Você está na página 1de 35

A S U H A N K E P E R A W A TA N PA D A T N .

M D E N G A N G A N G G UA N S I S T E M P E R S A R A FA N A K I B A T T E TA N U S D I R UA N G M E L A T I R S U D R S Y A M S U D I N S H TA H U N 2 0 1 3

OLEH : ILDA RIZKYANI

KONSEP DASAR PENYAKIT


Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani .Penyakit ini mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.

ETIOLOGI
Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka yang disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat luka bakar dan patah tulang yang terbuka juga akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan

clostridium tetani.

PATOFISIOLOGI
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka baker, luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme

multiple membentuk dua toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan


toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat.

PATOFISIOLOGI
Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh antititoksin.

Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin


diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke kornu anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan saraf pusat. Toksin

bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot manjadi kejang dan
mudah sekali terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.

MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas biasanya antara 5 10 hari.
Yang pertama terserang adalah otot rahang sehingga rahang kaku dan sulit dibuka (trismus ). Penderita kemudian mengalami kesulitan menelan, dan gelisah. Selanjutnya muncul kaku kuduk, kaku tangan dan kaki, sakit kepala, demam menggigil dan kejang umum.

Otot muka khas kejangnya sehingga muka penderita seperti orang menyeringai ( risus sardonikus ).
Kejang otot perut, leher, dan punggung menyebabkan badan melengkung ke belakang disebut epistotonus. Spasme otot spincter kandung kemih dan anus menyebabkan retensi urine dan konstipasi. Kesadaran penderita baik, demikian juga saraf sensorik. Selama kejang, otot dada, otot pernafasan, dan glotis ikut kaku sehingga pernafasan terganggu dan penderita mengalami sianosis sampai asfiksia yang sering fatal.

PENATALAKSANAAN
1. Umum : Merawat dan membersihkan luka dgn sebaik-baiknya Diet cukup kalori dan protein ( bentuk makanan tergantung pada kemampuan membuka mulut dan menelan ) Isolasi klien untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap klien lainnya Oksigen dan pernapasan buatan dan tracheotomy kalau perlu Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

PENATALAKSANAAN
2. Obat-obatan :

Anti toksin . Tetanus Imun Glubolin (TIG ) lebih dianjurkan pemakainnya di bandingkan dengan anti tetanus serum (ATS) dari hewan. Disis initial TIG adalah 5000 U IM ( disis harian 500 6000 U ). Kalau tidak adaTIG diberi ATS dgn dosis 5000 U IM dan 5000 U IV. Anti kejang. Beberapa obat yg dapat diberikan : - Diasepam - Meprobamat - Klorpromasin - Fenobarbital

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Glukosa Darah: BUN Elektrolit (Kalium, Natrium) 2. Skull Ray 3. EEG

KOMPLIKASI
Spasme otot faring Asfiksia. Atelektasis Fraktur kompresi Jalan nafas : Aspirasi, Laringuspasme/obstruksi, Obstruksi berkaitan dengan sedatif. Respirasi : Apnea, Hipoksia ,Gagal nafas tipe 1 (atelektasis, aspirasi,pneumonia), Gagal nafas tipe 2 ( spasme laringeal,spasme trunkal berkepanjangan, sedasi berlebihan) ARDSK, komplikasi bantuan ventilasi berkepanjangan (seperti pneumonia), komplikasi traneotomi (seperti stenosistrachea) Kardiovaskuler: Takikardia, hipertensi, iskemiaHipotensi, bradikardia Takiaritma, bradiaritma, Asistol, gagal jantung Ginjal : Gagal ginjal curah tinggi, gagal ginjal oliguria,. Gastrointestinal : Statis gaster, ileus, pendarahan, diare Ruptur tendon akibat spasme

PENCEGAHAN
Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan sebagai dapat paad usia 3,4 dan 5 bulan. Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 2-3 tahun. Bila mendapat luka

Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di eksplorasi dan dicuci dengan
H2O2. Pemberian ATS 1500 iu secepatnya. Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.

Bila luka berta berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/hari).

Você também pode gostar