ada kelompok masyarakat yang
membolehkanya dan kelompok masyarakat yang membolehkannya dan kelompok
masyarakat cina secara bebas menggunakan obat-obatan untuk melakukan aborsi.
Dari hasil penggalian nash dalam Al Quraan dan Hadits, ustadz Abdul
Qadim Zallum menetapkan batas umur kehamilan kurang dari 40 hari untuk
kebolehan melakukan aborsi, tentunya atas indikasi medis yaitu mengancam nyawa
ibu. Hasil ijtihad ini dapat menjadi dasar bolehnya melakukan aborsi bagi korban
perkosaan dengan ketentuan batas umur kehamilan tadi. Adapun upaya legalisasi
aborsi dengan alasan menurunkan angka kematian ibu dan menyelamatkan masa
depan remaja yang hamil akibat free sex haruslah ditolak. Solusi yang tepat pada
kasus ini adalah mencegah terjadinya free sex itu sendiri, bukan melegalisasi
aborsi, yang malah menjamin menjamurnya free sex.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Aborsi?
2. Jenis jenis aborsi/abortus ?
3. Apa saja kritik terhadap aborsi
4. Apa hukumnya aborsi dalam pandangan Islam?







2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi
Aborsi adalah berakhirnya kehamilan dapat terjadi secara spontan akibat
kelainan fisik wanita atau akibat kelainan fisik wanita atau mungkin disengaja
melalui campur tangan manusia . hal ini bisa dilakukan dengan cara meminum
obat-obatan tertentu dengan tujuan mengakhiri kehamilan atau mengunjungi dokter
dengan tujuan meminta pertolonganannya untuk mengakhiri kehamilan baik
mengosongkan isi rahim melalui proses penyedotan atau dengan melebarkan.
1

Setiap aborsi spontab yang terjadi karena faktor-faktor biomedis internal
disebut sebagai keguguran . yang demikian ini tidak menjadi kontrovensi.
Karena itu, dari definisi di atas , harus dipahami bahwa aborsi,
sebenarnya,adalah setiap tindakan yang diambil dengan tujuan meniadakan janin
dari rahim wanita sebelum akhir masa alamiah kehamilan.

B. Macam-Macam Aborsi
Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak
macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan
dipukul rata. Diantara pembagiaan Aborsi adalah sebagai berikut :
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna Aborsi adalah
pengguguran. Aborsi ini dibagi menjadi dua :
Pertama : Aborsi Kriminalitas adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja
karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undang yang berlaku.
Kedua : Aborsi Legal, yaitu Aborsi yang dilaksanakan dengan sepengetahuan
pihak yang berwenang.
Menurut medis Aborsi dibagi menjadi dua juga :


1
Abrasyi, A, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet.II. (Jakarta : Bulan Bintang,
1974), hal. 54
3

1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneus ), yaitu aborsi secara secara tidak
sengaja dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak
tertentu. Masyarakat mengenalnya dengan istilah keguguran.
2. Aborsi buatan ( Aborsi Provocatus ), yaitu aborsi yang dilakukan secara
sengaja dengan tujuan tertentu. Aborsi Provocatus ini dibagi menjadi dua :
a. Jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan,
maka disebut dengan Abortus Profocatus Therapeuticum
b. Jika dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum
yang berlak, maka disebut Abortus Profocatus Criminalis
Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah :
menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas
permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya .

C. Kritik Terhadap Aborsi
Upaya segelintir kaum sekuler yang bermaksud melegalisasi aborsi melalui
amandemen UU 23/1992 tersebut wajib dihentikan dan digagalkan, karena
merupakan kemungkaran yang nyata yang sangat bertentangan dengan Aqidah dan
Syariah Islam.
Kemungkaran upaya hina tersebut dapat dibuktikan melalui poin-poin
kritikan sebagai berikut ini :
1. Konsep Safe Abortion Adalah Batil
Pihak pro aborsi mengatakan bahwa aborsi tak aman berkontribusi 11 %
terhadap AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia yang besarnya 307 orang untuk
setiap 100.000 kelahiran. Maka mereka memandang bahwa agar AKI turun, aborsi
yang tidak aman harus diubah menjadi aborsi yang aman (safe abortion) yang
dilakukan oleh tenaga medis yang profesional, bukan oleh tenaga yang tak
profesional.
2. Tidak Boleh Mengurangi AKI dengan Jalan Aborsi
Pihak pro aborsi berhujjah bahwa aborsi itu dilakukan demi mengurangi
AKI. Bukankah ini tujuan yang mulia?
4

Jawabnya, benar bahwa AKI haruslah dikurangi. Tapi aborsi tidak boleh
dijadikan jalan untuk mengurangi AKI itu, sebab itu berarti menempuh jalan yang
haram untuk menuju sesuatu yang halal.

D. Aborsi dalam Hukum Islam
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus
hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak.
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu
perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan
pembunuhan, yaitu sebagai berikut :
Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong
sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun
dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya,
sebagaiman firman Allah swt : .
;4 E4^`OE /j_4
4E1-47 _E4U4EO4 O)
)OE^- @O4l^-4
_E4^~Ee4O4 ;g)`
ge4lj1-C- _4LU_4
_O>4N OOgV ;}Og)` E4^UE=
1E1_^> ^_

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70)
Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
;}g` ;_ ElgO E44
_O>4N /j_4 Cg74O) +O^^
}4` 4~ -O^4^ )OO4) `^4^
u l1=O O) ^O-
E^^E: 4~ "EEL-
4OgE_ ;}4`4 E-41;O
.4^^E: 41;O "EE4-
5

4OgE_ _ ;4 _^>47.E_
4LUc+O ge4L)O4l^)
O Ep) -LOOg1E _u4g)`
Eu4 CgO O) ^O-
]O)O;O ^@g

Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan
nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya. (Qs. Al Maidah:32)
Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam
kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :
4 W-EOU+-^> 7Eu
O4O;=E= -U^`) W }^4+
_~NeO4^ 7+C)4 _ Ep)
_Uu~ 4p~ 6*;C= -LOO):E
^@

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah
yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah dosa yang besar. (Qs al Isra : 31)
Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt,
sebagaimana firman Allah swt
_ OO+^4 O) g~4O- 4`
+7.4=e -O) E_ O=OG`
7N_@O^Cq 1E^gC O^)

Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi. (QS al Hajj : 5)
Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :
4 W-OU+^> "^EL-
/-- 4OEO +.- )
--E^) }4`4 g~
4`OU;4` ; 4LUEE_
6

gOjOg4Og 4LCUc E
O@OO+C O)O u^- W +O^^)
4p~E -4OOOL4` ^@@

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan
alasan yang benar ( Qs al Isra : 33 )
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus
hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa
hak, sebagaimana firman Allah swt :
}4`4 +^4C 44g`uN`
-4g-E4-G` +74.-4OE
OE4E_E_ -V)-E= OgOg
=U_EN4 +.- gO^OU4N
+O4LE4 O4N4 +O
-EO4N V1g4N ^_@

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An
Nisa : 93 )
Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan peniupan ruh pertama kali
dan batasan waktu boleh tidaknya melakukan aborsi. Ulama' mazhab Hanafi
menyatakan bahwa peniupan ruh pertama kali terjadi ketika usia kehamilan 120
hari dan menyepakati kemubahan aborsi sebelum usia janin 120 hari, sebab
sebelum masa itu janin belum dianggap sebagai makhluk hidup karena belum ada
kehidupan di dalamnya, sedangkan menurut ulama mazhab Syafi'i peniupan ruh
pertama kali adalah ketika kehamilan berusia 40 hari, kemudian menyikapi
masalah aborsi para ulama mazhab Syafi'i menyatakan boleh sebelum kehamilan
usia 40 hari dan sebagian yang lain menyatakan hukumnya adalah haram, para
ulama berbeda pendapat mengenai apakah janin sudah dianggap makhluk hidup
sebelum ruh ditiupkan dalam diri janin.
2


2
Hanafiah, M. Jusuf. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 3, (Jakarta: EGC,
1999.), hal. 145.
7

Pandangan hukum ulama mazhab Syafi'i dalam menyikapi masalah abortus
provocatus terbagi menjadi dua: 1. Ulama yang mengharamkannya setelah janin
berusia 40 hari, 2. Ulama yang mengharamkannya sejak awal apapun. Pandangan
hukum mazhab Hanafi terbagi menjadi dua: 1. Ulama yang membolehkan secara
mutlak sebelum janin berusia 120 hari, 2. Ulama yang membolehkan sebelum 120
hari dengan disertai uzur yang kuat. Ulama mazhab Syafi'i dan Hanafi dalam
menetapkan hukum tentang abortus provocatus sama-sama menggunakan metode
qiyas (analogi).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sudah jelas disebutkan dalam undang-undang Assyria 1500 SM mengutuk
aborsi dalam kalimat berikut :
Setiap wanita yang menyebabkan jatuhnya sesuatu yang ditahan oleh rahimnya
.harus diperiksa ,dihukum dan ditembak pada tiang pancang , dan tidak boleh
dikubur .
Maka Abosri sangat tidak dibenarkan dalam hokum islam, begitu pula
dengan hokum Negara, bng melakukan aborsi bila tetap melakukan praktek aborsi
maka yang melakukan aborsi serta dokter yang membantu akan mendapatkan
sangsi tindak pidana serta perdata.

B. Saran
Pengaplikasian Agama Islam dalam bidang social, budaya,ekonomi dan
pendidikan sangat penting dan sebaiknya di pahami dan di mengerti dengan baik.
Apa lagi mengenai masalah yang mugkin sudah biasa dikalangan remaja saat ini
yaitu aborsi/abortus. Sebaiknya orang tua lebih memberikan pendidikan khusus
kepada anak mengenai pergaulan remaja , serta membimbing anak dalam pergaulan
agar bisa menjaga jarak, sehingga dapat memudahkan kita dalam kehidupan
bermasyarakat dan dapat pula menambah wawasan kita dalam beragama.
8











DAFTAR PUSTAKA
Abrasyi, A, 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet.II. Jakarta : Bulan
Bintang.
Hanafiah, M. Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 3,
Jakarta: EGC

Você também pode gostar