Você está na página 1de 2

Pendekatan Eksemplar (The Exemplar Approach) Pendekatan ini menyatakan bahwa kita pertama-tama mempelajari beberapa contoh spesifik

dari sebuah konsep; kemudian kita menggolongkan masing-masing stimulus baru dengan memutuskan seberapa dekat ia mirip dengan contoh-contoh spesifik tersebut. Masing-masing dari contoh yang disimpan dalam memori dinamakan eksemplar. Studi representatif mengenai pendekatan eksemplar. Demonstrasi 7.3, yang didasarkan pada penelitian Evan Heit dan Laurence Barselou (1996). Para peneliti ini ingin menentukan apakah pendekatan eksemplar dapat menjelaskan struktur dari beberapa kategori superordinat, seperti kategori binatang. Mereka meminta mahasiswa undergraduate untuk memberi contoh pertama yang muncul ke otak untuk masing-masing dari ketujuh kategori tingkat dasar dalam Bagian A dari Demonstrasi 7.3. kemudian kelompok undergraduate kedua menilai tipikalitas dari masing-masing contoh tersebut, berkenaan dengan kategori superordinat binatang. Kelompok kedua itu juga menilai ketujuh kategori tingkat dasar. Model Jaringan Collins dan Loftus. Collins dan Loftus (1975) mengembangkan sebuah teori dimana makna ditunjukkan oleh jaringan-jaringan hipotetis. Model Jaringan Collins dan Loftus menyatakan agar memori semantik diorganisir dari segi struktur menyerupai jaringan, dengan banyak interkoneksi; ketika kita memanggil informasi, aktivasi menyebar ke konsep-konsep terkait. Dalam model ini, masing-masing konsep dapat ditunjukkan sebagai sebuah node (simpul), atau lokasi dalam jaringan. Masing-masing link (mata rantai) menghubungkan satu node tertentu dengan node konsep lainnya. Kumpulan node dan link membentuk satu jaringan. Gambar 7.2 menunjukkan sebagian kecil dari jaringan yang mungkin mengitari konsep apel. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 7.2. Contoh dari Sebuah Struktur Jaringan Untuk Konsep Apel, seperti dalam model jaringan Collins dan Loftus.

Misalkan anda mendengar kalimat McIntos adalah buah. Model ini mengusulkan bahwa aktivasi akan menyebar dari McIntos dan Buah ke node apel. Pencarian memori mencatat perpotongan kedua pola aktivasi ini. Akibatnya, kalimat McIntos adalah buah patut mendapatkan jawaban Ya. Tetapi, misalkan anda mendengar kalimat apel adalah mamalia. Aktivasi menyebar dari apel dan mamalia, tetapi tidak ada perpotongan dapat ditemukan. Kalimat ini patut mendapatkan jawaban tidak. Collins dan Loftus (1975) juga mengusulkan bahwa link yang sering digunakan mempunyai kekuasaan lebih besar. Akibatnya, aktivasi melakukan perjalanan lebih cepat di antara node-node. Karena itu mudah untuk menjelaskan efek tipikalitas, di mana orang-orang mencapai keputusan lebih cepat bila sebuah item adalah anggota tipikal dari sebuah kategori. Secara spesifik link antara sayuran dan wortel lebih kuat dibanding link antara sayuran dan rutabaga. Konsep aktivasi penyebaran adalah konsep yang sangat kuat. Dalam kenyataannya, variasi-variasi konsep ini telah diterapkan pada bidang-bidang psikologi kognitif, di luar memori semantik (Neath, 1998). Tetapi, model Collins dan Loftus telah digantikan oleh teori-teori yang lebih kompleks yang berusaha menjelaskan aspek-aspek lebih luas dari pengetahuan umum. Dua teori yang telah menggantikan

model Collins dan Loftus adalah teori ACT dari Anderson dan pendekatan pemprosesan terdistribusi parallel.

Teori ACT dari Anderson. John Anderson dari Carnegie Universitas Mellon telah membentuk serangkaian model jaringan, yang dia namakan ACT. ACT, singkatan dari adaptive control of though (control pemikiran adaptif), berusaha menjelaskan semua kognisi. Model-model yang telah kita pertimbangkan sejauh ini mempunyai satu tujuan terbatas: Untuk menjelaskan bagaimana kita mengorganisir konsep-konsep kognitif kita. Di pihak lain, ACT dan desain variasinya untuk menjelaskan memori, pembelajaran, kognisi ruang, bahasa, penalaran, dan pengambilan keputusan. Model ACT juga menekankan bahwa proses-proses kognitif kompleks kita dapat dijelaskan melalui akumulasi sederhana dan pemantapan banyak unit kecil pengetahuan. Ketika kita mempelajari konsep baru atau memecahkan sebuah masalah yang menantang, kita tidak membuat lompatanlompatan besar pemahaman. Kita juga tidak mereorganisasi atau mengubah bidang-bidang besar pengetahuan. Sebagaimana Anderson menjelaskan perspektifnya, keseluruhan tidak lebih banyak dari jumlah bagian-bagiannya, tetapi ia mempunyai banyak bagian (Anderson, 1996). Jelas, teori yang berusaha menjelaskan semua dari kognisi sangat kompleks. Anderson membuat pembedaan dasar di antara pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai fakta-fakta dan hal-hal (dengan kata lain, esensi dari bab sekarang). Di pihak lain, pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana melakukan tindakan (Anderson & Lebiere, 1998). Ciri penting ketiga dari teori Anderson adalah memori kerja,yang merupakan bagian aktif dari sistem memori deklaratif. Anderson mengemukakan bahwa memori kerja mempunyai kapasitas terbatas (Anderson, dkk, 1996). ACT digunakan untuk melihat bagaimana pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan memori kerja bisa berkolaborasi pada sebuah tugas kognitif tipikal (Black, 1984). Misalkan anda sedang berusaha menyetel waktu pada jam digital baru anda, dengan menggunakan brosur petunjuk. Pertama, anda mengaktivasi tujuan dari keinginan menyetel jam; karena itu tujuan tersebut berada dalam memori kerja. Tujuan penyetelan jam akan mengaktivasi prosedur seperti jika tujuan adalah menyetel jam, maka lihat brosur petunjuk. Melihat pada brosur petunjuk akan mengaktivasi prosedur pemprosesan bahan verbal dan gambar-gambar dalam brosur. Kemudian anda memahami bahan, sehingga isi brosur disimpan dalam jaringan deklaratif. Jaringan deklaratif memuat satu kumpulkan proposisi yang saling berhubungan (misalnya, jam mempunyai tiga tombol), citra visual (contohnya, tombol tanggal ada di kiri), dan informasi mengenai urutan peristiwa (contoh, stel tanggal pertama-tama, kemudian jam, kemudian menit, kemudian detik).

Você também pode gostar