Você está na página 1de 27

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia, salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain adalah stenosis (membuka tidak sempurna) dan

insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar. Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan katup akibat demam rematik masih sering terjadi. Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang terbaik. Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun dikurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit B. Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ? 2. Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ? C. Tujuan

1. Tujuan umum Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.

b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta. c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta.

d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta. e. f. g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik stenosis aorta. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis aorta. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.

h. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis Stenosis aorta. i. j. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause Stenosis aorta. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien Stenosis aorta. D. Manfaat Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516). Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic,

2004;25:185-187). Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya. Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta. B. Etiologi Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart

Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

1. Kelainan kongenital Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis. 2. Penumpukan kalsium pada daun katup Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasal dari proses klasifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun. 3. Demam rheumatik Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman atau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbagai cara.Kerusakan katup jantung

dapat berupa ketidak mampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya. C. Patofisiologi Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi. Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul bertahun-tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang mekanisme RAA(ReninAngiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami hipertrofi. Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intraventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan

mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan jaringan

kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard. Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun, tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas.Gejala yang mentolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup aorta. Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat menimbulkan hipotensi dan sinkop. Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik. Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik D. Manifestasi klinis Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal

ini dikarenakan jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup aorta : 1. Nyeri dada Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina). Ciri-ciri angina : Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum). Nyeri juga bisa dirasakan di: - Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam. - Punggung - Tenggorokan, rahang atau gigi - Lengan kanan (kadang-kadang).

Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan nyeri. Yang khas adalah bahwa angina: dipicu oleh aktivitas fisik berlangsung tidak lebih dari beberapa menit akan menghilang jika penderita beristirahat. Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu. Angina seringkali memburuk jika: aktivitas fisik dilakukan setelah makan cuaca dingin stres emosional

2. Pingsan (syncope) Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope. 3. Sesak napas

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan. E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Electrocardiogram (EKG) EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat. 2. Chest x-ray Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerahdaerah paru bagian atas seringkali terlihat. 3. Echocardiography Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu

echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic. 4. Cardiac catheterization Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus. F. Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan DopplerEkokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari

70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi. Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan kembali sering.

Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif) 2. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy). Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil

karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty. 1. Percutaneous aortic valve replacement. Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini

memungkinkan untuk melakukan metode ini dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain : a. Penempatan kembali katup aorta. Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan darah.

Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan. b. Valvuloplasty. Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada

bayi yang baru lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup. G. Komplikasi 1. Gagal jantung 2. Hipertensi sisitemik 3. Nyeri dada (angina pectoris) 4. Sesak nafas

H. Prognosis Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat dilakukan pada anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas Nama Pasien Umur Suku/Bangsa Agama Pendidikan Alamat Penanggung jawab biaya Nama Alamat b. Keluhan Utama : Klien dengan stenosis aorta akan mendapatkan nyeri dada (angina), pingsan (syncope) dan sesak napas yang disebabkan oleh gagal jantung. Pada 4% pada pasien dengan stenosis aorta, gejala pertama adalah kematian mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat. c. Riwayat Penyakit Sekarang : Dua minggu yang lalu klien marasa nyeri dada dan disertai dengan sesak nafas, hingga akhirnya klien mengalami sinkope, kemudian Suaminya :Tn. F : Banyu Urip, Surabaya : SMA : Banyu Urip, Surabaya : Ny. R : 41 tahun : Jawa/Indonesia : Islam

membawanya ke RSUD Dr. Soetomo 1) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :

Klien pernah dirawat di RS dengan diagnosa typus. 2) Riwayat Penyakit Keluarga :

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab stenosis aorta.

2. Observasi a.

Keadaan umum Suhu Nadi : 364oC : 24 x/menit

Tekanan Darah : 120/80 RR : 87 x/menit

3. Pemeriksaan Persistem B1 (Breathing) Terjadi perubahan pernapasan, takipnoe, pernapasan dangkal. B2 (Blood) Ada perubahan denyut nadi, takikardia. B3 (Brain) Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Klien nampak gelisah. B4 (Bladder) Retensi urine B5 (Bowel) Normal B6 (Bone) Normal B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru. 3. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder. 4. Resiko tinggi terhadap ketidak seimbangan volume cairan (kelebihan)

berhubungan dengan peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal. 5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan supplay oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan. 6. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung. C. Intervensi 1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen ke miokardium

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons nyeri dada

Kriteria evaluasi : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine >600ml/ hari. Intervensi Mandiri Rasional

1.

Catat karakteristik nyeri, lokasi, 1. Variasi penampilan dan perilaku lamanya, dan penyebaran klien karena nyeri terjadi sebagai untuk temuan pengkajian dengan 2. Lokasi nyeri perikarditis pada

2.

Anjurkan melaporkan segera

pada

klien

nyerinya

bagian substansial menjalar ke leher dan punggung. Tetapi beda dengan nyeri iskemi miokard/ infark, nyeri

tersebut akan bertambah pada saat inspirasi dalam, perubahan posisi, dan berkurang pada saat duduk/ bersandar ke depan. 3. Lakukan keperawatan: manajemen nyeri 3. Nyeri berat dapat, menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak. a. a. Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatkan suplai oksigen ke jaringan yang mengalami iskemik. b. Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen jaringan b. Istirahatkan klien perifer sehingga akan

menurunkan miokardium

kebutuhan dan akan

meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan untuk

menurunkan iskemik. c. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian c. Berikan oksigen tambahan miokardium mengurangi ketidaknyamanan sekunder dari iskemik. d. Manajemen lingkungan: d. Lingkungan tenang akan akibat sekaligus

dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi

Lingkungan tenang dan batasi pengunjung

menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan

pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi

oksigen ruangan yang akan berkurang e. Ajarkan teknik relaksasi pengunjung apabila yang banyak akan

pernapasan dalam

berada di ruangan. e. Meningkatkan suplai oksigen

f.

Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

sehingga akan menurunkan nyeri akibat sekunder dan iskemik jaringan otak. f. Distraksi perhatian) (pengalihan dappat

menurunkan stimulus internal dengan peningkatan mekanisme produksi

enddorfin dan enkefalin yang 4. Lakukan manajemen sentuhan dapat memblok reseptor nyeri untuk korteks tidak dikirimkan ke

serebri

sehingga

menurunkan persepsi nyeri. 4. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu

menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah

Kolaborasi Pemberian terapi

dan dengan otomatis membantu farmakologi suplai darah dan oksigen ke area nyeri nyeri. dan menurunkan sensasi

antiangina (nitrogliserin)

Obat- obat

antiangina

bertujuan

untuk meningkatkan aliran darah baik dengan menambah suplai

oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan oksigen. kontrol miokardium Nitrat nyeri berguna dengan akan untuk efek

vasodilator koroner

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas. Kriteria hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal (16- 20x/ menit), respons batuk berkurang.

Intervensi Mandiri 1. Auskultasi (crackles) bunyi napas

Rasional

1. Indikasi adanya edema paru; sekunder dekompensasi jantung akibat

2. Ukur intake dan output cairan

2. Penurunan

curah

jantung tidak ginjal,

mengakibatkan efektifnya perfusi

retensi natrium/ cairan, dan penurunan output urine. 3. Timbang berat badan 3. Perubahan berat tibatiba dari

badan

menunjukkan keseimbangan

gangguan 4. Pertahankan pemasukan total cairan 2000ml/ 24 jam dalam toleransi kardiovaskuler cairan.

4. Memenuhi kenutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan dengan pembatasan adanya

Kolaborasi 1. Berikan diet tanpa garam

dekompensasi jantung.

1. Natrium retensi

meningkatkan cairan dan

meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap kerja akan kebutuhan

peningkatan jantung 2. Berikan Furosemide, hidronolakton diuretik, contoh: meningkatkan miokardium. 2. Diuretik

beban dan

sprinolakton,

bertujuan

untuk

menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi

cairan di jaringan sehingga 3. Pantau data laboratorium menurunkan risiko terjadinya edema paru. 3. Hipokalemia dapat

elektrolit kalium

membatasi keefektifan terapi.

4. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder

Data Penunjang : Mengeluh sesak nafas, badan panas, cepat lelah, pusing, mual, nyeri dada, palpitasiO : BP menurun, MAP abnormal, tachichardi, denyut lemah, Dyspnea, dysritmia, pulsus paradoks, JVP > 3 cm H2O, Cyanosis

Kriteria Hasil: Keluhan hilang, ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac isoenzim dalam batas normal , tanda pulsus paradoks hilang, cyanosis hilang Intervensi Mandiri 1. Evaluasi vital sign 2. Evaluasi pericardial CVP. 3. Observasi gejala tanda dan bunyi jantung, rub, 1. Indikasi menunjukkan adanya tanda- tanda penyakit timbul kembali, meningkat/ missal: menurun, RR TD Rasional

friction

render atau tinggi,dan lainlain. 2. Indikasi menunjukkan adanya bunyi normal jantung yang tidak bias

yang

mungkin indikasi

merupakan berkembangnya kegagalan.

yang

4. Observasi tanda tanda

menandakan adnya kelainan.

toxicitas digitales 5. Pertahankan patensi jalur IV a. Bila muncul tanda tanda tamponade, maka letakkan klien dalam posisi fowler dan observasi tanda vital sign secara ketat b. Kolaborasi dengan team medis untuk tindakan : - Oksigenasi konsentrasi 24 % 25 % dengan kecepatan aliran 2 3 liter permenit - Digitalis, diuretic, anti disritmia - Antibiotik per parenteral Pericardiocentesis

3. Mencegah memburuk.

penyakit 5. Resiko tinggi terhadap

4. Jika ditemukan tanda- tanda tixicitas, segera dihentikan

pengobatan digitalis tersebut ketidaksei agar tidak memperparah mbangan volume cairan pasien cairan (kelebihan bias )

penyakit. 5. Kebutuhan

terpenuhi, tidak dehidrasi. 6. Posisi semifowler klien

memudahkan

untuk berhubung peningkata retensi

mendapatkan oksigen untuk an dengan bernapas. - Membantu klien untuk memenuhi n oksigenasinya. - Obat- obat ini dapat mencegah memprburuk keadaan klien.

cairan dan natrium oleh ginjal. Data

Penunjang : Berat badan meningkat, Adanya Edema

Kriteria Hasil : Keseimbangan output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal, dan tidak ada edema Intervensi 1. Pantau masukan dan catat cairan, Rasional 1. Kehilangan berat badan bisa mengindikasi adanya klien

pengeluaran, keseimbangan

kekurangan cairan. 2. Memantau ada atau tidaknya suara jantung abnormal.

timbang berat badan tiap hari.

2. Auskultasi dan jantung

bunyi

nafas

3. Distensi mengindikasi

vena adanya

jugularis gagal

3. Kaji adanya distensi vena jugularis 4. Pantau Tekanan Darah 5. Catat laporan dyspnea,

jantung kanan. 4. Tekanan darah harus diukur pada waktu untuk yang telah

ditentukan

menetukan

ortopnea, Evaluasi adanya edema 6. Jelaskan pembatasan cairan 7. Tindakan Kolaborasi : tujuan

klien syok atau melemahnya kerja jantung. 5. Edema menunjukkan

ketidakseimbangan cairan. 6. Pembatasan cairan bertujuan agar tidak terjadi retensi cairan. serum 1. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume

Berikan diuretik 8. Pantau elektrolit

khususnya kalium 9. Berikan cairan IV melalui alat control 10. Berikan cairan sesuai indikasi 11. Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi

plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan

risiko terjadinya edema paru.

7. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan kebutuhan oksigen jaringan.

Data Penunjang : Laporan verbal kelemahan atau fatigue Kecepatan jantung abnormal atau TD tidak berespon terhadap aktivitas Ketidaknyamanan kerja atau dyspnea Intervensi Rasional

1. Kaji

toleransi

pasien

terhadap

aktivitas

menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan 2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas 3. Dorong memajukan aktivitas 4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi 1. Dorong pasien untuk partisipasi dalam

memilih periode 2. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. 3. Persiapkan dan dukung klien untuk

melakukan aktivitas jika sudah mampu. 4. Agar klien termotivasi untuk melakukan

aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh. 5. Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi tidak memanjakan. 1. Klien termotivasi untuk sembuh. 1. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung

Data Penunjang : Rangsang simpatis, eksitasi, kardiovaskuler, gelisah, insomnia Peningkatan tegangan, ketakutan Peningkatan ketidakberdayaan ; Takut konsekuensi yang tak khusus Ketidakpastian ; Fokus pada diri sendiri

Intervensi 1. Pantau respon fisik

Rasional ; 1. Mengetahui klien dalam keadaan

contoh palpitasi ; takikardi normal atau tidak. ; gerakan berulang 2. Berikan kenyamanan 3. Koordinasikan 2. Dengan kenyamanan, bias

tindakan mengurangi kecemasan klien yang berhubungan dengan penyakitnya. waktu 3. Dengan memanajemen waktu

istirahat dan aktivitas saat dengan baik, kondisi klien bisa fit senggang kondisi tepat untuk saat beraktivitas. 4. Sharing atau saling cerita

4. Dorong ventilasi perasaan mengenai

apa

yang

dirasakan

tentang penyakit efeknya tentang penyakitnya pada perawat terhadap pola hidup dan agar perawat bisa memantau kondisi status datang 5. Anjurkan kesehatan akan psikologis klien. 5. Mengetahui klien dalam keadaan pasien stress atau tidak agar koping klien

melakukan teknik relaksasi efektif. 6. Kaji ketidakefektifan

koping dengan stresor

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Anonymousa. 2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal 22, Nopember 2010. Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses tanggal 22, Nopember 2010. Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. tanggal 22, Nopember 2010. diakses

Você também pode gostar