Você está na página 1de 12

AGROHIDROLOGI DAS

DAN

PENGELOLAAN

sedangkan sungai yang bersumber juga dari aliran permukaan akan keruh (oleh kandungan sedimen) Aliran Permukaan (surface runoff) Aliran permukan (AP) merupakan bagian dari hujan yang tidak diserap tanah dan tidak tergenang di permukaan tanah, tetapi bergerak ke tempat lain yang lebih rendah dan akhirnya terkumpul di dalam paritparit atau saluran-saluran Aliran permukaan merupakan bentuk aliran paling penting yang menyebabkan erosi, karena AP mengikis dan mengangkut tanah permukaan dan bagian-bagiannya ke tempat lain Aliran permukaan hanya akan terjadi jika laju presipitasi (hujan) melebihi laju air yang masuk ke dalam tanah dan mulai terjadi jika laju infiltrasi, evaporasi, intersepsi dan depresi pada permukaan tanah telah terpenuhi Sifat-sifat aliran yang mempengaruhi erosi Jumlah aliran permukaan adalah jumlah air yang mengalir di permukaan tanah untuk suatu masa tertentu, dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm, cm) atau volume air (m3) Kecepatan aliran permukaan adalah waktu yang dilalui oleh suatu titik pada aliran dalam menempuh jarak tertentu, dinyatakan dalam m/detik, dipengaruhi oleh dalamnya aliran, kekasaran permukaan dan kecuraman lereng Laju aliran permukaan adalah banyaknya atau volume air yang mengalir melalui suatu titik per satuan waktu, dinyatakan dalam m3/detik, disebut juga debit air Turbulensi atau gejolak yang terjadi sewaktu air mengalir di permukaan tanah, dipengaruhi kecepatan aliran, kedalaman air, gaya gravitasi

ALIRAN PERMUKAAN Bentuk-bentuk air yang keluar dari suatu areal 1. Aliran permukaan (surface runoff atau overland flow) 2. Aliran di bawah permukaan (interflow atau subsurface flow) 3. Aliran bawah tanah (groundwater flow) 4. Aliran sungai (stream flow) Aliran Permukaan (surface runoff) Aliran permukaan adalah air yang bergerak mengalir di permukaan tanah sebelum masuk ke dalam saluran, sungai atau danau Aliran permukaan merupakan bagian dari air hujan (presipitasi) yang tidak mengalami evaporasi dan transpirasi maupun masuk ke dalam tanah Aliran permukaan merupakan bentuk aliran yang paling penting sebagai salah satu penyebab terjadinya erosi Dalam bahasa Inggris, aliran permukaan dikenal sebagai runoff yang berarti bagian dari air hujan yang mengalir ke saluran, sungai, danau dan laut berupa aliran di atas permukaan tanah atau aliran di bawah permukaan tanah Dalam hidrologi, runoff merupakan aliran di atas permukaan tanah yang terdiri atas : a. aliran air di atas permukaan tanah sebelum masuk ke dalam saluran atau sungai (surface runoff atau overland flow) b. aliran air di dalam sungai (stream flow) Aliran di bawah permukaan (interflow) Aliran di bawah permukaan adalah aliran air yang masuk ke dalam tanah tetapi tidak masuk cukup dalam disebabkan adanya lapisan kedap air, memgalir di bawah permukaan tanah pada kedalaman 30 40 cm kemudian keluar ke permukaan tanaha di bagian bawah lereng atau masuk ke sungai, yang berarti air ini tidak menimbulkan erosi Aliran air di bawah tanah adalah aliran air yang masuk dan terperkolasi jauh ke dalam tanah menjadi air bawah tanah atau groundwater, mengalir di dalam tanah dengan lambat ke dalam sungai atau danau, tidak mengandung bahan tersuspensi sehingga nampak jernih dan merupakan sumber air bagi sungai, danau atau waduk (reservoir) pada musim kemarau Aliran sungai (stream flow) Aliran sungai adalah air yang mengalir di dalam saluran-saluran yang jelas seperti sungai, dapat tetap atau tersendat (intermitten) Air sungai dapat jernih atau keruh karena mengandung sedimen atau pencemar lainnya tergantung sumbernya Sungai yang airnya berasal dari aliran bawah permukaan dan aliran air bawah tanah akan jernih,

Aliran Permukaan (surface runoff) Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan : a. Faktor presipitasi (hujan), jumlah dan lamanya hujan, distribusi dan intensitas hujan (mempengaruhi laju dan volume AP) b. Faktor DAS, ukuran (luas) dan bentuk, topografi, geologi, kerapatan drainase (susunan anak-anak sungai), jenis tanah, dan kondisi permukaan (tanaman dan pengelolaannya) Faktor hujan mempengaruhi aliran permukaan Hujan yang singkat mungkin tidak akan menimbulkan AP, sedangkan hujan dengan intensitas yang sama tetapi lebih lama akan menimbulkan AP. Dengan demikian total AP untuk suatu kejadian hujan berhubungan dengan lamanya hujan tersebut dengan intensitas tertentu Intensitas hujan berhubungan yang erat dengan energi kinetik (Ek) hujan (Ek hujan meningkat dengan meningkatnya intensitas hujan. Ek hujan merupakan penyebab utama penghancuran agregat. Peningkatan intensitas

hujan akan meningkatkan kerusakan agregat dan struktur tanah lapisan atas serta menurunkan laju permeabilitas, akibatnya AP akan meningkat Faktor DAS mempengaruhi aliran permukaan Daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh pemisah alam (punggung bukit) yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui sungai utama dan keluar pada satu titik outlet Makin besar ukuran DAS makin besar juga jumlah dan volume AP, tetapi laju dan volume AP per satuan wilayah di dalam DAS makin kecil jika luas catchment area (daerah tangkapan air) bertambah besar. Bentuk DAS DAS berbentuk bulu burung Bentuk DAS sempit dan memanjang, anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir memanjang di sebelah kanan dan kiri sungai utama DAS berbentuk radial Sebaran aliran sungai membentuk seperti kipas atau nyaris lingkaran, anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir dari segala penjuru DAS dan terkonsentrasi pada satu titik secara radial DAS berbentuk paralel DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang cukup besar di bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya, masing-masing sub-DAS tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda. DAS Kompleks gabungan dari semuanya

aliran. Akibatnya tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada di bagian atas Pada lahan pertanian hubungan tersebut dipengaruhi oleh : jenis tanaman kekasaran permukaan kejenuhan profil tanah Kondisi permukaan mempengaruhi aliran permukaan Vegetasi yang baik akan memperlambat AP dan meningkatkan simpanan permukaan untuk mengurangi laju puncak AP Pada tanah yang tidak perrmeabel, lereng curam dan kondisi vegetasi jelek AP dapat mencapai 75 % dari hujan Praktek KTA dapat mengurangi AP tetapi aliran akan selalu terjadi kecuali pada tanah permeabel yang datar Mengendalikan Aliran Permukaan Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi AP, maka volume AP dapat dikurangi dengan : a. Meningkatkan laju infiltrasi b. Meningkatkan ketahanan dan simpanan permukaan sehingga memberikan kesempatan lebih lama bagi air berinfiltrasi ke dalam tanah c. Meningkatkan intersepsi hujan dengan menanam tanaman atau menggunakan sisasisa tanaman sebagai mulsa Mengendalikan Aliran Permukaan Teknik budidaya yang menghasilkan penutupan permukaan tanah yang rapat oleh tanaman, sisa tanaman atau serasah yang banyak merupakan cara terbaik untuk menjaga infiltrasi yang tinggi dan mengurangi aliran permukaan Berkurang atau meningkatnya laju dan volume AP berkaitan dengan perubahan nilai koefisien aliran permukaan (C) yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya AP terhadap besarnya curah hujan (CH), nilainya 0 1 C = AP (mm) /CH (mm) Mis: nilai C untuk hutan adalah 0.10, artinya 10 % dari total curah hujan di hutan akan menjadi AP Koefisien aliran permukaan Nilai C = 0, semua air hujan terdistribusi menjadi air intersepsi, terutama infiltrasi Nilai C = 1, semua air hujan mengalir sebagai AP Faktor utama yang mempengaruhi nilai C : 1. Laju infiltrasi 2. Tanaman penutup tanah 3. Intensitas hujan 4. Nilai C yang besar menunjukkan lebih banyak air hujan yang menjadi AP, menunjukkan makin tinggi ancaman erosi dan banjir, oleh karena itu nilai C merupakan salah satu indikator penentu kualitas suatu DAS

Bnetuk dan ukuran DAS mempengaruhi aliran permukaan Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju AP dibandingkan dengan DAS yang bentuknya melebar meskipun luas DASnya sama. Hal tersebut disebabkan pada DAS yang memanjang AP tidak terkonsentrasi secepat pada DAS bentuk melebar, artinya jarak antara tempat jatuhnya air hujan dengan titik pengamatan (outlet) pada bentuk DAS memanjang leboh besar dibandingkan jarak antar dua titik tersebut pada bentuk DAS yang melebar. Karena jaraknya lebih panjang, maka waktu yang diperlukan air hujan tersebut sampai ke outlet lebih lama. Dengan kata lain bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet Topografi mempengaruhi aliran permukaan Jumlah dan kecepatan AP akan meningkat dengan semakin curamnya lereng, karena AP dari bagian atas akan menambah air ke lereng bagian bawah dan menyebabkan bertambahnya kedalaman

Prediksi laju aliran permukaan Prediksi laju AP diperlukan untuk perencanaan saluran air, teras, saluran pembagi, jemb atan, waduk, dll 1. Metode Rasional q = 0.0028 C i A q = laju puncak AP yang diharapkan untuk suatu hujan dengan interval tertentu (m3/detik) C = koefisien AP i = intensitas hujan (mm/jam) dari hujan maksimum yang diharapkan terjadi dengan interval tertentu dan untuk suatu masa yang sama dengan waktu konsentrasi daderah aliran A = luas DAS (ha) Asumsi dalam penggunaan Metode Rasional 1. Fekuensi jatuhnya hujan dan AP adalah sama 2. Hujan jatuh dengan intensitas yang seragam selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi DAS 3. CH terjadi dengan intensitas yang seragam di seluruh DAS Metode Rasional Memprediksi laju puncak AP (peak runoff) Berlaku untuk suatu wiilayah DAS kecil (< 800 ha) dengan pertanian sebagai komponen tata guna lahan utama Untuk DAS besar, perlu dibagi menjadi beberapa DAS kecil (SubDAS) Mudah digunakan, namun tidak dapat menjelaskan hubungan CH terhadap AP dalam bentuk hidrograf Hidrograf adalah gambaran suatu aliran sungai (runoff) secara kontinue dari waktu ke waktu, atau gambaran fluktuasi aliran sepanjang waktu (harian, jam-an, mingguan atau per kejadian hujan (secara umum berkonotasi dengan debit)

Volume dan laju AP tergantung pada : Sifat-sifat meteorologi (volume curah hujan) Sifat-sifat DAS (tipe tanah, penggunaan tanah, kondisi hidrologi penutup, kandungan air tanah sebelumnya) Bilangan kurva aliran permukaan menyatakan pengaruh bersama tanah, kondisi hidrologi, dan kandungan air tanah sebelumnya Air Tanah Air tanah (groundwater) adalah air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah, dapat ditemukan hampir di semua tempat di bumi (termasuk di gurun pasir, di bawah tanah yang membeku karena tertutup salju/es) Peranan air tanah di bumi sangat penting dan ketergantungan manusia terhadap air tanah makin tinggi (karena berkembangnya agro dan non agro industri), pemukiman dan fasilitas lainnya seperti lapangan golf, kolam renang) Cara pengambilan air tanah dewasa ini sering tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hidrologi, akibatnya mengganggu kelangsungan dan kualitas sumberdaya air tanah (kualitas dan kuantitas) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya air tanah : Faktor-faktor di atas permukaan (hutan/vegetasi, penggunaan tanah/lahan) Formasi geologi (akifer, aquifer), yaitu formasi batuan atau mineral yang berfungsi menyimpan air tanah dalam jumlah besar (Akifer adalah kantong air yang berada di dalam tanah) Akifer dibedakan atas : Akifer bebas (unconfined aquifer). Terbentuk ketika tinggi muka air tanah (water table) menjadi batas atas zona tanah jenuh. Tinggi muka air tanah berfluktuasi tergantung jumlah dan kecepatan air (hujan) masuk ke dalam tanah, pengambilan air tanah, dan permeabilitas tanah Akifer terkekang (confined aquifer). Dikenal sebagai artesis, terbentuk ketika air tanah dalam dibatasi oleh lapisan kedap air sehingga tekanan di bawah laisan kedap air > tekanan atmosfer Proses terbentuknya air tanah : Dimulai dari proses infiltrasi yang menunjukkan proses dan mekanisme perjalanan air di dalam tanah Semakin ke dalam (tanah) jumlah dan ukuran poripori tanah semakin kecil Ketika air tersebut mencapai tempat yang lebih dalam, maka ir tersebut sudah tidak berperan dalam proses evaporasi/transpirasi. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya wilayah jenuh di bawah permukaan tanah yang dikenal sebagai air tanah Air tanah merupakan bagian dari profil tanah yang terletak diantara permukaan tanah dengan bagian atas dari zona jenuh air disebut wilayah atau zona

2. Metode SCS (US-Soil Conservation Services, Dinas Konservasi Tanah Amerika Serikat )

aerasi. Zona aerasi tidak selamanya kering, dapat menjadi jenuh teruatama pada waktu terjadi hujan lebat Bagian atas dari zona jenuh dikenal sebagai muka air tanah (water table), dapat diketahui dari ketinggian muka air sumur. Tinggi muka air tanah tidak statis, berfluktuasi (naik/turun) tergantung fluktuasi curah hujan Sedikit di atas permukaan air tanah adalah capilary fringe yaitu suatu wilayah di dalam tanah ketika air yang berasal dari zona jenuh ditarik oleh gaya kapiler ke dalam zona aerasi. Wilayah capilary fringe tidak beraturan dan selalu berubah mengikuti tinggi muka air tanah Air Tanah Selama musim hujan, keluar mata air karena tinggi muka air tanah naik yang kemudian bersinggungan dengan permukaan tanah dan sebagian air tanah tersebut akan mengisi sungai di sekitarnya. Sungai yang mendapatkan pasokan air yang berasal dari air tanah disebut sungai tipe effluent Pada musim kemarau, tinggi muka air tanah turun sehingga mata air yang keluar di musim hujan menjadi berhenti dan air tanah tidak lagi memasok aliran sungai di sekitarnya. Tipe sungai yang memberikan rembesan air ke akuifer (air tanah) disebut sungai tipe influent Pada sungai tipe influent pencemaran sungai mempunyai arti penting dalam AMDAL, karena pencemaran yang terjadi di sungai dapat merembes dan menyebabkan terjadinya Air Tanah Selama musim hujan, keluar mata air karena tinggi muka air tanah naik yang kemudian bersinggungan dengan permukaan tanah dan sebagian air tanah tersebut akan mengisi sungai di sekitarnya. Sungai yang mendapatkan pasokan air yang berasal dari air tanah disebut sungai tipe effluent Pada musim kemarau, tinggi muka air tanah turun sehingga mata air yang keluar di musim hujan menjadi berhenti dan air tanah tidak lagi memasok aliran sungai di sekitarnya. Tipe sungai yang memberikan rembesan air ke akuifer (air tanah) disebut sungai tipe influent Pada sungai tipe influent pencemaran sungai mempunyai arti penting dalam AMDAL, karena pencemaran yang terjadi di sungai dapat merembes dan menyebabkan terjadinya Tipe sungai

Dalam rumus SCS, tanah dikelompokkan ke dalam 4 kelompok hidrologi yaitu : A, B, C dan D Kelompok A = pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat Kelompok B = loess dangkal, lempung berpasir Kelompok C = lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik rendah, tanah berkadar liat tinggi Kelompok D = tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat besar, plastis, tanah salin tertentu ALIRAN SUNGAI DAN HIDROGRAF Air sungai berasal dari : 1. Air hujan yang langsung jatuh di permukaan sungai (direct channel presipitation) 2. Air hujan yang masuk ke dalam sungai dalam bentuk aliran permukaan (surface runoff atau overland flow atau direct runoff) 3. Aliran air bawah permukaan (subsurface runoff atau interflow) 4. Aliran air air bawah tanah (groundwater flow) Debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah hujan berhenti/selesai

Gambaran aliran suatu sungai secara kontinyu dari waktu ke waktu, atau gambar tentang naik dan turunnya debit sungai menurut waktu disebut hidrograf (tahunan, bulanan, harian, per kejadian hujan)

2. Vegetasi atau penggunaan lahan (karena berbedanya koefisien runoff) 3. Panjang, bentuk dan ukuran (luas) DAS 4. Jenis tanah (pengaruhnya terhadap infiltrasi dan koefisien runoff yang mempengaruhi aliran permukaan) 5. Kerapatan sungai (jumlah anak sungai)

Unit Hidrograf hidrograf runoff atau direct runoff yang jumlahnya 1 satuan yaitu 1 inci (British Unit), merupakan rata-rata dari 5 kejadian hujan

Bentuk hidrograf suatu sungai berbeda dengan sungai yang lain (tergantung pada keempat sumber air sungai dan faktor-faktor yang mempengaruhinya), namun bentuk umum dari hidrograf adalah naik sampai puncak, kemudian turun (baik harian, bulanan atau tahunan)

Bila overland flow atau direct runoff (DRO) sudah berhenti sehingga sumber air sungai tidak lagi dari DRO tetapi hanya dari subsurface runoff Sifat-sifat hujan yang mempengaruhi bentuk hidrograf: 1. Jumlah hujan 2. Intensitas hujan 3. Lama hujan 4. Distribusi hujan (hujan di hulu saja atau di hilir saja) 5. Arah hujan Sifat-sifat DAS yang mempengaruhi bentuk hidrograf 1. Topografi (datar atau landai berbeda bentuk hidrograf meskipun jenis tanahnya sama)

Basin lag atau lag time adalah waktu selang dari puncak hujan campai puncak aliran permukaan (dari laju maksimum hujan ke waktu puncak terjadinya aliran permukaan. Karena puncak hujan tidak diketahui maka time lag mulai dari pertengahan hujan (hujan yang mengakibatkan aliran permukaan atau hujan lebih = direct runoff) Ada kemiripan dari setiap bentuk hidrograf, sehingga kurva hidrograf bisa dianalisis (dipisahkan) interflow dan base flow sebagai unsur hidrograf tersebut (kesamaan/kemiripan ekor hidrograf selalu seperti itu dan khas untuk suatu DAS) Metode pemisahan interflow dengan base flow 1. Straight-line Method 2. Fixed Base-length Method 3. Variable Slope Method

Straight-line Method (Metode Garis Lurus) Sangat mudah dan paling banyak digunakan Jika tidak ada hujan, kurva hidrograf akan turun secra konstan Hanya dengan menarik garis lurus dari (1) ke (2) dimana tidak ada lagi direct runoff (air hanya dari base flow) Ditentukan dari ekor kurva hidrograf Fixed Base Length Method Andai tidak ada hujan, kurva terus turun , kemudian dari puncak kurva hidrograf ditarik garis lurus, di dapat perpotongan garis kurva yang tutun dengan garis dari puncak hidrograf, kemudian dihubungkan dengan suatu titik dari Tdays (selang dari berakhirnya runoff dengan puncak runoff), itulah garis base flow

DAERAH ALIRAN SUNGAI Definisi DAS Secara fisik daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh pemisah alam (punggung bukit) yang menerima dan mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui sungai utama dan keluar pada satu titik outlet Di dalam DAS terdapat wilayah yang menampung dan tempat meresapnya air (hulu) dan wilayah dimana air telah hampir berakhir untuk mengalir (hilir). Terdapat interdependent wilayah hulu-hilir DAS Definisi DAS menunjukkan Input dari suatu DAS : air hujan Output DAS : debit aliran, muatan sedimen (termasuk unsur hara di dalamnya, polusi, produksi dan kesejahteraan manusia) Komponen utama DAS (vegetasi, tanah dan air/sungai) berperan sebagai processor. Setiap ada input pada DAS, maka proses yang telah dan sedang berlangsung dapat dievaluasi melalui output dari sistem DAS tersebut Definisi DAS menunjukkan bahwa DAS merupakan unit hidrologi (batas suatu DAS adalah batas hidrologi, bukan administrasi) DAS Batanghari meliputi Propinsi Jambi, Sumatera Barat, Riau (+ 80 % di Propinsi Jambi) Suatu DAS dapat terdiri dari : * Sub DAS (urutan pertama) * Sub sub DAS (urutan kedua) * Sub sub sub DAS (urutan ketiga) dan seterusnya Sebagai contoh DAS Batang Hari terdiri atas 5 Sub DAS 1. Batanghari Hulu 2. Batang Tebo (terdiri atas 3 Sub DAS : Batang Pelepat, Batang Bungo, Batang Ule, sebagai Sub sub DAS Batanghari) 3. Batang Tabir 4. Batang Merangin-Tembesi 5. Batanghari Hilir Pengelolaan DAS Definisi Suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam (SDA) dan manusia (SDM ) yang terdapat di dalam DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah (Pengelolaan dan alokasi SDA di dalam DAS) Mencakup identifikasi : keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air; dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS

Variable Slope Method Dimasukkan inflaction point yang juga merupakan akhir runoff. Hanya berbeda dari cara menghitung Dari titik inflaction diturunkan sampai memotong perpanjangan ekor hidrograf yang konstan Dari titik perpotongan tersebut dihubungkan dengan perpanjangan baseflow sebelum hujan yang memotong peak discharge

Unit hidrograf merupakan cara terbanyak yang digunakan untuk menentukan jumlah aliran permukaan suatu DAS pada setiap kejadian hujan Asumsi dalam membuat unit hidrograf a. Hujan tersebut terjadi merata di semua DAS b. Unit hidrograf dibentuk oleh hujan tunggal c. Hujan tersebut distribusinya merata (dengan intensitas yang sama, tidak pernah terjadi) d. Intensitas hujan konstan pada waktu tertentu Syarat hujan yang dipilih 1. Lamanya hujan tunggal tersebut kira-kira mendekati 10 -30 % Tl 2. Direct runoff hujan tersebut harus berkisar dari 0.5 1.75 inci 3. Mengammbil rata-rata dari 5 kejadian hujan (puncaknya, Tl dirata-ratakan) 4. Ordinat direct runoff diperhitungkan sehingga jumlah direct runoff adalah 1 inci

Pengelolaan DAS adalah pengelolaan SDA dan SD buatan yang ada di dalam DAS secara rasional dengan tujuan keuntungan maksimum dalam waktu tak terbatas dengan resiko kerusakan lingkungan seminimal mungkin Pengelolaan DAS adalah upaya memelihara dan meningkatkan fungsi hidrologis DAS untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia Fungsi Hidrologis DAS Adalah fungsi atau proses yang dilakukan komponen DAS (tanah, topografi, vegetasi, penggunaan lahan, manusia) terhadap curah hujan sebagai input dari DAS. Fungsi atau proses pengurangan air melalui :

Fungsi Hidrologis DAS

Terjadinya penurunan/rusaknya fungsi hidrologis DAS tercermin dari : a. Makin meningkatnya luas lahan terdegradasi (lahan kiritis) akibat suatu sistem pengelolaan b. Perubahan output DAS terutama erosi, fluktuasi debit air, hasil sedimen dan material terlarut lainnya, serta makin rendahnya produktivitas lahan Pengelolaan DAS dijalankan berdasarkan prinsip keberlanjutan sumberdaya (resources sustainability) yakni keterpaduan antara prinsip produktivitas dan konservasi sumberdaya (sustainability = productivity + conservation of resources) Acuan dalam mengelola DAS adalah fungsi ekologis, fungsi ekonomi dan fungsi sosial budaya dari semua sumberdaya di dalam DAS dapat terjamin secara berimbang (mencakup 3 dimensi keberlanjutan Tujuan Pengelolaan DAS Terjaminnya penggunaan SDA yang lestari atau berkelanjutan (hutan, hidupan liar, lahan pertanian) Tercapainya keseimbangan ekologis lingkungan sebagai sistem penyangga kehidupan Terjaminnya jumlah dan kualitas air yang baik sepanjang tahun Mengendalikan aliran permukaan dan banjir

Mengendalikan erosi dan proses degradasi lahan Keberlanjutan pemanfaatan semua sumberdaya di dalam DAS diukur dari pendapatan, produksi, teknologi, erosi dan sedimentasi serta water yield Indikator DAS yang baik : a. Produktivitas tinggi (pertanian, pertambangan, dll) b. Water yield (kualitas, kuantitas, distribusi air) baik c. Bersifat lentur (resilient) atau tidak mudah guncang d. Terdapat pemerataan (equity) pendapatan di dalam DAS Banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau salah satu ciri DAS tidak baik atau DAS rusak Laju Peningkatan DAS Kritis di Indonesia 22 DAS Kritis Super Prioritas (Prioritas I) tahun 1984 39 DAS Kritis Super Prioritas (Prioritas I) tahun 1992 62 DAS Kritis Super Prioritas (Prioritas I) tahun 1999 65 DAS Kritis Super Prioritas (Prioritas I) tahun 2004 Laju kerusakan hutan di Indonesia 1.8 juta hektar per tahun pada 1985-1997 2.8 juta hektar per tahun pada 1998-2000 1.08 juta hektar per tahun pada 2000-2005 Luas lahan kritis di Indonesia 8 136 646 ha (dalam), 15 106 234 ha (luar) kawasan hutan (2001) 51 033 636 ha (dalam), 26 773 245 ha (luar) kawasan hutan (2007) Penyebab meningkatnya luas lahan kritis Kebijakan pengelolaan SDA yang masih bersifat eksploitatif, seperti konversi hutan menjadi peruntukan lainnya (penyebab utama) Dalam pengelolaan SDA, aspek ekologis dikesampingkan, dikalahkan oleh aspek ekonomis jangka pendek Banyaknya perizinan penebangan hutan tanpa pertimbangan dan perlindungan hutan Kawasan resapan air dikonversi menjadi permukiman KOMPONEN DAN KARAKTERISTIK DAS Komponen (sumberdaya) di dalam DAS 1. Sumberdaya alam (SDA) berupa udara, tanah, air, vegetasi, dan satwa 2. Sumberdaya manusia (SDM) yang memegang peranan penting dan dominan dalam menentukan kualitas DAS 3. Sumberdaya sosial berupa berbagai institusi masyarakat (formal dan informal) 4. Sumberdaya buatan Masing-masing komponen SD-DAS saling berinteraksi dan berbeda serta khas untuk DAS tersebut yang menunjukkan karakteristik dari DAS tersebut

DAS ,suatu megasistem kompleks, terdiri atas : a. Sistem fisik (physical systems) : Atmospheric sub system (evaporation, precipitation, microclimate), radiant energy of the sun), hydrological sub system (Run-off, sediments, nutrients, groundwater), physiographic sub system (soil cover, rock structure, river profile, earthquake) b. Sistem biologis (biological systems) : Aquatiq sub system, terresterial sub system c. Sistem manusia (human systems) : Production sub system (agriculture, fishing, wildlife, energy, manufacturing, health, navigation, recreation and tourism), administration sub system (structure of authority, staff function, budgetting, public participation, legislative control), sociopolitical sub system (political power structure, social pressure group, land tenancy, ownership of assets, social justice and redistribution), legal sub system (planning legislation, environmental legislation)

Setiap sistem dan sub sistem di dalamnya saling berinteraksi Peranan setiap komponen dan hubungan antar komponen sangat menentukan kualitas DAS Setiap komponen DAS memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdiri sendiri, melainkan dalam kesatuan sistem Gangguan terhadap salah satu komponen DAS akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan sistem di dalam DAS akan terjamin bila hubungan timbal balik antar komponen berjalan baik dan optimal Manusia memegang peranan penting dan dominan dalam mempengaruhi kualitas DAS Kualitas interaksi antar komponen sistem DAS terlihat dari kualitas output sistem tersebut terutama : erosi, aliran permukaan, sedimentasi, fluktuasi debit produktivitas lahan

Wilayah DAS terbagi menjadi : a. Wilayah Hulu b. Wilayah Tengah c. Wilayah Hilir Terdapat keterkaitan biofisik antara wilayah hulu dan hilir DAS melalui Daur Hidrologi Wilayah Hulu DAS Merupakan wilayah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, umumnya daerah dengan kemiringan lereng lebih besar (> 15 %), bukan daerah banjir, pengaturan penggunaan air ditentukan oleh pola drainase, jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan Bagian penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS (terutama dalam fungsi tata air), karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya Oki menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS karena dalam suatu DAS daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi Wilayah Hilir DAS Merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, umumnya daerah dengan kemiringan lereng lebih kecil (< 8 %), sebagian merupakan daerah banjir (genangan), pengaturan penggunaan air ditentukan oleh bangunan irigasi, jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi oleh hutan bakau atau gambut

Karakteristik DAS Karakteristik DAS secara fisik ditentukan oleh 2 faktor : Lahan (ground factors) : topografi, tanah, geologi dan geomorfologi Vegetasi dan penggunaan lahan Topografi atau bentuk lahan mempengaruhi aliran permukaan (run-off) dan aliran air bumi (groundwater flow). Aliran permukaan meningkat dengan meningkatnya kecuraman lereng Tanah, geologi dan geomorfologi berfungsi sebagai kontrol terhadap besar kecilnya infiltrasi, kapasitas menahan air, dan aliran air bumi Vegetasi dan penggunaan lahan berfungsi sebagai penghambat, penyimpan dan pengatur aliran permukaan dan infiltrasi

Hubungan biofisik daerah hulu dan hilir suatu DAS

Pengelolaan DAS yang tepat sesuai karakteristik DAS dapat memberikan kerangka kerja ke arah tercapainya pembangunan yang berkelanjutan, karena pengelolaan DAS tidak lain adalah pengelolaan SDA (hutan, tanah, air) berskala DAS berdasarkan integrasi keterlibatan masyarakat, pengetahuan teknis, dan struktur organisasi beserta arah kebijakannya

Pengelolaan DAS Proses formulasi dan implementasi suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut SDA dan SDM dalam suatu DAS dengan memperhitungkan kondisi sosial, politik, ekonomi dan faktor institusi yang ada di DAS dan di sekitarnya untuk mencapai tujuan sosial yang spesifik

Karakterisasi DAS sekaligus adalah monev kinerja DAS, digunakan untuk klasifikasi DAS dalam keputusan penyusunan perencanaan pengelolaan DAS tersebut Oki karakteristik DAS merupakan salah satu dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan DAS Perencanaan Pengelolaan DAS merupakan salah satu bentuk perencanaan pembangunan SDA (vegetasi, tanah, dan air) dengan menggunakan atuan/unit pengelolaan DTA (catchment area) atau DAS dengan bagian-bagian wilayahnya (15 tahun, 5 tahun) Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan-tindakan di masa depan (berdasarkan masalah aktual )dengan tepat, melalui tahapan pilihan-pilihan yang sesuai, serta memperhitungkan sumberdaya yang tersedia Karakteristik DAS Karakteristik DAS diartikan sebagai gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter-parameter yang berkaitan dengan morfometri, topografi, tanah, geologi, vegetasi, tata guna (penggunaan) lahan, hidrologi dan manusia Data dan informasi parameter penyusun karakteristik DAS diperoleh melalui penggunakan data dan peta yang tersedia (data sekunder dan analisis) serta dengan melakukan survei lapangan (data primer)

Karakterisasi DAS Karakterisasi diartikan sebagai kegiatan atau proses pengkarakteran, sedangkan karakteristik adalah sifat, atau ciri, atau kualitas yang khas

Permasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi dan degradasi lahan, penurunan kualitas air sungai, pendangkalan sungai, danau atau waduk, kekeringan dan banjir.
Masalah DAS Banjir Alternatif teknik mengatasinya Peningkatan penggunaan dan peresapan air di hulu dan tengah (tanam pohon, waduk, keruk sungai) Penanaman tanaman hemat air, penurunan evaporasi (mulsa), penyimpanan kelebihan air MH (rorak/embung) Kurangi pengurasan air tanah (hemat air), meningkatkan infiltrasi dan perkolasi (rorak, sumur, resapan, dll) Penanaman pohon, peningkatan pengisian pori dan air tanah (rorak, guludan, dll) Peningkatan fungsi filter DAS (terutama di sepanjang bantaran sungai) dengan rumput, pengamanan tebing sungai rawan longsor (bila erosi dari tebing sungai) dengan tanaman ringan berakar dalam (bambu) Selidiki sumbernya dan lakukan penjernihan sebelum air mengalir ke sungai Pengaturan penggunaan pupuk sesuai karakteristik tanah dan kebutuhan tanaman

Kekeringan

Menurunnya tinggi muka air tanah Tingginya fluktuasi debit puncak/dasar Tingginya sedimentasi/ pelumpuran

Luas DAS Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi (bukit atau pegunungan) yang dapat memisahkan dan membagi air hujan ke masing-masing DAS Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta topografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut pada peta topografi dan ketelitiannya tergantung skala peta yang digunakan Peta topografi untuk pengukuran luas DAS

Tercemarnya air sungai /air tanah Eutrifikasi

Pengumpulan Data Karakteristik DAS Parameter karakteristik DAS 1. Morfometri (luas, panjang, lebar, kerapatan sungai, dll) 2. Topografi (bentuk lahan dan kemiringan lereng) 3. Tanah (jenis tanah, sifat tanah, erosi) 4. Geologi (jenis batuan, bahan induk tanah) 5. Vegetasi (jenis, sistem dan pola tanam) 6. Tata guna (penggunaan) lahan (jenis dan luas, kemampuan/ kesesuaian lahan, luas dan kondisi penutupan hutan) 7. Hidrologi (infiltrasi, perkolasi, intersepsi, simpanan permukaan, muka air tanah, kuantitas/kualitas air tanah dan air sungai, debit) 8. Manusia (sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan) MORFOMETRI DAS Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah dan proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS DAS Batanghari Luas + 4.5 juta ha Panjang + 775 km Lebar 650 200 m Parameter Morfometri DAS 1. Luas DAS 2. Panjang dan lebar DAS 3. Gradien/kemiringan DAS 4. Bentuk DAS 5. Jaringan sungai 6. Kerapatan aliran 7. Pola aliran

Semakin kecil luas DAS yang diamati memerlukan peta topografi dengan skala yang semakin besar Panjang dan Lebar DAS Panjang DAS adalah jarak datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang sungai induk Lebar DAS adalah perbandingan antara luas DAS dengan panjang sungai induk Lebar DAS = Luas DAS Panjang Sungai Induk Gradien atau Kemiringan Sungai Gradien atau kemiringan sungai adalah perbandingan antara jarak vertikal (beda tinggi antara hulu DAS dengan hilir DAS) dengan jarak horizontal (panjang sungai induk) g = Jarak vertikal Jarak horisontal g = gradien Sungai Jarak vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m) Jarak horisontal = Panjang sungai induk (m) Orde dan tingkat percabangan sungai Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai dalam satu DAS Tingkat percabangan sungai adalah angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde

Makin besar angka urutan/orde sungai, makin luas wilayah Sub DAS dan makin banyak percabangan sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut Alur sungai paling hulu yang tidak memiliki cabang disebut orde pertama Pertemuan dua orde pertama disebut orde kedua Pertemuan orde pertama dengan orde kedua disebut orde kedua, Pertemuan dua orde kedua disebut orde ketiga Begitu seterusnya Pola Aliran Sungai Pola aliran sungai tergantungan pada kondisi topografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS

Kerapatan sungai Kerapatan sungai adalah angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS D = L/A D = indeks kerapatan sungai (km/km2) L = jumlah panjang seluruh alur sungai (km) A = luas DAS (km2). Kerapatan sungai berhubungan dengan sifat drainase DAS. Sungai dengan kerapatan < 0.73 umumnya berdrainase jelek atau sering mengalami penggenangan Sungai dengan kerapatan 0.73 2.4 umumnya memiliki kondisi drainase yang baik atau jarang mengalami penggenangan. Kelas indeks kerapatan sungai

Pola dendritik Cabang-cabang sungai menyerupai pohon. Umumnya terdapat pada daerah dengan batuan sejenis dan penyebaran yang luas, misalnya kawasan yang tertutup endapan sedimen yang terluas dan terletak pada bidang horizontal, seperti di dataran rendah bagian timur Sumatera dan Kalimantan. Pola trelis Pola aliran menyerupai bentuk pagar, umumnya dijumpai di daerah dengan lapisan sedimen di daerah pegunungan lipatan, seperti di Sumatera Barat dan Jawa Tengah Pola radial (di daerah gunung berapi) Pola radial sentrifugal dalam bentuk menjari yang arah alirannya meninggalkan titik pusat. Biasanya terdapat di daerah vulkan atau puncak yang berbentuk kerucut Pola radial sentripetal : dalam bentuk menjari yang arah alirannya menuju ke titik pusat. Biasanya terdapat di daerah ledakan/basin atau aliran sungai yang masuk ke danau.

Bentuk DAS Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah Bentuk DAS

Bentuk DAS DAS berbentuk bulu burung Bentuk DAS sempit dan memanjang, anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir memanjang di sebelah kanan dan kiri sungai utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi berlangsung cukup lama, karena suplai air datang silih berganti dari masing-masing anak sungai. DAS berbentuk radial Sebaran aliran sungai membentuk seperti kipas atau nyaris lingkaran, anak-anak sungai (sub-DAS) mengalir dari segala penjuru DAS dan terkonsentrasi pada satu titik secara radial Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar, bila hujan terjadi merata dan bersamaan di seluruh DAS tersebut DAS berbentuk paralel DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang cukup besar di bagian hulu, tetapi menyatu di bagain hilirnya, masing-masing sub-DAS tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda. Ketika terjadi hujan di kedua sub-DAS tersebut secara bersamaan, maka akan berpotensi terjadi banjir yang relatif besar Pengumpulan Data Karakteristik DAS Parameter karakteristik DAS 1. Morfometri 2. Topografi 3. Tanah 4. Geologi 5. Vegetasi 6. Tata guna (penggunaan) lahan 7. Hidrologi 8. Manusia Tipologi DAS Karakterisasi DAS disusun untuk menghasilkan tipologi dan klasifikasi DAS yaitu dari : a. tipologi lahan b. tipologi sosial, ekonomi dan kelembagaan c. tipologi banjir d. tipologi kewilayahan

Interaksi tipologi lahan dengan karakteristik hujan menunjukkan potensi banjir (output) sebagai refleksi karakteristik input (hujan) dan processor DAS (lahan). Sistem lahan mencerminkan tingkat kerentanan bentang lahan alami (tanpa manajemen) terhadap kebanjiran. Interaksi potensi banjir dengan daerah banjir menunjukkan tipologi banjir Interaksi tipologi banjir dengan tipologi DTA menunjukkan tipologi DAS Kerentanan pengelolaan suatu DAS tercermin dari tipologi DAS dan tipologi kewilayahannya.

Klasifikasi DAS Klasifikasi DAS adalah pengkategorian DAS berdasarkan kondisi lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah Klasifikasi DAS : 1. DAS dalam kategori dipulihkan daya dukungnya 2. DAS dalam kategori dipertahankan daya dukungnya

P R O S E S P E R E N C A N A A N

P E N G L O L A A N
D A S

Kerentanan DAS Interaksi tipologi lahan dan sosial-ekonomi dan kelembagaan menunjukkan tipologi daerah/DTAnya

Você também pode gostar